Anda di halaman 1dari 13

Response Substitutions untuk Mencegah Kebiasaan Merokok

pada Remaja di SMP Negeri 2 Rajagaluh

Dr. Indra Adi Budiman, M.Pd


Universitas Majalengka
indra_adibudiman7@yahoo.co.id

Abstrak
Kebiasaan merokok di kalangan remaja setingkat SMP sudah sangat mengkhawatirkan
dan memerlukan pencegahan dini. Pencegahan itu dilakukan salah satunya dengan
menerapkan self management pada peserta didik oleh guru Penjaskes di sekolah. Stimulus
Substitution adalah salah satu bagian dari sel management yang coba disarankan oleh guru
Penjaskes kepada peserta didik di SMP Negeri 2 Rajagaluh sebagai upaya pengalihan perhatian
para peserta didik dari kebiasaan merokok. Sesuai dengan minatnya masing-masing peserta
didik memilih beberapa kegiatan yang ditawarkan untuk menghindari kebiasaan merokok,
yaitu (1) melakukan kegiatan keagamaan, (2) belajar dan membaca, (3) bekerja, (4) makan atau
ngemil, (5) main game, (6) berolahraga, dan (7) mengembangkan bakat seni. Jawaban atas
lembar observasi dan wawancara, peserta didik memiliki kecenderungn positif untuk menekan
kebiasaan merokok melalui strategi response substitution sesuai pilihan masing-masing.

Abstract
The habit of smoking among adolescents at junior high school level is very worrying and requires early
prevention. One of the ways to prevent this is by applying self-management to students by Physical
Education teachers at schools. Stimulus Substitution is one part of cell management that the Physical
Education teacher tries to suggest to students at SMP Negeri 2 Rajagaluh as an effort to divert students'
attention from smoking habits. In accordance with their interests, each student chooses several activities
offered to avoid smoking, namely (1) carrying out religious activities, (2) studying and reading, (3)
working, (4) eating or snacking, (5) playing games , (6) exercise, and (develop artistic talent. Answers to
observation sheets and interviews, students have a positive tendency to suppress smoking habits through
response substitution strategies according to their respective choices.

Keywords: kebiasaan merokok, remaja, guru Penjaskes

A. PENDAHULUAN

PERILAKU merokok pada remaja saat ini sudah menjadi pemandangan biasa.

Sebagian orang memaklumi, namun sebenarnya lebih banyak tidak setuju akan

kebiasaan itu. Orang yang memberikan permakluman lebih karena ketidakberdayaan

untuk melarang, sementara mereka yang tidak setuju didasari oleh beberapa alasan.

Larangan klasik yang dikemukakan oleh masyarakat awam adalah karena anak-anak
belum memiliki penghasilan, maka otomatis tidak atau belum mampu membeli rokok.

Sedangkan alasan ilmiahnya antara lain bahwa kegiatan merokok memiliki efek buruk

bagi kesehatan, karena rokok memiliki beberapa komponen yang bersifat toxic bagi

tubuh, yaitu karbonmonoksida, tar dan nikotin.1

Karbonmonoksida adalah salah satu kandungan rokok berupa gas beracun yang

tidak memiliki rasa dan bau. Jika menghirup gas karbon monoksida terlalu banyak,

sel-sel darah merah akan lebih banyak berikatan dengan karbon monoksida

dibandingkan oksigen. Akibatnya, fungsi otot dan jantung akan menurun. Hal ini akan

menyebabkan kelelahan, lemas, dan pusing. Dalam skala besar, orang yang menghirup

gas ini bisa mengalami koma atau bahkan meninggal.2

Tar adalah partikel kimia yang dihasilkan dari rokok yang dibakar. Zat ini

membentuk residu coklat atau kuning yang lengket. Semakin lama rokok dibakar,

kadarnya akan semakin meningkat. Isapan terakhir pada sebatang rokok dapat

mengandung tar dua kali lipat dari isapan pertama. Tar bisa menyebabkan: 1) penyakit

paru-paru, 2) perkembangan kanker, 3) memicu perubahan otak, meningkatkan

masalah kesehatan kronis. 3

Kandungan berbahaya ketiga pada rokok adalah nikotin. Nikotin dapat

menimbulkan efek senang yang bersifat sementara di otak. Efek nikotin ini bisa

membuat seseorang merasa nyaman, tetapi justru berisiko menjadi ketergantungan.

