Anda di halaman 1dari 20

Bentuk Penyimpangan Perilaku Merokok Pada Siswa

SMA N 2 Playen

Anggota:
1. Muhammad Reva Pratama (22)
2. Agustinus Christian Aurel Verdi Pranowo (02)
3. Cahyo Nur Hidayat (09)
4. Arif Guntur Daffa Dewari (04)

Guru Pembimbing:

AR. MAHDI DARUSSALAM, S.Pd.


NIP. 198802052014021001

SMA NEGERI 2 PLAYEN


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KABUPATEN GUNUNGKIDUL

XI F1D
LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian ini yang berjudul Bentuk Penyimpangan Perilaku Merokok Pada Siswa
SMA N 2 Playen Ini telah disetujui untuk dipresentasikan pada tanggal

Pembimbing,
AR. MAHDI DARUSSALAM, S.Pd.
NIP. 198802052014021001

LEMBAR ORISINALITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini , siswa SMA Negeri 2 Playen

Yang bertanda tangan dibawah ini, siswa SMA Negeri 2 Playen

1. Muhammad Reva Pratama (XI.F1.D)


2. Agustinus C. A. Verdi P (XI.F1.D)
3. Cahyo Nur Hidayat (XI.F1.D)
4. Arif Guntur Daffa Dewari (XI.F1.D)

Menyatakan bahwa penelitian yang berjudul “Bentuk Penyimpangan Perilaku Merokok Pada
Siswa SMA N 2 Playen” merupakan karya ilmiah yang dibuat sendiri dan belum pernah
dipublikasikan dimanapun(orisinil).

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

1 Muhammad Reva Pratama .....................................................

2 Agustinus C. A. Verdi P .....................................................

XI F1D
3 Cahyo Nur Hidayat .....................................................

4 Arif Guntur Daffa Dewari .....................................................

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk penyimpangan perilaku


merokok pada siswa SMA Negeri 2 Playen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa
bentuk penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 2 Playen antara lain
merokok di lingkungan sekolah atau di tempat yang seharusnya tidak diperbolehkan,
merokok secara berlebihan dan tidak dapat mengontrol kebiasaan merokok, mempengaruhi
teman-temannya untuk mulai merokok, serta tidak peduli dengan dampak buruk merokok
pada kesehatan dan lingkungan sekitar. Selain itu, siswa SMA Negeri 2 Playen juga
cenderung menyimpan atau membawa rokok di lingkungan sekolah atau tempat umum.
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi sekolah dan masyarakat setempat dalam
upaya mencegah dan mengurangi penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri
2 Playen.
Penyimpangan perilaku merokok pada remaja telah menjadi isu kesehatan dan sosial yang
serius di berbagai negara termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
bentuk-bentuk penyimpangan perilaku merokok pada remaja di sekolah menengah atas.
Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan mengumpulkan data dari siswa-siswa sekolah
menengah atas melalui Observasi dan Wawancara sebagai alat pengumpulan data. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa beberapa bentuk penyimpangan perilaku merokok pada
remaja antara lain merokok di tempat yang seharusnya tidak diperbolehkan, merokok secara
berlebihan, mempengaruhi teman-temannya untuk mulai merokok, dan tidak peduli dengan
dampak buruk merokok pada kesehatan dan lingkungan sekitar. Penelitian ini menunjukkan
bahwa pendekatan yang komprehensif dan koordinasi antara sekolah, keluarga, dan
masyarakat sangat penting untuk mencegah dan mengurangi penyimpangan perilaku
merokok pada remaja.
bentuk penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 2 Playen. Namun, beberapa
kemungkinan bentuk penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 2 Playen
mungkin antara lain: Merokok di lingkungan sekolah atau di tempat yang seharusnya tidak
diperbolehkan, Merokok dalam jumlah yang berlebihan dan tidak dapat mengontrol
kebiasaan merokok, Mempengaruhi teman-temannya untuk mulai merokok atau lebih sering
merokok, Menyimpan atau membawa rokok di lingkungan sekolah atau tempat umum,
Meninggalkan aktivitas belajar atau kegiatan sekolah untuk merokok, Tidak peduli dengan
dampak buruk merokok pada kesehatan dan lingkungan sekitar.

XI F1D
Bentuk-bentuk penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 2 Playen dapat
bervariasi tergantung pada budaya dan norma-norma yang berlaku di lingkungan sekolah dan
masyarakat setempat.

