Disusun Oleh :
1. Suranta (2020191101609)
2. Sri Wahyuni
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT bahwa dengan Rahmat dan Ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang “Pendidikan Dan Bimbingan ABK
Disgrafia”
Ada pun isi dari makalah ini adalah tentang sesorang atau individu yang mengalami
kesulitan daya tangkap otak dalam menerima pelajaran seperti membaca, menulis dan
lain sebagainya.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita semua dan dapat memenuhi tugas
yang Ibu berikan kepada penulis.
Penulis merasa penyusunan ini masih terdapat kekurangan untuk itu, penulis menerima
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai perbaikan bagi penulis untuk
masa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak memiliki hak yang sama dalam hal pendidikan dan dalam memperoleh
pengetahuan. Setiap anak berhak untuk menjadi pintar, tidak peduli apakah anak tersebut
mengalami gangguan atau tidak. Dewasa ini banyak gangguan yang dialami oleh anak-anak,
antara lain adalah disleksia dan disgrafia. Disleksia adalah kondisi ketika perbedaan kerja
otak yang membuat seorang individu dengan disleksia memproses informasi yang ditrerima
dari otak dengan cara yang berbeda. Sedangkan, disgrafia adalah gangguan menulis.
Sebagai guru, tujuan utama kita adalah memastikan, anak yang mengalami gangguan
disgrafia dan disleksia tidak dirugikan dalam lingkungan belajarnya, bila dibandingkan
dengan teman sebayanya, akibat kekurangannya tersebut. Guna mendorong kepercayaan
dirinya, penting untuk mempertimbangkan berbagai prosedur pengajaran menulis dan
membaca yang bervariasi. Harus diingat bahwa anak disleksia dan disgrafia sangatlah unik,
sehingga satu pendekatan bisa saja hanya berlaku bagi satu anak, bukan pendekatan ‘satu
untuk semua’ dan pendekatan mengajar yang berbeda mungkin dibutuhkan anak dengan
gangguan disleksia dan disgrafia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari disleksia dan disgrafia?
2. Apa karakteristik disleksia dan disgrafia?
3. Apa saja tipe dari disleksia?
4. Apa faktor penyebab disleksia dan disgrafia?
5. Bagaimana pendampingan untuk anak disleksia dan disgrafia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari disleksia dan disgrafia.
2. Untuk mengetahui karakteristik disleksia dan disgrafia.
3. Untuk mengetahui tipe disleksia dan disgrafia.
4. Untuk mengetahui faktor penyebab disleksia.
5. Untuk mengetahui pendampingan anak disleksia dan disgrafia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
DISLEKSIA
A. DEFINISI DISLEKSIA
Istilah disleksia berasal dari bahasa Yunani yang secara harafiah berarti kesulitan
dengan (dys) kata-kata (lexis). Disleksia merupakan salah satu disabilitas, dan tidaklah
mengejutkan jika hal itu dianggap sebagai sesuatu yang kontoversial. Karena secara alami
cara seseorang memperoleh kemampuan aksara sangatlah kompleks. Ada banyak alasan
mengapa seseorang mengalami kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Namun, tidak
semua individu tersebut tergolong ‘disleksia’.
Disleksia adalah kondisi ketika perbedaan kerja otak yang membuat seorang individu
dengan disleksia memproses informasi yang diterima dari otak dengan cara yang berbeda.
Akibatnya, orang dengan disleksia mengalami kesulitan memproses informasi. Perbedaan
tersebut membuat dirinya harus berusaha lebih keras dalam mengerjakan tugas seperti
membaca dan menulis, yang mengakibatkan disabilitas pada area tersebut. Maka dengan kata
lain, disleksia merupakan gangguan membaca dan mengeja. Anak-anak yang tidak
mengalami disleksia mengembangkan bahasa ketika mereka mengembangkan kemampuan
kognitif lainnya, dengan secara aktif mencoba mengerti apa yang mereka dengar, melihat
pola-pola, dan membuat aturan untuk menyatukan potongan-potongan bahasa yang rumit.
Namun, hal ini tidak berlaku pada anak disleksia. Gangguan disleksia tidak akan berdiri
sendiri, karena adanya disleksia juga akan memengaruhi keterampilan lainnya, seperti
gangguang menulis (disgrafia), dan gangguan berhitung (diskalkulia).
