PPKN Kisi-Kisi
PPKN Kisi-Kisi
Terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas antara kekuasaan eksekutif dan legislative
Presiden merupakan eksekutif tunggal. Kekuasaan eksekutif presiden tidak terbagi
dan yang ada hanya presiden dan wakil presiden saja.
Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala negara atau sebaliknya kepala negara
adalah sekaligus kepala pemerintahan
Presiden mengangkat para menteri sebagai pembantu atau sebagai bawahan yang
bertanggung jawab kepadanya
Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif dan demikian pula
sebaliknya
Presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa parlemen
Berlaku prinsip supremasi konstitusi. Di mana pemerintahan eksekutif bertanggung
jawab kepada konstitusi.
Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada rakyat yang berdaulat
Kekuasaan pada sistem pemerintahan presidensial tersebar secara tidak terpusat
4. Pelimpahan Kewenangan Pusat ke Daerah
Pemerintah Pusat Republik Indonesia memiliki enam kewenangan dalam menjalankan
pemerintahan. Wewenang ini dilimpahkan kepada Pemerintah Pusat sebagai pemegang
komando negara.Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
mengartikan Pemerintah Pusat sebagai Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.Tidak semua urusan merupakan area wewenang dari Pemerintah Pusat. Kriteria
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah sebagai berikut:
1. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara
2. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas negara
3. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah provinsi atau
lintas negara
4. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan
oleh Pemerintah Pusat
5. Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional
Berdasarkan kriteria tersebut dan dicantumkan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun
2014, kewenangan Pemerintah Pusat dibagi menjadi enam bentuk yakni urusan politik luar
negeri, pertahanan, keamanan, hukum, agama, dan moneter/keuangan.
1. Urusan Politik Luar Negeri
Sebagai negara yang berpartisipasi aktif dalam membangun hubungan internasional dengan
negara lain, Pemerintah Pusat memiliki wewenang untuk mengatur urusan yang
menyangkut politik luar negeri. Segala kebijakan mengenai politik luar negeri diatur oleh
Pemerintah Pusat.
2. Urusan Pertahanan
Dalam urusan pertahanan, Pemerintah Pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah guna
mewujudkan pertahanan negara yang kuat dan solid. Hal ini karena menjaga pertahanan
negara berkaitan dengan menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Seperti misalnya mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan keadaan
damai dan perang, menyatakan negara atau sebagian wilayah negaa dalam keadaan bahaya,
dll.
3. Urusan Keamanan
Wewenang Pemerintah Pusat dalam mengatur keamanan nasional meliputi keamanan di
darat, laut, maupun udara. Dalam pelaksanaannya, Pemerintah Pusat bekerjasama dengan
Pemerintah Daerah agar keamanan nasional dapat tercapai secara maksimal.
4. Urusan Hukum
Urusan hukum menyangkut penegakan hukum dalam skala nasional. Pemerintah Pusat
memiliki wewenang mengatur sistem hukum maupun menentukan pihak yang bertanggung
jawab pada lembaga hukum terkait.Seperti misalnya mendirikan lembaga peradilan,
mengangkat hakim dan jaksa, memberikan grasi, dll.
5. Urusan Agama
Setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk memeluk agamanya sesuai dengan
keyakinannya masing-masing. Hak tersebut diatur oleh Pemerintah Pusat dan dilindungi
oleh Undang-undang.
6. Urusan Moneter
Pemerintah Pusat memiliki wewenang untuk membuat kebijakan moneter dan kebijakan
fiskal. Kebijakan moneter mencakup kebijakan pengaturan uang yang dimiliki oleh negara
untuk menjaga keseimbangan internal yaitu pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan
eksternal yaitu keseimbangan neraca pembayaran. Sementara kebijakan fiskal bertujuan
untuk menstabilkan ekonomi negara melalui pajak dan suku bunga
5. Wilayah Laut ZEE
Pengertian Zona Ekonomi Eksklusif
ZEE merupakan batas wilayah sepanjang 200 mil yang diukur dari pangkalan laut dan telah
ditetapkan oleh perundang-undangan yang berlaku. Negara yang memiliki wilayah tersebut
berhak atas semua kekayaan alam yang ada di dalamnya.Pengukuran ZEE biasanya
dilakukan ketika air laut sedang dalam kondisi surut. Penggunaan ZEE ini pun baru
diresmikan pada tahun 1980.
Manfaat Adanya Zona Eksklusif Bagi Indonesia
Pemberlakukan ZEE tentu menjadi sesuatu yang sangat penting mengingat manfaatnya yang
besar untuk suatu negara.
