Anda di halaman 1dari 3

Membeli Pohon Kurma di Surga

(QS. Al Lail : 17-21)


Pada zaman Rasulullah, ada seorang yang memiliki kebun dengan bebrapa pohon kurma. Salah satu
pohon kurma miliknya memiliki daun yang lebat dan buah yang sangat banyak. Saking lebatnyam
mayang pohon kurmanya itu menjulur kerumah tetangga yang miskin.

Pemilik pohon kurma itu sangat kikir. Karena khawatir diambil oleh tetangganya, ia selalu memetik
kurma yang menjulur kerumah tetangganya itu.

Suatu hari anak tetangganya sangat kegirangan melihar beberapa kurma jatuh dihalaman mereka.

“lihat! Ada kurma yang jatuh dihalaman. Mari kita ambil!”

“ya, mudah-mudahan bisa mengenyangkan perut kita yang sangat lapar” sambut anak lainya dengan
girang.

Anak-anak itu segera mengumpulkan kurma yang terserak dihalaman rumah mereka. terbayang
lezat dan manisnya kurma yang akan mereka cicipi nanti.

Si pemilik yang sedang berada diatas pohon menyadari apa yang terjadi dihalaman tetangganya.
Setramerta ia turun dan menghampiri anak-anak itu.

“Hei, itu kurma milikku! Berikan padaku! hardinya kasar.

“tapi Tuan, kami memungut yang jatuh saja.”

“Kami sangat lapar, izinkanlah kami memakannya,” mohon anak yang lain

Sipemilik tidak menghiraukan anak-anak yang tampak memelas itu. Ia rebut kurma dari tangan anak-
anak itu, lalu pergi tanpa menyisahkan sedikitpun untuk mereka.

Keluarga si fakir ini sangat sedih mendapat perlakuan kasar dari tetangganya. Mereka lalu
mengadukan hal itu kepada Rasulullah.

“Ya Rasul, kami memiliki tetangga yang sangat kikir,” ucap mereka . Lalu diceritakanlah kelakuan si
pemilik kurma.

Rasulullah mendengarkan keluh kesah mereka dengan penuh perhatian.”Baiklah, aku akan dantang
menemiunya. Aku akan memintanya untuk berbagi dengan kalian.”\

Rasulullah pu segera mengunjungi rumah si pemilik pohon kurma.

“Aku lihat engkau mempunyai beberapa pohon kurma dihalaman rumahmu. Maukah engkau
berbagi dengan tetanggamu ? jika engkau mau memberikan pohon kurma itu, maka engkau dapat
gantinya yang lebih baik disurga nanti.” Kata Rasulullah sambil menunjuk pohon kurma yang
menjulur kerumah keluarga yang fakir.
Pemilik pohon kurma itu melihat pohon kurma miliknya dengan perasaan sayang. Ia merasa rugi jika
harus memberikan pohon kurmanya begitu saja.

“Cuma itu tawaranmu Tuan?”

“balasan disurga adalah balasan yang terbaik”

Pemilik pohon kurma itu menimbang nimbang untung rugi dalam hati. “pohon yang engkau meminta
itu justru yang paling banyak kurmanya. Aku tidak mau memberikan pohon kurma itu kepada
mereka,” elaknya sambil berlalu meninggalkan Rasulullah.

Pembicaraan si pemilik kurma dangan Rasulullah ternyata terdengar oleh seseorang yang baik hati.
Ia merasa iba dengan penolakan si pemilik kurma. Ian pun bergegas menemui Rasulullah.

“Wahai Rasulullah, kekasih Allah. Aku mendengar percakapanmu dengan si pemilik pohon kurma.
Apakah aku juga akan mendapatkan balasaan yang sama jika pohon kurma itu milikku, lalu kuberikan
pada keluarga itu ?”

Janji balasan surga membuatnya bersemangat menyambut tawaran itu.