1
Bisa menjdai sangat keras kepala
Tidak suka perubahan
Suka meluapkan kemarahan
Mudah teralihkan perhatiannya
Sensitif terhadap keributan
Tampak tidak mendengarkan apa yang dikatakan orang lain
Kemungkinan memiliki masalah dengan kemampuan berbicara
Kurangnya koordinasi, sering menjatuhkan benda-benda dan mengetuk benda
berulang-ulang
Kemungkinan memiliki alergi
Kemungkinan memiliki penyakit yang berhubungan dengan stress
Kemungkinan terlihat sangat berbeda saat di sekolah dasar dibandingkan di tingkat
pendidikan seblumnya
b. Membaca
Tidak menguasai kemampuan membaca atau snagat terlambat menguasainya
Bila membaca untuk diri sendiri keras-keras, tetapi membuat banyak kesalahan
Bisa membaca cerita, tetapi kesulitan dengan pertanyaan ujian dan segala sesuatu
yang berbau teknis
Bisa membaca dengan sempurna, tetapi tidak memahhami apa yang dibaca
Harus membaca ulang beberapa kali untuk mengerti apa yang dibaca
Kebingungan
Tidak suka membaca dan mencoba menghindari aktivitas membaca. Biasanaya
kemampuan membaca diawali dengan cukup baik, tetapi semakin lama semakin
menurun
Terbolak-balik membaca suku kata atau kata
Meniadakan, salah membaca, atau mengganti kata-kata penghubung seperti “di” dan
“pada”
Bisa membaca satu kata dengan baik pada satu halaman, tetapi salah membaca kata
yang sama pada halaman yang berbeda.
1
c. Tulisan tangan
Tulisan tangan mungkin tidak terbaca
Tulisan tangan hanya ditulis pelan-pelan dan tedapat bekas tekanan pada halaman
buku (menulis dengan menekan bolpoin atau pensil)
Sulit merangkai huruf-huuf
Jarak anatakata huruf-huruf
Jarak antarkata tidak beraturan
Haruf-huruf ditulis secara tidak biasa untuk menyamarkan masalah ejaan
Proses menulis membuat stress dan terasa melelahkan
d. Mengeja
Kata-kata dieja seperti bunyinya
Pengejaan yang aneh sehingga menghailkan kata-kata yang tidak jelas
Ada bagian kata yang diulang, contohnya ”kemamampuan” untuk kata kemampuan
Ada bagian kata yang terboolak-balik, contohnya” lagu” untuk kata “gula”
Kesalahan pada kata-kata yang pendek, contohnya “wang” untuk kata “uang”
Dapat mengeja kata yag dihafalkan untuk ujian, tetapi tidak bisa menuliska kata-kata
tersebut
e. Komposisi menulis
Penulisan tidak teratur dan merasa kebingungan selama proses menulis
Sulit memulai
Kalimat-kalimat terangkai dengan kacau
Bisa memahami apa yang ingin ditulis secara keseluruhan, tetapi sulit
menyampaikannnya secara beuurutan
Pikiran terlalu cepat dibangdingkan dengan kemampuan menulis
Kata-kata pendek terlewatkan atau salah digunakan
Sering mencoret
Tidak bisa melihat kesalahan
Merasa menulis adalah sesuatu yang membuat fustrasi dan sering kali menghindarinya
jika memungkinkan
1
menulis adalah proses yang lamban, tidak putus asa di awal, tulisan sering kali
diulang
f. Tanda baca
Tanda baca tidak digunakan sama sekali
Beberapa tanda baca digunakan, tetapi tidak dipahami artinya
Tidak mengerti kapan tanda baca harus digunakan meskipun sudah diberi tahu
sebelumnya.
g. Matematika
Mungkin sangat pintar matematika
Mungkin merasa matematika sulit
Tidak memahami apa yang ditanya dalam soal matematika
Tidak bisa mengikuti langkah pengerjaan, contohnya perkalian panjang
Kesulitan memahami petunjuk, contohnya tidak memahami bahwa penjumlahan,
pembagian, atau perkalian harus dimulai dari kanan ke kiri
Merasa kebingungan dengan simbol-simbol matematika
Kesulitan mempelajari table perkalian mengalami masalah dengan penempatan nilai
(ratusan, puluhan, dan satuan)
Membolak balik angka.
