Anda di halaman 1dari 1

Nama: Hana Husna Imtinan

Prodi: Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia


Nim:
Tugas: PSBD ( Gender)

Titik Temu
Saat sinar matahari perlahan menyoroti sudut-sudut kota, perhatianku tertuju pada dua tokoh yang
berjalan beriringan di trotoar. Mereka adalah Zea, seorang perempuan dengan rambut panjang tergerai
dan senyum manis di wajahnya, serta Antares, seorang pria dengan rambut cepak dan wajah yang serius.
Mereka adalah sahabat sejak kecil, tak terpisahkan sepanjang hidup mereka.
zea dan Antares berjalan ke sebuah kafe yang tenang di tengah kota. Kedua sahabat itu duduk di sudut
ruangan, memesan kopi, dan saling bertukar cerita. Sementara Zea bercerita tentang kisah cintanya yang
baru, terlihat terdiam, matanya terfokus pada wajah Zea
"Tapi Antares, aku merasa dilema," kata Zea dengan raut wajah penuh kekhawatiran.
Antares menyentuh tangan Zea dengan lembut, "Apa yang membuatmu bimbang, Zea?"
Zea menatap lurus ke mata Antares, "Aku mencintai seseorang, Antares. Tapi dia adalah perempuan. Aku
merasa terjebak dalam harapan dan ekspektasi yang ditetapkan oleh masyarakat tentang cinta dan
gender."
Dika tersenyum lembut, "Zea, cinta tak mengenal batasan gender. Apa yang kamu rasakan adalah hal
yang alami. Jangan biarkan penilaian orang lain menghentikanmu meraih kebahagiaanmu."
Namun, Zea masih merasa ragu. Ia khawatir akan penilaian orang-orang di sekitarnya. Apakah mereka
akan mengerti? Apakah mereka akan menerima pilihannya?
Beberapa minggu berlalu, Zea bertemu dengan pasangannya, Cleo, di sebuah taman. Mereka berbicara
dengan penuh kehangatan, menciptakan suasana akrab di antara mereka. Di sana, zea dan Cleo merasakan
kenyamanan dan kebahagiaan yang tulus.
Suatu hari, Zea memutuskan untuk memperkenalkan Cleo kepada Antares. Antares menerima Cleo
dengan tangan terbuka dan tersenyum tulus. Ia melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Zea, dan
itu sudah cukup baginya.
Zea, Cleo, dan Antares akhirnya membentuk ikatan persahabatan yang erat. Mereka mengesampingkan
prasangka dan stereotip gender yang ada di masyarakat, dan justru fokus pada kebahagiaan dan dukungan
yang mereka berikan satu sama lain.
Cerita ini mengajarkan kita tentang pentingnya menerima dan menghormati pilihan gender seseorang.
Cinta dan persahabatan tidak harus terikat oleh batasan-batasan yang ditentukan oleh masyarakat. Semua
orang berhak mendapatkan kebahagiaan, terlepas dari gender mereka. Kita semua bisa menjadi "titik
temu" yang saling menguatkan dan menerima perbedaan, menjadikan dunia ini tempat yang lebih inklusif
dan damai

Anda mungkin juga menyukai