Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN ABK DISGRAFIA”


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu : Rajeti Busni, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Suranta (2020191101609)
2. Sri Wahyuni

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SEPAKAT SEGENEP
KUTACANE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT bahwa dengan Rahmat dan Ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang “Pendidikan Dan Bimbingan ABK
Disgrafia”

Ada pun isi dari makalah ini adalah tentang sesorang atau individu yang mengalami
kesulitan daya tangkap otak dalam menerima pelajaran seperti membaca, menulis dan
lain sebagainya.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita semua dan dapat memenuhi tugas
yang Ibu berikan kepada penulis.

Penulis merasa penyusunan ini masih terdapat kekurangan untuk itu, penulis menerima
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai perbaikan bagi penulis untuk
masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

Kutacane, Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN DISLEKSIA


A.    Definisi Disleksia .......................................................................................... 2
B.     Karakteristik Atau Ciri-Ciri Disleksia .......................................................... 2
C.    Tipe Disleksia ............................................................................................... 3
D.    Faktor Penyebab Disleksia ........................................................................... 3
E.     Pendampingan Disleksia .............................................................................. 4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................... 6
B. Saran ............................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 3

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap anak memiliki hak yang sama dalam hal pendidikan dan dalam memperoleh
pengetahuan. Setiap anak berhak untuk menjadi pintar, tidak peduli apakah anak tersebut
mengalami gangguan atau tidak. Dewasa ini banyak gangguan yang dialami oleh anak-anak,
antara lain adalah disleksia dan disgrafia. Disleksia adalah kondisi ketika perbedaan kerja
otak yang membuat seorang individu dengan disleksia memproses informasi yang ditrerima
dari otak dengan cara yang berbeda. Sedangkan, disgrafia adalah gangguan menulis.
Sebagai guru, tujuan utama kita adalah memastikan, anak yang mengalami gangguan
disgrafia dan disleksia tidak dirugikan dalam lingkungan belajarnya, bila dibandingkan
dengan teman sebayanya, akibat kekurangannya tersebut. Guna mendorong kepercayaan
dirinya, penting untuk mempertimbangkan berbagai prosedur pengajaran menulis dan
membaca yang bervariasi. Harus diingat bahwa anak disleksia dan disgrafia sangatlah unik,
sehingga satu pendekatan bisa saja hanya berlaku bagi satu anak, bukan pendekatan ‘satu
untuk semua’ dan pendekatan mengajar yang berbeda mungkin dibutuhkan anak dengan
gangguan disleksia dan disgrafia.

B.    Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari disleksia dan disgrafia?
2.      Apa karakteristik disleksia dan disgrafia?
3.      Apa saja tipe dari disleksia?
4.      Apa faktor penyebab disleksia dan disgrafia?
5.      Bagaimana pendampingan untuk anak disleksia dan disgrafia?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi dari disleksia dan disgrafia.
2.      Untuk mengetahui karakteristik disleksia dan disgrafia.
3.      Untuk mengetahui tipe disleksia dan disgrafia.
4.      Untuk mengetahui faktor penyebab disleksia.
5.      Untuk mengetahui pendampingan anak disleksia dan disgrafia.

1
BAB II
PEMBAHASAN
DISLEKSIA

A.    DEFINISI DISLEKSIA
Istilah disleksia berasal dari bahasa Yunani yang secara harafiah berarti kesulitan
dengan (dys) kata-kata (lexis). Disleksia merupakan salah satu disabilitas, dan tidaklah
mengejutkan jika hal itu dianggap sebagai sesuatu yang kontoversial. Karena secara alami
cara seseorang memperoleh kemampuan aksara sangatlah kompleks. Ada banyak alasan
mengapa seseorang mengalami kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Namun, tidak
semua individu tersebut tergolong ‘disleksia’.
Disleksia adalah kondisi ketika perbedaan kerja otak yang membuat seorang individu
dengan disleksia memproses informasi yang diterima dari otak dengan cara yang berbeda.
Akibatnya, orang dengan disleksia mengalami kesulitan memproses informasi. Perbedaan
tersebut membuat dirinya harus berusaha lebih keras dalam mengerjakan tugas seperti
membaca dan menulis, yang mengakibatkan disabilitas pada area tersebut. Maka dengan kata
lain, disleksia merupakan gangguan membaca dan mengeja. Anak-anak yang tidak
mengalami disleksia mengembangkan bahasa ketika mereka mengembangkan kemampuan
kognitif lainnya, dengan secara aktif mencoba mengerti apa yang mereka dengar, melihat
pola-pola, dan membuat aturan untuk menyatukan potongan-potongan bahasa yang rumit.
Namun, hal ini tidak berlaku pada anak disleksia. Gangguan disleksia tidak akan berdiri
sendiri, karena adanya disleksia juga akan memengaruhi keterampilan lainnya, seperti
gangguang menulis (disgrafia), dan gangguan berhitung (diskalkulia).