Membuat banyak kesalahan kecil.
Mengalami kesulitan melengkapi penjumlahan yang hasilnya sudah diketahui,
contohnya 2 + … = 3
Dapat menemukan jawaban tapi tidak bias menunjukan bagaimana langkah kerja
untuk mendapatkan jawaban tersebut.
h. Bakat
Sering kali memiliki keterampilan interpersonal yang luar biasa.
Bia jadi ahli dalam memecahkan masalah.
Dapat berpikir secara 3 dimensi, yang memungkinkan berkembangnya bakat di bidang
desain, komputerisasi, dan seni peran.
Bisa jadi ahli di bidang olahraga.
Bisa jadi ahli di bidang seni, terutama seni 3 dimensi.
1
Sering kali sangat intuitif.
Memiliki keingintahuan yang tinggi tentang carabkerja sesuatu.
Sangat memperhatikan lingkungan dan memperhatikan detail.
Berpikir secara harfiah.
Berpikir secara menyeluruh.
Biasanya sangat pandai bermain lego saat masih kanak-kanak.
C. TIPE DISLEKSIA
Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired
dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca). Developmental
dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-
abu pada otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area
fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara,
artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf,
bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan
berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami kesulitan
menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis
dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.
1
Beberapa hal gangguan fungsi neurologis yang dapat menyebabkan gangguan fungsi
inteligensia pada dasarnya dilakukan pengamatan pada gejala-gejala yang ditimbulkannya,
menurut Aldenkamp dkk, dapat dibagi menjadi:
- Gangguan pada tempo urutan unit bahasa, yaitu gangguan pada pencandraan dan
mengingat
urutan huruf, suku kata, dan bunyian;
- Gangguan pada diskriminasi auditif, yaitu pada membedakan bunyian;
- Gangguan pada seleksi pencandraan/ seleksi perhatian, yaitu membedakan mana latar
- Gangguan pada pengenalan melalui pancaindra taktil, yaitu pengenalan figur melalui
perabaan.
E. PENDAMPINGAN DISLEKSIA
Mengidentifikasi dan Menilai Disleksia Di Kelas
Sebagai guru, sangatlah penting memastikan para peserta didik tidak memiliki
disleksia. Untuk itu, guru perlu melakukan identifikasi dan penilaian. Sebab, dengan
melakuakn pengamatan para praktisi dapat megumpulkan bukti-bukti yang berhubungan
dengan maalah keulitan membaca, menulis, atau mengeja agar bisa mendapatkan saran dan
bimbingan dari Koordinator ABK.
Di dalam pedoman ABK, dijelaskan bahwa anak yang menunjukkan kesulitan belajar
khusus, seperti disleksia membutuhkan program khusus utuk membantu perkembangan
kognitif dan pembelajaran. Guru harus menjalin hubungan yang dekat dengan peserta didik
dan peduli terhadap kemampuan membaca, menulis, mengeja, serta senantiasa
mengumpulkan bukti-bukti untuk menganalisis gangguan belajar para siswa. Pemberian
kesempatan belajar tambahan perlu dilaksanakan untuk memajukan kemampuan belajar
siswa. Apabila tidak banyak hal yang dapat dikatakan berhasil melalui tambahan belajar
tersebut, guru dapat membuat rencana kegiatan belajar dengan melibatkan peralatan spesialis
serta dukungan yang akan diberikan kepada siswa untuk memupuk kebutuhannya. Guru juga
1
dapat mengambil keputusan bersama orang tua murid untuk menentukan apakah siswa
tertentu membutuhkan spesialis dari luar untuk mengukur kemajuan anak.
