Anda di halaman 1dari 27

BAB 6

FUNGSI TRANSENDEN

6.1 Logaritma dan Eksponen

6.1.1 Pangkat Rasional

Definisi 6.1.1 Jika n bilangan bulat positif, maka

an = a · a · a . . . a

Berdasarkan definisi, dapat diturunkan sifat-sifat

1. am · an = am+n

am
2. an = am−n , m > n

3. ( am )n = amn

4. a0 = 1

5. a−n = 1
an

p
Definisi 6.1.2 Jika r adalah bilangan rasional dengan r = q , q > 0, maka
√ √
1. ar = a p/q = q
a p = ( q a) p

2. a− p/q = 1
a p/q

6.1.2 Pangkat Irasional

Terdapat beberapa macam metode untuk mendefinisikan pangkat


irasional seperti
√ √
2π , 3 2
, π− 7

Salah satu pendekatannya adalah mendefinisikan pangkat irasional dari a


sebagai limit pangkat rasional dari a.

105
Contoh 6.1.3 Definisikan 2π dengan menyatakan desimal dari π

π = 3, 1415926 . . .

Dari desimal ini diperoleh barisan bilangan rasional yang semakin mendekati π,
yaitu
3, 3.1, 3.14, 3.141, 3.1415, 3.14159, . . .

dari pemisalan ini diperoleh barisan pangkat rasional dari 2 sebagai berikut:

23 , 23.1 , 23.14 , 23.141 , 23.1415 , 23.14159 , . . .

Karena diinginkan 2x menjadi fungsi kontinu dari x, dan diinginkan kontinu pada
π, pangkat-pangkat rasional dari 2 harus mendekati 2π . Ide ini bisa mendefinisikan
2π sebagai limit pangkat rasional dari 2 dan diilustrasikan secara numerik pada
tabel berikut.

No. x 2x
1 3 8.000000
2 3.1 8.574188
3 3.14 8.815241
4 3.141 8.821353
5 3.1415 8.824411
6 3.14159 8.824962
7 3.141592 8.824974
8 3.1415926 8.824977

6.1.3 Logaritma
Dalam aljabar, logaritma didefinisikan sebagai pangkat. Lebih tepatnya
jika a > 0 dan a 6= 1, maka untuk x positif didefinisikan

a
log x

(baca,”logaritma berbasis a dari x”) sebagai pangkat untuk a yang meng-


hasilkan x.

Contoh 6.1.4

106
1. 10 log 100 = 2 karena 102 = 100

2. 10 log 1
1000 = −3 karena 10−3 = 1
1000

3. 2 log 16 = 4 karena 24 = 16

4. b log 1 = 0 karena b0 = 1

5. b log b = 1 karena b1 = b

Umumnya, jika y = a log x, maka y merupakan pangkat untuk a yang harus


menghasilkan x, jadi x = ay . Kebalikannya, jika x = ay , maka y = a log x,
sehingga pernyataan
y = a log x dan x = ay

ekuivalen. Dengan mensubstitusikan kedua persamaan di atas diperoleh


hubungan berikut
a a log x
log ay = y dan a =x (6.1)

Logaritma yang pertama kali dipelajari adalah logaritma dengan basis 10,
yang disebut logaritma umum.

Teorema 6.1.5

1. a log 1 =0

2. a log a =1

3. a log bc = a log b + a log c

4. a log b = a log b − a log c


c

5. a log br = r a log b

6. a log 1 = − a log c
c

6.1.4 Bilangan e dan Logaritma Natural


Logaritma yang paling penting dalam aplikasi, adalah logaritma natural,
yang mempunyai basis irasional tertentu yang ditunjukkan dengan e. Nilai
dari e sampai 6 tempat desimal yaitu

e ≈ 2.718282

107
Bilangan ini ditemukan oleh seorang ahli matematika dari Swiss Leonard
Euler yang menunjukkan bahwa y = e merupakan asimtot datar dari grafik
 x
1
y= 1+ (6.2)
x

Euler mengusulkan penggunaan e untuk logaritma dalam sebuah makalah


yang tidak dipublikasikan, yang ditulis pada tahun 1728.

 x
Tabel 6.1: Aproksimasi nilai e pada 1 + 1x
 x
x 1 + 1x 1 + 1x
1 2 2.000000
10 1.1 2.593742
100 1.01 2.704814
1000 1.001 2.716924
10000 1.0001 2.718146
100000 1.00001 2.718268
1000000 1.000001 2.718280

 x  x
1 1
e = lim 1+ dan e = lim 1+ (6.3)
x →+∞ x x →−∞ x

Standar untuk mengartikan logaritma natural dari x adalah ln x (baca,


”ellen x”) dan tidak e log x. Jadi, ln x itu merupakan pangkat untuk e yang
harus menghasilkan x.

