Anda di halaman 1dari 4

1.

Pemeriksaan Urin
a. Urinalisis
Analisis volume dan sifat fisik, kimia, dan mikroskopik urin, yang disebut
urinalisis. Asupan cairan, tekanan darah, osmolaritas darah, diet, suhu tubuh,
diuretik, keadaan mental, dan kesehatan umum mempengaruhi volume urin.
Volume urin yang dikeluarkan setiap hari pada orang dewasa normal adalah 1–2
liter (sekitar 1–2 qt).
Urine normal hampir bebas protein. Larutan khas yang biasanya ada
dalam urin termasuk elektrolit yang disaring dan disekresikan yang tidak diserap
kembali, urea (dari pemecahan protein), kreatinin (dari pemecahan kreatin fosfat
dalam serat otot), asam urat (dari pemecahan asam nukleat), urobilinogen (dari
pemecahan asam nukleat), urobilinogen (dari pemecahan hemoglobin), dan
sejumlah kecil zat lainnya, seperti asam lemak, pigmen, enzim, dan hormon.
b. Tes Darah
Dua tes pemeriksaan darah dapat memberikan informasi tentang fungsi
ginjal. Salah satunya adalah tes blood urea nitrogen (BUN), yang mengukur
nitrogen darah yang merupakan bagian dari urea yang dihasilkan dari katabolisme
dan deaminasi asam amino. Ketika laju filtrasi glomerulus menurun drastis,
seperti yang dapat terjadi pada penyakit ginjal atau obstruksi saluran kemih, BUN
meningkat tajam
c. Renal Plasma Clearance
Renal Plasma Clearance adalah volume darah yang dibersihkan dari suatu
zat per unit waktu, biasanya dinyatakan dalam satuan mililiter per menit.
Clearance plasma ginjal yang tinggi menunjukkan ekskresi yang efisien dari suatu
zat dalam urin; clearance rendah menunjukkan ekskresi yang tidak efisien.

2. Pemeriksaan Fisik (Tekanan Darah)


NORMAL
Tekanan darah normal pria dewasa kurang dari 120 mmHg sistolik dan kurang dari 80
mmHg diastolik. Misalnya, "110 lebih dari 70" (ditulis sebagai 110/70) adalah tekanan darah
normal. Pada wanita dewasa muda, tekanannya lebih sedikit 8 hingga 10 mmHg. Orang yang
berolahraga secara teratur dan berada dalam kondisi fisik yang baik mungkin memiliki tekanan
darah yang lebih rendah. Dengan demikian, tekanan darah sedikit lebih rendah dari 120/80
mungkin merupakan tanda kesehatan dan kebugaran yang baik.

HOW TO MEASURED
Ketika tekanan manset lebih besar dari 120 mm Hg dan melebihi tekanan darah
sepanjang siklus jantung:
Tidak ada darah yang mengalir melalui pembuluh.
1. Tidak ada suara yang terdengar karena tidak ada darah yang mengalir.

Ketika tekanan manset antara 120 dan 80 mm Hg:


Aliran darah melalui pembuluh turbulen bila tekanan darah melebihi tekanan manset.

2. Bunyi pertama terdengar pada tekanan sistolik puncak.


3. Suara terputus-putus dihasilkan oleh aliran turbulen karena tekanan darah secara siklis
melebihi tekanan manset.
Ketika tekanan manset kurang dari 80 mm Hg dan di bawah tekanan darah selama siklus
jantung:
Darah mengalir melalui pembuluh dengan cara laminar yang halus.
4. Bunyi terakhir terdengar pada tekanan diastolik minimum.
5. Tidak ada suara yang terdengar setelahnya karena aliran laminar yang lancar dan tidak
terputus.

Tekanan darah berarti tekanan pada arteri yang dihasilkan oleh ventrikel kiri selama sistol dan
tekanan yang tersisa di arteri ketika ventricle pada keadaan diastole. Tekanan darah biasanya
diukur dalam arteri brakialis di lengan kiri. Perangkat yang digunakan untuk mengukur tekanan
darah adalah sphygmomanometer. Terdiri dari manset karet yang terhubung ke bola karet
(bulb) yang digunakan untuk mengembangkan manset dan meteran yang memperlihatkan
tekanan di manset. Mengukur tekanan darah dengan cara lengan pasien bertumpu pada meja
hingga hampir sama dengan jantung, manset sphygmomanometer meliliti lengan kosong.
Manset mengembang dengan meremas bulb sampai arteri brakialis dikompresi dan aliran
darah berhenti, sekitar 30 mmHg lebih tinggi dari tekanan sistolik orang yang biasa. Teknisi
menempatkan stetoskop di bawah manset pada arteri brakialis, dan perlahan mengempiskan
manset. Ketika manset cukup kempes untuk memungkinkan arteri terbuka sehingga semburan
darah melewati, menghasilkan suara pertama yang terdengar melalui stetoskop. Suara ini
disebut juga dengan tekanan darah sistolik (SBP), kekuatan tekanan darah pada dinding arteri
tepat setelah kontraksi ventrikel. Saat manset mengempis lebih lanjut, suara menjadi terlalu
samar untuk didengar melalui stetoskop. Keadaan ini, disebut tekanan darah diastolik (DBP),
merupakan gaya yang diberikan oleh darah yang tersisa di arteri selama relaksasi ventrikel.
Pada tekanan di bawah tekanan darah diastolik, suara menghilang sama sekali. Berbagai suara
yang terdengar saat mengambil tekanan darah disebut suara Korotkoff.

Hemodialisis
Hemodialisis adalah prosedur cuci darah untuk gagal ginjal yang paling banyak dikenal.
Hemodialisis dilakukan menggunakan mesin khusus untuk menyaring darah dan
menggantikan ginjal yang rusak.
Pada proses cuci darah ini, petugas medis akan memasukkan jarum ke pembuluh
darah untuk menghubungkan aliran darah dari tubuh ke mesin pencuci darah. Setelah
itu, darah kotor akan disaring oleh mesin pencuci darah. Setelah tersaring, darah yang
bersih akan dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Prosedur hemodialisis biasanya menghabiskan waktu sekitar 4 jam per sesi dan
dilakukan setidaknya 3 sesi dalam seminggu. Prosedur ini hanya bisa dilakukan di klinik
cuci darah atau rumah sakit.

Dialisis peritoneal atau CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis)


Metode cuci darah ini menggunakan peritoneum atau selaput dalam rongga perut
sebagai penyaring. Peritoneum memiliki ribuan pembuluh darah kecil yang bisa
berfungsi selayaknya ginjal.
Prosedur dilakukan dengan membuat sayatan kecil di dekat pusar sebagai jalan masuk
selang khusus atau kateter. Kateter tersebut akan ditempatkan di dalam rongga perut
secara permanen. Fungsinya untuk memasukkan cairan dialisat.
Saat darah melewati pembuluh darah yang melapisi rongga peritoneum, produk limbah
dan kelebihan cairan akan ditarik keluar dari darah dan masuk ke cairan dialisat.
Setelah selesai, cairan dialisat yang sudah mengandung zat sisa dialirkan ke kantong
khusus yang kemudian dibuang. Cairan dialisat ini kemudian diganti dengan yang baru.
Keuntungan proses cuci darah dengan metode ini adalah bisa dilakukan di rumah,
kapan saja, dan biasanya dilakukan saat penderita gagal ginjal sedang tidur. Namun,
metode ini harus dilakukan 4 kali sehari dan memakan waktu sekitar 30 menit.

Anda mungkin juga menyukai