Anda di halaman 1dari 6

Nama:Elli Dwiani Sabani

NIM:2115371036

Mata Kuliah:Biokimia dan Fisika Kesehatan

Kelas:Tingkat 1 Reguler 1

TUGAS

1.Berikan contoh gugus prostetik, koenzim dan kofaktor

2.Berikan minimal 2 jenis enzim yang terdapat didalam tubuh manusia serta
tempat produksinya

3.Jelaskan enzim yang terdapat pada organ jantung dan hati

4.Apakah pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mendiagnosa


adanya penyakit pada organ tersebut.

5.Bagaimanakah hasil pemeriksaan laboratorium apabila ada penyakit pada organ


tersebut

JAWABAN

1.Gugus prostetik: molybdopterin, lipoamide dan biotin

Koenzim:NADH(nikotinamida adenia dinukleotia), NADPH(nikotinamida adenin


dinukleotid fosfat), dan adenosina trifosfat

Kofaktor:berupa zat organic(sepeti ion logam) ataupun zat organic (seperti flavin
dan heme)

2.- Enzim amilase diproduksi di kelenjar liur, pankreas, dan usus halus.

-Enzim protease diproduksi di lambung, pankreas, dan usus halus.

-Enzim maltase ini diproduksi oleh usus halus dan memiliki fungsi untuk
menghancurkan maltosa.

-Sukrase adalah enzim yang diproduksi oleh usus halus.


3.Enzim yang terdapat pada hati:

-ALT(Alanin Transaminase) merupakan enzim yang berfungsi membantu


mengolah protein. Kadar senyawa ini akan tinggi saat hati mengalami cedera atau
peradangan, seperti hati pengidap hepatitis.

-Enzim CGT(Gamma Glutamy Transferase) diproduksi oleh hati, tapi enzim ini
juga terdapat di organ tubuh lainnya. Contohnya, pankreas, ginjal, atau otak.

-Enzim AST(Aspartat Aminotransferase) yang ada di dalam hati. Kadar AST yang
tinggi bisa menandai adanya masalah pada liver. 

Enzim yang terdapat pada jantung:

-Enzim dalam jantung disebut dengan troponin.Troponin merupakan molekul


protein yang dilepaskan ke aliran darah ketika otot jantung rusak karena
serangan jantung atau penyakit jantung serius. Saat dan setelah
serangan jantung terjadi, umumnya tingkat enzim ini akan meningkat sangat tinggi.

-Myoglobin merupakan protein yang terdapat pada otot rangka dan otot jantung.
Kadar myoglobin akan meningkat dalam waktu 2-12 jam setelah serangan jantung,
dan kembali menurun ke kadar normalnya dalam waktu 24-36 jam setelah
serangan jantung.

4.-Pemeriksaan pengambilan darah dapat dilakukan untuk mengetahui senyawa


senyawa kimia dalam hati

-EKG dapat dilakukan untuk mendeteksi kelainan jantung, seperti aritmia,


serangan jantung, pembengkakan jantung, kelainan pada katup jantung, dan
penyakit jantung koroner.

-USG(Ultrasonografi) adalah pemeriksaan penunjang yang menggunakan


gelombang suara untuk menghasilkan gambar organ dan jaringan di dalam
tubuh.Pemeriksaan penunjang ini sering dilakukan untuk mendeteksi kelainan di
organ dalam tubuh, seperti tumor, batu, atau infeksi pada ginjal, pankreas, hati, dan
empedu
-CTscan(Computed tomography scan) adalah pemeriksaan penunjang yang
memanfaatkan sinar Rontgen dengan mesin khusus untuk menciptakan gambar
jaringan dan organ di dalam tubuh terlihat lebih jelas dari pada rongten biasa

-MRI(Magnetic resonance imaging) memanfaatkan gelombang magnet dan


gelombang radio berkekuatan tinggi untuk menggambarkan kondisi organ dan
jaringan di dalam tubuh.Dapat untuk memeriksa hampir seluruh bagian tubuh,
termasuk otak dan sistem saraf, tulang dan sendi, payudara, jantung, pembuluh
darah, serta organ dalam lainnya, seperti hati, rahim, dan kelenjar prostat.