Contoh 6.1.6

108
1. ln 1 = 0 karena e0 = 1

2. ln e = 1 karena e1 = e

3. ln 1e = −1 karena e−1 = 1
e

4. ln e2 = 2 karena e2 = e2

Secara umum, pernyataan-pernyataan

y = ln x dan x = ey

ekivalen. Untuk kasus dimana basisnya adalah e menjadi

ln e x = x dan eln x= x

6.1.5 Grafik dari y = ln x dan y = e x


Tabel berikut menunjukkan nilai untuk ln x dan e x beserta grafik y = ln x
dan y = e x yang dihasilkan dari ploting nilai-nilai dalam tabel.

x y = ln x x y = ex
0.25 -1.39 1.39 0.25
0.5 −0.69 −0.69 0.5
1 0 0 1
2 0.69 0.69 2
3 1.10 1.10 3
4 1.39 1.39 4
5 1.61 1.61 5
6 1.79 1.79 6
7 1.95 1.95 7
8 2.08 2.08 8
9 2.20 2.20 9

6.1.6 Penguraian dan Peringkasan Ekspresi Logaritma


• Mengurai logaritma tunggal kedalam penjumlahan, pengurangan dan
perkalian dari logaritma.

109
• Meringkas penjumlahan, pengurangan dan perkalian dari logaritma
kedalam logaritma tunggal.
xy5
Contoh 6.1.7 Nyatakan log √
z
kedalam penjumlahan, pengurangan dan
perkalian dari log x, log y, dan log z.
Penyelesaian:
xy5 √
log √ = log xy5 − log y
z
= log x + log y5 − log z1/2
1
= log x + 5 log y − log z
2

6.1.7 Penyelesaian Persamaan Berbentuk a log f ( x ) = k


Persamaan-persamaan dalam bentuk a log f ( x ) = k dapat diselesaikan
dengan mengubahnya kedalam bentuk eksponensial.

Contoh 6.1.8 Selesaikan untuk x

1. log x = 2
Penyelesaian: Tulis kembali persamaan dalam bentuk eksponensial, diperoleh

x = 102 = 100

110
2. ln( x + 1) = 5
Penyelesaian:Tulis kembali persamaan dalam bentuk eksponensial, diperoleh

x + 1 = e5 atau x = e5 − 1

6.1.8 Penyelesaian Persamaan Berbentuk a f (x) = k


Persamaan-persamaan dalam bentuk a f ( x) = k dapat diselesaikan
dengan mengambil logaritma dari kedua sisi-sisinya. Biasanya logaritma
umum atau logaritma natural digunakan.

Contoh 6.1.9 Selesaikan untuk x

ex = 9

Penyelesaian: Karena persamaan tersebut adalah pangkat dari e, logaritma natural


akan menghasilkan perhitungan yang lebuh sederhana daripada logaritma biasa.

ln e x = ln 9
x = ln 9 ≈ 2.197225

6.1.9 Tipe Lain dari Persamaan Logaritmik dan Eksponen-


sial
Metode-metode yang digunakan dalam contoh-contoh sebelumnya
dapat dimodifikasi untuk menyelesaikan tipe-tipe lain persamaan logar-
itmik dan eksponensial.

e x −e− x
Contoh 6.1.10 Selesaikan 2 = 1 untuk x
Penyelesaian: Kalikan kedua sisi dengan 2 pada persamaan yang diberikan, diper-
oleh:
e x − e− x = 2

atau ekuivalen dengan,


1
ex − =2
ex
Kalikan kedua sisi dengan e x , diperoleh

e2x − 1 = 2e x atau e2x − 2e x − 1 = 0

111
misalkan u = e x maka
u2 − 2u − 1 = 0

Penyelesaian untuk u dengan rumus kuadrat tersebut, diperoleh



2± 4+4
u =
√2
2± 8
=
2√
= 1± 2
√ √
Jadi, e x = 1 ± 2 Tetapi e x tidak dapat negatif, sehingga nilai negatif 1 − 2
diabaikan, jadi

ex = 1 + 2

ln e x = ln(1 + 2)

x = ln(1 + 2) ≈ 0.881

Latihan 6.1.11

1. Tunjukkan bahwa e = limx→0 (1 + x )1/x menggunakan aproksimasi atau


secara numerik.