ABSTRAK

Penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 2 Playen merupakan masalah yang
perlu mendapat perhatian serius dari pihak sekolah dan keluarga. Upaya pencegahan dan
pengurangan penyimpangan perilaku merokok dapat dilakukan dengan mengedukasi siswa
tentang bahaya merokok dan dampak negatifnya pada kesehatan, menegakkan aturan-aturan
yang jelas terkait larangan merokok di lingkungan sekolah, serta mengajak siswa untuk
terlibat dalam kegiatan positif dan sehat seperti olahraga dan kegiatan sosial.
Penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 2 Playen dapat bervariasi
tergantung pada budaya dan norma-norma yang berlaku di lingkungan sekolah dan
masyarakat setempat. Beberapa bentuk penyimpangan perilaku merokok yang mungkin
terjadi pada siswa SMA Negeri 2 Playen antara lain: Merokok di lingkungan sekolah atau di
tempat yang seharusnya tidak diperbolehkan seperti toilet, kelas, atau perpustakaan. Merokok
secara berlebihan dan tidak dapat mengontrol kebiasaan merokok. Mempengaruhi teman-
temannya untuk mulai merokok atau lebih sering merokok. Menyimpan atau membawa rokok
di lingkungan sekolah atau tempat umum. Meninggalkan aktivitas belajar atau kegiatan
sekolah untuk merokok. Tidak peduli dengan dampak buruk merokok pada kesehatan dan
lingkungan sekitar. Menjadi agresif atau tidak sopan saat tidak bisa merokok.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan
Observasi dan Wawancara sebagai alat pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bentuk penyimpangan perilaku merokok yang paling umum dilakukan oleh siswa
adalah merokok di lingkungan sekolah atau di tempat yang seharusnya tidak diperbolehkan,
seperti toilet atau kelas kosong. Selain itu, beberapa siswa juga membawa rokok ke sekolah
dan merokok saat jam pelajaran atau saat istirahat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 2 Playen antara lain tingkat pengetahuan tentang
bahaya merokok, persepsi terhadap norma sosial yang mengatur perilaku merokok, dukungan
keluarga terhadap perilaku sehat, dan pengaruh lingkungan teman sebaya. Penelitian ini
memberikan gambaran tentang bentuk penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA
Negeri 2 Playen serta faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok tersebut. Hal ini
dapat menjadi acuan bagi pihak sekolah dan keluarga dalam melakukan tindakan preventif
dan intervensi yang tepat guna mengurangi tingkat penyimpangan perilaku merokok pada
siswa SMA Negeri 2 Playen.

XI F1D
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada kehidupan remaja saat ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak
asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di
lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang di
sekitarnya. Mereka tidak hanya dapat melakukan sesuatu/perilaku merokok dilingkungan
sekolah. Hal yang sudah biasa terlihat bahwa siswa SMA N 2 Playen merokok diwarung-
warung dekat dengan sekolahnya setelah pulang sekolah dengan masih menggunakan
seragam. Dengan adanya keprihatinan akibat fenomena pelajar remaja sudah mengkonsumsi
merokok, penelitian telah melakukan pengamatan dibeberapa tempat di SMA N 2 Playen,
beberapa tempat yang dijadikan pelajar SMA N 2 Playen ini melakukan kegiatan merokok
seperti dikamar mandi, sudut sekolah, dan kelas. Kami juga mendapatkan kasus dimana siswa
SMA N 2 Playen kepergok merokok dikamar mandi, ada juga kasus siswa berkedapatan
membawa rokok pada Event Razia. Tidak hanya laki-laki, perempuan juga berkedapatan
membawa rokok pada tas meraeka. Degan adanya Event Razia ini siswa menjadi lebih
disiplin.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana bentuk penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA N 2 PLAYEN?
C. Tujuan penelitian
1. Mengetahui penyebab penyimpangan perilaku merokok pada SMA N 2 PLAYEN.
2. Mengetahui dampak penyimpangan perilaku merokok pada SMA N 2 PLAYEN.
3. Mengetahui cara/langkah mengatasi penyimpangan perilaku merokok pada SMA N 2
PLAYEN.

