Makalah Disleksia
Makalah Disleksia
Disusun oleh :
1. Theodora Hartiti 20188600031
2. Indri Yani Susanti 20188600023
3. Suratman 20188600014
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji dan syukur tidak lupa kita panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya kami dapat
menyusun makalah ini dengan segala kemampuan dan keterbatasan
yang kami miliki. Materi makalah yang kali ini kami akan sampaikan
ialah berjudul “DISLEKSIA”.
Dalam penulisan makalah ini kami mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik itu dari dosen mata kuliah dan teman-teman
sekalian, karenanya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut andil dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu kami berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar dalam
penyusunan makalah berikutnya kami dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga makalah kami ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi para pembaca. Terima kasih dan selamat membaca.
Penyusun
2|DISLEKSIA
DAFTAR ISI
3|DISLEKSIA
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesulitan belajar pada umumnya dari kesulitan belajar
spesifik khususnya pada anak merupakan masalah, baik di sekolah
maupun di lingkungan sosialnya. Bila tidak ditangani dapat
merupakan masalah seumur hidupnya. Salah satu dari kesulitan
belajar spesifik yang mendapat perhatian adalah kesulitan membaca
atau disleksia, karena kemampun membaca merupakan dasar atau
fondasi untuk memperoleh kepandaian skolastik lainnya (Rapin,
1993). Frank Wood (1993) bahkan menyatakan dalam penelitian
epidemiologisnya, kesulitan membaca merupakan lebih dari 90%
dari kelainan non-psikiatris pada anak – anak sekolah. Pada anak-
anak disebut disleksia perkembangan karena terjadinya pada masa
perkembangan anak.
Disleksia perkembangan merupakan salah satu gangguan
perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang rentang hidup
(developmental disorders across the life span). Tidak jarang anak-
anak yang mengalami disleksia terutama yang ringan dianggap atau
“dicap” sebagai anak yang bodoh, malas, kurang berusaha, ceroboh,
sehingga timbul rasa rendah diri, kurang percaya diri dan
mengalami gangguan emosional sekunder. Padahal tidak jarang
penyandang disleksia mempunyai intelingensi yang tinggi seperti
antara lain Nelson Rockefeller, Albert Einstein, Churchiil yang
disebut Gifted dyslexics.
4|DISLEKSIA
Negara-negara yang sudah berkembang membenuk
asosiasi disleksia dan “dyslexia centres” untuk esesmen dan
penanganan penyandang desleksia. Di Singapura misalnya didirikan
DAS-Dyslexia Association Singapore Learning Centre (The Straits
Time, 28 march 1994).
Di Indonesia kesulitan membaca atau disleksia pada
umumnya sudah dikenal, namun jenis atau tipe disleksia masih
kurang dikenal sehingga program penanganan yang diberikan
kurang terstruktur, komprehensif, dan mendalam yang
menyebabkan hasil kurang optimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Disleksia ?
2. Apa saja ciri-ciri anak Disleksia ?
3. Apa penyebab anak Disleksia ?
4. Apa saja macam/ tipe Disleksia ?
5. Apa saja terapi untuk anak Disleksia ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian dan latar belakang terjadinya
kesulitan belajar khususnya Disleksia.
2. Mengetahui ciri, penyebab, dan macam-macam anak
Disleksia.
3. Menjelaskan peran penting orang tua terhadap
perkembangan anaknya.
5|DISLEKSIA
Bab II
PEMBAHASAN
6|DISLEKSIA
dan mengeja. Anak-anak yang tidak mengalami disleksia
mengembangkan bahasa ketika mereka mengembangkan
kemampuan kognitif lainnya, dengan secara aktif mencoba
mengerti apa yang mereka dengar, melihat pola-pola, dan
membuat aturan untuk menyatukan potongan-potongan bahasa
yang rumit. Namun, hal ini tidak berlaku pada anak disleksia.
Gangguan disleksia tidak akan berdiri sendiri, karena adanya
disleksia juga akan memengaruhi keterampilan lainnya, seperti
gangguang menulis (disgrafia), dan gangguan berhitung
(diskalkulia).