Para pecandu nikotin biasanya akan merasa cemas dan mudah marah ketika tidak

mendapat asupan nikotin, misalnya ketika mereka berhenti merokok.4

Bahaya rokok seperti dikemukakan di atas, kerapkali disampaikan oleh guru di

sekolah atau pihak-pihak terkait dengan harapan timbul efek takut pada remaja.

Namun, alih-alih menghindar, mereka malah penasaran dan ingin mencobanya. Rasa

1
Uswah, ‘Dosen UM Surabaya: Ini Bahaya Merokok Bagi Anak Usia Sekolah’, Web, 2022
<https://www.um-surabaya.ac.id/homepage/news_article?slug=dosen-um-surabaya-ini-bahaya-merokok-
bagi-anak-usia-sekolah> [accessed 15 June 2023].
2
dr. Soeradji Tirtonegoro, ‘Kandungan Rokok Yang Berbahaya Bagi Kesehatan’, Web, 2022
<https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/406/kandungan-rokok-yang-berbahaya-bagi-kesehatan>
[accessed 14 June 2023].
3
dr. Fadhil Rizal Makarim, ‘Ini Kandungan Tar Dalam Rokok Yang Perlu Diketahui’, Web, 2022
<https://www.halodoc.com/artikel/ini-kandungan-tar-dalam-rokok-yang-perlu-diketahui> [accessed 14
June 2023].
4
Dr. Pittara, ‘Kecanduan Nikotin’, Web, 2022 <https://www.alodokter.com/kecanduan-nikotin>
[accessed 15 June 2023].
penasaran itu bisa jadi timbul karena di lingkungan sekitar mereka menyaksikan

orang-orang dewasa, bahkan orang tua mereka, melakukan aktivitas merokok yang

terus-menerus. Mereka menyaksikan, betapa merokok benar-benar dinikmati oleh

masyarakat (pecandu), dan ini menjadi penyebab bagaimana remaja penasaran

pemandangan yang ada di depan mata mereka.

Novrisza (2022)5 menyebutkan bahwa dalam sebuah penelitian tahun 2021 yang

dilakukan oleh Puspitasari dkk. (2021)6 menemukan bahwa:

“Perilaku merokok pada remaja sebagian besar dimulai pada usia 15 tahun.
Sumber pengaruh terbesar untuk merokok berasal dari teman dengan alasan
iseng atau hanya mencoba. Sebagian besar responden mengetahui bahwa
perilaku merokok membahayakan kesehatan, seperti terjadi kanker paru dan
penyakit jantung. Pengetahuan tersebut sebagian besar diperoleh dari bungkus
rokok. Alasan remaja untuk mempertahankan sikap merokok adalah adanya
perasaan tenang dan melepaskan stres ketika merokok. Rendahnya kesadaran
perokok untuk menghentikan perilaku merokok merupakah indikator perlu
dilakukan usaha untuk menurunkan prevalensi perokok remaja dengan
mengadakan kegiatan promosi kesehatan.”

Pertemanan intim disinyalir menjadi penyebab kuat terpengaruhnya seorang

remaja untuk merokok. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Wulandari (2017) 7

bahwa pengaruh ini akan semakin kuat dalam hubungan pertemanan yang intim,

yaitu sahabat. Pada situasi intim seperti ini, mau tidak mau kebiasaan teman menjadi

akrab dalam keseharian dalam kebersamaan, yang akhirnya kebiasaan teman itu

dicoba dan akhirnya jadilah pecandu baru, membersamai teman merokok bareng. Ada

kecenderungan takut tidak dianggap gaul jika tidak ikut merokok. Hal ini

sebagaimana dikemukakan oleh Mahyar Suara dkk. bahwa kalau tidak merokok

maka mereka dianggap tidak gaul. Sehingga banyak anak usia sekolah

dengan santainya mereka merokok di luar sekolah dengan masih memakai

5
Novrisza Afifah, ‘Studi Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada
Remaja’ (Medan: Universitas Medan Area, 2022)
<https://repositori.uma.ac.id/bitstream/123456789/17531/1/148600301 - Novrisza Afifah - Fulltext.pdf>.
6
(Puspitasari, 2021)
7
Wulandari, Sayono, and Meikawati, ‘Pengaruh Dosis Paparan Asap Rokok Terhadap Jumlah Eritrosit
Dan Kadar Hemoglobin (Studi Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar)’, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 2017.
seragam sekolah. Mereka tidak memperdulikan akibat dari rokok walaupun