D. Manfaat penelitian
1. Untuk siswa, sebagai refrensi atau acuan tentang prilaku yang boleh atau tidak boleh atau
tidak boleh bagi siswa dilingkungan sekolah.
2. Bagi guru, sebagai rujukan untuk menentukan langkah bagi para siswa yang melakukan
tindakan penyimpangan didalam sekolah.
3. Bagi sekolah, untuk mengambil kebijakan terhadap perilaku penyimpangan yang dilakukan
oleh seorang siswa

XI F1D
BAB II
KAJIAN TEORI & KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Teori

1. Teori Sekolah
Sekolah merupakan tempat di mana para siswa dapat belajar berbagai prihal kehidupan.
Siswa dari sekolah mendapatkan pengajaran, bimbingan, dan pendidikan yang dilakukan oleh
para tenaga pendidik suatu sekolah tentu memiliki tujuan tertentu yang sesuai visi dan
misinya masing-masing selain untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional kemajuan
pendidikan akan menompa kemajuan suatu bangsa. Karena itulah pendidikan menjadi hal
yang sangat penting. Untuk diperhatikan agar bisa menghasilkan output yang bisa berguna
bagi bangsa.
Akhir-akhir ini pendidikan atau suatu lembaga dikatakan berhasil dan sukses dilihat dari
mutu dan prosesnya, ketika mutu suatu lembaga Sudah bagus maka tentu outputnya akan
bagus pula. Demikian juga proses dalam menjadikan siswa itu mampu menguasai apa yang
seharusnya dikuasai maka dapat pula dikatakan bagus dari proses yang bagus maka
kemungkinan akan timbul hasil yang baik pula. Jika kita perhatikan ada 4 tipe sekolah dilihat
dan mutu dan proses pendidikannya, yaitu: bad school; Good School; Effective school; dan
excellence school. Bad School adalah gambaran sekolah yang memiliki Input baik namun
proses pendidikan dan outputnya tidak bermutu. Good School adalah sekolah atau lembaga
pendidikan yang memiliki Input, proses Pendidikan, dan output yang baik. Effective school
adalah sekolah yang mungkin memiliki Input baik atau kurang baik proses pendidikanya
sangat baik dan outputnya baik atau bermutu. Dan Excellence school merupakan sekolah
yang memilike Input, proses dan output pendidikan Sangat baik. Jadi sejak pertama kali
masuk sampai keluaran dari Sekolah tersebut benar-benar sangat baik.
Munculnya beberapa kategori sekolah di atas merupakan Sebuah tuntunan yang timbul akibat
adanya problematika dalam Pendidikan, antara lain masalah sumber daya yang belum cukup
handal, sistem pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada kuwantitas dari pada kualitas,
masalah-masalah yang terkait dengan kurikulum, proses pembelajaran dan sistem evaluasi
yang masih bersifat parsial terhadap tujuan pendidikan nasional, manajemen Pendidikan dan

XI F1D
kinerja mengajar guru dan dosen lebih menitik beratkan pada tuntutan administratif bukan
pada budaya belajar yang bermutu, perubahan berbagai kebijakan dan kurikulum pendidikan
yang belum mampu menjawab kualitas proses dan mutu lulusan, peningkatan anggaran
pendidikan belum mampu menciptakan kultur mengajar guru dan budaya belajar siswa.
Pelaksanaan standar nasional Pendidikan belum didukung oleh sistem kultur dan kinerja
mengajar, serta budaya belajar secara komprehensip, penyempitan makna Pendidikan
menjadi pengajaran, dan pendidikan belum didesain menghasilkan output yang jujur, adil dan
bermartabat.
Itulah beberapa permasalahan pendidikan yang selalu menuntut untuk adanya pengembangan
pengembangan menuju sekolah baik dan lebih baik lagi.

2. Karakteristik Siswa
Namun demikian, umumnya karakteristik siswa SMA di Indonesia mencakup beragam faktor
seperti Usia, siswa SMA berusia antara 15-19 tahun dengan sebagian kecil siswa yang lebih
tua atau lebih muda dari rentang usia tersebut; Jenis kelamin, Siswa SMA terdiri dari laki-laki
dan perempuan dengan proporsi yang berbeda-beda di setiap sekolah; Latar belakang sosial-
ekonomi, siswa SMA berasal dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi mulai dari
keluarga dengan penghasilan rendah hingga keluarga dengan penghasilan tinggi; Minat dan
bakat, Siswa SMA memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda, baik dalam bidang
akademik maupun non-akademik, seperti olahraga, seni, dan lain sebagainya; Tingkat
pendidikan orang tua, siswa SMA juga bervariasi, mulai dari pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi; dan sebagainya. Karakteristik ini dapat berdampak pada berbagai aspek
perilaku dan prestasi akademik siswa di sekolah.
karakteristik siswa SMA memang umumnya mencakup berbagai aspek seperti yang telah
disebutkan sebelumnya. Selain aspek-aspek yang telah disebutkan, karakteristik siswa SMA
juga dapat mencakup hal-hal lain seperti tingkat kecerdasan, gaya belajar, tingkat motivasi,
dan sebagainya. Hal ini juga dapat memengaruhi prestasi akademik dan perilaku siswa di
sekolah. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk mengenali dan memahami karakteristik
siswa agar dapat memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dan membantu siswa
mencapai potensi terbaik mereka.
Karakteristik ini dapat berdampak pada berbagai aspek perilaku dan prestasi akademik siswa
di sekolah. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk memahami karakteristik siswa agar
dapat memberikan pelayanan pendidikan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
siswa.