1. Kesulitan
Sangat jelas bahwa anak disleksia cenderung memiliki kesulitan dalam menyusun dan
menguraikan tulisan. Kelsulitan ini mungkin terjadi akibat gangguan-gangguan dalam:
a. memperoleh pengetahuan fonologi
b. memori
c. mengorganisasi dan mengurutkan
d. pergerakan dan koordinasi
e. masalah bahasa
2. Ketidak sesuaian
3. Perbedaan
Harus diingat bahwa tidak semua anak disleksia memiliki malaah yang sama. Dengan
pemahaman ini, proses identifikasi harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. gaya belajar
b. lingungan ag dipilih utnuk belajar
c. strategi belajar
Pendampingan Untuk Anak Disleksia
Pendampingan untuk anak disleksia bisa dilihat dari beberapa sisi, antara lain :
1. Manajemen kelas
Kesadaran akan metode pengajaran dan pendekatan praktis yang spesifik untuk anak-anak
disleksia penting untuk dimiliki guru kelas. Berikut adalah beberapa cara pendampingan
untuk menjalankan kelas yang inklusif dan efektif, yaitu :
a. Saat memberikan instruksi pada anak disleksia, berikan hanya satu instruksi pada satu
waktu agar anak dapat memproses informasi secara eektif.
1
b. Manfaatkanlah teknologi informasi dengan menggunakan perangkat lunak pengenal
suara.
c. Berikan tambahan waktu kepada anak disleksia untuk menyelesaikan tugas
membaca/menulis jika diperlukan.
d. Saat mengajar, gunakan pendekatan visual dan kinestetik untuk memfasilitasi proses
belajar anak.
e. Berkomunikasi dengan coordinator ABK dan asisten pengajar secara berkala untuk
memastikan pendekatan yang konsisten diberikan kepada anak disleksia.
f. Hindari munculnya pengalih perhatian di kelas karena anak disleksia sulit berkonsentrasi
di kelas.
3. Merencanakan pembelajaran
Daftar berikut dapat digunakan ketika akan membuat lembar kerja :
a. Apakah ukuran huruf sudah cukup besar?
b. Apakah ada terlalu banyak huruf dalam satu halaman?
c. Apakah alat bantu visual dapat digunakan kapan pun dibutuhkan?
d. Apakah semua kalimat yang tertera didukung dengan gambaran visual?
1
e. Pertanyaan apa yang ingin saya ajukan tentang buku ini?
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Disleksia adalah kondisi ketika perbedaan kerja otak yang membuat seorang individu
dengan disleksia memproses informasi yang ditrerima dari otak dengan cara yang berbeda.
Dislesia disebabkan oleh gangguan fungsi neurologis. Sedangkan, disgrafia adalah gangguan
menulis yang biasanya diebabkan karena gangguan motoik halus pada lengan, sendi tangan
dan jari-jari, juga gangguan pada pencandraan secara visual.
Anak yang mengalami disleksia memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak
yang tidak mengalami gangguan dislkesia, antara lain dalam hal perilaku, membaca, tulisan
tangan, mengeja, komposisi menulis, tanda baca, matematika, dan bakat. Sementara untuk
anak yang mengalami gangguan disgrafia memilik karakteristik yang meliputi tidak konsisten
dalam membuat bentuk huruf, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur, dll.
Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia dan acquired dyslexsia.
Pendampingan untuk anak disleksia adalah dengan cara Manajemen kelas, tips top
untuk guru, merencanakan pembelajaran, membaca dan memahami makna. Pendampingan
untuk anak disgrafia adalah dengan memahami keadaan anak, menyajikan tulisan cetak,
membangun rasa percaya diri anak, dan melatih anak terus menulis.
B. SARAN
Berdasarkan isi makalah ini, ada beberapa saran, yang bermanfaat pada pengembangan anak
yang mengalami disleksia, yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Pihak guru diharapkan dapat meningkatkan fasilitas media pembelajaran untuk
mendukung proses belajar anak di sekolah
b. Guru sebaiknya dapat mengembangkan media permainan yang disertai materi
pembelajaran yang menarik dan bervariasi agar motivasi anak dalam belajar dapat
meningkat.
c. Guru sebaiknya tidak hanya menggunakan satu jenis media pembelajaran agar anak
tidak merasa jenuh dalam proses belajar membaca dan menulis.
1
2. Bagi Anak
a. Anak sebaiknya lebih ulet, tidak mudah putus asa dan lebih berusaha untuk belajar
membaca dan menulis.
b. Anak sebaiknya lebih rajin dalam belajar membaca dan menulis sebagai tanggung
jawab sebagai pelajar.
1
1