sudah banyak iklan-iklan yang menyampaikan bahwa merokok itu dilarang.8

Dari hasil observasi di SMP Negeri 2 Rajagaluh Kecamatan Rajagaluh Kabupaten

Majalengka, diketahui bahwa dari 220 peserta didik, 30% pernah merokok, 10% masih

merokok dengan cara sembunyi-sembunyi, dan 5% merokok secara terang-terangan.

Dari jumlah prosentase yang ada, bagi remaja usia SMP ini sudah termasuk ke dalam

kategori mengkhawatirkan. Guru-guru di sekolah tersebut mengelompokkan anak-

anak yang suka merokok ke dalam kelompok ‘peserta didik bermasalah’.

Menghadapi fenomena negatif di atas, Guru Penjaskes bersama dengan Pembina

OSIS melakukan upaya pencegahan untuk menekan penambahan jumlah perokok

pada peserta didik di SMP Negeri 2 Rajagaluh. Salah satu upaya yang dilakukan

adalah dengan menerapkan self management technique. Menurut Nurzaakiyah dan

Budiman (2005)9:

“Self-management dalam terminologi pendidikan, psikologi, dan bisnis


adalah metode, keterampilan dan strategi yang dapat dilakukan oleh individu
dalam mengarahkan secara efektif pencapaian tujuan aktivitas yang mereka
lakukan, termasuk di dalamnya goal setting, planning, scheduling, task tracking, self-
evaluation, self-intervention, self-development. Selain itu self-management juga
dikenal sebagai proses eksekusi (pengambilan keputusan).”

Tekenik self-management dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

pementauan diri sendiri (self monitoring), kontrol stimulus (stimulus control), mengganti

respons (response substitution),dan melakukan kontrak perjanjian (contingency

contracting). Pemantauan diri adalah kemampuan individu untuk mengamati dan

mengevaluasi sudah sejauh mana dirinya memiliki perilaku kebiasaan merokok.

Kontrol stimulus adalah bagaimana upaya individu untuk mengatur dan mengontrol

rangsangan yang muncul dari dalam diri ataupun dari luar dirinya. Mengganti

respons adalah kemampuan individu mengganti respons ketika menghadapi suatu

rangsangan yang mengarahkan dirinya untuk merokok. Melakukan kontrak perjanjian

8
Mahyar Suara, Asep Rusman, and Kusnanto, ‘Penyuluhan Bahaya Rokok Untuk Meningkatkan
Kesadaran Remaja Mengenai Dampak Buruk Rokok Bagi Kesehatan Di Kelurahan Jatibening’, Jurnal
Antara Abdimas Keperawatan, 3.1 (2020), 26–30 <https://doi.org/10.37063/abdimaskep.v3i1.571>.
9
Siti Nurzaakiyah and Nandang Budiman, ‘Teknik Self-Management Dalam Mereduksi Body
Dysmorphic Disorder’, Jurnal Konseling, 2005, pp. 13–27.
dengan orang lain, yaitu suatu kesepakatan yang dibuat antara dirinya dengan orang

lain dengan tujuan untuk menghentikan kebiasaan merokok. Orang lain bisa teman

sendiri, orang tua atau tenaga professional.10

Dari keempat cara yang terdapat pada teknik self managemnet itu, Guru Penjaskes

SMP Negeri 2 Rajagaluh memilih response substitutions sebagai alternatif pencegahan

merokok pada peserta didik. Beberapa pilihan kegiatan kemudian ditawarkan kepada

peserta didik sebagai bentuk pengalihan respon dari keinginan untuk merokok.

Beberapa pilihan itu antara lain: kegiatan keagamaan, belajar dan membaca, bekerja,

makan atau ngemil, main game, kegiatan olahraga, dan mengembangkan bakat seni.