3. Penyimpangan di Dalam Sekolah


Bentuk penyimpangan perilaku merokok yang paling umum dilakukan oleh siswa adalah
merokok di lingkungan sekolah atau di tempat yang seharusnya tidak diperbolehkan, seperti
toilet atau kelas kosong. Selain itu, beberapa siswa juga membawa rokok ke sekolah dan
merokok saat jam pelajaran atau saat istirahat. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok pada siswa SMA Negeri 2 Playen antara lain tingkat pengetahuan tentang bahaya

XI F1D
merokok, persepsi terhadap norma sosial yang mengatur perilaku merokok, dukungan
keluarga terhadap perilaku sehat, dan pengaruh lingkungan teman sebaya.

BAB III
TEKNIK DAN METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian mengenai topik permasalahan ini dilakukan di SMAN 2 Playen dengan
alamat di Desa Logandeng, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung kidul, Yogyakarta.
Tempat penelitian ini dipilih karena sesuai dengan topik atau masalah yang ingin kami teliti
ungkap kebenarannya.

B. Waktu Penelitian
Tahap November Desember Januari Februari Maret April Mei
Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan Desain Penelitia:
Study v
Pendahulua
n
BAB I v
BAB II V
BAB III V
Pengambilan Data:
Pembuatan v
Instrumen
Observasi v
Wawancara v
Analisis Data:
Transkip
Wawancara
Pengolahan
Data

C. Jenis Penelitian
Penelitian ini, merupakan penelitian kualitatif. Kuantitatif adalah sebuah metode atau
pendekatan penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan
data dengan menggunakan angka dan statistik. Metode kuantitatif cenderung memfokuskan

XI F1D
pada data yang dapat diukur secara objektif, seperti data numerik, statistik, dan angka.
Penelitian kuantitatif umumnya dilakukan melalui survei, eksperimen, atau pengamatan
secara terstruktur dan sistematis. Dalam penelitian kuantitatif, data yang diperoleh diolah dan
dianalisis secara statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis atau mencari hubungan
antara variabel. Metode kuantitatif memungkinkan peneliti untuk mengambil kesimpulan
yang valid dan objektif berdasarkan analisis data yang sistematis. Oleh karena itu, metode
kuantitatif sering digunakan dalam berbagai bidang, seperti sains, teknologi, bisnis, dan
sosial-humaniora.
D. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, Subjek penelitian yang kami ambil bedasarkan tujuan dari penelitian
yang kami sebut sebagai porposiv sampling. Dengan porposiv sampling maka orang-orang
yang kami jadikan subjek penelitian adalah siswa yang melakukan penyimpangan berupa
perbuatan merokok di lingkungan sekolah.

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan teknik Observasi dan Wawancara.

