Bentuk Penyimpangan Perilaku Merokok Pada Siswa SMA N 2 Playen
Bentuk Penyimpangan Perilaku Merokok Pada Siswa SMA N 2 Playen
SMA N 2 Playen
Anggota:
1. Muhammad Reva Pratama (22)
2. Agustinus Christian Aurel Verdi Pranowo (02)
3. Cahyo Nur Hidayat (09)
4. Arif Guntur Daffa Dewari (04)
Guru Pembimbing:
XI F1D
LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian ini yang berjudul Bentuk Penyimpangan Perilaku Merokok Pada Siswa
SMA N 2 Playen Ini telah disetujui untuk dipresentasikan pada tanggal
Pembimbing,
AR. MAHDI DARUSSALAM, S.Pd.
NIP. 198802052014021001
LEMBAR ORISINALITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini , siswa SMA Negeri 2 Playen
Menyatakan bahwa penelitian yang berjudul “Bentuk Penyimpangan Perilaku Merokok Pada
Siswa SMA N 2 Playen” merupakan karya ilmiah yang dibuat sendiri dan belum pernah
dipublikasikan dimanapun(orisinil).
XI F1D
3 Cahyo Nur Hidayat .....................................................
ABSTRAK
XI F1D
Bentuk-bentuk penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 2 Playen dapat
bervariasi tergantung pada budaya dan norma-norma yang berlaku di lingkungan sekolah dan
masyarakat setempat.
ABSTRAK
Penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 2 Playen merupakan masalah yang
perlu mendapat perhatian serius dari pihak sekolah dan keluarga. Upaya pencegahan dan
pengurangan penyimpangan perilaku merokok dapat dilakukan dengan mengedukasi siswa
tentang bahaya merokok dan dampak negatifnya pada kesehatan, menegakkan aturan-aturan
yang jelas terkait larangan merokok di lingkungan sekolah, serta mengajak siswa untuk
terlibat dalam kegiatan positif dan sehat seperti olahraga dan kegiatan sosial.
Penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 2 Playen dapat bervariasi
tergantung pada budaya dan norma-norma yang berlaku di lingkungan sekolah dan
masyarakat setempat. Beberapa bentuk penyimpangan perilaku merokok yang mungkin
terjadi pada siswa SMA Negeri 2 Playen antara lain: Merokok di lingkungan sekolah atau di
tempat yang seharusnya tidak diperbolehkan seperti toilet, kelas, atau perpustakaan. Merokok
secara berlebihan dan tidak dapat mengontrol kebiasaan merokok. Mempengaruhi teman-
temannya untuk mulai merokok atau lebih sering merokok. Menyimpan atau membawa rokok
di lingkungan sekolah atau tempat umum. Meninggalkan aktivitas belajar atau kegiatan
sekolah untuk merokok. Tidak peduli dengan dampak buruk merokok pada kesehatan dan
lingkungan sekitar. Menjadi agresif atau tidak sopan saat tidak bisa merokok.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan
Observasi dan Wawancara sebagai alat pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bentuk penyimpangan perilaku merokok yang paling umum dilakukan oleh siswa
adalah merokok di lingkungan sekolah atau di tempat yang seharusnya tidak diperbolehkan,
seperti toilet atau kelas kosong. Selain itu, beberapa siswa juga membawa rokok ke sekolah
dan merokok saat jam pelajaran atau saat istirahat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 2 Playen antara lain tingkat pengetahuan tentang
bahaya merokok, persepsi terhadap norma sosial yang mengatur perilaku merokok, dukungan
keluarga terhadap perilaku sehat, dan pengaruh lingkungan teman sebaya. Penelitian ini
memberikan gambaran tentang bentuk penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA
Negeri 2 Playen serta faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok tersebut. Hal ini
dapat menjadi acuan bagi pihak sekolah dan keluarga dalam melakukan tindakan preventif
dan intervensi yang tepat guna mengurangi tingkat penyimpangan perilaku merokok pada
siswa SMA Negeri 2 Playen.
XI F1D
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Bagaimana bentuk penyimpangan perilaku merokok pada siswa SMA N 2 PLAYEN?
C. Tujuan penelitian
1. Mengetahui penyebab penyimpangan perilaku merokok pada SMA N 2 PLAYEN.
2. Mengetahui dampak penyimpangan perilaku merokok pada SMA N 2 PLAYEN.
3. Mengetahui cara/langkah mengatasi penyimpangan perilaku merokok pada SMA N 2
PLAYEN.
D. Manfaat penelitian
1. Untuk siswa, sebagai refrensi atau acuan tentang prilaku yang boleh atau tidak boleh atau
tidak boleh bagi siswa dilingkungan sekolah.