Penelitian tentang upaya pencegahan merokok pada remaja ini secara empirik

merujuk kepada beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti,

dengan kolaborasi pada temuan baru di lapangan.

B. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan tujuan

mengungkap suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan

fakta-fakta yang ada.11 Dengan kata lain, metode penelitian deskriptif digunakan

untuk menggambarkan masalah yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang

berlangsung.12 Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif

untuk mendeskripsikan informasi lengkap tentang “Strategi Guru Penjasorkes dalam

Pencegahan Kebiasaan Merokok pada Remaja di SMP Negeri 2 Rajagaluh”. Teknik

pengumpulan data untuk penelitian adalah dengan menggunakan observasi dan

wawancara. Sementara metode analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data

secara deskriptif, dan penarikan kesimpulan.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

10
Agus Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda (Jakarta: Grasindo, 2008).
11
Zurriati Anwar, ‘Metode Bimbingan Remaja Dalam Pencegahan Perilaku Merokok’ (Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, 2018).
12
Sinta Margareta, “Hubungan Pelaksanaan Sistem Kearsipan Dengan Efektivitas Pengambilan
Keputusan Pimpinan : Study Deskriptif Analisis Kuantitatif Di Sub Bagian Kepegawaian Dan Umum
Lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat,” Repository UPI, 2013, 40–50.
Strategi pencegahan kebiasaan merokok kepada peserta didik di SMP Negeri 2

Rajagaluh dilakukan dengan mengacu kepada strategi manajemen diri sendiri (Self

Management Technique). Strategi itu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

pemantauan diri sendiri (self monitoring), kontrol stimulus (stimulus control), mengganti

respons (respons substitution),dan melakukan kontrak perjanjian (contingency

contracting). Keempat poin ini kemudian dibubuhkan ke dalam poin-poin pertanyaan

pada lembar observasi (quesioner) sebagai berikut dan wawancara.

Untuk kepentingan penelitian ini, response substitution atau mengganti rangsangan

dipilih dan dikembangkan menjadi 5 (lima) poin pilihan peserta didik ketika mereka

mendapat rangsangan merokok yang datang baik dari diri sendiri (keinginan) maupun

dari luar. Kelima poin itu adalah: (1) Belajar dan membaca; (2) Bekerja; (3) Makan dan

ngemil; (4) Main game; dan (5) Berolah raga. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil

yang didapat.

Data
NO Poin Observasi
JM
. (Stimulus Substitutions) L P %
L
1 Kegiatan keagamaan 20 15 35 16
2 Belajar atau membaca 10 30 40 18
3 Bekerja 13 14 27 12
4 Makan atau ngemil 21 10 31 14
5 Main game 16 10 26 12
6 Berolah raga 15 20 35 16
7 Mengembangkan bakat seni 5 11 16 7
10 12 10
JUMLAH 0 0 220 0

Pada tabel terungkap informasi bahwa pengalihan atau penggantian rangsangan

yang dilakukan peserta didik dari rangsangan merokok pada poin (1) yaitu

melaksanakan kegiatan keagamaan, baik di sekolah maupun di tempat pengajian, di

mushola atau privat keagamaan di rumah, berjumlah 35 orang atau 16%. Peserta didik

yang melaksanakan (2) belajar atau membaca, adalah sebanyak 40 orang atau 18%.

Peserta didik yang melakukan pengalihan rangsangan kepada kegiatan (3) Bekerja,

seperti kerja kelompok, mengerjakan PR, dsb. adalah sebanyak 12%. Pada poin (4)

Makan atau ngemil dilakukan oleh sebanyak 31 orang peserta didik, atau 14%. Poin (5)
Main game, baik permainan offline maupun game online dilakukan oleh peserta didik

sebanyak 26 orang atau 12%. Poin (6) berolah raga, dilakukan oleh peserta didik

sebanyak 35 orang atau 16%. Dan peserta didik yang melakukan poin (7)

mengambangkan bakat seni, adalah sebanyak 16 orang atau 7%.