2. Uraikan logaritma dalam penjumlahan, pengurangan dan perkalian dari


logaritma-logaritma yang lebih sederhana.

a log(10x x − 3)
2 3x
b ln x√ sin
2 x +1

3. Tulis ulang pernyataan sebagai logaritma tunggal

a 3 log 2 + log 3 − log 16

b 2 ln( x + 1) − 12 ln x + ln(cos x )

4. Selesaikan x tanpa menggunakan kalkulator. Gunakan logaritma natural jika


penggunaan logaritma diperlukan.

a 5−2x = 3

b xe− x + 2e− x = 0

5. Selesaikan limx→0 (1 − 2x )1/x . (Petunjuk:misalkan t = −2x)

112
6.2 Fungsi Logaritmik dan Fungsi Eksponensial

6.2.1 Turunan a log x

Fungsi f ( x ) = a log x dapat diturunkan dengan menggunakan definisi


turunan yaitu

d f ( x + h) − f ( x )
( x ) = lim
dx h →0 h
d a a log( x + h) − a log x
( log x ) = lim
dx h →0 h
 
1a x+h
= lim log
h →0 h x
 
1a h
= lim log 1 +
h →0 h x

h
Misalkan v = x maka v → 0 untuk h → 0

d a 1 a
( log x ) = lim log (1 + v)
dx v→0 vx
1 1
= lim a log (1 + v)
x v →0 v
1
= lim a log (1 + v)1/v
x v →0  
1a 1/v
= log lim (1 + v)
x v →0
1a
= log e
x

Jadi,

d a 1a
( log x ) = log e, x > 0
dx x
1 e log e
=
x e log a
1 ln e
=
x ln a
1
= ,x > 0
x ln a

Dalam kasus khusus dengan a = e, diperoleh ln a = ln e = 1, sehingga


rumus ini menjadi
d 1
(ln x ) = , x > 0 (6.4)
dx x

113
6.2.2 Turunan dan Integral yang Berkaitan dengan ln x
Jika u( x ) > 0 dan fungsi u dapat didiferensialkan di x, maka
d a 1 du d 1 du
( log u) = · dan (ln u) = · (6.5)
dx u ln a dx dx u dx

d 3
Contoh 6.2.1 Dapatkan dx [ln( x − 1)]
Penyelesaian: Misalkan u = x3 − 1 maka
d 1 d
[ln( x3 − 1)] = 3 · [ x 3 − 1]
dx x − 1 dx
1
= 3 · 3x2
x −1
3x2
= 3
x −1
Persamaan 6.4 menunjukkan bahwa fungsi ln | x | merupakan anti-turunan
dari 1/x dimanapun kecuali di x = 0. Sebaliknya, fungsi ln x merupakan
anti-turunan dari 1/x hanya untuk x > 0. Rumus integral yang terkait yaitu
1
Z
du = ln |u| + C (6.6)
u

−6x2 −4x
R
Contoh 6.2.2 Tentukan nilai −2x3 −2x2 +3
dx
Penyelesaian: Substitusi

u = −2x3 − 2x2 + 3, du = (−6x2 − 4x )dx

Sehingga

−6x2 − 4x 1
Z Z
dx = du
−2x3 − 2x2 + 3 u
= ln |u| + C
= ln | − 2x3 − 2x2 + 3| + C

6.2.3 Diferensiasi Logaritmik


Teknik penting yang disebut dengan diferensiasi logaritmik, yang
berguna untuk mendiferensialkan fungsi-fungsi yang disusun dari
perkalian, pembagian dan pangkat.

114
Contoh 6.2.3 Dapatkan turunan pertama dari

x2 3 6x + 2
y=
(1 + x 2 )3
dy
Penyelesaian: dx sulit diperoleh secara langsung. Akan lebih mudah jika terlebih
dahulu diambil logaritma natural pada kedua sisinya yaitu

x2 3 6x + 2
y =
(1 + x 2 )3
" √ #
x2 3 6x + 2
ln y = ln
(1 + x 2 )3
1
ln y = 2 ln x + ln(6x + 2) − 3 ln(1 + x2 )
3
1 dy 2 6/3 6x
= + −
y dx x 6x + 2 1 + x2
 
dy 2 1 6x
= y + −
dx x 3x + 1 1 + x2

x2 3 6x + 2 2
 
dy 1 6x
= + −
dx (1 + x2 )3 x 3x + 1 1 + x2

6.2.4 Turunan yang Berkaitan dengan a x

Tujuan berikutnya adalah mendapatkan suatu rumus turunan dari a x


(khususnya untuk e x ). Akan dimisalkan bahwa a x dapat didiferensialkan
untuk semua x.