Negara Pantai Memiliki Hak Memanfaatkan Sumber Dayanya
Dengan diberlakukannya ZEE di suatu negara, seluruh sumber daya alam yang ada di
dalam wilayah laut tersebut menjadi hak milik negara pantai.Untuk itu, Indonesia
memiliki hak penuh atas wilayahnya dan bebas melakukan aktivitas apa saja sesuai
dengan kebijakan yang berlaku.
Perbedaan etnis, agama, dan budaya: perbedaan ini dapat menimbulkan ketegangan
dan konflik antarwarga negara, yang mempengaruhi tercapainya integrasi bangsa.
Ketimpangan sosial dan ekonomi: adanya ketimpangan sosial dan ekonomi dapat
memicu ketidakpuasan dan ketidakadilan, yang berpotensi menimbulkan konflik
sosial dan memperlemah integrasi bangsa.
Keberadaan kelompok yang merasa diabaikan: kelompok yang merasa diabaikan
oleh pemerintah atau oleh mayoritas warga negara dapat merasa tidak dihargai dan
merasa terpinggirkan, sehingga berpotensi mengganggu integrasi bangsa.
Praktik korupsi dan nepotisme: korupsi dan nepotisme dapat menghambat integrasi
bangsa karena merugikan kepentingan bersama dan memperlemah kepercayaan
masyarakat terhadap institusi negara.
Kesenjangan pemahaman dan pengalaman: adanya kesenjangan dalam pemahaman
dan pengalaman antarwarga negara mengenai sejarah, budaya, dan nilai-nilai
nasional, dapat menghambat terciptanya kesepahaman dan persatuan.
Propaganda kelompok tertentu: propaganda kelompok tertentu yang bersifat
diskriminatif dan merugikan kelompok lain dapat memicu konflik antarwarga negara
dan menghambat integrasi bangsa.
Mengatasi faktor penghambat integrasi bangsa memerlukan upaya yang komprehensif dan
terintegrasi, yang melibatkan seluruh elemen masyarakat dan pemerintah. Beberapa upaya
yang dapat dilakukan antara lain adalah membangun kesadaran nasional yang kuat,
menghargai keanekaragaman budaya, meningkatkan kualitas pendidikan, dan menegakkan
supremasi hukum
8. Bentuk Ancaman Militer
Ancaman militer dapat berasal dari berbagai sumber dan berbagai bentuk. Berikut beberapa
bentuk ancaman militer yang mungkin dihadapi:
Asas ius soli (hak tanah): Seseorang dianggap sebagai warga negara suatu negara
karena dilahirkan di wilayah negara tersebut, tanpa memperhatikan
kewarganegaraan orang tua.
Asas ius sanguinis (hak darah): Seseorang dianggap sebagai warga negara suatu
negara karena memiliki darah atau keturunan dari orang tua yang sudah menjadi
warga negara negara tersebut.
Asas naturalisasi: Seseorang dapat menjadi warga negara suatu negara melalui
proses naturalisasi, yaitu proses pemberian kewarganegaraan secara sukarela
kepada orang asing yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Asas kewarganegaraan ganda: Beberapa negara mengizinkan warganya memegang
kewarganegaraan ganda, yaitu memiliki kewarganegaraan dari dua negara berbeda.
Asas kewarganegaraan menjadi penting dalam menentukan hak dan kewajiban warga
negara suatu negara, seperti hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilu, akses ke layanan
publik, hak untuk bekerja dan tinggal di negara tersebut, serta kewajiban untuk membayar
pajak dan mengikuti peraturan negara.
10. Upaya Mencegah Disintegrasi Bangsa
Disintegrasi bangsa dapat terjadi ketika suatu negara mengalami perpecahan atau
pemecahan menjadi beberapa negara kecil yang berbeda karena perbedaan etnis, budaya,
agama, atau ideologi. Untuk mencegah disintegrasi bangsa, diperlukan upaya-upaya sebagai
berikut:
Serangan Teroris: Teroris dapat menargetkan fasilitas pemerintah, militer, dan sipil,
dan melakukan serangan dengan senjata konvensional atau senjata kimia dan
biologis.
Perang: Konflik bersenjata antar negara dapat menyebabkan kerusakan fisik yang
besar pada infrastruktur, warga sipil, dan sumber daya manusia.
Peretasan Komputer: Serangan siber dapat mengancam infrastruktur nasional,
termasuk sistem komunikasi, kelistrikan, dan transportasi. Hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan fisik dan kehilangan data sensitif.