“Ya, tentu saja. Engkau akan mendapatkan balasan yang sama.” Rasulullah mengangguk

“Aku akan segera menemui pemilik kurma itu.” Si pemilik hati yang dermawan itu pun pergi sambil
memikirkan cara untuk memiliki pohon itu.

“Hai sahabatku, apakah engkau sudah mengetahui tawaran dari Rasullullah untuk pohon
kurmamu ?” tanyanya saat menemui pemilik pohon kurma.

“ya, Muhammad datang menawar pohonku. Aku sudah menghitung tawarannya. Aku memang
memiliki banyak pohon kurma, tapi hanya pohon itu yang buahnya sangat lebat.” Matanya terus
menatap pohon kurma kesayangannya itu.

Si dermawan tersenyum mendengar alasan si pemilik pohon kurma.

“ah sayang sekali. Kamu sudah menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Begini saja, bagaimana jika
pohon itu dijual kepadaku ?”

“memang kau sanggup membayarnya ? aku tidak yakin engkau berani membayar harga yang
kuminta.” Tantang si pemilik kebun.

“sebutkan saja,” sahut si dermawan dengan santai.

“Aku akan membarikan pohon kurma ini, asalkan kau mau menukarkannya dengan empat puluh
pohon kurma yang lain.”

“Apa ? empat puluh pohon kurma ? permintaanmu itu berlebihan!”

Sergah si dermawan sambil menggelengkan kepala. Sungguh kikir sekali orang di hadapannya.

“bukankan sudah kubilang ? engkau tidak akan sanggup membanyarnya,” si pemilik kebun merasa
senang.
Si dermawan itu tidak tega membanyakan keluaraga si fakir harus merana menahan lapar. Ia segera
menimpali ucapan si pemilik kurma. “Baiklah, aku akan memberimu empat puluh pohon kurma. Tapi
aku ingin ada saksi tentang jual beli yang kita lakukan ini.”

“silahkan.” Si pemilik pohin merasa girang tawarannya dipenuhi.

“tunggulah, aku akan segera kembali dengan temanku.”

Si dermawan dengan segera memanggil temannya untuk menyaksukan transaksi itu. Setelah
transaksi itu selesai, ia segera menemui Rasulullah untuk menyampaikan berita tentang pohon krma
yang baru saja dibelinya.

“Ya Rasul, aku sudah membeli pohon itu. Aku akan menyerahkannya kepdamu. Aku ikhlas, ya
Rasulullah.” Ujarnya.

Berangkatlah Rasulullah bersama si dermawan menuju rumah keluarga si fakir.

“bergembiralah kalian. Sekarang pohon itu sudah menjadi milik kalian. Kalian bisa memetik buahnya
setiap kalian mau.” Rasulullah menyampaikan berita menggembirakan itu kepada mereka.

“Alhamdulillah terimakasi ya Rasulullah.” Mereka pun bersuka cita mendengarnya. Kini mereka bisa
mmenikmati kurma tanpa merasa takut dimarahi si tetangga yang kikir.

Berkenaan dengan kejadian itu, turunlah surah Al- Lail ayat 17-21 yang ememuji kebaikan si
dermawan tadi.

“Dan akan dijauhkan (neraka) yang paling bertakwa, yang menginfakan hartanya di (jalan Allah)
untuk membersihkan (dirinya), dan tidak ada seorang pun memberikan sesuatu nikmat padanya
yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan
Tuhannya Yang Mahatinggi. Dan niscaya kelak dian akan mendapat kesenangan (yang sempurna).”

Dari kisah ini betapa berlipat-lipat ruginya pemilik pohon kurma yang tidak mau menerima tawaran
Rasulullah yang menjanjikan balasan disurga. Yakinlah jika kita berbinis dengan Allah dengan
membelanjakannya (harta dijalan Allah) maka Allah menggantinya berlipat, bahkan berlimpah-
limpah. Hitung-hitungan manusia tidak ada bandinganya dengan hitung-hitungan Allah. Tapi
terkadang manusia masih ragu untuk melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai