Produk dan aktivitas yang ditawarkan Bank selalu mengalami perkembangan, seiring dengan
kemajuan teknologi dan tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Hal ini
mengakibatkan eksposur risiko yang ditanggung Bank dari penerbitan produk dan pelaksanaan
aktivitas baru tersebut menjadi semakin tinggi.
Peningkatan risiko yang dihadapi Bank perlu diimbangi dengan upaya pengendalian risiko yang
memadai dengan meningkatkan kualitas penerapan Manajemen Risiko secara efektif.
Peningkatan kualitas penerapan Manajemen Risiko khususnya terkait produk atau aktivitas baru
antara lain dilakukan melalui peningkatan kualitas perencanaan, pelaksanaan maupun pelaporan
produk atau aktivitas baru Bank dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian, aspek hukum,
kompetensi pegawai, dan kesiapan infrastruktur yang mendukung produk dan aktivitas baru
tersebut.
Perlunya peningkatan kualitas penerapan Manajemen Risiko tersebut tidak hanya ditujukan untuk
kepentingan Bank, tetapi juga bagi kepentingan nasabah serta kecukupan transparansi informasi
terkait produk dan aktivitas baru tersebut, yang diwujudkan dalam bentuk Pedoman Operasional
mengenai Produk dan Aktivitas Baru.
Pedoman ini disusun sebagai acuan Bank dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan maupun
pelaporan produk atau aktivitas baru Bank.
Untuk meningkatkan daya saing Bank Perkreditan Rakyat, perlu adanya inovasi baru terhadap
produk dan aktivitas Bank Perkreditan Rakyat. Sehingga dengan semakin kompleknya produk
dan aktivitas Bank Perkreditan Rakyat, maka semakin meningkat pula risiko yang dihadapi oleh
Bank Perkreditan Rakyat.
Sesuai dengan POJK No. 13/POJK.03/2015 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bab VIII
Pasal 18 menerangkan bahwa dalam rangka pengelolaan risiko yang melekat pada penerbitan
produk dan/atau pelaksanaan aktivitas baru, BPR wajib memiliki kebijakan dan prosedur secara
tertulis.
2.1 Organisasi
Penerbitan produk dan/atau pelaksanaan aktivitas baru Bank wajib dilakukan oleh Tim
Khusus.
Tim Khusus sebagaimana dimaksud pada point 1 (satu) di atas, dapat merupakan :
a. Gabungan dari beberapa karyawan Bank yang diberi penugasan khusus;
b. Unit tertentu Bank yang memiliki area tugas dalam pengembangan produk Bank;
c. Kombinasi dari point a dan b.
Pembentukan dan pembubaran Tim Khusus wajib didasarkan atas penugasan / ketetapan
Direksi Bank.
Bank dapat melakukan penambahan anggota Tim, apabila tuntutan pekerjaan yang lebih
besar dari jumlah sumber daya manusia (SDM) yang efektif tersedia;
Bank dapat melakukan pengurangan anggota Tim, apabila :
a. SDM yang efektif tersedia lebih besar daripada tuntutan pekerjaan;
b. pertimbangan – pertimbangan lain yang dapat meningkatkan kualitas kerja Tim.
Bank dapat melakukan penggantian anggota Tim, apabila :
a. terdapat anggota Tim yang mengundurkan diri;
b. terdapat anggota Tim yang dirasakan tidak dapat memberikan kontribusi yang maksimal
untuk mendukung tujuan Tim;
c. terdapat anggota Tim yang ditugaskan untuk kepentingan Bank yang lain.
2.5 Pengelolaan
Bank wajib melakukan pengelolaan atas Penerbitan Produk Bank atau pelaksanaan Aktivitas
baru yang dijalankan, dengan tetap mengutamakan kepentingan nasabah, Bank, tanpa
meninggalkan prinsip kehati – hatian, dilakukan setidaknya melalui :
1. pemantauan berkala atas Produk atau aktivitas baru tersebut, baik dari sisi tingkat
keberhasilan, risiko, maupun realisasi dibandingakan dengan rencana yang telah ditetapkan;
2. melakukan contingency plan apabila terdapat kondisi - kondisi yang tidak sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan atau cenderung merugikan Bank.
Pelaksanaan identifikasi produk dan aktivitas baru dilakukan secara menyeluruh atas 6 (enam) jenis
risiko, sebagai berikut :
1. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada Bank.
2. Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang
jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang
dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
3. Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal
yang mempengaruhi operasional Bank.
4. Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
5. Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang
bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank.
6. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan
suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Sementara itu dalam mengevaluasi jasa yang bersifat intangible, Bank dapat
mempertimbangkan beberapa faktor di bawah ini, yaitu:
a. Bukti fisik (tangible) adalah bukti langsung yang berupa fasilitas fisik, perlengkapan
karyawan, dan sarana penunjang lainya.
b. Keandalan (reliability) yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera dan memuaskan.
c. Daya tangkap (responsiveness) yaitu keinginan para staf dan karyawan untuk
membantu para Nasabah dan memberikan pelayanan yang tanggap.
d. Jaminan (assurance), kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya dimiliki para
staf, bebas dari bahaya, risiko atau gangguan.
3. Kualitas Pelayanan
Bank memiliki visi, komitmen dan menciptakan suasana manajemen yang baik, memiliki
komitmen yang besar terhadap kepuasan Nasabah, dilakukan diantaranya melalui :
a. Pensejajaran dengan Nasabah. Hal tersebut dapat dilakukan melalui beberapa hal
berikut ini :
1) Bank menjadikan Nasabah dan/atau calon Nasabah sebagai mitra dalam hal
penasehat penjualan.
2) Bank tidak menjanjikan Nasabah dan/atau calon Nasabah sesuatu yang lebih
daripada yang dapat diberikan.
3) Masukan dan umpan balik dimasukan dalam pengembangan produk
b. Bank memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan dan mengatasi permasalahan
Nasabah. Bank mengembangkan sifat “customer driver“ yang selalu berupaya untuk
mengidentifikasikan dan mengatasi permasalahan Nasabah. Hal tersebut dapat
dilakukan melalui :
1) Melakukan pemantauan dan analisa atas keluhan Nasabah;
1. Bank memiliki sistem informasi Akuntansi yang memadai dan andal untuk mendukung
pelaksanaan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian, serta pelaporan
Risiko dalam kondisi normal dan kondisi krisis secara lengkap, akurat, kini, dan utuh.
2. Sistem informasi Akuntansi Bank dapat menyediakan informasi terkini dan tepat waktu
mengenai profil Risiko kepada Dewan Komisaris, Direksi, dan satuan kerja yang terkait dalam
pengelolaan produk dan/atau aktivitas baru Bank.
3. Sistem informasi Bank dapat menyajikan data yang terkini dari :
a. Tingkat kerugian;
b. Tingkat keuntungan;
Atas produk atau aktivitas baru Bank.
4. Sistem informasi Akuntansi produk dan/atau aktivitas baru dipastikan telah terintegrasi dengan
sistem akuntansi Bank secara keseluruhan
5. Data pribadi Nasabah yang memerlukan persetujuan Nasabah untuk dapat diberikan
dan/atau disebarluaskan kepada pihak lain diluar badan hukum Bank untuk tujuan komersial
adalah :
a. Nama Nasabah;
b. Alamat;
c. Tanggal lahir dan/atau umur;
d. Nomor telepon;
e. Nama ibu kandung; dan
f. Keterangan lain yang merupakan identitas pribadi.
6. Pemberian Data Pribadi Nasabah oleh Bank kepada pihak lain dalam rangka pengalihan
dan/atau penjualan aktiva Bank tidak termasuk dalam pemberian dan/atau penyebarluasan
data pribadi Nasabah yang memerlukan persetujuan Nasabah terlebih dahulu.
7. Dalam hal Bank akan menggunakan data pribadi seseorang dan/atau sekelompok orang
yang diperoleh dari pihak lain untuk tujuan pemasaran Produk Bank maka penggunaan data
1. Apabila Otoritas Jasa Keuangan memerintahkan Bank untuk menghentikan penerbitan produk
atau pelaksanaan aktivitas baru, maka Bank :
a. dilarang melakukan transaksi baru; dan
b. tetap bertanggung jawab kepada nasabah atas penyelesaian kewajiban terkait produk yang
telah diterbitkan atau aktivitas yang telah dilaksanakan.
2. Bank dilarang menugaskan atau menyetujui pengurus dan/atau pegawai Bank untuk
memasarkan produk atau melaksanakan aktivitas yang bukan merupakan produk atau aktivitas
Bank dengan menggunakan sarana atau fasilitas Bank, termasuk :
a. memasarkan produk yang dinyatakan sebagai produk Bank, namun tidak tercatat dalam
pembukuan atau administrasi Bank.
b. memasarkan produk atau aktivitas Bank yang memenuhi kriteria sebagai produk atau
aktivitas baru, namun belum dilaporkan dan/atau belum mendapat penegasan dari Otoritas
Jasa Keuangan.