B.     KARAKTERISTIK ATAU CIRI-CIRI DISLEKSIA


            Hal yang paling umum mengenai karakteristik disleksia pada seorang anak adalah
memiliki masalah dalam perkermbangan fonologi, proses visual, kerja memori, dan
kecepatan memproses informasi.
a.      Perilaku
       Melamun atau tenggelam dalam dunianya sendiri, mudah lupa, terutama untuk hal-hal
yang baru terjadi, tetapi memiliki ingatan yang baik untuk hal-hal yang sudah lama
berselang.
       Sulit menghadap lebih dar satu instruksi pada saat yang bersamaan
      Suasana hati yang ekstrem, kurang ketenangan

1
       Bisa menjdai sangat keras kepala
       Tidak suka perubahan
       Suka meluapkan kemarahan
       Mudah teralihkan perhatiannya
       Sensitif terhadap keributan
       Tampak tidak mendengarkan apa yang dikatakan orang lain
       Kemungkinan memiliki masalah dengan kemampuan berbicara
       Kurangnya koordinasi, sering menjatuhkan benda-benda dan mengetuk benda
berulang-ulang
       Kemungkinan memiliki alergi
       Kemungkinan memiliki penyakit yang berhubungan dengan stress
       Kemungkinan terlihat sangat berbeda saat di sekolah dasar dibandingkan di tingkat
pendidikan seblumnya

b.      Membaca
       Tidak menguasai kemampuan membaca atau snagat terlambat menguasainya
       Bila membaca untuk diri sendiri keras-keras, tetapi membuat banyak kesalahan
       Bisa membaca cerita, tetapi kesulitan dengan pertanyaan ujian dan segala sesuatu
yang berbau teknis
       Bisa membaca dengan sempurna, tetapi tidak memahhami apa yang dibaca
       Harus membaca ulang beberapa kali untuk mengerti apa yang dibaca
       Kebingungan
       Tidak suka membaca dan mencoba menghindari aktivitas membaca. Biasanaya
kemampuan membaca diawali dengan cukup baik, tetapi semakin lama semakin
menurun
       Terbolak-balik membaca suku kata atau kata
       Meniadakan, salah membaca, atau mengganti kata-kata penghubung seperti “di” dan
“pada”
       Bisa membaca satu kata dengan baik pada satu halaman, tetapi salah membaca kata
yang sama pada halaman yang berbeda.

1
c.      Tulisan tangan
       Tulisan tangan mungkin tidak terbaca
       Tulisan tangan hanya ditulis pelan-pelan dan tedapat bekas tekanan pada halaman
buku (menulis dengan menekan bolpoin atau pensil)
       Sulit merangkai huruf-huuf
       Jarak anatakata huruf-huruf
       Jarak antarkata tidak beraturan
       Haruf-huruf ditulis secara tidak biasa untuk menyamarkan masalah ejaan
       Proses menulis membuat stress dan terasa melelahkan

d.      Mengeja
       Kata-kata dieja seperti bunyinya
       Pengejaan yang aneh sehingga menghailkan kata-kata yang tidak jelas
       Ada bagian kata yang diulang, contohnya ”kemamampuan” untuk kata kemampuan
       Ada bagian kata yang terboolak-balik, contohnya” lagu” untuk kata “gula”
       Kesalahan pada kata-kata yang pendek, contohnya “wang” untuk kata “uang”
       Dapat mengeja kata yag dihafalkan untuk ujian, tetapi tidak bisa menuliska kata-kata
tersebut

e.       Komposisi menulis
      Penulisan tidak teratur dan merasa kebingungan selama proses menulis
      Sulit memulai
      Kalimat-kalimat terangkai dengan kacau
      Bisa memahami apa yang ingin ditulis secara keseluruhan, tetapi sulit
     menyampaikannnya secara beuurutan
      Pikiran terlalu cepat dibangdingkan dengan kemampuan menulis
      Kata-kata pendek terlewatkan  atau salah digunakan
      Sering mencoret
      Tidak bisa melihat kesalahan
      Merasa menulis adalah sesuatu yang membuat fustrasi dan sering kali menghindarinya
jika memungkinkan