y = ax
ln y = ln a x
ln y = x ln a
d d
ln y = x ln a
dx dx
1 dy
= ln a
y dx
dy
= y ln a
dx
dy
= a x ln a
dx

Jadi,
d x
[ a ] = a x ln a (6.7)
dx

115
Dalam kasus khusus dimana a = e, diperoleh ln e = 1, sehingga persamaan
6.7 menjadi
d x
[e ] = e x (6.8)
dx
Jika u fungsi x yang terdiferensial, maka dari 6.7 dan 6.8 selanjutnya diper-
oleh
d u du d u du
[ a ] = au ln a · dan [e ] = eu · (6.9)
dx dx dx dx

Contoh 6.2.4 Selesaikan

d
2sin x
 
1. dx
Penyelesaian:

d h sin x i d
2 = (2sin x )(ln 2) · [sin x ]
dx dx
= (2sin x )(ln 2)(cos x )

d
e−2x
 
2. dx
Penyelesaian:

d h −2x i d
e = e−2x · · [−2x ]
dx dx
= −2e−2x

6.2.5 Integral Fungsi Eksponensial

Rumus integral yang terkait dengan turunan-turunan 6.9 adalah

au
Z Z
u
a du = + C dan eu du = eu + C (6.10)
ln a

Contoh 6.2.5 Selesaikan integral tak tentu berikut!

5x dx
R
1.
Penyelesaian: Berdasarkan 6.10 dengan u = x dan a = 5 diperoelh

5x
Z
5x dx = +C
ln 5

116
e−2x dx
R
2.
Penyelesaian: Misalkan u = −2x sehingga du = −2dx atau dx = − 21 du,
diperoleh

1
Z Z
−2x
e dx = − eu du
2
1
= − eu + C
2
1
= − e−2x + C
2

Latihan 6.2.6

dy
1. Dapatkan dx dari

a y = ln 3x

b y = x2 [ln( x2 + 1)]2

2. Hitung integral-integral tak tentu berikut:

5x4
R
a x 5 +1
dx
dx
R
b x ln x

dy √
3
3. Dapatkan dx dengan diferensiasi logaritmik dari y = x 1 + x2

dy
4. Dapatkan dx dengan diferensiasi implisit jika y + ln xy = 1

5. Selesaikan

d x3
a dx [ e ]
d cos x
b dx [ e ]

6. Selesaikan

e− x dx
R
a
3
x2 e x dx
R
b
R ln 3
c 0 e x (1 + e x )1/2 dx

117
6.3 Fungsi Invers

Salah satu ide penyelesaian persamaan y = f ( x ) adalah mengubah x


sebagai fungsi dari y, yaitu x = g(y). Sebagai contoh persamaan

y = f ( x ) = x3 + 1

dapat diselesaikan untuk x sebagai fungsi dari y yaitu


p
3
x = g(y) = y−1

Jika fungsi tersebut dikomposisikan satu sama yang lain, maka saling
menghapus seperti yang ditunjukkan berikut:
q √
3
3
g( f ( x )) = g( x + 1) = 3 ( x3 + 1) − 1 = x3 = x
f ( g(y)) = f ( 3 y − 1) = ( 3 y − 1)3 + 1 = y − 1 + 1 = y
p p

Definisi 6.3.1 Jika fungsi f dan g memenuhi dua kondisi

g( f ( x )) = x untuk setiap x dalam domain f


f ( g(y)) = y untuk setiap y dalam domain g

maka dapat dikatakan bahwa f invers dari g dan g invers dari f atau dengan kata
lain, f dan g adalah merupakan fungsi-fungsi invers.