Observasi adalah sebuah metode pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat fenomena atau perilaku yang diamati secara langsung di
lapangan. Dalam observasi, peneliti mencatat semua yang dilihat dan didengar secara
sistematis dan teliti, baik dalam bentuk tulisan, gambar, atau rekaman.Observasi dapat
dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, tergantung pada jenis penelitian yang dilakukan
dan tujuan dari observasi itu sendiri. Observasi merupakan metode yang penting dan berguna
dalam penelitian karena dapat memberikan data yang valid dan akurat mengenai fenomena
atau perilaku yang diamati secara langsung. Namun, observasi juga memiliki kelemahan,
seperti keterbatasan dalam mengamati perilaku yang bersifat rahasia atau sulit diakses, serta
kemungkinan bias peneliti dalam menginterpretasi data yang diperoleh. Oleh karena itu,
penting untuk mengkombinasikan observasi dengan metode pengumpulan data lain dan
melakukan analisis yang teliti untuk memastikan kevalidan data yang diperoleh.
Wawancara adalah metode pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan dengan cara
berbicara langsung dengan individu atau kelompok yang menjadi subjek penelitian.
Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi atau data dari responden
mengenai suatu topik atau masalah tertentu yang sedang diteliti.Dalam wawancara, peneliti
akan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada responden, yang
dapat berupa pertanyaan terbuka atau tertutup. Pertanyaan terbuka memungkinkan responden
untuk memberikan jawaban yang lebih luas dan lebih mendalam, sedangkan pertanyaan
tertutup membatasi pilihan jawaban yang dapat diberikan oleh responden.Wawancara dapat
dilakukan secara langsung (face-to-face), melalui telepon, atau melalui media online seperti
video call atau email. Wawancara memiliki kelebihan dalam memperoleh data yang lebih
rinci, mendalam, dan kualitatif, serta memungkinkan peneliti untuk memperoleh informasi
yang tidak terungkap dalam sumber data lain.Namun, wawancara juga memiliki kelemahan,
seperti kemungkinan adanya bias antara peneliti dan responden, serta adanya respon sosial
yang mungkin muncul dari responden karena situasi atau kondisi yang berbeda. Oleh karena

XI F1D
itu, penting untuk mempersiapkan pertanyaan secara cermat dan memastikan bahwa
responden merasa nyaman dan aman dalam memberikan informasi

F. Validitas Data
Kami menggunakan Triangulasi Data, dimana kami akan mencocokkan data yang diperoleh
melalui berbagai sumber yang berbeda. Selain itu, kami juga akan mencocokkan data yang
diperoleh melalui teknik pengambilan data yang berbeda yaitu data dari Observasi dengan
data dari Wawancara.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif seperti apa
yang dikemukakan Miles dan Huberman. Model analisis ini menggunakan empat tahapan
yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi
Secara skematis proses analisis interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Pengumpulan Data Sajian Data

Reduksi Data Verifikasi/Penarikan


Kesimpulan

Bagan-2. Model Analisis Interaktif Milles dan Hubberman.

Empat tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara yang kemudian direkam ataupun
dicatat untuk kemudian dikumpulkan. Data tersebut berisi tentang hasil tanya jawab dengan
responden yang ditulis secara lengkap dan apa adanya.

2. Reduksi data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dari hasil penelitian.
Proses ini juga dinamakan transformasi data yang mengubah data ”kasar” yang muncul dari
hasil penelitian untuk kemudian dijadikan data ”halus” dan siap pakai. Pada proses ini
peneliti membuat ringkasan maupun pengelompokan setelah sebelumnya dibuat transkrip
dari hasil wawancara.
Reduksi ini dilakukan dengan cara transkrip hasil wawancara tersebut dipilih yang relevan
dengan penelitian. Kemudian data yang diperlukan atau yang relevan diberikan kode dengan

XI F1D
tujuan mempermudah dalam pengelompokan data. Setelah transkrip tersebut diberikan kode,
kemudian dilakukan pengelompokan. Data yang diberi kode selanjutnya dikelompokkan,
sedangkan data yang tidak diberikan kode kemudian dibuang. Selanjutnya data tersebut
disusun secara sistematis sehingga menjadi cerita yang layak untuk disajikan. Proses reduksi
data ini dilakukan terus menerus selama proses penelitian.
3. Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses dengan tujuan membuat data menjadi semakin menarik dan
mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk
teks, uraian singkat, bagan, ataupun jaringan

4. Penarikan kesimpulan/verifikasi
Penarikan kesimpulan ini merupakan proses untuk merangkum data-data yang telah direduksi
ataupun telah disajikan. Tahap ini merupakan interpretasi peneliti, dimana peneliti
menggambarkan makna dari data yang ditampilkan. Jadi data primer yang didapatkan
mengenai warga tersebut kemudian dirangkum. Pada proses ini peneliti akan berhatihati
jangan sampai terjadi salah pemaknaan dalam penyimpulan.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