Proliferasi Senjata Nuklir: Penyebaran senjata nuklir ke tangan negara atau kelompok
non-negara dapat mengancam keamanan dunia dan stabilitas regional.
Kejahatan Transnasional: Kejahatan lintas batas, seperti perdagangan narkoba,
perdagangan manusia, dan perdagangan senjata, dapat mengancam keamanan
nasional dan regional.
Kekerasan Sosial: Kekerasan sosial, seperti kerusuhan, konflik antar komunitas, dan
kekerasan berbasis gender, dapat mengancam stabilitas dan keamanan masyarakat.
Krisis Kemanusiaan: Krisis kemanusiaan, seperti bencana alam dan pengungsi, dapat
memperburuk situasi keamanan dan stabilitas di negara atau daerah terdampak.
Ketergantungan pada teknologi: Ketergantungan pada teknologi dapat
mengakibatkan kerentanan terhadap serangan siber dan kegagalan sistem yang
dapat mengancam keamanan dan stabilitas nasional.
12. Faktor Penghambar Integrasi Bangsa
Konsep Bhinneka Tunggal Ika mengandung arti bahwa meskipun kita berbeda-beda dalam
hal suku, agama, ras, dan adat istiadat, tetapi kita tetap satu dalam persatuan dan kesatuan
sebagai bangsa Indonesia.
Beberapa faktor yang membentuk integrasi nasional dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika
adalah sebagai berikut:
Budaya: Indonesia memiliki keberagaman budaya yang sangat kaya, dengan lebih
dari 300 kelompok etnis yang tersebar di seluruh Indonesia. Keanekaragaman ini
mencakup bahasa, adat, seni, dan agama. Namun, keanekaragaman ini bukan
menjadi penghalang bagi Indonesia untuk terus bersatu, karena masyarakat
Indonesia memiliki kesadaran akan pentingnya kebersamaan dan saling menghargai
keberagaman budaya.
Agama: Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam,
namun terdapat juga kelompok-kelompok agama lain seperti Kristen, Hindu, Buddha,
dan Konghucu. Meskipun demikian, masyarakat Indonesia mampu hidup
berdampingan secara harmonis dan saling menghargai perbedaan agama masing-
masing.
Bahasa: Indonesia memiliki Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi yang digunakan
dalam berkomunikasi antar daerah dan etnis. Meskipun terdapat banyak bahasa
daerah yang berbeda-beda, Bahasa Indonesia telah menjadi alat yang memudahkan
komunikasi antar daerah dan etnis di Indonesia.
Pendidikan: Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran
nasional dan memperkuat integrasi nasional. Melalui pendidikan, masyarakat
Indonesia dapat mempelajari sejarah dan kebudayaan nasional yang menjadi dasar
kesatuan Indonesia.
Kebijakan pemerintah: Pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan yang
mengakui dan menghargai keberagaman budaya, agama, dan etnis masyarakat
Indonesia. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang mengakui
keberagaman Indonesia serta berbagai program pemerintah yang menekankan
pentingnya integrasi nasional dan persatuan bangsa.
Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pembentuk integrasi nasional
dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika adalah keberagaman budaya, agama, dan etnis; Bahasa
Indonesia; pendidikan; dan kebijakan pemerintah yang mengakui dan menghargai
keberagaman Indonesia. Melalui kesadaran akan pentingnya kebersamaan dan saling
menghargai perbedaan, masyarakat Indonesia dapat terus mempertahankan persatuan dan
kesatuan bangsa.
14. Tujuan sebagai organisasi Nasional
Indonesia dalam PBB terlibat langsung dalam misi perdamaian dewan keamanan PBB
dengan mengirimkan pasukan Garuda ke negara-negara yang dilanda konflik seperti
kongo,Vietnam, Kamboja, bosnia dan sebagainya. Bahkan pada tahun 2007 Indonesia
ditetapkan menjadi anggota tidak tetap dewan keamanan PBB.
15. Ancaman terhadap integrasi nasional
a. Ancaman di bidang ideologi
Indonesia akan dibanjiri oleh barang-barang dari luar negeri seiring dengan adanya
perdagangan bebas yang tidak mengenal adanya batas-batas negara.
Timbulnya kesenjangan sosial yang tajam sebagai akibat dari adanya persaingan
bebas.
Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apabila hal-hal yang
dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara maka dalam jangka pendek
pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil.