Suatu fungsi tidak dapat mempunyai dua invers yang berbeda, hal tersebut
berarti bahwa f mempunyai suatu invers tunggal. Invers dari f biasanya
dinotasikan dengan f −1 (baca,” f invers”). Sehingga dari definisi di atas
dapat ditulis menjadi

f ( f −1 ( x )) = x untuk setiap x dalam domain f −1


f −1 ( f ( x )) = x untuk setiap x dalam domain f

Contoh 6.3.2 Fungsi f ( x ) = 2x dan g( x ) = 12 x adalah fungsi invers sebab


1 1
f ( g( x )) = f ( x ) = 2( x ) = x
2 2
1
g( f ( x )) = g(2x ) = 2x = x
2

118
6.3.1 Domain dan Range Fungsi Invers

Domain dan range fungsi invers mempunyai hubungan sederhana


sebagai berikut:

domain dari f −1 = range dari f


range dari f −1 = domain dari f

6.3.2 Metode Mendapatkan Fungsi Invers

Langkah-langkah untuk mendapatkan invers dari suatu fungsi f −1 yaitu


sebagai berikut:

1. Tukarkan x dan y dalam persamaan y = f ( x ) untuk menghasilkan


persamaan x = f (y)

2. Selesaikan persamaan x = f (y) untuk y sebagai fungsi dari x

3. Persamaan hasil dalam langkah 1 menjadi y = f −1 ( x ), yang sisi


kanannya merupakan rumus untuk f −1 ( x )


Contoh 6.3.3 Dapatkan invers dari f ( x ) = 3x − 2
Penyelesaian: Pertama diperkenalkan variabel tak bebas y, ditulis


y= 3x − 2

Dengan menukar x dan y dalam persamaan ini dan kemudian menyelesaikan untuk
y, diperoleh

p
x = 3y − 2
x2 = 3y − 2
1 2
y = ( x + 2)
3

dan dari hasil ini diperoleh

1 2 2
f −1 ( x ) = ( x + 2), x ≥
3 3

119
6.3.3 Eksistensi Fungsi Invers

Teorema 6.3.4 (Uji Garis Horisontal) Sebuah fungsi mempunyai invers jika dan
hanya jika grafik dipotong paling banyak satu kali oleh sebarang garis horisontal.

Contoh 6.3.5 Gunakan uji garis horosontal untuk menunjukkan bahwa f ( x ) =


x2 tidak mempunyai invers, sedangkan f ( x ) = x3 mempunyai invers.
Penyelesaian:
Gambar berikut menunjukkan bahwa uji garis horisontal pada fungsi f ( x ) = x2
memotong lebih dari satu kali dengan beberapa garis horisontal. Sehingga fungsi
f ( x ) = x2 tidak mempunyai invers. Sedangkan fungsi f ( x ) = x3 tidak ada
garis horisontal yang memotong lebih dari satu kali atau dikatakan f ( x ) = x3
mempunyai invers yaitu f −1 ( x ) = x1/3 .

6.3.4 Grafik dari Fungsi Invers

Selanjutnya akan diselidiki hubungan antara grafik dari fungsi f dan


f −1 . Dengan tujuan tersebut, akan digunakan x sebagai variabel bebas
untuk kedua fungsi yaitu y = f ( x ) dan y = f −1 ( x ).
Jika ( a, b) merupakan titik pada grafik y = f ( x ), maka b = f ( a). Hal
tersebut ekuivalen dengan pernyataan a = f −1 (b), yang artinya bahwa
(b, a) merupakan titik pada grafik y = f −1 ( x ). Dari pernyataan tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut: Dari grafik tersebut diperoleh bahwa
titik ( a, b) yang merupakan titik pada grafik y = f ( x ) simetri terhadap
sumbu y = x dengan titik (b, a) yang merupakan titik pada grafik y =
f −1 ( x )

120
Teorema 6.3.6 Jika f mempunyai invers, maka grafik y = f ( x ) dan y = f −1 ( x )
merupakan pencerminan dari satu dengan yang lainnya pada garis y = x.

Latihan 6.3.7

1. Tentukan apakah f dan g merupakan fungsi invers

a f ( x ) = 4x, g( x ) = 14 x

b f ( x ) = 3x + 1, g( x ) = 3x − 1

c f ( x ) = 3 x − 2, g( x ) = x3 + 2

2. Tentukan apakah fungsi-fungsi berikut mempunyai invers

a f ( x ) = 3x + 2

b f ( x ) = 2 − x − x2

c f ( x ) = x3 − x − 1

3. Dapatkan f −1 ( x ) dari

a f ( x ) = x5

b f ( x ) = e1/x
(
2x, x ≤ 0
c f (x) =
x2 , x > 0

4. Jika f ( x ) = x5 + x3 + x tentukan f −1 (3).

121
5. Jika f ( x ) = 2x3 + 5x + 3 tentukan x jika f −1 ( x ) = 1.