1. Deskripsi Data
Lokasi penelitian mengenai topik permasalahan “Bentuk Penyimpangan Perilaku Merokok
Pada Siswa SMA N 2 PLAYEN” dilakukan di sekolah yang beralamat di Jl. Jogja –
Wonosari No.Km 34.8, Plembon Kidul. Logandeng Kecamatan Playen, Kabupaten
Gunumgkidul. Lingkungan sekolah adalah sarana yang dalam sebuah proses pembelajaran
agar mampu mendorong untuk mencapai tujuan peserta didik melalui peningkatan pontensi,
melalui pengkondisian yang diatur sedemikian rupa hingga proses belajar anak dapat berjalan
dengan baik. Disini tentu saja sangatlah jelas, bahkan sebuah lingkungan sekolah memiliki
makna yang penting bagi setiap siswa. Sehingga tak khayal melalui lingkungan sekolah
diharapkan dapat membentuk manusia yang dewasa dalam berinteraksi dengan sesama teman
siswa, sehingga tujuannya dapat memberikan suasana yang nyaman, aman, dan kondusif bagi
kelangsungan belajar maupun pada saat istirahat. Lingkungan sekolah merupakan salah satu
media sosialisasi karena sekolah berfungsi sebagai penjamin akhlak anak untuk berkarakter.
Ingin mencoba citarasa (menthol, cappuccino, teh hitam, dll) yang dijanjikan olehiklan rokok
serta harga yang murah dan mudah didapat.Ingin tampil macho, gaul, dianggap dewasaSetia
kawanPersepsi bahwa rokok dapat menghilangkan rasa stressBersosialisasi, saat berada di
komunitas yang sedang merokokMengusir rasa sepi, jenuh, galau.
Berdasarkan pengamatan dari narasumber di katakan bahwa Pengaruh dengan sesama teman
baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah lah yang lebih dominan menyebabkan seorang
pelajar merokok. Mereka yang belum pernah merokok, saat bergaul dengan teman-teman
yang merokok biasanya lebih mudah terpengaruh dan ikut-ikutan merokok. Mereka tidak
percaya diri bila saat berkumpul dengan teman-teman yang merokok, tidak ikut merokok.
Apalagi bila yang yang memegang kendali atau yang dianggap pemimpin dalam suatu

XI F1D
kelompok pertemanan adalah pelajar perokok, kemungkinan besar yang lain juga akan ikut
merokok. Dalam pergaulan pelajar, mereka yang merokok kerap kali diidentikkan dengan
jagoan, karena tidak banyak pelajar yang berani merokok walaupun secara sembunyi-
sembunyi. Pelajar yang merokok merasa dirinya berani melawan aturan dari sekolah, hal ini
secara tidak langsung akan menimbulkan rasa segan atau takut di kalangan teman-temannya
yang tidak merokok. Seringkali pula saat kongkow di suatu tempat di mana banyak kelompok
pelajar berkumpul, yang merokok merasa lebih percaya diri. Mereka yang tidak tahan dengan
bau dan asap rokok apalagi sampai mengibas-ngibaskan tangan dan terbatuk-batuk akan
ditertawakan pelajar yang merokok. Meskipun pada awalnya mereka bertahan untuk tidak
merokok di tengah pergaulan pelajar yang merokok, namun disaat sedang mengalami
masalah mereka akhirnya akan merokok. Biasanya keinginan merokok tersebut datang karena
melihat temannya yang merokok sangat menikmati dan terlihat puas. Akhirnya tergiur ingin
merasakan hal yang sama. Saat baru pertama merasakan rokok jelas tidak akan merasakan
kenikmatan yang sama sehingga membuat penasaran dan terus mencoba merokok hingga
akhirnya kecanduan. Karena memang perasaan menikmati rokok timbul apabila seseorang
telah kecanduan.

Hasil dari wawancara yang kami dapat :


