Anda di halaman 1dari 18

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

PENDIDIKAN ANAK BERKESULITAN


ARIF RAHMAN HERIANSYAH, M.AG
BELAJAR SPESIFIK

IDENTIFIKASI ANAK DISGRAFIA BESERTA PENANGANANNYA

OLEH KELOMPOK III :


KANIA HUSNA (210101010104)
RYAN ALFIANOOR (
AHMAD ZAKI (

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
TAHUN 2022 M / 1444 H
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................2

D. Manfaat Penulisan Makalah..........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Dakwah, Tik-Tok dan Society 5.0................................................................4

B. Aliran Moderenisme.....................................................................................9

C. Pemanfaatan Aplikasi Tik-Tok sebagai Media Dakwah Menurut Analisis


Teori Moderenisme............................................................................................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................14

A. Kesimpulan.................................................................................................14

B. Saran............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Ada tiga jenis hambatan yang umumnya ditemukan pada anak-anak
sekolah dasar, yakni anak yang mengalami gangguan dalam menulis, anak yang
mengalami hambatan dalam belajar membaca, dan anak yang mengalami
hambatan dalam berhitung. Pada anak-anak disgrafia oleh guru sering kali
dianggap anak yang bodoh, anak yang malas belajar, anak yang nakal. Akibatnya
baik guru maupun anak menjadi stress, padahal sebenarnya anak-anak disgrafia
sama dengan anak-anak lain. Anak disgrafia juga ingin dapat mengekspresikan
dan mentransfer pikiran dan perasaannya kedalam bentuk tulisan. Hanya saja
anak-anak digrafia ini mengalami hambatan dalam mengungkapkanya ke dalam
bentuk tulisan. Sebagai seorang seharusnya guru sadar bahwa anaka-anak yang
memiliki disgrafia bukan berarti anak yang memiliki tingkat intelegensi yang
rendah, bukan anak malas, dan bukan anak yang tidak dididik oleh orang tua nya.
Guru harus yakin bahwa anak-anak disgrafia dapat ditangani dalam hal tulis
menulis.
Berdasarkan uraian diatas, maka penting kiranya bagi calon seorang guru
untuk mengetahui apa aitu disgrafia, bagaimana karakteristinya, dan bagaimana
penanganan yang tepat untuk pengobatannya, agar jika nantinya ditemukan anak
didik yang seperti itu guru tidak lagi kebingungan bagaimana menghadapinya dan
akan memenmukan cara yang tepat menghadapinya. Dengan demikian dalam
makalah ini akan dibahas segala hal yang berkaitan dengan anak disgrafia sebagai
bekal calon seorang guru nantinya.

B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut ;.
1. Apa pengertian anak disgrafia?
2. Bagaimaan karakteristik anak disgrafia?
3. Bagaimana perkembangan anak disgrafia?
4. Bagaimana penanganan/pengasuhan anak disgrafia?

1
C.Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut ;
1. Untuk mengetahui pengertian anak disgrafia.
2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik anak disgrafia.
3. Untuk mengetahui bagaimaan perkembangan anak disgrafia.
4. Untuk mengetahui bagaimana penanganan/pengasuhan anak disgrafia.

D.Manfaat Penulisan Makalah


Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas terstruktur
mata kuliah Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar Spesifik yang diampu oleh
bapak dosen Arif Rahman Heriansyah, M.Ag Selain itu diharapkan pula
dengan adanya penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Disgrafia