6. Sketsa grafik fungsi invers f −1 ( x ) jika diketahui f ( x ) = 1 + e− x .

6.3.5 Fungsi Invers Trigonometri


Masalah utama dalam trigonometri yaitu menentukan sudut x jika dike-
tahui nilai dari fungsi trigonometri sin x, cos x, tan x dan beberapa fungsi
lainnya. Masalah tersebut dapat dinyatakan sebagai fungsi arc seperti
arcsin, arccos, arctan yang secara umum menyatakan sebagi fungsi invers
trigonometri. Fungsi invers trigonometri kadang dinotasikan sebagai
berikut:
sin−1 x, cos−1 x, tan−1 x

Enam fungsi dasar trigonometri tidak mempunyai invers karena secara


geometri periodik dan jika diuji garis horisontal memotong lebih dari satu
kali. Untuk mendapatkan invers dari fungsi trigonometri maka fungsi
dasarnya harus dibatasi supaya menjadi fungsi satu-satu.
Pada gambar berikut merupakan fungsi trigonometri yang dibatasi oleh
selang tertentu. Gambar berikut menunjukkan fungsi invers dari masing-

Gambar 6.1: Grafik fungsi trigonometri

masing fungsi trigonometri di atas dengan cara mencerminkan terhadap


sumbu y = x. Hal tersebut mengarah pada definisi berikut:

Definisi 6.3.8

1. Fungsi invers sinus, yang ditulis dengan sin−1 , didefinisikan sebagai invers
dari fungsi sin x, − π2 ≤ x ≤ π
2.

122
Gambar 6.2: Grafik fungsi invers trigonometri

2. Fungsi invers cosinus, yang ditulis dengan cos−1 , didefinisikan sebagai


invers dari fungsi cos x, 0 ≤ x ≤ π.

3. Fungsi invers tangen, yang ditulis dengan tan−1 , didefinisikan sebagai


invers dari fungsi tan x, − π2 < x < π
2.

4. Fungsi invers secan, yang ditulis dengan sec−1 , didefinisikan sebagai invers
dari fungsi sec x, 0 ≤ x < π
2 atau π
2 < x ≤ π.

5. Fungsi invers cotangen, yang ditulis dengan cot−1 , didefinisikan sebagai


invers dari fungsi cot x, 0 < x < π.

6. Fungsi invers cosecan, yang ditulis dengan csc−1 , didefinisikan sebagai


invers dari fungsi csc x, −π < x ≤ − π2 atau 0 < x ≤ π
2.

Perhatikan persamaan
sin y = x

dengan −1 ≤ x ≤ 1 dan − π2 ≤ y ≤ π
2. Jika diambil sin−1 pada kedua ruas
persamaan ini diperoleh

sin y = x
sin−1 (sin)y = sin−1 x
y = sin−1 x

Sehingga didapatkan teorema berikut:

Teorema 6.3.9
(
−1 ≤ x ≤ 1
1. y = sin−1 x ekivalen dengan sin y = x jika
− π2 ≤ y ≤ π
2

123
(
−1 ≤ x ≤ 1
2. y = cos−1 x ekivalen dengan cos y = x jika
0≤y≤π
(
−∞ < x < +∞
3. y = tan−1 x ekivalen dengan tan y = x jika
− π2 < y < π
2

4. y = sec−1 x ekivalen dengan sec y = x jika


(
−∞ < x ≤ −1 atau 1 ≤ x < +∞
0≤y< π
2 atau π
2 <y≤π
(
−∞ < x < +∞
5. y = cot−1 x ekivalen dengan cot y = x jika
0<y<π

6. y = csc−1 x ekivalen dengan csc y = x jika


(
−∞ < x ≤ −1 atau 1 ≤ x < +∞
−π < y ≤ − π2 atau 0 < y ≤ π
2

Hasil dari definisi dan teorema tersebut secara ringkas dapat disajikan
sebagai berikut

