Direktur Rumah Sakit “Sultan Hadlirin” STANDAR Jepara PROSEDUR OPERASIONAL
dr.H.GUNWAN W.S.DTMH, M.Kes
PENGERTIAN Memberikan suatu penjelasan kepada pasien dan keluarganya yang akan dilakukan tindakan medis, dimana penjelasan dilakukan oleh petugas rumah sakit TUJUAN Sebagai acuan dalam langkah memberikan informasi dan penjelasan kepada pasien sebagai bukti kekuatan hukum KEBIJAKAN 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 Tahun 2012, tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit 2. SK Direktur Rumah Sakit Islam “Sultan Hadlirin” Jepara Nomor : IV.01 / 124 / RSI / III / 2017 Tentang Pemberian Informasi dan Edukasi Kepada Pasien/Keluarga Rumah Sakit Islam “Sultan Hadlirin” Jepara 1. Setelah pasien diperiksa status kesehatannya oleh dokter, bila diperlukan suatu tindakan medis maka dokter yang memeriksa harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya kecuali bila dokter PROSEDUR menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien. 2. Pada saat dokter memberikan penjelasan kepada pasien maka dokter harus menjelaskan mengenai : a) Diagnosis penyakitnya b) Sifat dan luasnya tindakan medis yang akan dilakukan c) Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan medistersebut d) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi e) Alternatif prosedur atau cara lain tindakan medis yang dapat dilakukan f) Konsekuensinya apabila tidak dilakukan tindakan medis tersebut g) Prognosis penyakit apabila tindakan medis tersebut dilakukan atau tidak dilakukan h) Keberhasilan/ketidak berhasilan tindakan medis tersebut 3. Pelaksanaan informed consent dianggap benar bila persetujuan atau penolakan tindakan medis : a) Diberikan tanpa paksaan b) Diberikan setelah mendapatkan informasi dan penjelasan yang diperlukan c) Dilakukan oleh pasien dewasa yang sehat mental (lebih dari 21 tahun) d) Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua/wali atau orang tua/wali berhalangan hadir, maka persetujuan diberikan oleh keluarga terdekat atau induk semang dengan menandatangani format yang disediakan 4. Persetujuan tindakan medis ini diperlukan untuk tindakan medis bedah yang menggunakan narkose umum, tindakan medis yang berisiko tinggi, tindakan medis pada pasien gawat darurat yang tidak sadar 5. Bila pasien menolak dilakukan tindakan medis terhadapnya setelah diberikan penjelasan yang cukup, maka pasien harus menandatangani surat penolakan tindakan medis 6. Pada tindakan berisiko tinggi dan tindakan medis bedah, informed concent harus ditanda tangani oleh pasien itu sendiri, dokter yang bertanggung jawab dan dua orang saksi 7. Dalam hal pasien tidak sadar serta tidak didampingi keluarga terdekat dan secara medis berada dalam keadaan yang gawat darurat yang perlu tindakan medis segera untuk kepentingannya, maka lembar persetujuan dapat ditanda tangani oleh dua dokter yang menangani pasien tersebut atas persetujuan direktur rumah sakit 8. Perluasan tindakan medis/operasi selain tindakan medis yang telah disetujui , tidak dibenarkan tindakan medis tersebut tersebut terpaksa dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien 9. Setelah perluasan tindakan medis/operasi sebagaimana tersebut diatas dilakukan, dokter harus memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya 10. Dokter yang akan melakukan tindakan medis memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi dan penjelasan yang diperlukan, apabila berhalangan informasi dan penjelasan yang harung diberikan dapat diwakilkan kepada dokter lain dengan sepengetahuan dokter yang bersangkutan 11. Dalam hal tindakan medis yang bukan bedah (operasi) dan tindakan non invasif lainnya, maka informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat dengan sepengetahuan atau petunjuk doktere yang yang tanggung jawab. UNIT TERKAIT 1. Direktur RS 2. Dokter 3. Perawat