1
       menulis adalah proses yang lamban, tidak putus asa di awal, tulisan sering kali
diulang
f.     Tanda baca
      Tanda baca tidak digunakan sama sekali
      Beberapa tanda baca digunakan, tetapi tidak dipahami artinya
      Tidak mengerti kapan tanda baca harus digunakan meskipun sudah diberi tahu
sebelumnya.

g.    Matematika
      Mungkin sangat pintar matematika
      Mungkin merasa matematika sulit
      Tidak memahami apa yang ditanya dalam soal matematika
      Tidak bisa mengikuti langkah pengerjaan, contohnya perkalian panjang
      Kesulitan memahami petunjuk, contohnya tidak memahami bahwa penjumlahan,
pembagian, atau perkalian harus dimulai dari kanan ke kiri
      Merasa kebingungan dengan simbol-simbol matematika
      Kesulitan mempelajari table perkalian mengalami masalah dengan penempatan nilai
(ratusan, puluhan, dan satuan)
      Membolak balik angka.
      Membuat banyak kesalahan kecil.
      Mengalami kesulitan melengkapi penjumlahan yang hasilnya sudah diketahui,
contohnya 2 + … = 3
      Dapat menemukan jawaban tapi tidak bias menunjukan bagaimana langkah kerja
untuk mendapatkan jawaban tersebut.

h.   Bakat
      Sering kali memiliki keterampilan interpersonal yang luar biasa.
      Bia jadi ahli dalam memecahkan masalah.
      Dapat berpikir secara 3 dimensi, yang memungkinkan berkembangnya bakat di bidang
desain, komputerisasi, dan seni peran.
      Bisa jadi ahli di bidang olahraga.
      Bisa jadi ahli di bidang seni, terutama seni 3 dimensi.

1
      Sering kali sangat intuitif.
      Memiliki keingintahuan yang tinggi tentang carabkerja sesuatu.
      Sangat memperhatikan lingkungan dan memperhatikan detail.
      Berpikir secara harfiah.
      Berpikir secara menyeluruh.
      Biasanya sangat pandai bermain lego saat masih kanak-kanak.

C.    TIPE DISLEKSIA
Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired
dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca). Developmental
dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-
abu pada otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area
fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara,
artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf,
bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan
berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami kesulitan
menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis
dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.

D.    FAKTOR PENYEBAB DISLEKSIA


Penyebab disleksia hingga kini masih belum dapat dipahami dengan baik, karena itu juga
para neurolog kesulitan untuk menegakkan definisi yang didasarkan pada gangguan fungsi
neurologis. Sehingga definisi yang diletakkan adalah bahwa seorang anak dapat dikatakan
menyandang disleksia jika terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi yang diperoleh
dan kapasitas yang dimiliki. Jika hanya melihat definisi ini saja, maka kita juga akan terjebak
pada anak-anak yang mengalami prestasi rendah. Untuk mengatasinya, maka para neurolog
juga sudah meletakkan batasan, bahwa disleksia hanya bisa terjadi andaikan anak-anak
tersebut juga mengalami gangguan neurologis yang dapat menyebabkan gangguan pada satu
atau lebih area inteligensia, namun keadaan disleksia ini juga hanya dikenakan pada anak-
anak dengan inteligensia normal sampai tinggi. Pada anak yang mempunyai inteligensia
rendah tidak disebut anak yang mengalami learning disabilities, tetapi anak yang
mengalami multihandycap.

1
Beberapa hal gangguan fungsi neurologis yang dapat menyebabkan gangguan fungsi
inteligensia pada dasarnya dilakukan pengamatan pada gejala-gejala yang ditimbulkannya,
menurut Aldenkamp dkk, dapat dibagi menjadi:
-          Gangguan pada tempo urutan unit bahasa, yaitu gangguan pada pencandraan dan
mengingat
urutan huruf, suku kata, dan bunyian;
-          Gangguan pada diskriminasi auditif, yaitu pada membedakan bunyian;

-          Gangguan pada seleksi pencandraan/ seleksi perhatian, yaitu membedakan mana latar

belakang dan mana yang menjadi figur utama;

-          Gangguan pada visuo-spatial oraganisasi, misalnya kiri kanan, orientasi ruang;

-          Gangguan pada pengenalan melalui pancaindra taktil, yaitu pengenalan figur melalui

perabaan.