Tindakan sekolah yang perlu di lakukan menyatakan bahwa, dampak dari pelanggaran tata
tertib sekolah, siswa akan mendapatkan sanksi yaitu teguran terhadap siswa, pemanggilan
orang tua siswa oleh guru BK, skorsing dari sekolah, siswa akan dikeluarkan dari sekolah.
Dan dampak yang mereka dapat dari pengamatan kelompok kami, dapat disimpulkan bahwa
biasanya akan mengalami gejala kurang fokus belajar, bisa menyebabkan kemalasan belajar
dan bisa melakukan hal-hal nekat tanpa memikirkan penyesalan diakhir contohnya membolos
sekolah karena tidak bisa menahan nafsu merokok, nekat merokok di kamar mandi, di
lingkungan sekolah yang tersembunyi kamar mandi dan kelas. Upaya sekolah yang dilakukan
untuk mengatasi pelajar yang merokok Persiapan Diri menjalin komunikasi dengan remaja
bukanlah suatu hal yang mudah, terlebih anak muda usia ini cenderumg tertutup mengenai
terutama soal pergaulan, perhatikan pergaulannya selain mencontoh orang tua,lingkungan
pertemanan atau juga bisa memengaruhi kebiasaan pada anak remaja termasuk hubungannya
dengan rokok.Sebagai orang tua,ada baiknya anda mengenali dengan siapa dan di lingkungan
seperti apa anak banyak menghabiskan waktu.Saran yang dapat sekolah berikan siswa di
kasih himbauan agar tidak merokok di lingkungan sekolah karena kebiasaan itu berdampak
negatif bagi dirinya sendiri. Di harapkan pihak sekolah memantau aktivitas siswa dan
memberikan sanksi berat bagi yang melanggar aturan sekolah.
Alasan mereka merokok pengaruh karena faktor pergaulan, faktor pergaulan atau lingkungan
sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang faktor
pergaulan ini meliputi interaksi dan hubungan sosial yang terjadi di sekitar individu, seperti
keluarga, teman sebaya, dan masyarakat. Depresi, depresi adalah kondisi medis yang dapat
mempengaruhi suasana hati, pikiran, dan perilaku seseorang, depresi dapat menyebabkan
perasaan sedih, putus asa, dan kurang bersemangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
selain itu, depresi juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang terkait dengan kesehatan fisik
dan kebiasaan merokok. Kesepian, kesepian atau perasaan kesepian dapat menjadi faktor
yang mempengaruhi kebiasaan merokok seseorang, kesepian dapat menimbulkan perasaan
yang tidak menyenangkan dan dapat memicu perasaan stres, cemas, dan gelisah. Broken

XI F1D
home, broken home atau keluarga yang terpisah dapat mempengaruhi kebiasaan merokok
seseorang, kondisi keluarga yang tidak harmonis dapat menimbulkan perasaan stres, cemas,
dan gelisah pada anak, merokok dapat dijadikan sebagai cara untuk menghilangkan perasaan
tersebut, karena nikotin dalam rokok dapat memberikan efek menenangkan dan merangsang
dopamin dalam otak.

B. Deskripsi Data Siswa SMAN 2 PLAYEN


Dari penelitian ini kami mendapatkan informasi dari 3 (tiga) narasumber aering menjumpai
siswa SMAN 2 PLAYEN berkumpul di warung terdekat sekolah dan masih menggunakan
seragam sekolah, Masa remaja merupakan masa perubahan emosi, fisik, minat dan pola
prilaku.Remaja mulai meninggalkan sikap dan tingkah laku yang kekanak-kanakan, dan
mulai menunjukan kemampuan berperilaku dewasa.Salah satu prilaku tersebut yaitu prilaku
merokok.prilaku merokok ini dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi remaja baik
dari segi kesehatan, ekonomi, sosial dan pesikologis. Mirisnya pelajar saat ini ketika pulang
sekolah tidak langsung pulang tetapi langsung menongkrong di warung- warung terdekat
yang menjual eceran rokok dan mirisnya masih menggunakan seragam sekolah. Penyebab
pelajar merokok disebabkan karena pengaruh lingkungan dan teman sebaya, Mereka yang
belum pernah merokok, saat bergaul dengan teman-teman yang merokok biasanya lebih
mudah terpengaruh dan ikut-ikutan merokok, Mereka tidak percaya diri bila saat berkumpul
dengan teman-teman yang merokok, tidak ikut merokok, Broken home kurang perhatian
orang tua dan melampiaskannya ke rokok. Kalangan remaja sekarang dimulai dari generasi
terdahulu hingga sampai generasi saat ini berbeda generasi berbeda perilaku dengan hal
tersebut disebabkan karena faktor lingkungan dan pergaulan, broken home, jika mereka
belum atau tidak sadar mereka akan terus melakukan hal yang sama jika tidak diingatkan.