Sementara itu, hasil wawancara yang terhimpun menurut poin-poin fokus

pengamatan terungkap sebagai berikut. Peserta didik yang memberikan alasan

memilih poin (1) melakukan kegiatan agama, adalah bahwa kegiatan agama itu

penting untuk membekali diri mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagian

besar dari peserta didik yang memiliki poin (1) ini adalah anak-anak yang mondok di

pesantren dan berasal dari luar daerah Rajagaluh. Mereka berasal rata-rata dari

Indramayu yang belajar dan menjadi santri di pondok pesantren yang lokasinya tidak

jauh dari SMP Negeri 2 Rajagaluh.

Poin (1) melaksanakan kegiatan keagamaan dalam pencegahan kebiasaan

merokok didasari oleh pemikiran bahwa hidup harus sehat. Sebagai seorang muslim,

kita memiliki tanggung jawab dan kewajiban, baik di waktu siang maupun malam,

seperti beribadah atau hal-hal yang menyangkut kemaslahatan dalam berkeluarga,

masyarakat, dan bahkan bernegara. Namun, semua tanggung jawab itu tidak akan

terlaksana dengan baik, kecuali bagi yang berbadan sehat. Islam mengingatkan kepada

kita agar tidak lalai dalam memanfaatkan waktu sehat. Islam juga sangat

memperhatikan umatnya supaya menjaga kesehatan sebelum sampai pada masanya

(meninggal) atau tertimpa penyakit.13

Salah satu cara menjaga kesehatan yang disarankan Islam adalah menghindari

merokok. Program pencegahan merokok yang dilakukan secara regular bisa

menyadarkan dan mengingatkan kembali tentang pentingnya waspada terhadap

rokok dan asap rokok. Oleh karena itu dirasa penting untuk bekerjasama dengan

program lintas sektor secara komprehensif agar kegiatan prevensi bisa menjadi suatu

strategi yang tepat untuk menghindarkan remaja dari perilaku merokok.14 Sehubungan

An-Nabhani AbuKhatib, Jagalah Sehatmu Sebelum Sakitmu, 1st edn (Yogyakarta: Safirah, 2015).
13

Laili Rahayuwati, ‘Program RIAS (Remaja Siaga Asap Rokok) Mencegah Dan Mengatasi Adiksi
14

Rokok Pada Remaja’, Jurnal Nasional, 1 (2018), 10.


dengan ini, pengalihan perhatian dari kegiatan merokok kepa kegiatan keagamaan

merupakan pilihan terbaik.

Peserta didik yang memilih poin (2) belajar dan membaca, memberikan alasan,

bahwa belajar (menghafal, membaca kembali pelajaran, belajar kelompok) dan

membaca (di perpustakaan, di rumah), adalah kegiatan positif dan mengasyikkan.

Mereka menyebutkan bahwa dengan kegiatan belajar dan membaca mereka bisa

melupakan kegiatan lain, terutama kegiatan merokok.

Upaya pengalihan rangsangan merokok pada siswa sebagaimana poin (2) ini

merupakan pengalihan tepat atas rangsangan merokok sebab kebiasaan merokok

hakikatnya akan mengganggu konsentrasi belajar. Bagi siswa yang sudah terbiasa

merokok dan mengalami adikasi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan) akan

akan mendapatkan kesulitan untuk berkosentrasi terhadap aktivitas yang sedang

dijalaninya tanpa menghisap rokok, karena sindrom putus tembakau merupakan

gejala yang tidak mengenakkan baik psikis maupun fisik, untuk mengatasinya yang

bersangkutan akan menghisap kembali rokok dengan jumlah yang semakin banyak

dan semakin sering.15

Poin (3) bekerja, dipilih para peserta didik dengan alasan bahwa kegiatan bekerja

lebih bermanfaat dibanding kegiatan merokok yang jelas merugikan baik untuk

kesehatan maupun keuangan. Kondisi orang tua, dengan penghasilan paspasan

menjadi alasan untuk tidak merokok dahulu jika belum mampu membeli sendiri.

Maka kegiatan bekerja (membantu pekerjaan ibu di rumah, membantu pekerjaan di

sawah, membantu berdagang) merupakan latihan agar mereka kelak mampu mandiri

dan mampu menghasilkan uang sendiri, namun bukan untuk merokok.