Biasanya pada anak disleksia ada tiga tanda pokok yang perlu
diamati yang bias menjadi acuan apakah anak itu mengalami
disleksia atau tidak, di antaranya sebagai berikut :
1. Tidak bisa membedakan huruf (susah membedakan huruf
yang mirip, contoh : huruf b dan huruf d)
2. Tidak bisa mengeja (biasanya mereka mengeja secara
terbalik, contoh : ubi dibaca ibu)
3. Tidak paham tentang bacaan (mereka tidak mampu
menjelaskan yang mereka baca, akibatnya mereka susah
konsentrasi, maka mereka lebih suka bermain dan sering
mengganggu temannya)
Kadang karena kurangnya pemahaman orang tentang disleksia,
orang akan menilai anak disleksia seperti anak keterbelakangan
mental, padahal sebenarnya justru mereka anak yang cerdas pada
kemampuan lainnya. Misalnya, kemampuan bersosialisasi dan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Karena disleksia
7|DISLEKSIA
sendiri tidak disebabkan oleh tingkat kecerdasan anak yang
rendah. Cuma mereka dalam membaca dan menulis dibawah anak-
anak pada umumnya.
8|DISLEKSIA
pertaman saya”, huruf-huruf yang ada ditulisan
disubtitusi dengan huruf lain, atau urutan-urutannya
dipindah.
Tidak bisa membaca dalam waktu yang lama.
3. Karakteristik dalam Visual dan Penulisan
Menulis kalimat secara berantakan, tanpa spasi, atau
ukuran huruf yang tidak konsisten.
Melihat tulisan seakan-akan semua berbaur, atau
sebaliknya terpenggal-penggal sehingga merasa
kebingungan ketika harus membaca.
Menulis dengan bentuk yang terbalik.
9|DISLEKSIA
Salah satu penyebab terhambatnya anak disleksia dalam
melakukan pemrosesan bahasa adalah karena terjadinya
pemusatan pada perjalanan saraf penghubung atau confusing
traffic jam of nerve signal menjadikan proses penginformasian
antarsaraf semakin lama (Devaraj, 2006:36). Berikut adalah hasil
scanning FMRI (Fungctional Magnetic Resonance Imaging) anak
disleksia pada saat melakukan pemrosesan kegiatan membaca.
10 | D I S L E K S I A
mulai belajar membaca. Sering kali, gur-guru dan orang tua
mengira penderita hanya kurang latihan membaca sehingga tidak
lancar dan salah dalam membaca. Padahal, kesulitan membaca
tetap dialami walaupun penderita telah diajarkan cara membaca
dengan baik. Selain itu, penderita juga sering melakukan
kesalahan dalam membaca soal-soal yang diberikan sehingga
nilainya tidak terlalu bagus.
Pada penderita gangguan disleksia, tidak ditemukan adanya
gangguan terhadap tingkat kepandaian, penglihatan, pendengaran,
dan mereka sehat secara fisik.
Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan
sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau
perubahan cara otak kiri membaca). Developmental
dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat
genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini
berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi
tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area
fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia
bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-
balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf,
bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna
instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah,
umumnya penderita disleksia dapat mengalami kesulitan
menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan
memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.
11 | D I S L E K S I A
Hingga saat ini, telah ditemukan beberapa alat bantu untuk
dapat melakukan, mengenali dan menyaring penderita, bahkan
untuk anak-anak yang belum memasuki usia sekolah.
Dari dua tipe disleksia diatas, kiranya dapat dijabarkan lagi
tentang tipe-tipe disleksia, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Disleksia Perifer
a) Disleksia Tipe Neglect
Pada tipe ini, penderita tidak membaca atau salah
membaca 1-2 huruf pertama sebuah kata. Contohnya :
‘dan’ dibaca ‘ban’
‘malam’ dibaca ‘alam’
‘mulut’ dibaca ‘lutut’
b) Disleksia Tipe Attention
Pada tipe ini, penderita kesulitan untuk membaca
beberapa kata secara berurutan. Penderita merasa huruf-
huruf dalam kata tersebut berpindah-pindah dan membentuk
kata baru. Contohnya : pada kata ‘malas’ dan ‘salam’ dibaca
menjadi ‘malam’.
c) Disleksia Tipe Letter by Letter
Pada tipe ini, penderita tidak dapat membaca huruf sesuai
dengan fonetiknya atau bunyi yang dihasilkan oleh manusia,
tetapi sesuai dengan nama huruf tersebut. Disleksia tipe inin
lebih mudah dicontohkan ke dalam bahasa inggris karena
nama huruf dan pelafalan huruf dalam bahasa inggris
berbeda. Contohnya : pada kata ‘van’ huruf V dibaca
12 | D I S L E K S I A
‘VEH’, tetapi oleh penderita dibaca menjadi ‘VEE’ seperti
pada penamaan huruf tersebut.
13 | D I S L E K S I A
Pada disleksia ini, penderita kesulitan untuk membaca
kata baru dan kata yang baru dikenal. Tipe disleksia ini
berlawanan dengan disleksia tipe surface.