Dalam belajar setiap anak mempunyai kemampuan dan kesanggupan yang
berbeda-beda. Mereka tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya, ada
anak yang ketika ia belajar cepat paham dan mengerti apa yang telah
dijelaskan guru. Namun, ada pula anak yang ketika belajar mereka mengalami
kesulitan memahami apa yang telah disampaikan guru. Salah satu kesulitan
belajar yang sering terjadi pada siswa sekolah dasar salah satunya adaah
kesulitan belajar menulis atau disebut dalam istlah medis disgrafia.
Menurut Puspitasari dan Rahmawati, “Disgrafia merupakan kesulitan
khusus dengan kondisi anak tidak mampu, menuliskam atau mengekspresikan
pikirannya ke dalam bentuk tulisan”. Maksud dari kutipan diats bahwa
disgrafia adalah kondisi yang mana anak tidak dapat mengekspresikan pikiran
yang ia miliki kedalam sebuah tulisan1
Santrock (2012) memberikan definisi terkait disgrafia sebagai kesulitan
belajar yang ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengungkapkan
pemikiran dalam komposisi tulisan. Pada umumnya, istilah disgrafia dipakai
untuk mendiskripsikan tulisan tangan yang sangat buruk. Anak-anak yang
mempunyai disgrafia mungkin menulis dengan sanagat pelan, hasil tulisan
mereka bisa menjadi tak dapat terbaca, dan mereka mungkin melakukan
banyak kesalahan ejaan karena ketidakmampuan mereka untuk memadukan
bunyi dan huruf2.

B.Karakteristik Anak Disgrafia

1
Muhammad Zulfikar Amiruddin and Sejarah Artikel, ‘DISGRAFIA STUDI KASUS PADA SISWA
KELAS III SD Info Artikel’, 5.2 (2022), 99–105.

2
Lusiana Della Paramita, Septy Nurfadhillah, and Sa’odah Sa’odah, ‘Analisis Kesulitan Belajar
Anak Disgrafia Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas Iv Sdn Karang Tengah 5 Kota
Tangerang’, Berajah Journal, 2.1 (2021), 133–38 <https://doi.org/10.47353/bj.v2i1.66>.
3
Sebelum membahas ke karakteristik anak yang mengidap disgrafia,
maka kita perlu tahu apa saja yang mugkin mejadi penyebab dan gejalanya
sebagai berikut.
1. Penyebab Disgrafia
Pada umumnya penyebab disgrafia tidak diketahui secara signifikan,
namun apabila disgrafia terjadi secara tiba-tiba pada anak ataupun orang
dewasa maka kemungkinan penyebabnya ialah karena terjadi trauma
kepala, baik disebabkan oleh kecelakaan, penyakit, atau lainnya. Penyebab
yang paling neurologis, yaitu adanya gangguan pada otak bagian kiri
depan yang berhubungan kemampuan menulis dan membaca. Hal ini
sesuai dengan pendapat Lerner yang mana beliau menyatakan bahwa ada
beberapa faktor yang menyebabkan disgrafia, yaitu3:
a) Gangguan motorik anak
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang atau mengalami
gangguan, akan kesulitan dalam menulis. Tulisannya tidak jelas,
terputus-putus dan tidak mengikuti garis.
b) Gangguan perilaku yang dialami anak
Anak yang kesulitan dalam menulis akan menampilkan perilaku dan
sikap yang mudah bosan dalam belajar karena ia kesulitan untuk
mengekspresikan sesuatu.
c) Gangguan persepsi pada anak
Apabil apersepsi visualnya yang terganggu, maka anak akan kesulitan
dalam membedakan betuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti, d
dengan b, p dengan q, h dengan n, a taau m dengan w. jika persepsi
auditorisnya yang terganggu, maka anak akan kesulitan dalam menulis
apa yang dikatakan oleh guru.