Menurut Mirza (2021) bekerja adalah sebuah proses pembelajaran. Pekerjaan di

bidang apa pun itu diniatkan sebagai sebuah proses belajar. Bekerja bukan merupakan

beban, akan tetapi bekerja dapat menuntun agar menjadi lebih berkembang.16

15
Apriani Ria, Imran, and Supriadi, ‘Analisis Aktivitas Belajar Siswa Perokok Kelas XI IIS SMA Berkat
Bagi Bangsa’, Jurnal Untan, 2016, 1–11.
16
Mirza Mutaqien, ‘Bekerja Adalah Sebuah Proses Pembelajaran’, 2021
<https://alumni.unair.ac.id/site/article/read/1097/bekerja-adalah-sebuah-proses-pembelajaran.html>
[accessed 23 June 2023].
Makan dan ngemil pada poin (4) merupakan pilihan yang pas bagi beberapa

peserta didik dengan alasan bahwa makan dan ngemil sudah cukup memenuhi

kebutuhan hidup. Makan, termasuk antaranya makanan kudapan di kantin sekolah,

makan bakso, makan seblak, dan sebagainya bisa menjadi pemenuh kebutuhan yang

tidak perlu ditambah dengan kegiatan lain yang tidak bermanfaat. Sementara itu,

ngemil, terutama dilakukan oleh peserta didik perempuan, adalah kegiatan asyik yang

bisa dilakukan sambil ngobrol. Dalam hubungan ini, banyak makanan yang bisa

dikonsumsi untuk mencegah kebiasaan merokok, beberapa di antaranya adalah (1)

Sayur-sayuran, yakni sayuran yang rendah kalori, seperti wortel, seledri, brokoli, dan

tomat, (2) Buah-buahan, seperti jeruk, pir, apel, dan pisang, yang kaya akan

serat, antioksidan, dan vitamin. Buah-buahan tersebut dapat membantu

membersihkan radikal bebas yang menumpuk dalam tubuh akibat kebiasaan

merokok. (3) Kacang yang kaya akan serat, seperti kacang polong, kacang merah atau

kacang kedelai, dapat membuat seseorang tetap kenyang. Mengonsumsi kacang

sebagai camilan akan membantu mengalihkan perhatianmu dari keinginan untuk

merokok, tanpa membuat berat badanmu bertambah. (4) Popcorn, merupakan makanan

ringan yang biasa dikonsumsi saat menonton atau ngobrol bisa membantu

menghindari kebiasaan merokok. Selain membuat sibuk mengunyah sehingga

melupakan keinginan untuk merokok, makan popcorn juga akan membuat cepat

kenyang. Dan makanan berikutnya adalah (5) Permen karet, makanan ini bisa

membantu mengurangi keinginan merokok.17

Main game (poin 5), merupakan kegiatan mengasyikkan bagi para remaja usia

SMP. Mereka bisa bermain game online dan game offline. Game online dilakukan

dengan menggunakan media handphone dengan bantuan sinyal internet dan media

lainnya seperti komputer, dll. Sementara itu game offline yang masih biasa mereka

lakukan adalah permainan tradisional yang tersisa di masyarakat, seperti main karet,

kucing-kucingan, atau tebak-tebakan. Kegiatan ini bagi mereka cukup ampuh untuk

menangkal keinginan merokok.

17
Dr. Vittara, ‘5 Jenis Makanan Ini Bisa Membantu Kamu Berhenti Merokok’, 2022
<https://www.alodokter.com/5-jenis-makanan-ini-bisa-membantu-kamu-berhenti-merokok> [accessed 23
June 2023].
Main game (video game) termasuk ke dalam salah satu kegiatan yang dapat

mengurangi kebiasaan merokok. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Reskiaddin

(2021) bahwa perokok akan merasa sepi dan jenuh ketika tidak merokok karena rokok

telah dianggap sebagai teman untuk menghilangkan rasa bosan dan jenuh. Oleh

karena itu, untuk memanfaatkan waktu tersebut, perlu melakukan hal-hal yang dapat

menyibukan diri melalui aktifitas yang hubungannya dengan hobi dan aktifitas positif

lainnya seperti main musik, main video game, ikut organisasi, chatting, tidur,

membaca buku, mendengarkan musik, bersepeda.18

Poin enam adalah berolahraga. Kegiatan ini bisa dilakukan di sekolah (baik saat

pembelajaran/jam pembelajaran atau pada ekstrakurikuler) dan di luar sekolah,

misalnya masuk klub sepakbola, volleyball, futsal, dan badminton. Kegiatan olahraga

menurut mereka cukup efektif untuk menangkal keinginan merokok. Kesadaran

mereka tentang bahaya merokok bagi kesehatan menjadi alasan kuat agar mereka

tetap bugar pada saat berolahraga.

