Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIVITAS ANALGETIK

Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila ada jaringan tubuh yang
rusak, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri.

Nyeri merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh manusia yang dapat mengindikasikan bahwa
seseorang mengalami masalah.

Nyeri adalah sesuatu yang abstrak yang ditimbulkan oleh adanya perasaan terluka pada diri seseorang
misalnya, adanya stimulus yang merusak jaringan tubuh dan nyeri merupakan pola respon yang
dilakukan seseorang untuk melindungi organisme dari kerusakan (Richard Sterback).

Nyeri bersifat subjektif. Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat dari adanya
rangsangan baik fisik maupun psikologis. Ambang seseorang merasakan nyeri sangat bervariasi.
Gambaran yang terjadi adalah: debaran, rasa cubitan, puntiran dan benturan. Nyeri dapat bersifat akut
maupun kronis.

Analgetika

Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi SSP secara selektif untuk mengurangi rasa nyeri
(meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit) tanpa mempengaruhi kesadaran.

Analgetika narkotik

Analgetika narkotik dapat menekan fungsi SSP secara selektif.

Mekanisme kerja analgesik dengan pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan
spinal cord.

Struktur yang memiliki peran penting dalam analgesik (dalam morfin) : Struktur bidang datar yang
mengikat cincin aromatik obat melalui ikatan van der wall.

➡ Tempat anionik yang berinteraksi dengan pusat muatan positif abat,

➡️Lubang yang sesuai untuk-CH-CH-dan proyeksi cincin piperidin.


A. MORFIN DAN TURUNANNYA

 Morfin yang ditemukan permulaan abad 19. diisolasi kemudian dikembangkan dan diuji struktur
kimia maupun potensi analgesiknya. Terdapat empat hal cara modifikasi morfin menjadi
turunnya.
 Usaha Small dan Eddy, mengubah sifat addiktifnya menjadi nonaddiktif.
 Mengubah morfin yang dipelopori oleh Small dan Eddy yang dikendalikan oleh komite obat
addiktif dari lembaga riset nasional.(USA)

B. Metadon dan Turunannya (Sintetik)

 Pembentukan cincin akibat daya tarik dipol-dipol dari metadon


 Efek analgetik 2Xmorfin & 10Xmeperidin. Pengganti morfin untuk pengobatan kecanduan
morfin kecenderungan kecanduan lebih rendah tapi toksisitasnya lebih besar.

Turunan metadon

 Metadon ini mempunyai atom kuarterner yang merupakan bagian dari morfin.
 Metadon mempunyai atom asemetris sehingga mempunyai beberapa isomer levo. Isomer dari
metadon mempunyai aktivitas dua kali dibanding senyawa rasemisnya.

Analgesik Non Narkotik

Analgetik non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat (analgetika
ringan), juga sebagai antipiretik dan anti radang.
Mekanisme kerja :

analgesik dengan menghambat secara langsung dan selektif enzim pada SSP yang mengkatalisis
prostaglandin yang mencegah sensitisasi reseptor rasa nyeri. antipiretik dengan meningkatkan eliminasi
panas. antiradang dengan menghambat biosintesis prostaglandin dan mekanisme lainnya.

Penggolongan Analgetik non Narkotik

analgetik-antipiretik

 turunan anilin dan p-aminofenol (asetanilid, fenasetin)


 turunan 5-pirazolon (antipirin, metampiron, propifenazon)

antiradang bukan steroid [NSAID]

 turunan salisilat (asam salisiat, salisilamida, asetosal)


 turunan 5-pirazolidindion (fenilbutazon, sulfinpirazon)
 turunan N-ariantranilat (asam mefenamat)
 turunan asam arilasetat (diklofenak, ibuprofen)
 turunan asam heteroarilasetat (asam tiaprofenat, fentiazak)
 turunan oksikam (piroksikam, fenoksikam)
 turunan lain-lain (benzidamin, asam niflumat)

A. ANALGESIK TURUNAN SALISILAT

 Turunan asam salisilat ini dibedakan menjadi dua, ialah esterifikasi pada gugus karboksilat (tipe
I)-senyawa tipe biasanya untuk penghalang rasa sakit setempat (counter irritant)
 Sediaan berbentuk lotion, salep, maupun krem. Contohnya adalah natrium salisilat,
tiosalisilat,keduanya untuk obat luar. Kolin salisilat, dan karbetilsalisilat (campuran esterifikasi I
dan II) untuk mempermudah kelarutan dalam air, mudah diserap, lebih cepat mencapai aras
dalam plasma darah dibanding asetosal.
 Esterfikasi tipe II pada gugus OH seperti asetosal.
B.TURUNAN ASAM ASETAT

1.INDOMEZATIN (INDOSIN) 1-(p-KLORBENZOIL)-5-ME TOKSI-2-METIL INDOL-3-ASAM

Indometazin bentuk kristal kuning-kuning tua, larut dalam etanol, aseton, dan sebagian dalam air. Tak
stabil dalam alkali, dan sinar matahari. Diperkenalkan sejak 1965. sebagai antiinflamasi. analgesik pada
rematik artitis, spomdolitis (pergeseran tulang), dan sakit pada kelainan sendi.

Efek samping: gangguan pada perut dan pusing kepala. Borok lambung, kelainan darah dan
kemungkinan meninggal.

Dipakai bila aspirin tidak dapat meyembuhkan Atau digunakan untuk mengganti fenilbutazon pada
penggunaan yang lama.

C. Turunan asam antarnilat

Asam mefenamat

 Turunan antranilat sebagai obat anti-inflamsi,


 Selain itu juga besifat analgesik, mekanisme aksi adalah menghambat enzim sintetase
prostaglandin.
 AKSINYA LEBIH KUAT DARIPADA ASPIRIN, MEFENAMAT 250 mg SETARA DENGAN 500 mg
ASPIRIN.
 Sedangkan meklofenamat lebih kuat; dosis 50 dan 100 mg, untuk rematik kronis maupun akut
dengan efek samping gastrointestinal

D. Turunan asam arilasetat

Hubungan struktur aktivitas :

 pemisahan dengan lebih dari satu atom C akan menurunkan aktivitas adanya gugus a-metil pada
rantai samping asetat dapat meningkatkan aktivitas antiradang.
 adanya a-subtitusi menyebabkan senyawa bersifat optis aktif dan terkadang isomer satu (isomer
S) lebih aktif dari isomer lainnya.
 turunan ester dan amida memiliki aktivitas antiradang karena secara in vivo dihidrolisis menjadi
bentuk asamnya.

Anda mungkin juga menyukai