Fungsi Domain Range Hubungan Dasar


sin−1 [−1, 1] [− π2 , π2 ] sin−1 (sin x ) = x jika − π
2 ≤x≤ π
2
sin(sin−1 x ) = x jika − 1 ≤ x ≤ 1
cos−1 [−1, 1] [0, π ] cos−1 (cos x ) = x jika 0 ≤ x ≤ π
cos(cos−1 x ) = x jika − 1 ≤ x ≤ 1
tan−1 (−∞, +∞) (− π2 , π2 ) tan−1 (tan x ) = x jika − π
2 <x< π
2
tan(tan−1 x ) = x jika − ∞ ≤ x ≤ +∞
sec−1 (−∞, −1] ∪ [1, +∞) [0, π2 ) ∪ ( π2 , π ] sec−1 (sec x ) = x jika 0 ≤ x ≤ π, x 6= π
2
sec(sec−1 x ) = x jika | x | ≥ 1
cot−1 (−∞, +∞) (0, π ) cot−1 (cot x ) = x jika 0 < x < π
cot(cot−1 x ) = x jika − ∞ ≤ x ≤ +∞
csc−1 (−∞, −1] ∪ [1, +∞) (−π, − π2 ] ∪ (0, π2 ] csc−1 (csc x ) = x jika − π < x ≤ − π2 ,
0<x≤ π
2
− 1
csc(csc x ) = x jika | x | ≥ 1

Contoh 6.3.10 Dapatkan

124
 
−1 1
a sin 2
Penyelesaian:
 
Misalkan y = sin−1 1
2 , maka
 
1 −1
sin y = sin(sin )
2
1 π π
sin y = ,− ≤ y ≤
2 2 2
Jadi, dicari suatu sudut di kuadran pertama yang mempunyai sinus 12 . Sudut
 
π −1 1 π
yang dimaksud adalah y = 6 , sehingga sin 2 = 6.
 √ 
b cos−1 − 23
Penyelesaian:
 √ 
3
Misalkan y = cos−1 − 2 , maka
√ !
3
cos y = cos(cos−1 ) −
2

3
cos y = − ,0 ≤ y ≤ π
2

3
Jadi, dicari suatu sudut di kuadran kedua yang mempunyai cosinus − 2 .
 √ 
Sudut yang dimaksud adalah y = 5π , sehingga cos −1 − 3 = 5π .
6 2 6

Kesamaan pada Fungsi Invers Trigonometri


Diberikan sudut α dan β yang merupakan sudut-sudut lancip komple-
menter, maka dari trigonometri dasar, sin α dan cos β adalah sama. Jika
dimisalkan sudut α merupakan sin−1 x maka

α = sin−1 x
sin α = sin(sin−1 ) x
sin α = x

Sehingga dapat dinyatakan dalam geometri sebagai berikut: Sedangkan


sudut β dinyatakan dalam β = cos−1 x yang merupakan sudut yang ditun-
jukkan pada gambar tersebut maka diperoleh hubungan
π
sin−1 x + cos−1 x =
2

125
p
cos(sin−1 x ) = 1 − x2
sin(sin−1 x ) = x
x
tan(sin−1 x ) = √
1 − x2

Latihan 6.3.11

1. Dapatkan

a sin−1 (−1)

b tan−1 (1)

c sin−1 ( 21 3)

d cos−1 ( 12 )

e sec−1 (−2)

2. Diberikan θ = sin−1 ( 12 3). Tentukan nilai eksak dari
cos θ, tan θ, cot θ, sec θ, dan csc θ.

3. Tentukan nilai eksak dari

a sin(cos−1 x )

b tan(cos−1 x )

c sin(tan−1 x )

4. Sketsa grafik yang diberikan oleh fungsi berikut:

a y = sin−1 2x

b y = tan−1 12 x

126
6.3.6 Turunan dan Integral Fungsi Invers Trigonometri

Pada subbab ini diuraikan turunan fungsi-fungsi invers trigonometri dan


rumus initegral yang bersesuaian.

Rumus-rumus Turunan

Teorema 6.3.12
h i
a. d
dx sin−1 x = √ 1
1− x 2

d
tan−1 x = 1
 
b. dx 1+ x 2

d
sec−1 x = √1
 
c. dx x x 2 −1

d
cos−1 x = − √ 1
 
d. dx 1− x 2

d
cot−1 x = − 1+1x2
 
e. dx

d
sec−1 x = − √1
 
f. dx x x 2 −1

Bukti:

a. Misalkan y = sin−1 x atau ekivalen x = sin y. Dengan menurunkan


persamaan kedua secara implisit terhadap x dihasilkan

x = sin y
d d
[x] = [sin y]
dx dx
dy
1 = cos y ·
dx
dy 1
=
dx cos y

Dengan menggunakan metode segitiga diperoleh cos y = 1 − x2 sehingga
menjadi

dy 1
= √
dx 1 − x2

127
b. Misalkan y = tan−1 x atau ekivalen x = tan y. Dengan menurunkan
persamaan kedua secara implisit terhadap x dihasilkan

x = tan y
d d
[x] = [tan y]
dx dx
dy
1 = sec2 y ·
dx
dy 1
=
dx sec2 y
Dengan menggunakan metode segitiga diperoleh sec2 y = 1 + x2 sehingga
menjadi
dy 1
=
dx 1 + x2