Pilihan olahraga sebagai upaya pengalihan perhatian dari merokok ini sesuai

dengan pendapat Utami (2018) dalam Indhi dkk. (2019) 19 bahwa olahraga dapat

membuat individu menjadi teralihkan terhadap keinginan merokok dengan adanya

peningkatan produksi hormone endorphin yang mampu memperbaiki suasana hati

menjadi lebih baik, selain itu dapat mengurangi kadar nikotin dalam tubuh dan dapat

mengubah salah satu hormon untuk mengimbangi kadar nikotin dalam tubuh selama

berolahraga.

Bagi sebagian peserta didik, mengembangkan bakat seni pada poin (7) merupakan

pilihan terbaik untuk mencegah kebiasaan merokok. Kegiatan seni yang dilakukan ada

yang di sekolah (melalui eskul seni tari), dan ada pula dilakukan di luar sekolah, yaitu

di sanggar-sanggar seni. Mereka beralasan, dengan melakukan kegiatan kesenian

mereka lupa untuk berpikir tentang merokok.

18
La Ode Reskiaddin and others, ‘Proses Perubahan Perilaku Berhenti Merokok : Studi Kualitatif
Mengenai Motif , Dukungan Sosial Dan Mekanisme Coping The Process of Smoking Cessation Behavior
Change : A Qualitative Study of Mo- Tives , Social Support and Coping Mechanisms’, 3.1 (2021), 58–70
<https://doi.org/10.47034/ppk.v3i1.4142>.
19
Indhi April Wulandari and Yuyud Wahyudi, ‘Upaya Berhenti Merokok Pada Remaja Di Kecamatan
Kepanjen Kabupaten Malang’, 3.5 (2019), 1–9.
Sebuah penelian yang dilakukan oleh Darmayanta dan Salimin (2017)

menyimpulkan bahwa dengan dengan kegiatan ekstrakurikuler juga dapat melatih

siswa mandiri dan lupa akan kebiasaan merokok yang sering mereka lakukan. Dengan

kegiatan ini maka akan meningkatkan semangat dan keaktifan siswa dalam

memperoleh hidup yang lebih sehat dan baik.20

D. SIMPULAN

Pencegahan kebiasaan merokok pada remaja dapat diatasi dengan menerapkan

self management pada peserta didik oleh guru Penjaskes di sekolah. Stimulus

Substitution adalah salah satu bagian dari sel management yang coba disarankan oleh

guru Penjaskes kepada peserta didik di SMP Negeri 2 Rajagaluh sebagai upaya

pengalihan perhatian para peserta didik dari kebiasaan merokok. Sesuai dengan

minatnya masing-masing peserta didik memilih beberapa kegiatan yang ditawarkan

untuk menghindari kebiasaan merokok, yaitu (1) melakukan kegiatan keagamaan, (2)

belajar dan membaca, (3) bekerja, (4) makan atau ngemil, (5) main game, (6)

berolahraga, dan (mengembangkan bakat seni. Jawaban atas lembar observasi dan

wawancara, peserta didik memiliki kecenderungn positif untuk menekan kebiasaan

merokok melalui strategi response substitution sesuai pilihan masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

AbuKhatib, A.-N. (2015). Jagalah Sehatmu Sebelum Sakitmu, 1st Ed. Yogyakarta: Safirah.

Afifah, N. (2022). Studi Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada
Remaja. Jurnal UMA Medan. Diambil kembali dari ” (Medan: Universitas Medan Area,
2022), https://repositori.uma.ac.id/bitstream/123456789/17531/1/148600301 -
Novrisza Afifah - Fulltext.pdf.

al., L. O. (2021). Proses Perubahan Perilaku Berhenti Merokok : Studi Kualitatif Mengenai
Motif, Dukungan Sosial dan Mekanisme . Jurnal Khusus, Vol. 3, No. 1, 58-70.