6. Disleksia Tipe Deep
Pada tipe ini, penderita lebih mudah untuk membaca
kata-kata yang memiliki bentuk secara nyata dan dapat
dibayangkan, seperti ‘buku’ dan ‘rumah’, daripada kata-
kata yang bersifat lebih abstrak, seperti ‘kejujuran’ dan
keadilan’.
14 | D I S L E K S I A
mengatasi yang sesuai dengan dirinya. Strategi atau cara itu
harus bisa diaplikasi si kecil untuk kehidupannya agar
melekat dan jadi bagian dirinya.
2. Terapi orthopaedagogy. Sering kali orang mengartikan
terapi ini sebagai terapi remedial atau pengulangan. Padahal
terapi ini untuk memperbaiki kemampuan dasar belajar.
Ada 12 sikap belajar yang perlu anak kembangkan, yakni
konsentrasi, ketelitian, tempo kerja/belajar, percaya diri,
kemandirian, respons instruksi, respons pertanyaan,
kooperatif, komunikatif, daya memori, daya juang dan
pemecahan masalah
3. Dyslexia treatment. Terapi ini merupakan terapi yang
dikembangkan secara khusus oleh para ahli untuk mengatasi
masalah Dyslexia yang masih menjadi misteri dalam dunia
kedokteran. Terapi ini dirancang dengan stimulus pada
gelombang otak yang sudah disesuaikan sehingga sangat
efektif untuk anda gunakan dalam mengatasi masalah
Dyslexia tersebut. Terapi ini diproduksi dalam bentuk CD
dan DVD dengan tujuan agar anda bisa mendapatkan dan
menggunakannya secara mudah.
15 | D I S L E K S I A
terjadi pada sebuah keluarga yang berlangsung secara turun-
temurun.
Kesulitan belajar pada anak disleksia, biasanya ditandai
dengan gejala-gejala awal seperti kesulitan mengingat huruf,
kesulitan membedakan huruf dan sering terbalik dalam
menggunakan huruf yang hamper sama seperti b,d,p,q,u,n.
kesulitan inilah yang mengakibatkan anak disleksia mengalami
masalah dalam membaca dan menulis.
Ada beberapa cara yang bisa anda lakukan untuk mengatasi
kesulitan belajar pada anak disleksia. Berikut ini beberapa cara
yang bisa anda jadikan refrensi untuk mengatasi kesulitan belajar
pada anak disleksia :
Menggunakan Media Belajar
Cara mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia
yang pertama adalah dengan menggunakan media
belajar. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, anak
disleksia cenderung lebih mudah memahami sesuatu
dengan gambar untuk membantumemudahkan dalam
mengenalkan huruf, membedakan huruf hingga akhirnya
anak disleksia mampu membaca dan menulis dengan
lancar.
16 | D I S L E K S I A
memberitahukan segala manfaat dan keuntungan yang
bisa diperoleh dari membaca dan menulis. Dengan
demikian, anak akan termotivasi dan terdorong untuk
bisa membaca dan menulis sendiri.
Tingkatkan Rasa Percaya Diri Anak
Kondisi anak disleksia yang mengakibatkan kesulitan
menulis dan membaca membuat sebagian anak disleksia
mengalami depresi dan kehilangan rasa percaya diri
karena kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah dan
terkadang juga dikucilkan oleh teman-temannya.
Penting meningkatkan rasa percaya diri pada anak
disleksia, karena dengan mengembalikan dan
meningkatkan rasa percaya diri anak, akan membuat
anak disleksia memiliki semangat belajar yang lebih
tinggi untuk mengatasi kesulitan belajar yang
dialaminya.
Jangan Pernah Menyalahkan Anak atas Kondisi
yang Dialaminya
Beberapa orang tua yang tidak siap memiliki anak
dengan disleksia cenderung menyalahkan anak karena
kondisi yang dideritanya. Padahal kondisi disleksia yang
menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar bukan
merupakan kesalahan yang dilakukan oleh anak, tetapi
karena adanya kesalahan dalam otak anak. Menyalahkan
anak atas kondisi yang dialaminya justru akan membuat
anak semakin depresi.
17 | D I S L E K S I A
Selalu Dampingi Anak dalam Belajar
Cara berikutnya adalah dengan mendapingi anak
dalam belajar. Dengan selalu mendampingi anak dalam
belajar, anak akan lebih mengingat apa yang
dipelajarinya. Selain itu, pendampingan belajar anak
secara rutin juga dapat meningkatkan rasa percaya diri
dan motivasi anak untuk selalu belajar.
18 | D I S L E K S I A
pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Salah satu
masalah dalam perkembangan peserta didik sekolah dasar adalah
Disleksia.