2. Bagi guru, sebagai rujukan untuk menentukan langkah bagi para siswa yang melakukan
tindakan penyimpangan didalam sekolah.
3. Bagi sekolah, untuk mengambil kebijakan terhadap perilaku penyimpangan yang dilakukan
oleh seorang siswa
XI F1D
BAB II
KAJIAN TEORI & KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teori
1. Teori Sekolah
Sekolah merupakan tempat di mana para siswa dapat belajar berbagai prihal kehidupan.
Siswa dari sekolah mendapatkan pengajaran, bimbingan, dan pendidikan yang dilakukan oleh
para tenaga pendidik suatu sekolah tentu memiliki tujuan tertentu yang sesuai visi dan
misinya masing-masing selain untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional kemajuan
pendidikan akan menompa kemajuan suatu bangsa. Karena itulah pendidikan menjadi hal
yang sangat penting. Untuk diperhatikan agar bisa menghasilkan output yang bisa berguna
bagi bangsa.
Akhir-akhir ini pendidikan atau suatu lembaga dikatakan berhasil dan sukses dilihat dari
mutu dan prosesnya, ketika mutu suatu lembaga Sudah bagus maka tentu outputnya akan
bagus pula. Demikian juga proses dalam menjadikan siswa itu mampu menguasai apa yang
seharusnya dikuasai maka dapat pula dikatakan bagus dari proses yang bagus maka
kemungkinan akan timbul hasil yang baik pula. Jika kita perhatikan ada 4 tipe sekolah dilihat
dan mutu dan proses pendidikannya, yaitu: bad school; Good School; Effective school; dan
excellence school. Bad School adalah gambaran sekolah yang memiliki Input baik namun
proses pendidikan dan outputnya tidak bermutu. Good School adalah sekolah atau lembaga
pendidikan yang memiliki Input, proses Pendidikan, dan output yang baik. Effective school
adalah sekolah yang mungkin memiliki Input baik atau kurang baik proses pendidikanya
sangat baik dan outputnya baik atau bermutu. Dan Excellence school merupakan sekolah
yang memilike Input, proses dan output pendidikan Sangat baik. Jadi sejak pertama kali
masuk sampai keluaran dari Sekolah tersebut benar-benar sangat baik.
Munculnya beberapa kategori sekolah di atas merupakan Sebuah tuntunan yang timbul akibat
adanya problematika dalam Pendidikan, antara lain masalah sumber daya yang belum cukup
handal, sistem pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada kuwantitas dari pada kualitas,
masalah-masalah yang terkait dengan kurikulum, proses pembelajaran dan sistem evaluasi
yang masih bersifat parsial terhadap tujuan pendidikan nasional, manajemen Pendidikan dan
XI F1D
kinerja mengajar guru dan dosen lebih menitik beratkan pada tuntutan administratif bukan
pada budaya belajar yang bermutu, perubahan berbagai kebijakan dan kurikulum pendidikan
yang belum mampu menjawab kualitas proses dan mutu lulusan, peningkatan anggaran
pendidikan belum mampu menciptakan kultur mengajar guru dan budaya belajar siswa.
Pelaksanaan standar nasional Pendidikan belum didukung oleh sistem kultur dan kinerja
mengajar, serta budaya belajar secara komprehensip, penyempitan makna Pendidikan
menjadi pengajaran, dan pendidikan belum didesain menghasilkan output yang jujur, adil dan
bermartabat.
Itulah beberapa permasalahan pendidikan yang selalu menuntut untuk adanya pengembangan
pengembangan menuju sekolah baik dan lebih baik lagi.
2. Karakteristik Siswa
Namun demikian, umumnya karakteristik siswa SMA di Indonesia mencakup beragam faktor
seperti Usia, siswa SMA berusia antara 15-19 tahun dengan sebagian kecil siswa yang lebih
tua atau lebih muda dari rentang usia tersebut; Jenis kelamin, Siswa SMA terdiri dari laki-laki
dan perempuan dengan proporsi yang berbeda-beda di setiap sekolah; Latar belakang sosial-
ekonomi, siswa SMA berasal dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi mulai dari
keluarga dengan penghasilan rendah hingga keluarga dengan penghasilan tinggi; Minat dan
bakat, Siswa SMA memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda, baik dalam bidang
akademik maupun non-akademik, seperti olahraga, seni, dan lain sebagainya; Tingkat
pendidikan orang tua, siswa SMA juga bervariasi, mulai dari pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi; dan sebagainya. Karakteristik ini dapat berdampak pada berbagai aspek
perilaku dan prestasi akademik siswa di sekolah.
karakteristik siswa SMA memang umumnya mencakup berbagai aspek seperti yang telah
disebutkan sebelumnya. Selain aspek-aspek yang telah disebutkan, karakteristik siswa SMA
juga dapat mencakup hal-hal lain seperti tingkat kecerdasan, gaya belajar, tingkat motivasi,
dan sebagainya. Hal ini juga dapat memengaruhi prestasi akademik dan perilaku siswa di
sekolah. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk mengenali dan memahami karakteristik
siswa agar dapat memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dan membantu siswa
mencapai potensi terbaik mereka.