Anwar, Z. (2018). Metode Bimbingan Remaja Dalam Pencegahan Perilaku Merokok.

Dariyo, A. (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.


20
I Made Adi Darmayanta and Salimin A, ‘Perilaku Merokok Di Kalangan Siswa (Studi Di SMP Negeri
8 Konawe Selatan)’, SELAMI IPS, 2 (2017), 164–69.
Darmayanta, I. M., & A., S. (2017). Perilaku Merokok di Kalangan Siswa (Studi di SMP Negeri 8
Konawe Selatan). SELAMI IPS 2 (2017), 164-69. Diambil kembali dari ,” SELAMI IPS 2
(2017): 164–69.

Makarim, d. F. (2022). www.halodoc.com. Diambil kembali dari halodoc:


https://www.halodoc.com/artikel/ini-kandungan-tar-dalam-rokok-yang-perlu-
diketahui.

Margareta, S. (2013). Hubungan Pelaksanaan Sistem Kearsipan dengan Efektivitas Pengambilan


Keputusan Pimpinan : Study Deskriptif Analisis Kuantitatif di Sub Bagian Kepegawaian
dan Umum Lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Repository UPI, 2,
40-50.

Mutaqien, M. (2021, Juni 9). Bekerja Adalah Sebuah Proses Pembelajaran. Diambil kembali dari
alumni.unair.co.id: https://alumni.unair.ac.id/site/article/read/1097/bekerja-adalah-
sebuah-proses-pembelajaran.html.

Pittara, d. (2022, Juni 12). 5 Jenis Makanan Ini Bisa Membantu Kamu Berhenti Merokok.
Diambil kembali dari Alodoc: https://www.alodokter.com/5-jenis-makanan-ini-bisa-
membantu-kamu-berhenti-merokok.

Pittara, d. (2022). Kecanduan Nikotin. Diambil kembali dari Alodoc:


https://www.alodokter.com/kecanduan-nikotin.

Puspitasari. (2021). ‘Survey Faktor Penyebab Perokok Remaja Mempertahankan Perilaku


Merokok. Jurnal Farmasi Komunikasi, 8.1.

Rahayuwati, L. (2018). Program RIAS (Remaja Siaga Asap Rokok) Mencegah dan Mengatasi
Adiksi Rokok pada Remaja. Jurnal Nasional 1 , 10.

Ria, A., Imran, & Supriadi. (2016). Analisis Aktivitas Belajar Siswa Perokok Kelas XI IIS SMA
Berkat Bagi Bangsa. Jurnal Untan, 1-11.

Suara, M., Rusman, A., & Kusnanto. (2020 ). Penyuluhan Bahaya Rokok Untuk Meningkatkan
Kesadaran Remaja Mengenai Dampak Buruk Rokok Bagi Kesehatan di Kelurahan
Jatibening. Jurnal Antara Abdimas Keperawatan 3, no. 1 , 26-30.

Tirtonegoro, d. S. (2022, Juni 10). Kandungan Rokok Yang Berbahaya Bagi Kesehatan. Diambil
kembali dari yankes.kemkes.go.id:
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/406/kandungan-rokok-yang-berbahaya-
bagi-kesehatan.

Uswah. (2022, Juni 14). Dosen UM Surabaya: Ini Bahaya Merokok Bagi Anak Usia Sekolah.
Diambil kembali dari um.surabaya:
https://www.um-surabaya.ac.id/homepage/news_article?slug=dosen-um-surabaya-
ini-bahaya-merokok-bagi-anak-usia-sekolah.

Wulandari, I. A., & Wahyudi, Y. (2019). Upaya Berhenti Merokok Pada Remaja di Kecamatan
Kepanjen Kabupaten Malang. Jurnal Khusus, 3, No. 5.

Wulandari, S., & Meikawati. (2017, Juni 14). Pengaruh Dosis Paparan Asap Rokok Terhadap
Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin (Studi Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar).
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. Diambil kembali dari Jurnal Kesehatan
Masyarakat Indonesia: ,” Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2017.

Anda mungkin juga menyukai