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik
agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya
seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai dalam tugas
perkembangan yang harus dikuasai seoptimal mungkin.
Layanan konseling individu merupakan sebuah layanan
konseling yang diberikan secara langsung dengan berhadapan
muka antara konselor dengan konseli. Layanan ini bertujuan
membantu konseli menemukan jalan keluar atau solusi dari
permasalahannya, konselor membantu konseli menemukan aspek-
aspek penting dari permasalahan dengan membentuk konsep diri
dari konseli.
Pelayanan bimbingan konseling bagi ABK akan amat erat
kaitannya dengan pengembangan kecakapan hidup sehari-hari
(daily living activities) yang tidak akan terisolasi dari konteks.
Oleh karena itu, pelayanan bimbingan konseling bagi ABK
merupakan pelayanan intervensi tidak langsung yang akan lebih
terfokus pada upaya mengembangkan lingkungan pengembangan
(in reach-outreach) bagi kepentingan fasilitasi konseli, yang akan
melibatkan banyak pihak didalamnya (Sunaryo, dkk: 2007, 33).
Dalam memberikan layanan konseling individu terdapat
beberapa teknik yang harus dikuasai oleh konselor. Teknik-teknik
yang digunakan dalam kegiatan konseling individu adalah sebagai
berikut :
19 | D I S L E K S I A
1. Teknik attending, perilaku attending disebut juga perikalu
menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata,
bahasa tubuh, dan bahasa lisan.
2. Teknik empati, yaitu kemampuan konselor untuk
merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berpikir
bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien.
3. Teknik refleksi, yaitu teknik memantulkan kembali kepada
klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai
hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan
nonverbalnya.
4. Teknik eksplorasi, yaitu teknik untuk menggali perasaan,
pikiran, dan pengalaman klien.
5. Teknik paraphrasing, yaitu teknik yang menyatakan
kembali esensi atau inti dari ungkapan klien kepada konselor
dengan menggunakan kalimat yang mudah dan sederhana.
6. Teknik pertanyaan terbuka, yaitu teknik untuk
memancing klien agar mengungkapkan perasaan,
pengalaman, dan pemikiran mereka.
7. Teknik pertanyaan tertutup, yaitu teknik bertanya dengan
tujuan untuk mengumpulkan informasi, menjernihkan
sesuatu, dan menghentikan pembicaraan.
8. Teknik dorongan minimal, yaitu teknik memberikan suatu
dorongan langsung dan singkat terhadap segala hal yang
diungkapkan klien.
20 | D I S L E K S I A
9. Teknik interprestasi, yaitu teknik untuk mengulas
pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk
pada teori-teori bukan pandangan subjektif konselor.
10.Teknik mengarahkan, yaitu teknik untuk mengajak dan
mengarahkan klien untuk melakukan sesuatu.
11.Teknik memimpin, yaitu teknik mengarahkan pembicaraan
dalam wawancara konseling sehingga tujuan konseling
tercapai.
12.Teknik fokus, yaitu teknik membantu klien memusatkan
perhatian pada pokok pembicaraan konseling.
13.Teknik informasi, yaitu teknik konselor untuk mendorong
klien mengadakan penelitian diri secara jujur, meningkatkan
potensi klien, dan membawa kepada klien kesadaran bahwa
didalam dirinya terdapat konflik atau pertentangan yang
harus diatasi.
21 | D I S L E K S I A
Bab III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada
seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut
dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Para ahli
meyakini bahwa faktor terbesar pada gangguan disleksia ini lebih
disebkan oleh faktor keturunan, 23-64% orang tua yang mengidap
disleksia cenderung akan memiliki anak yang disleksia juga.
Pentingnya peran orang tua/ guru dalam membantu mengatasi
kesulitan belajar pada anak disleksia, karena anak disleksia ini
bukanlah anak bodoh atau malas, tetapi cara belajar mereka yang
berbeda dengan anak normal lainnya.
B. SARAN
Anak-anak yang dicurigai mengalami disleksia sebaiknya dites
oleh ahli pendidikan yang terlatih atau psikolog. Dengan
menggunakan beragam tes, akan dapat diketahui jenis kekeliruan
yang kerap dilakukan anak tersebut dan dapat didiagnosis
masalahnya. Adapun jika anak itu memang disleksia, dapat
diajukan rekomendasi untuk penanganannya, seperti tutuorial,
speech terapi, atau rekomendasi mengenai penempatan anak
tersebut di kelas khusus.
22 | D I S L E K S I A
DAFTAR PUSTAKA
23 | D I S L E K S I A