d) Gangguan memori

3
Kadek Yati Fitria Dewi and Luh Tu Desy Herayuni, ‘Mengelola Siswa Dengan Kesulitan
Belajar Menulis (Disgrafia)’, DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan, 08.4 (2021), 30–41.
4
Gangguan memori juga menjadi salah satu penyebab terjadi nya
kesulitan menulis karena anak tidak dapat mengingat apa yang akan
iya tulis. Jika gangguan menyangkut ingatkan visual, maka anak akan
sulit untuk mengingat huruf atau kata. jika gangguan tersebut
menyangkut memori auditori anak-anak akan mengalami kesulitan
menulis kata-kata yang baru saja dikatakan oleh gurunya.
e) Gangguan tangan dominan
Anak yang tangan kirinya leboh dominan atau kidal tulisannya juga
akan sering terbalik-balik dan kotor.
f) Gangguan memahami intruksi
Anaka yang memiliki disgrafia biasanya akan kesulitan dalam
memahami intruksi oleh gurunya yang dapat menyebabkan anak sering
keliru menulis kata-kata yang sesuai dengan perintah guru.
g) Gangguan melaksanakan cross modal.
Kemampuan ini menyangkut kemampuan mengirim da
mengorganisasikan fungsi visual ke motorik. Kemampuan ini dapat
menyebabkan anak mengalami gangguan koordinasi mata dengan
tangan sehingga tulisan menjadi tidak jelas, terputus-putus atau tidak
mengikuti garis lurus.4
Di samping itu selain kemungkinan ada faktor keturunan, disgrafia
juga dapat terjadi disebabkan oleh kesalahan pada pembelajaran menulis
permulaan, yaitu Ketika pembelajaran menulias dengan tangan
(handwriting), yakni berkaitan dengan cara anak dalam memegang pensil
atau alat tulis.
Berdasarkan berbagai faktor penyebab yang dikemukakan diatas
menunjukan bahwa penyebab disgrafia tidak selalu berkaitan dengan
masalah kemampuan intelektual, kemalasan, asal-asalan dalam menulis,
dan bukan karena tidak mau belajar, tetapi karena satu atau beberapa
gangguan. Jadi sebagai guru maupun orang tua tidak sepantasnya

4
Kadek Yati, “MENGELOLA SISWA DENGAN KESULITAN BELAJAR MENULIS
(DISGRAFIA),” DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan 8 No.4 (Desember 2021): h.33-34.
5
memvonis bahwa anak yang memiliki kesulitan dalam menulis adalah
anak yang bodoh, bahkan menjadi seorang guru atau orang tua harus
berusaha membantu anak-anak disgrafia agar dapat menulis seperti anak-
anak yang normal lainnya. Guru disekolah perlu mencermati anak-anak
yang memiliki gangguan belajar disgrafia secara personal agar diketaui
secara lebih spesifik karakteristik dan jenis disgrafia masing-masing anak
yang akan dibantu dalam beljar menulis. Pemahaman ini penting agar
penangannya dapat dilakukan dengan tepat.5
2. Karakteristik Disgrafia
Terdapat beberapa ciri-ciri yang menunjukan jika seorang anak
sedang mengalami disgrafia, ada beberapa ciri khusus yang
mengidentifikasikan bahwa anak tersebut menderita disgrafia, diantaranya
sebagai berikut :
a. Dalam tulisannya terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf.
b. Saat menulis, penggunaan huruf kapital dan huruf kecil masih
tercampur.
c. Bentuk dan ukuran huruf dalam tulisannya tidak proposional.
d. Anak terlihat berusaha keras saat mengkomunikasikan sebuah ide,
pemahaman maupun pengetahuan lewat tulisannya.
e. Kesulitan memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya
memegang alat tulisnya sering terlalu dekat, bahkan lebih dari itu
hampir menempel dengan kertas.
f. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau bahkan terlalu
memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
g. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis buku yang
tepat dan proposional.
h. Tetap mangalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh
tulisan yang sudah ada.6