XI F1D
BAB V

BENTUK PENYIMPANGAN MEROKOK


Bentuk Penyimpangan Perilaku Merokok Pada Siswa SMAN 2 PLAYEN, bahkan tidak
jarang siswa yang mendapat pengaruh negatif dari luar lingkungan sekolah. Baik dalam
lingungan pertemanan maupun dalam masyarakat. Kurangnya pengawasan orang
tua/keluarga juga menjadi pengaruh dalam kehidupan pergaulan siswanya sendiri. Jika
pengawasan orang tua kurang, siswa juga akan merasa tidak diperhatikan sehingga siswa
mencari perhatian dengan melakukan suatu hal yang mungkin itu hal positif ataupun negatif.
Maka dari itu peran orang tua sangatlah penting dalam kehidupan dan pergaulan siswa.
Anak sekolah pun sudah banyak yang menjadi perokok pasif, banyak siswa yang awalnya
hanya untuk mencoba karena penasaran dan lama-kelamaan mereka menjadi perokok pasif
karena faktor lingkungan dan faktor teman sebaya. Oleh karena itu mereka menjadi
kebiasaan untuk menenangkan pikiran dikala sedang strees. Oleh karena itu untuk
menanggulangi berkurangnya pelajar merokok sebaiknya kita sebagai teman dan mengetahui
permasalahannya harus memberikan saran yang baik dan mengajak untuk bergabung dalam
kegiatan-kegiatan yang positif. Menurut fakta yang nyata kebanyakan pelajar yang menjadi
perokok pasif dikarenakan untuk pelariannya dari masalah yang mereka alami. Dan tidak
seharusnya seorang pelajar melampiaskan permasalahannya dengan hal-hal yang negatif yang
dapat merusak diri sendiri terutama dalam kesehatan, Masih ada banyak hal-hal positif yang
dapat dilakukan untuk melampiaskan permasalahan.
Dalam hasil wawancara peran keluarga dalam Bentuk Penyimpangan Perilaku Merokok Pada
Siswa sangatlah penting dikarenakan peran keluarga sangat berpengaruh terhadap anak.
Sebagai keluarga harus menjadi cerminan bagi anaknya. Sebagai orang tua memberi
pengawasan pergaulan anak-anaknya, memberi himbauan tentang bahayanya perilaku
merokok dikalangan anak SMA.

XI F1D
Bentuk Penyimpangan Perilaku Merokok Pada Siswa SMAN 2 PLAYEN memberikan
dampak buruk kehidupan siswanya sendiri. Hal ini dikarenakan perlakuan menyimpang dari
siswa merokok dapat menggangu pembentukan karakter siswa bergabung dalam lingkungan
sosial masyarakat.Oleh karena itu dibutuhkan dari orang tua, lingkungan sekolahan dan
edukasi tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan hati ke hati orang tua terhadap para
siswa (anaknya) serta kegiatan positif yang diadakan di lingkungan sekolah.

SARAN
1. Perilaku merokok di sekolah merupakan bentuk penyimpangan pelajar, dan perlu
diadakan sebuah kontrol yang dilakukan oleh pihak sekolah melalui rahasia-rahasia
yang ada disetiap kelas.
2. Pendidikan tentang bahaya merokok,sekolah dapat memberikan edukasi yang lebih
baik tentang bahaya merokok kepada siswa, melalui pembelajaran formal di kelas,
seminar, atau program edukasi kesehatan lainnya.
3. Peningkatan pengawasan dan keterlibatan orang tua, Orang tua dapat diminta untuk
lebih terlibat dalam mengawasi anak-anaknya di luar jam sekolah, termasuk
mengontrol pergaulan dan lingkungan anak, serta memberikan edukasi yang konsisten
tentang bahaya merokok.
4. Kebijakan Sekolah seengannya membuat siswa-siswa itu nyaman sehingga tidak
melakukan penyimpangan-penyimpangan.

XI F1D
LAMPIRAN
1. BIODATA

Nama : Muhammad Reva Pratama

Tempat, tanggal lahir : Kajar I, 5 Mei 2006

Jenis Kelamin : Laki-laki

XI F1D
Alamat : Plembon lor, Logandeng, Playen

Cita-cita : Menjadi orang sukses, membahagiakan orang tua

Nama : Agustinus Christian Aurel Verdi Pranowo

XI F1D
Tempat, tanggal lahir : Salatiga, 24 Agustus 2006

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Siyono Wetan, Logandeng, Playen

Cita-cita : Menjadi orang sukses, membahagiakan orang


tua

Nama : Cahyo Nur Hidayat

XI F1D
Tempat, tanggal lahir : Gunung Kidul, 14 Agustus
2005

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Siyono Kidul, Logandeng


Playen

Cita-cita : Tamtama

Nama : Arif Guntur Daffa Dewari

XI F1D
Tempat, tanggal lahir : Nglipar, 8 Februari 2005

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Nglipar, Kedungkeris, Gunungkidul

Cita-cita : Polisi

XI F1D

Anda mungkin juga menyukai