-Fluoroskopi adalah metode pemeriksaan radiologis yang memanfaatkan sinar


Rontgen untuk menghasilkan serangkaian gambar menyerupai video.Pemeriksaan
ini umumnya dikombinasikan dengan zat kontras, agar gambar yang dihasilkan
lebih jelas.Digunakan untuk mendeteksi kelainan tertentu di dalam tubuh, seperti
kerusakan atau gangguan pada tulang, jantung, pembuluh darah, dan sistem
pencernaan.

5.Jika hasil pemeriksaan laboratorium ada penyakit pada organ jantung dan hati
yang harus dilakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan jantung dan
hati.Seperti pemeriksaan:

a. Pemeriksaan laboratorium pada organ jantung :

→ Elektrokardiografi (EKG)

EKG bertujuan merekam aktivitas listrik jantung pasien. Melalui EKG, dokter
dapat mengetahui apakah pasien pernah atau sedang mengalami serangan jantung.
EKG juga dapat membantu dokter mengetahui detak dan irama jantung pasien
ergolong normal atau tidak.Pada sejumlah kasus, dokter akan menyarankan pasien
menjalani Holter monitoring. Sama seperti EKG, pemeriksaan ini bertujuan
merekam aktivitas listrik jantung. Bedanya, pasien akan memakai perangkat kecil
yang disebut monitor Holter. Alat tersebut akan dikalungkan di dada pasien,
selama pasien beraktivitas dalam 24 jam

→ Foto Rontgen
Foto Rontgen di bagian dada dapat dilakukan guna melihat kondisi jantung, paru-
paru, dan pembuluh darah. Melalui foto Rontgen dada, dokter dapat mengetahui
bila ukuran jantung membesar atau terdapat gangguan pada paru-paru.

→ CT scan dan MRI scan

Dua tes pencitraan ini dapat dilakukan untuk melihat kondisi jantung dengan lebih
detail, yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan foto Rontgen. Pemeriksaan ini
juga bisa memperlihatkan bila ada penumpukan kalsium di pembuluh darah, yang
dapat memicu penyakit jantung koroner.

→ Uji tekanan (stress test)

Bila gejala yang dialami pasien lebih sering muncul saat sedang beraktivitas,
dokter akan menyarankan uji tekanan. Tes ini bertujuan mengukur kerja jantung
pasien ketika beraktivitas. Dalam uji tekanan, pasien akan diminta berjalan di
treadmill, atau mengayuh sepeda statis, sambil menjalani pemeriksaan EKG di saat
yang bersamaan. Pada saat pasien tidak dapat beraktivitas, dokter akan memberi
obat untuk meningkatkan detak jantung sambil

→ Ekokardiografi

ekokardiografi adalah pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara (seperti


USG), untuk menampilkan gambaran jantung pasien di monitor. Selama
ekokardiografi dilakukan, dokter dapat memeriksa, apakah semua bagian dinding
jantung berfungsi baik dalam memompa darah. Dinding jantung yang bergerak
lemah, bisa disebabkan oleh kekurangan oksigen, atau adanya kerusakan akibat
serangan jantung. Hal tersebut bisa menjadi tanda PJK

→ Pemeriksaan enzim jantung

Pemeriksaan enzim jantung dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien,


untuk diperiksa di laboratorium. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mengetahui
kadar troponin T dalam darah pasien. Troponin adalah protein yang dihasilkan sel
jantung yang mengalami kerusakan. Pada seseorang yang terkena serangan
jantung, kadar troponin akan meningkat dalam 3-12 jam setelahnya. Kadar
troponin akan mencapai puncaknya dalam 1-2 hari, dan kembali normal setelah 5-
14 hari. Kadar troponin terkait secara langsung dengan tingkat kerusakan otot
jantung. Dengan kata lain, makin tinggi kadar troponin dalam darah, makin parah
pula kerusakan jantung yang dialami.