5
Suhartono ( Pembelajaran Menulis untuk Anak Disgrafia di Sekolah Dasar, 110
6
Lusiana Della Paramita, Septy Nurfadhillah, dan Sa’odah Sa’odah, “ANALISIS
KESULITAN BELAJAR ANAK DISGRAFIA PADA MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA DI KELAS IV SDN KARANG TENGAH 5 KOTA TANGERANG,”
6
C.Perkembangan Anak Disgrafia
Menulis merupakan salah satu cara berkomunikasi dengan orang lain
secara tidak langsung atau tanpa bertatap muka yang melibatkan gerakan
tangan yang dikoordinasi antara mata dan pikiran serta pengalaman
menggunakan alat tulis, serta dapat membantu anak untuk mengenali tulisan
yang dapat ditulis dan dibaca oleh orang lain7.
Kesulitan menulis terlihat pada performa yang tidak memadai
dibandingkan dengan tulisan tangan anak-anak dengan tingkat kecerdasannya
rata-rata dan dibandingkan dengan anak yang belum diidentifikasi memiliki
masalah neurogolis atau perseptual-motor yang jelas8. Gangguan atau
kesulitan menulis pada anak disebut dengan disgrafia. Perkembangan motorik
spesifik dalam kegiatan menulis pada anak usia dini pada umumnya terbagi
menjadi beberapa tahapan berikut9:
1) Tahap mencoret
Pada tahap ini, anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan
alat tulisan. Mereka mulai belajar tentang bahasa tulisan dan bagaimana
mengajarkan tulisan ini.
2) Tahap pengulangan secara linier
Pada tahap ini, anak sudah dapat menelusuri atau menjiplak bentuk tulisan
yang horizontal. Dalam masa ini, anak berpikir bahwa suatu kata merujuk
pada sesuatu yang besar dan mempunyai tali panjang.
Berajah Journal 2, no. 1 (28 Desember 2021): h.135-136,
https://doi.org/10.47353/bj.v2i1.66.
7
Adzmira Marsha Anindyta, ‘PENGARUH KEMAMPUAN MENULIS TERHADAP KESIAPAN SEKOLAH
PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Ex-Post Facto Di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Jatiasih, Bekasi,
Jawa Barat)’ (Universitas Negeri Jakarta, 2019).

8
Maulina Nur Istiqomah, Dwi Sunaryono, and Rully Soelaiman, ‘Rancang Bangun Aplikasi
Mobile Untuk Media Pembelajaran Siswa Disleksia’, Jurnal Teknik ITS, 5.2 (2016), 2–7
<https://doi.org/10.12962/j23373539.v5i2.17981>.
9
Anindyta.
7
3) Tahap menulis secara acak
Pada masa ini, anak sudah dapat mempelajari berbagai bentuk yang dapat
diterima sebagai suatu tulisan, dan menggunakannya sebagai kata atau
kalimat. Anak sudah dapat mengubah tulisan menjadi kata yang
mengandung pesan.
4) Tahap menulis tulisan nama
Pada tahap ini, anak sudah mulai menyusun hubungan antara tulisan dan
bunyi. Tahap ini digambarkan sebagai menulis tulisan nama dan bunyi
secara bersamaan, seperti “kamu”. Maka pada fase ini berbagai kata yang
mengandung akhiran u mulai dihadirkan dengan kata dan tulisan.
5) Tahap menulis kalimat pendek
Setelah anak dapat menulis namanya, maka kegiatan selanjutnya ialah
mengajak anak untuk menulis kalimat pendek. Kalimat ini terdiri dari
subjek dan predikat, seperti “buku ani”. Berdasarkan pernyataan tersebut,
anak usia 5-6 tahun berada pada tahap menulis kalimat pendek. Dimana
anak dapat menuliskan beberapa kata menggunakan alat tulis seperti,
pensil, spidol atau krayon.
Anak yang mengalami kesulitan menulis disebabkan adanya gangguan
pada tahapan perkembangan menulis. Namun sejauh initidak ada tes medis
yang tersedia untuk mendiagnosis disgrafi, namun mengingat tingginya
tingkat komorbiditas antara psikiatri, perkembangan saraf, dangangguan
belajar, dokter harus menyelidiki gejala kemungkinan kondisi terkait. Dokter
harus melakukan pemeriksaan neurologis menyeluruh, termasuk tanda-tanda
neurologis seperti koordinasi tangan yang buruk, disritmia tangan, gerakan
cermin, dan gerakan yang berlebihan10. Para ahli kemudian mendeskripsikan
diagnosis disgrafia adalah sebagai berikut: kecepatan menulis lambat; tulisan
tangan tidak terbaca; ketidakkonsistenan antara kemampuan mengeja dan

10
Peter J. Chung, Dilip R. Patel, and Iman Nizami, ‘Disorder of Written Expression and
Dysgraphia: Definition, Diagnosis, and Management’, Translational Pediatrics, 9.3 (2020),
S46–54 <https://doi.org/10.21037/TP.2019.11.01>.
8
kecerdasan verbal; dan keterlambatan pemrosesan perencanaan graphomotor,
kesadaran ortografi, dan / atau penamaan otomatis cepat11.