E.     PENDAMPINGAN DISLEKSIA
Mengidentifikasi dan Menilai Disleksia Di Kelas

            Sebagai guru, sangatlah penting memastikan para peserta didik tidak memiliki
disleksia. Untuk itu, guru perlu melakukan identifikasi dan penilaian. Sebab, dengan
melakuakn pengamatan para praktisi dapat megumpulkan bukti-bukti yang berhubungan
dengan maalah keulitan membaca, menulis, atau mengeja agar bisa mendapatkan saran dan
bimbingan dari Koordinator ABK.

            Di dalam pedoman ABK, dijelaskan bahwa anak yang menunjukkan kesulitan belajar
khusus, seperti disleksia membutuhkan program khusus utuk membantu perkembangan
kognitif dan pembelajaran. Guru harus menjalin hubungan yang dekat dengan peserta didik
dan peduli terhadap kemampuan membaca, menulis, mengeja, serta senantiasa
mengumpulkan bukti-bukti untuk menganalisis gangguan belajar para siswa. Pemberian
kesempatan belajar tambahan perlu dilaksanakan untuk memajukan kemampuan belajar
siswa. Apabila tidak banyak hal yang dapat dikatakan berhasil melalui tambahan belajar
tersebut, guru dapat membuat rencana kegiatan belajar dengan melibatkan peralatan spesialis
serta dukungan yang akan diberikan kepada siswa untuk memupuk kebutuhannya. Guru juga

1
dapat mengambil keputusan bersama orang tua murid untuk menentukan apakah siswa
tertentu membutuhkan spesialis dari luar untuk mengukur kemajuan anak.

            Oleh karena itu, menurut Gavin Reid, penilaian disleksia hendaknya


mempertimbangkan tiga aspek berikut ini:

1.      Kesulitan

Sangat jelas bahwa anak disleksia cenderung memiliki kesulitan dalam menyusun dan
menguraikan tulisan. Kelsulitan ini mungkin terjadi akibat gangguan-gangguan dalam:
a.       memperoleh pengetahuan fonologi
b.      memori
c.       mengorganisasi dan mengurutkan
d.      pergerakan dan koordinasi
e.       masalah bahasa
2.      Ketidak sesuaian

Ketidaksesuaian akan terungkap saat anak membaca/ mendengarkan untuk memperoleh


informasi dan saat mempelaari bebagai bidang ilmu dalam kurikulum yang berlaku.
Ketidaksesuaian tersebut terlihat antara kemampuan oral dan tertulis anak.

3.      Perbedaan

Harus diingat bahwa tidak semua anak disleksia memiliki malaah yang sama. Dengan
pemahaman ini, proses identifikasi harus mempertimbangkan hal-hal berikut:

a.       gaya belajar
b.      lingungan ag dipilih utnuk belajar
c.       strategi belajar
Pendampingan Untuk Anak Disleksia
Pendampingan untuk anak disleksia bisa dilihat dari beberapa sisi, antara lain :
1.      Manajemen kelas
Kesadaran akan metode pengajaran dan pendekatan praktis yang spesifik untuk anak-anak
disleksia penting untuk dimiliki guru kelas. Berikut adalah beberapa cara pendampingan
untuk menjalankan kelas yang inklusif dan efektif, yaitu :
a.       Saat memberikan instruksi pada anak disleksia, berikan hanya satu instruksi pada satu
waktu agar anak dapat memproses informasi secara eektif.

1
b.      Manfaatkanlah teknologi informasi dengan menggunakan perangkat lunak pengenal
suara.
c.       Berikan tambahan waktu kepada anak disleksia untuk menyelesaikan tugas
membaca/menulis jika diperlukan.
d.      Saat mengajar, gunakan pendekatan visual dan kinestetik untuk memfasilitasi proses
belajar anak.
e.       Berkomunikasi dengan coordinator ABK dan asisten pengajar secara berkala untuk
memastikan pendekatan yang konsisten diberikan kepada anak disleksia.
f.       Hindari munculnya pengalih perhatian di kelas karena anak disleksia sulit berkonsentrasi
di kelas.