→ Pemeriksaan radionuklir

Pemeriksaan radionuklir digunakan untuk membantu mengukur aliran darah ke


otot jantung, saat beristirahat dan saat beraktivitas. Tes ini hampir sama seperti uji
tekanan, yaitu dengan meminta pasien berjalan di treadmill atau mengayuh sepeda
statis. Bedanya, tes ini dapat menunjukkan informasi yang lebih lengkap dengan
menampilkan gambar jantung pasien.

Sebelum tes dilakukan, pasien akan disuntikkan zat radioaktif yang disebut isotop.
Bila pasien tidak dapat berjalan di treadmill atau menggunakan sepeda statis,
dokter akan memberikan obat untuk meningkatkan detak jantung pasien.
Kemudian, kamera akan diarahkan ke dada pasien, dan menangkap gambar saat
isotop mengalir ke jantung.

→ Kateterisasi jantung dan angiografi koroner

Katerisasi jantung bertujuan untuk melihat kondisi jantung, dengan memasukkan


kateter melalui pembuluh darah di lengan atau paha untuk diarahkan ke jantung.
Kemudian, dokter akan menjalankan prosedur angiografi koroner. Prosedur ini
dilakukan dengan menyuntikkan cairan kontras, dan menggunakan foto Rontgen
untuk melihat aliran darah menuju jantung. Melalui angiografi koroner, dokter
dapat mengetahui bila ada penyumbatan di pembuluh darah.

b. Pemeriksaan laboratorium pada organ hati :

→ Tes Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) atau Alanine


Transaminase (ALT)

Tes ini dilakukan untuk mengetahui kadar enzim SGPT di dalam darah.
Normalnya, enzim SGPT lebih banyak ditemukan di dalam sel-sel hati dan sedikit
di dalam darah. Namun, bila sel-sel hati rusak, maka enzim SGPT yang ada di sel-
sel hati akan terlepas ke dalam darah, sehingga kandungan enzim tersebut di dalam
darah akan meningkat.

→ Tes Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT) atau Aspartat


Aminotransferase (AST)
Tes yang satu ini berguna untuk mengukur kadar enzim SGOT di dalam darah.
Hampir sama seperti enzim SGPT, normalnya enzim SGOT juga ditemukan dalam
jumlah yang sedikit di dalam darah. Namun, bila terjadi kerusakan liver, maka
kadar enzim SGOT di dalam darah akan meningkat.

→ Tes Albumin

Albumin adalah protein yang diproduksi hanya oleh hati. Fungsi albumin dalam
darah, yaitu untuk memberikan nutrisi bagi jaringan, mencegah kebocoran cairan
dari pembuluh darah dan membantu perpindahan hormon, serta vitamin dan
senyawa lain di dalam darah. Bila kadar albumin dalam darah lebih rendah dari
yang seharusnya, maka itu berarti hati tidak berfungsi dengan baik.

→ Tes Bilirubin

Bilirubin adalah produk dari sisa penghancuran sel darah merah yang dihasilkan
oleh hati. Bilirubin ini akan dibuang melalui saluran pencernaan bersama feses.
Namun bila hati rusak, maka pembuangan bilirubin akan terhambat, sehingga
menyebabkan kadar bilirubin dalam darah meningkat.

→ Tes Alkali Fosfatase

Alkali fosfatase adalah sejenis enzim yang biasanya ditemukan di empedu, kantung
empedu, dan hati. Konsentrasi enzim ALP akan meningkat bila hati atau kantung
empedu mengalami gangguan atau rusak.

→ Tes Gamma-Glutamyl Transferase

Sementara gamma-glutamyl transferase (GGT) adalah enzim yang terdapat di


berbagai organ tubuh, tetapi konsentrasinya paling tinggi di hati. GGT akan
meningkat bila hati atau saluran empedu rusak.

Anda mungkin juga menyukai