Karakteristik ini dapat berdampak pada berbagai aspek perilaku dan prestasi akademik siswa
di sekolah. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk memahami karakteristik siswa agar
dapat memberikan pelayanan pendidikan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
siswa.
XI F1D
merokok, persepsi terhadap norma sosial yang mengatur perilaku merokok, dukungan
keluarga terhadap perilaku sehat, dan pengaruh lingkungan teman sebaya.
BAB III
TEKNIK DAN METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian mengenai topik permasalahan ini dilakukan di SMAN 2 Playen dengan
alamat di Desa Logandeng, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung kidul, Yogyakarta.
Tempat penelitian ini dipilih karena sesuai dengan topik atau masalah yang ingin kami teliti
ungkap kebenarannya.
B. Waktu Penelitian
Tahap November Desember Januari Februari Maret April Mei
Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan Desain Penelitia:
Study v
Pendahulua
n
BAB I v
BAB II V
BAB III V
Pengambilan Data:
Pembuatan v
Instrumen
Observasi v
Wawancara v
Analisis Data:
Transkip
Wawancara
Pengolahan
Data
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini, merupakan penelitian kualitatif. Kuantitatif adalah sebuah metode atau
pendekatan penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan
data dengan menggunakan angka dan statistik. Metode kuantitatif cenderung memfokuskan
XI F1D
pada data yang dapat diukur secara objektif, seperti data numerik, statistik, dan angka.
Penelitian kuantitatif umumnya dilakukan melalui survei, eksperimen, atau pengamatan
secara terstruktur dan sistematis. Dalam penelitian kuantitatif, data yang diperoleh diolah dan
dianalisis secara statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis atau mencari hubungan
antara variabel. Metode kuantitatif memungkinkan peneliti untuk mengambil kesimpulan
yang valid dan objektif berdasarkan analisis data yang sistematis. Oleh karena itu, metode
kuantitatif sering digunakan dalam berbagai bidang, seperti sains, teknologi, bisnis, dan
sosial-humaniora.
D. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, Subjek penelitian yang kami ambil bedasarkan tujuan dari penelitian
yang kami sebut sebagai porposiv sampling. Dengan porposiv sampling maka orang-orang
yang kami jadikan subjek penelitian adalah siswa yang melakukan penyimpangan berupa
perbuatan merokok di lingkungan sekolah.
Observasi adalah sebuah metode pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat fenomena atau perilaku yang diamati secara langsung di
lapangan. Dalam observasi, peneliti mencatat semua yang dilihat dan didengar secara
sistematis dan teliti, baik dalam bentuk tulisan, gambar, atau rekaman.Observasi dapat
dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, tergantung pada jenis penelitian yang dilakukan
dan tujuan dari observasi itu sendiri. Observasi merupakan metode yang penting dan berguna
dalam penelitian karena dapat memberikan data yang valid dan akurat mengenai fenomena
atau perilaku yang diamati secara langsung. Namun, observasi juga memiliki kelemahan,
seperti keterbatasan dalam mengamati perilaku yang bersifat rahasia atau sulit diakses, serta
kemungkinan bias peneliti dalam menginterpretasi data yang diperoleh. Oleh karena itu,
penting untuk mengkombinasikan observasi dengan metode pengumpulan data lain dan
melakukan analisis yang teliti untuk memastikan kevalidan data yang diperoleh.
Wawancara adalah metode pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan dengan cara
berbicara langsung dengan individu atau kelompok yang menjadi subjek penelitian.
Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi atau data dari responden
mengenai suatu topik atau masalah tertentu yang sedang diteliti.Dalam wawancara, peneliti
akan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada responden, yang
dapat berupa pertanyaan terbuka atau tertutup. Pertanyaan terbuka memungkinkan responden
untuk memberikan jawaban yang lebih luas dan lebih mendalam, sedangkan pertanyaan
tertutup membatasi pilihan jawaban yang dapat diberikan oleh responden.Wawancara dapat
dilakukan secara langsung (face-to-face), melalui telepon, atau melalui media online seperti
video call atau email. Wawancara memiliki kelebihan dalam memperoleh data yang lebih
rinci, mendalam, dan kualitatif, serta memungkinkan peneliti untuk memperoleh informasi
yang tidak terungkap dalam sumber data lain.Namun, wawancara juga memiliki kelemahan,
seperti kemungkinan adanya bias antara peneliti dan responden, serta adanya respon sosial
yang mungkin muncul dari responden karena situasi atau kondisi yang berbeda. Oleh karena
XI F1D
itu, penting untuk mempersiapkan pertanyaan secara cermat dan memastikan bahwa
responden merasa nyaman dan aman dalam memberikan informasi
F. Validitas Data
Kami menggunakan Triangulasi Data, dimana kami akan mencocokkan data yang diperoleh
melalui berbagai sumber yang berbeda. Selain itu, kami juga akan mencocokkan data yang
diperoleh melalui teknik pengambilan data yang berbeda yaitu data dari Observasi dengan
data dari Wawancara.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif seperti apa
yang dikemukakan Miles dan Huberman. Model analisis ini menggunakan empat tahapan
yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi
Secara skematis proses analisis interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut.
2. Reduksi data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dari hasil penelitian.
Proses ini juga dinamakan transformasi data yang mengubah data ”kasar” yang muncul dari
hasil penelitian untuk kemudian dijadikan data ”halus” dan siap pakai. Pada proses ini
peneliti membuat ringkasan maupun pengelompokan setelah sebelumnya dibuat transkrip
dari hasil wawancara.
Reduksi ini dilakukan dengan cara transkrip hasil wawancara tersebut dipilih yang relevan
dengan penelitian. Kemudian data yang diperlukan atau yang relevan diberikan kode dengan
XI F1D
tujuan mempermudah dalam pengelompokan data. Setelah transkrip tersebut diberikan kode,
kemudian dilakukan pengelompokan. Data yang diberi kode selanjutnya dikelompokkan,
sedangkan data yang tidak diberikan kode kemudian dibuang. Selanjutnya data tersebut
disusun secara sistematis sehingga menjadi cerita yang layak untuk disajikan. Proses reduksi
data ini dilakukan terus menerus selama proses penelitian.
3. Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses dengan tujuan membuat data menjadi semakin menarik dan
mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk
teks, uraian singkat, bagan, ataupun jaringan
4. Penarikan kesimpulan/verifikasi
Penarikan kesimpulan ini merupakan proses untuk merangkum data-data yang telah direduksi
ataupun telah disajikan. Tahap ini merupakan interpretasi peneliti, dimana peneliti
menggambarkan makna dari data yang ditampilkan. Jadi data primer yang didapatkan
mengenai warga tersebut kemudian dirangkum. Pada proses ini peneliti akan berhatihati
jangan sampai terjadi salah pemaknaan dalam penyimpulan.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Deskripsi Data
Lokasi penelitian mengenai topik permasalahan “Bentuk Penyimpangan Perilaku Merokok
Pada Siswa SMA N 2 PLAYEN” dilakukan di sekolah yang beralamat di Jl. Jogja –
Wonosari No.Km 34.8, Plembon Kidul. Logandeng Kecamatan Playen, Kabupaten
Gunumgkidul. Lingkungan sekolah adalah sarana yang dalam sebuah proses pembelajaran
agar mampu mendorong untuk mencapai tujuan peserta didik melalui peningkatan pontensi,
melalui pengkondisian yang diatur sedemikian rupa hingga proses belajar anak dapat berjalan
dengan baik. Disini tentu saja sangatlah jelas, bahkan sebuah lingkungan sekolah memiliki
makna yang penting bagi setiap siswa. Sehingga tak khayal melalui lingkungan sekolah
diharapkan dapat membentuk manusia yang dewasa dalam berinteraksi dengan sesama teman
siswa, sehingga tujuannya dapat memberikan suasana yang nyaman, aman, dan kondusif bagi
kelangsungan belajar maupun pada saat istirahat. Lingkungan sekolah merupakan salah satu
media sosialisasi karena sekolah berfungsi sebagai penjamin akhlak anak untuk berkarakter.
Ingin mencoba citarasa (menthol, cappuccino, teh hitam, dll) yang dijanjikan olehiklan rokok
serta harga yang murah dan mudah didapat.Ingin tampil macho, gaul, dianggap dewasaSetia
kawanPersepsi bahwa rokok dapat menghilangkan rasa stressBersosialisasi, saat berada di
komunitas yang sedang merokokMengusir rasa sepi, jenuh, galau.