Rumus-rumus Turunan yang Diperumum


Jika u fungsi terdiferensial dari x, maka dengan menerapkan aturan
rantai menghasilkan rumus-rumus turunan yang diperumum berikut ini:

128
h i
d −1 √ 1 du
a. dx sin u =
1−u2 dx

d
tan−1 u = 1 du
 
b. dx 1+u2 dx

d
sec−1 u = √1 du
 
c. dx u u2 −1 dx

d
cos−1 u = − √ 1 du
 
d. dx 1−u2 dx

d
cot−1 u = − 1+1u2 du
 
e. dx dx

d
sec−1 u = − √1 du
 
f. dx u u2 −1 dx

dy
Contoh 6.3.13 Dapatkan dx jika

a. y = sin−1 ( x3 )

b. y = sec−1 (e x )

Penyelesaian:
Dari Rumus turunan yang diperumum diperoleh

a.
d 1 d 3
[sin−1 ( x3 )] = p (x )
dx 1 − ( x ) dx
3 2

1
= √ (3x2 )
1−x 6

3x2
= √
1 − x6

b.
d 1 d x
[sec−1 (e x )] = p (e )
dx e x (e x )2 − 1 dx
1
= √ (e x )
x
e e −1 2x
1
= √
e2x − 1

Rumus Integrasi
Teorema 6.3.14

√ du = sin−1 u + C
R
a.
1− u2

129
√ du = tan−1 u + C
R
b.
1+ u2

√du = sec−1 u + C
R
c.
u u2 −1

Contoh 6.3.15

dx
R
1. Hitung 1+3x2 √ √ du
Dengan substitusi u = 3x, du = 3dx =⇒ dx = √
3
, x2 = 13 u2 meng-
hasilkan

dx du
Z Z
= √ h
1 + 3x2
 i
3 1 + 3 31 u2
1 du
Z
= √
3 1 + u2
1
= √ tan−1 u + C
3
1 √
= √ tan−1 3x + C
3

x
√ e
R
2. Hitung dx
1−e2x
Dengan substitusi u = e x , du = e x dx =⇒ e2x = u2 menghasilkan

ex du
Z Z
√ dx = √
1 − e2x 1 − u2
= sin−1 u + C
= sin−1 (e x ) + C

dx
R
3. Hitung a2 + x 2
, dengan a 6= 0 suatu konstanta
a2 √ du
R
Jika diganti dengan 1, maka dapat digunakan rumus integrasi =
1+ u2
tan−1 u + C. Jadi diupayakan substitusi-u yang dapat mengganti 2
a dengan
1. Jika dimisalkan

x = au, dx = adu

130
maka
dx adu
Z Z
=
a + x2
2 a2+ a2 u2
adu
Z
=
a (1 + u2 )
2

du
Z
=
a (1 + u2 )
1 du
Z
=
a 1 + u2
1
= tan−1 u + C
a
1 x
= tan−1 + C
a a
Metode dari contoh 3 di atas mengilhami persamaan berikut dengan a > 0

Teorema 6.3.16

a. √ du = sin−1 u
R
2 2 a +C
a −u

√ du = 1a tan−1 u
R
b. a +C
a2 + u2

√ du = 1a sec−1 u
R
c. a +C
u u2 − a2

√ dx
R
Contoh 6.3.17 Hitung
2− x 2 √
Dengan menerapkan teorema di atas untuk u = x dan a = 2 menghasilkan
dx x
Z
√ = sin−1 √ + C
2− x2 2
Latihan 6.3.18
 
dy −1 1
1. Dapatkan dx dari y = sin 3x

dy
2. Dapatkan dx dari y = cos−1 (2x + 1)
dy
3. Dapatkan dx dengan differensiasi implisit

x3 + x tan−1 y = ey

4. Hitung integral dari


Z 1/√2
dx

0 1 − x2
5. Hitung integral dari
dx
Z

9 − x2

131

Anda mungkin juga menyukai