2.      Tips top untuk guru


Selain memiliki kesulitan mengingat lebih dari satu instruksi pada satu waktu, anak disleksia
juga kesulitan mempertahankan lebih dari satu ingatan dalam memorinya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat mengajar anak disleksia, antara lain :
a.       Saat merencanakan tugas, bagi tugas menjadi beberapa bagian yang lebih sederhana.
b.      Pastikan bahwa tugas terstruktur dan tersusun jelas untuk membantu pengaturan belajar.
c.       Buatlah daftar mengenai apa yang diharapkan dari anak disleksia di awal dan di akhir
tugas.

3.      Merencanakan pembelajaran
Daftar berikut dapat digunakan ketika akan membuat lembar kerja :
a.       Apakah ukuran huruf sudah cukup besar?
b.      Apakah ada terlalu banyak huruf dalam satu halaman?
c.       Apakah alat bantu visual dapat digunakan kapan pun dibutuhkan?
d.      Apakah semua kalimat yang tertera didukung dengan gambaran visual?

4.      Membaca dan memahami makna


Saat membantu anak disleksia membaca, hal-hal yang perlu ditanyakan pada diri mereka
setelah sesi membaca :
a.       Apa yang bisa saya ingat dari buku ini?
b.      Bagian mana yang paling saya suka dari buku ini?
c.       Siapa karakter utama pada buku ini?
d.      Topik penting apa yang terdapat dalam buku ini?

1
e.       Pertanyaan apa yang ingin saya ajukan tentang buku ini?
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Disleksia adalah kondisi ketika perbedaan kerja otak yang membuat seorang individu
dengan disleksia memproses informasi yang ditrerima dari otak dengan cara yang berbeda.
Dislesia disebabkan oleh gangguan fungsi neurologis. Sedangkan, disgrafia adalah gangguan
menulis yang biasanya diebabkan karena gangguan motoik halus pada lengan, sendi tangan
dan jari-jari, juga gangguan pada pencandraan secara visual.

Anak yang mengalami disleksia memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak
yang tidak mengalami gangguan dislkesia, antara lain dalam hal perilaku, membaca, tulisan
tangan, mengeja, komposisi menulis, tanda baca, matematika, dan bakat. Sementara untuk
anak yang mengalami gangguan disgrafia memilik karakteristik yang meliputi tidak konsisten
dalam membuat bentuk huruf, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur, dll.
Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia dan acquired dyslexsia.

Pendampingan untuk anak disleksia adalah dengan cara Manajemen kelas, tips top
untuk guru, merencanakan pembelajaran, membaca dan memahami makna. Pendampingan
untuk anak disgrafia adalah dengan memahami keadaan anak, menyajikan tulisan cetak,
membangun rasa percaya diri anak, dan melatih anak terus menulis.

B. SARAN
Berdasarkan isi makalah ini, ada beberapa saran, yang bermanfaat pada pengembangan anak
yang mengalami disleksia, yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Pihak guru diharapkan dapat meningkatkan fasilitas media pembelajaran untuk
mendukung proses belajar anak di sekolah
b. Guru sebaiknya dapat mengembangkan media permainan yang disertai materi
pembelajaran yang menarik dan bervariasi agar motivasi anak dalam belajar dapat
meningkat.
c. Guru sebaiknya tidak hanya menggunakan satu jenis media pembelajaran agar anak
tidak merasa jenuh dalam proses belajar membaca dan menulis.

1
2. Bagi Anak
a. Anak sebaiknya lebih ulet, tidak mudah putus asa dan lebih berusaha untuk belajar
membaca dan menulis.
b. Anak sebaiknya lebih rajin dalam belajar membaca dan menulis sebagai tanggung
jawab sebagai pelajar.

3. Bagi Orang Tua


a. Orang tua sebaiknya lebih ulet, tidak mudah putus asa dan lebih berusaha untuk
mendorong anak-anaknya dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis.
b. Orang tua lebih menjalin kedekatan dan terus melatih anaknya dalam kegiatan belajar.
Menjadikan sebuah proses belajar dari hal yang tidak biasa menjadi suatu hal yang
biasa

1
1

Anda mungkin juga menyukai