Berdasarkan pengamatan dari narasumber di katakan bahwa Pengaruh dengan sesama teman
baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah lah yang lebih dominan menyebabkan seorang
pelajar merokok. Mereka yang belum pernah merokok, saat bergaul dengan teman-teman
yang merokok biasanya lebih mudah terpengaruh dan ikut-ikutan merokok. Mereka tidak
percaya diri bila saat berkumpul dengan teman-teman yang merokok, tidak ikut merokok.
Apalagi bila yang yang memegang kendali atau yang dianggap pemimpin dalam suatu
XI F1D
kelompok pertemanan adalah pelajar perokok, kemungkinan besar yang lain juga akan ikut
merokok. Dalam pergaulan pelajar, mereka yang merokok kerap kali diidentikkan dengan
jagoan, karena tidak banyak pelajar yang berani merokok walaupun secara sembunyi-
sembunyi. Pelajar yang merokok merasa dirinya berani melawan aturan dari sekolah, hal ini
secara tidak langsung akan menimbulkan rasa segan atau takut di kalangan teman-temannya
yang tidak merokok. Seringkali pula saat kongkow di suatu tempat di mana banyak kelompok
pelajar berkumpul, yang merokok merasa lebih percaya diri. Mereka yang tidak tahan dengan
bau dan asap rokok apalagi sampai mengibas-ngibaskan tangan dan terbatuk-batuk akan
ditertawakan pelajar yang merokok. Meskipun pada awalnya mereka bertahan untuk tidak
merokok di tengah pergaulan pelajar yang merokok, namun disaat sedang mengalami
masalah mereka akhirnya akan merokok. Biasanya keinginan merokok tersebut datang karena
melihat temannya yang merokok sangat menikmati dan terlihat puas. Akhirnya tergiur ingin
merasakan hal yang sama. Saat baru pertama merasakan rokok jelas tidak akan merasakan
kenikmatan yang sama sehingga membuat penasaran dan terus mencoba merokok hingga
akhirnya kecanduan. Karena memang perasaan menikmati rokok timbul apabila seseorang
telah kecanduan.
XI F1D
home, broken home atau keluarga yang terpisah dapat mempengaruhi kebiasaan merokok
seseorang, kondisi keluarga yang tidak harmonis dapat menimbulkan perasaan stres, cemas,
dan gelisah pada anak, merokok dapat dijadikan sebagai cara untuk menghilangkan perasaan
tersebut, karena nikotin dalam rokok dapat memberikan efek menenangkan dan merangsang
dopamin dalam otak.
XI F1D
BAB V
XI F1D
Bentuk Penyimpangan Perilaku Merokok Pada Siswa SMAN 2 PLAYEN memberikan
dampak buruk kehidupan siswanya sendiri. Hal ini dikarenakan perlakuan menyimpang dari
siswa merokok dapat menggangu pembentukan karakter siswa bergabung dalam lingkungan
sosial masyarakat.Oleh karena itu dibutuhkan dari orang tua, lingkungan sekolahan dan
edukasi tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan hati ke hati orang tua terhadap para
siswa (anaknya) serta kegiatan positif yang diadakan di lingkungan sekolah.
SARAN
1. Perilaku merokok di sekolah merupakan bentuk penyimpangan pelajar, dan perlu
diadakan sebuah kontrol yang dilakukan oleh pihak sekolah melalui rahasia-rahasia
yang ada disetiap kelas.
2. Pendidikan tentang bahaya merokok,sekolah dapat memberikan edukasi yang lebih
baik tentang bahaya merokok kepada siswa, melalui pembelajaran formal di kelas,
seminar, atau program edukasi kesehatan lainnya.
3. Peningkatan pengawasan dan keterlibatan orang tua, Orang tua dapat diminta untuk
lebih terlibat dalam mengawasi anak-anaknya di luar jam sekolah, termasuk
mengontrol pergaulan dan lingkungan anak, serta memberikan edukasi yang konsisten
tentang bahaya merokok.
4. Kebijakan Sekolah seengannya membuat siswa-siswa itu nyaman sehingga tidak
melakukan penyimpangan-penyimpangan.
XI F1D
LAMPIRAN
1. BIODATA
XI F1D
Alamat : Plembon lor, Logandeng, Playen
XI F1D
Tempat, tanggal lahir : Salatiga, 24 Agustus 2006
XI F1D
Tempat, tanggal lahir : Gunung Kidul, 14 Agustus
2005
Cita-cita : Tamtama
XI F1D
Tempat, tanggal lahir : Nglipar, 8 Februari 2005
Cita-cita : Polisi
XI F1D