D.Penanganan/Pengasuhan Anak Disgrafia


Teori konstruksi sosial memiliki dua asumsi, yaitu:
1. Kemampuan kognitif anak dapat dipahami hanya ketika mereka mampu
menganalisa dan menginterpretasikan sesuatu kemampuan kognitif anak
dimediasi oleh penggunaan bahasa atau kata-kata sebagai alat untuk
mentransformasi dan memfasilitasi aktivitas mental;
2. Kemampuan kognitif berkaitan dengan hubungan sosial dan latar belakang
sosial budaya.
Berdasarkan asumsi – asumsi tersebut, Vygotsky mengemukakan tiga
konsep belajar sebagai berikut.
a. Zone of Proximal Development (ZPD), yaitu suatu wilayah (range)
antara level terendah, yaitu kemampuan yang dapat diraih anak jika
tanpa bimbingan, hingga level tertinggi, yaitu kemampuan yang dapat
diraih anak jika dengan bimbingan.
b. Scaffolding, yaitu teknik untuk mengubah tingkat dukungan
c. Language and thought. Vygotsky mempercayai bahwa bahasa tidak
hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk merencanakan,
memonitor perilaku mereka dengan caranya sendiri dinamakan
“pembicaraan batin” (inner speech) (pembicaraan privat). Menurut
Piaget inner speech bersifat egosentris dan tidak dewasa. Tetapi
menurut teori Vygotsky inner speech adalah alat penting bagi
pemikiran selama masa kanak-kanak (early childhood). Anak-anak
berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa sebelum
mereka dapat fokus pada pemikirannya. Anak-anak menggunakan
bahasa untuk komunikasi dengan dunia luar selama periode agak lama
sebelum transisi dari pembicaraan eksternal ke pembicaraan internal
(batin). Teori Vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan

11
Chung, Patel, and Nizami.
9
itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif artinya pengetahuan
didistribusikan diantara orang dan lingkungan, yang mencakup objek,
alat, buku, dan komunitas dimana orang berada. Hal ini menunjukkan
bahwa memperoleh pengetahuan dapat dicapai dengan baik melalui
interaksi dengan orang lain dalam kegiatan bersama.
Aplikasi teori Vygotsky dapat digunakan guru dan orang tua untuk
membantu anak yang mengalami disgrafia. Langkah – langkah yang dapat
dilakukan meliputi:
1. Mengidentifikasi masalah disgrafia, terdiri dari:
a. Masalah penggunaan huruf kapital ketidakkonsistensian bentuk huruf.
b. Alur yang tidak stabil (tulisan naik turun).
c. Ukuran dan bentuk huruf tidak konsisten.
2. Menentukan ZPD pada masing – masing masalah tersebut.
a. ZPD untuk kesalahan penggunaan huruf kapital.
b. ZPD untuk ketidakkonsistensian bentuk huruf.
c. ZPD untuk ketidakkonsistensian ukuran huruf.
d. ZPD untuk ketidakstabilan alur tulisan.
3. Merancang program pelatihan dengan teknik Scaffolding. Teknik
scaffolding dalam pelatihan ini meliputi tahapan sebagai berikut.
a. Memberikan tugas menulis kalimat yang didiktekan orang tua/guru.
b. Bersama- sama dengan siswa mengidentifikasi kesalahan tulisan
mereka.
c. Menjelaskan mengenai pelatihan dan ZPD masing- masing
permasalahan.
d. Menjelaskan kriteria penulisan yang benar dan meminta anak
menyatakan kembali kriteria tersebut.
e. Memberikan latihan menulis dengan orang tua/guru memberikan
bantuan.
f. Mengevaluasi hasil pekerjaan siswa bersama-sama dengan anak.
g. Memberikan latihan menulis dengan mengurangi bantuan terbatas
pada kesalahan yang banyak dilakukan anak.
10
h. Mengevaluasi hasil pekerjaan bersama-sama dengan anak.
i. Memberikan latihan menulis tanpa bantuan orang tua/guru.
j. Mengevaluasi pekerjaan anak.
Pelatihan tersebut diulang – ulang pada tiap – tiap kesalahan disgrafia
yang dialami anak hingga terdapat perubahan. Dalam pembelajaran menulis
ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:
1. Metode Eja
Belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan
menjadi suku kata. Oleh karena itu, pengajaran dimulai dari pengenalan
huruf- huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari
huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
a. Menulis huruf lepas.
b. Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata.
c. Merangkaikan suku kata menjadi kata.
d. Menyusun kata menjadi kalimat.
2. Metode kata lembaga
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Mengenalkan kata.
b. Merangkaikan kata antar suku kata.
c. Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya.
d. Menggabungkan huruf menjadi kata.
3. Metode Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan
dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar.
Menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi
suku kata.
4. Metode SAS
Menurut Supriyadi (1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu
pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung
unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut Djauzak (1996:8) adalah
11
suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan
cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang
diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik
pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu
huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian
siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa
menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti.
Menurut Supriyadi metode yang cocok dengan jiwa anak-anak adalah
metode SAS. Alasannya adalah: Metode ini menganut prinsip ilmu
bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil adalah kalimat.
Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak, dan Metode ini
menganut prinsip menemukan sendiri. Adapun Prosedur penggunaan
Metode SAS adalah sebagai berikut:
a. Membaca permulaan dijadikan dua bagian bagian pertama membaca
permulaan tanpa buku bagian pertama membaca permulaan buku.
b. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar
sebagai kontak permulaan.
c. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar
diperlihatkan, muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan
gambar.
d. Membaca kalimat secara struktural.
e. Membaca permulaan dengan buku.
f. Membaca lanjutan.
g. Membaca dalam hati.
Pembelajaran menulis tangan (handwriting)
a) Kesiapan Menulis
Ada dua yang menjadi harus disiapkan yaitu keterampilan motorik,
koordinasi mata tangan : Keterampilan dasar ini dapat dikembangkan
melalui manipulasi kegiatan, misalnya: Menggunting, menggambar
dengan ujung jari tangan, mencari perbedaan dan persamaan bentuk,
warna, posisi dan sebagainya. Selanjutnya dapat dikembangkan
12
melalui latihan – latihan seperti berikut:
i. Gerakan tangan ke berbagai arah atas, bawah, kiri, kanan,
depan, belakang.
ii. Menelusuri bentuk – bentuk geometri dan garis putus – putus.
iii. Menghubungkan titik – titik.
iv. Membuat garis horizontal dari kiri ke kanan.
v. Membuat garis lingkaran ke luar dan ke dalam.
b) Menulis Huruf Balok
Melalui pendekatan ini anak melihat cara menulis, mendengar
penjelasan cara menulis, dan menelusuri huruf. Langkah – langkahnya:
i. Guru menunjukkan huruf.
ii. Guru menyebutkan nama huruf, menjelaskan cara menulisnya.
iii. Anak menelusuri huruf sambil menyebutkannya.
iv. Anak menelusuri huruf dengan pensil.
v. Anak menyalin huruf pada kertas.
c) Model Berangsur
Guru menunjukkan huruf dengan tulisan tebal, anak menelusurinya
dengan jari. Secara berangsur, ketebalan huruf dikurangi, anak
menelusuri lagi, kemudian menyalinnya dikertas. Pengurangan
ketebalan huruf secara berangsur ini dapat berupa huruf dengan tulisan
tipis, huruf dengan garis-garis putus, dan huruf dengan titik pada sudut-
sudutnya saja.
d) Tahap Transisi
Tahap transisi ini dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
i. Kata ditulis dalam huruf balok
ii. Huruf – hurufnya saling dihubungkan menggunakan garis putus –
putus
iii. Anak menelusuri huruf balok dan garis penghubungnya untuk
membentuk huruf bersambung.12
12
Kadek Yati Fitria Dewi, “MENGELOLA SISWA DENGAN KESULITAN BELAJAR
MENULIS (DISGRAFIA),” Daiwi Widya 8, no. 5 (30 Januari 2022): 30–41,
https://doi.org/10.37637/dw.v8i5.909.
13
14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang dijelaskan pada bagian pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengertian disgrafia adalah kondisi yang mana anak tidak dapat
mengekspresikan pikiran yang ia miliki kedalam sebuah tulisan, anak merasa
tidak mampu dan kesulitan, hasil tulisan mereka bisa menjadi tak dapat
terbaca, dan mereka mungkin melakukan banyak kesalahan ejaan karena
ketidakmampuan mereka untuk memadukan bunyi dan huruf.
2. Karakteristik disgrafia adalah kecepatan menulis lambat; tulisan tangan tidak
terbaca; ketidakkonsistenan antara kemampuan mengeja dan kecerdasan
verbal; dan keterlambatan pemrosesan perencanaan graphomotor, kesadaran
ortografi, dan / atau penamaan otomatis cepat
3. Perkembangan disgrafia merupakan gangguan perkembangan menulis pada
anak yaitu mencakup tahap mencoret, tahap pengulangan secara linier, tahap
menulis secara acak, tahap menulis tulisan nama dan tahap menulis kalimat
pendek.
4. Penanganan anak digrafia meliputi mengidentifikasi masalah disgrafia,
menentukan ZPD pada masing – masing masalah tersebut dan merancang
program pelatihan dengan teknik Scaffolding.

B.Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan sehingga saran dan masukan dari pembaca sangat lah diperlukan
untuk perbaikan makalah ini kedepannya baik dari segi sistematika maupun
pembahasan makalah ini. Selain itu diharapkan pula dengan adanya makalah
ini dapat menjadi sumber bacaan sehingga menambah pengetahuan terkait
identifikasi anak yang mengalami disgrafia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, Muhammad Zulfikar, and Sejarah Artikel, ‘DISGRAFIA STUDI


KASUS PADA SISWA KELAS III SD Info Artikel’, 5.2 (2022), 99–105

Anindyta, Adzmira Marsha, ‘PENGARUH KEMAMPUAN MENULIS


TERHADAP KESIAPAN SEKOLAH PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN
(Ex-Post Facto Di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Jatiasih, Bekasi, Jawa
Barat)’ (Universitas Negeri Jakarta, 2019)

Chung, Peter J., Dilip R. Patel, and Iman Nizami, ‘Disorder of Written Expression
and Dysgraphia: Definition, Diagnosis, and Management’, Translational
Pediatrics, 9.3 (2020), S46–54 <https://doi.org/10.21037/TP.2019.11.01>

Dewi, Kadek Yati Fitria, and Luh Tu Desy Herayuni, ‘Mengelola Siswa Dengan
Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia)’, DAIWI WIDYA Jurnal Pendidikan,
08.4 (2021), 30–41

Istiqomah, Maulina Nur, Dwi Sunaryono, and Rully Soelaiman, ‘Rancang Bangun
Aplikasi Mobile Untuk Media Pembelajaran Siswa Disleksia’, Jurnal Teknik
ITS, 5.2 (2016), 2–7 <https://doi.org/10.12962/j23373539.v5i2.17981>

Della Paramita, Lusiana, Septy Nurfadhillah, and Sa’odah Sa’odah, ‘Analisis


Kesulitan Belajar Anak Disgrafia Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di
Kelas Iv Sdn Karang Tengah 5 Kota Tangerang’, Berajah Journal, 2.1
(2021), 133–38 <https://doi.org/10.47353/bj.v2i1.66>

16

Anda mungkin juga menyukai