19. Pelanggaran HAM berat, yaitu serangan terhadap hak asasi manusia secara sistematis
atau meluas yang menyebabkan korban jiwa, dan menimbulkan kerugian fisik, psikologis,
ekonomi, sosial dan budaya.Menurut standar HAM internasional, ada empat jenis
pelanggaran HAM berat yang diatur dalam Pasal 5 Statuta Roma Mahkamah Pidana
Internasional atau Rome Statute of the International Criminal Court (ICC). Empat kategori
pelanggaran HAM berat tersebut yaitu:
1. Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu kejahatan meluas dan sistematik yang
ditujukan kepada warga sipil, yang tidak manusiawi dan menyebabkan penderitaan
fisik dan mental. Bentuk perbuatannya dapat berupa:
Pembunuhan di luar hukum;
Penyiksaan dan hukuman kejam, tidak manusiawi atau merendahkan
martabat;
Penghilangan paksa;
Perbudakan dan praktik serupa perbudakan;
Deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa;
Perkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, pemaksaan
kehamilan, pemaksaan sterilisasi, atau bentuk kekerasan seksual lain yang
memiliki bobot setara;
Dan diskriminasi sistematis, khususnya berdasarkan ras, etnis, atau jenis
kelamin, melalui aturan hukum dan kebijakan yang bertujuan
mempertahankan subordinasi suatu kelompok.
2. Genosida, yaitu pembantaian brutal dan sistematis terhadap sekelompok suku
bangsa dengan tujuan memusnahkan seluruh atau sebagian bangsa tersebut.
Bentuknya dapat berupa:
Pembunuhan anggota kelompok;
Penyiksaan dan hukuman kejam, tidak manusiawi atau merendahkan
martabat;
Sengaja menciptakan kondisi hidup yang memusnahkan;
Mencegah kelahiran;
Dan memindahkan anak-anak secara paksa.
3. Kejahatan perang, yaitu pelanggaran terhadap hukum perang, baik oleh militer
maupun sipil. Bentuknya dapat berupa:
Menyerang warga sipil dan tenaga medis;
Perkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, pemaksaan
kehamilan, pemaksaan sterilisasi, atau bentuk kekerasan seksual lain yang
memiliki bobot yang setara;
Menyerang pihak yang telah mengibarkan bendera putih tanda menyerah.
4. Agresi, yaitu perilaku yang bertujuan menyebabkan bahaya atau kesakitan terhadap
target serangan.Dalam aturan hukum Indonesia, Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia menetapkan kejahatan genosida dan
kejahatan terhadap kemanusiaan sebagai pelanggaran HAM berat.Aturan yang dapat
melindungi dari pelanggaran HAM berat.Khusus untuk perkara pelanggaran HAM
berat, ada Statuta Roma, perjanjian internasional di bawah wewenang Mahkamah
Pidana Internasional. Sayangnya, sampai sekarang Indonesia belum meratifikasi
Statuta Roma. Di tingkat nasional, ada Undang-undang Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia yang mengatur perlindungan HAM dan Undang-undang
Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM yang mengatur pengadilan bagi
kasus pelanggaran HAM. Ada juga Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) danberbagai undang-undang lainnya yang secara spesifik melindungi kita
dari berbagai bentuk kejahatan yang bisa mengancam hak asasi kita. Kasus
pelanggaran HAM berat di Indonesia yang belum selesai Setidaknya 12 kasus dugaan
pelanggaran HAM berat di Indonesia masih belum mendapat keadilan. Berkas dari
sebagian besar kasus tersebut selalu dikembalikanoleh Kejaksaan Agung dalam 18
tahun terakhir karena dianggap kurang bukti. Ini beberapa di antaranya:
Peristiwa 1965 – 1966
Tragedi Tanjung Priok (1984)
Penembakan Misterius 1982-1985
Peristiwa Geudong dan Pos Sattis Lain di Aceh 1989-1998
Penghilangan Orang secara Paksa 1997-1998
Kerusuhan Mei 1998
Peristiwa Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II 1998 & 1999
Peristiwa Simpang KKA 1999
Peristiwa Wasior 2001 dan Wamena 2003
Peristiwa Paniai 2014
20. Perilaku yang Mendukung Tegaknya Nilai-nilai Demokrasi Kehidupan demokratis di
sebuah negara Akan terwujud apabila rakyat mendukung tegaknya nilai-nilai demokrasi
melalui berbagai perilaku tertentu, antara lain.
Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan instansi
lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-lain (vide: Pasal 52 A
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).
Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian dan sebagainya serta
memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam era keterbukaan dan
Transparansi Informasi Peradilan, sepanjang diatur dalam Keputusan Ketua
Mahkamah Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi
di Pengadilan.
24. Contoh Perilaku Melanggar Aturan di Lingkungan Keluarga
Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah adalah hak asasi semua umat manusia yang
sudah ada sejak lahir.
Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang
status, suku bangsa, gender atau perbedaan lainnya.
Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau diserahkan
kepada pihak lain.
Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah
hak sipil dan politik, atau hak ekonomi, sosial dan budaya.
26. Pelaksanaan upaya penegakan hak asasi manusia: Secara konstitusional, HAM diatur
dalam UUD 1945 Pasal 27 sampai Pasal 34. Pemerintah pun telah secara khusus
menerbitkan sejumlah aturan mengenai hak asasi manusia,di antaranya UU Nomor 39
Tahun 1999.
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menegakkan dan melindungi HAM di
antaranya:
Memasukkan HAM ke dalam UUD 1945 dan melakukan penyesuaian terhadap pasal-
pasal yang berkaitan dengan penegakan HAM,
Menerbitkan berbagai peraturan perundang-undangan sebagai instrumen nasional
HAM
Membentuk Komisi Nasional HAM dan Pengadilan HAM, serta lembaga-lembaga lain
yang berwenang dalam penegakan HAM
Menyelesaikan berbagai pelanggaran HAM dengan menyeret para pelakunya ke
pengadilan HAM
27. Lembaga lembaga yang menangani kasus HAM
a. Kepolisian melakukan penanganan terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan
pelanggaran terhadap hak warga negara untuk mendapatkan rasa aman, seperti
penangkapan pelaku tindak pidana umum (pembunuhan, perampokan,
penganiayaan dan sebagainya) dan tindak pidana terorisme. Selain itu kepolisian
juga menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan pelanggaran peraturan lalu
lintas.
b. Tentara Nasional Indonesia melakukan penanganan terhadap kasus-kasus yang
berkaitan dengan gerakan separatisme, ancaman keamanan dari luar dan
sebagainya.
c. Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan penanganan terhadap kasus-kasus
korupsi dan penyalahgunaan keuangan negara.
d. Lembaga peradilan melakukan perannya untuk menjatuhkan vonis atas kasus
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.
28. Dampak Pusitif dan Negatif Globalisasi
a. Pada Aspek Politik
Dampak positif:
Indonesia akan dibanjiri oleh barang-barang dari luar seiring dengan adanya
perdagangan bebas yang tidak mengenal adanya batas-batas negara. Hal ini
mengakibatkan makin terdesaknya barang-barang lokal terutama yang
tradisional karena kalah bersaing dengan barang-barang dari luar negeri.
Cepat atau lambat, perekonomian negara kita akan dikuasai oleh pihak asing,
seiring dengan makin mudahnya orang asing menanamkan modalnya di
Indonesia, yang pada akhirnya mereka dapat mendikte atau menekan
pemerintah atau bangsa kita. Dengan demikian, bangsa kita akan dijajah
secara ekonomi oleh negara investor.
Akan timbulnya kesenjangan sosial yang tajam sebagai akibat dari adanya
persaingan bebas. Persaingan bebas tersebut akan menimbulkan adanya
pelaku ekonomi yang kalah dan yang menang. Yang menang akan dengan
leluasa memonopoli pasar, sedangkan yang kalah akan menjadi penonton
yang senantiasa tertindas.
Pemerintah hanya sebagai regulator pengaturan ekonomi yang
mekanismenya akan ditentukan oleh pasar.
Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang,
koperasi makin sulit berkembang dan penyerapan tenaga kerja dengan pola
padat karya makin ditinggalkan.
c. Pada Aspek Sosial Budaya
Dampak Positif:
Dengan adanya informasi yang tersedia di internet kita bisa mencontoh atau belajar
banyak dari tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola berpikir yang baik, maupun ilmu
pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju untuk kemajuan dan
kesejahteraan kita. Misalnya kita bisa mencontoh etos kerja dan semangat kerja
keras yang ditampilkan oleh orang lain untuk kita terapkan dalam kehidupan kita.
Dampak Negatif:
Penyalahgunaan kekuasaan.
Di dalam masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan di sini tidak
hanya menunjuk pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk-bentuk kekuasaan lain
yang terdapat di dalam masyarakat. Salah
40. Perilaku yang bertentangan dengan hukum
1) Dalam lingkungan keluarga, di antaranya:mengabaikan perintah orang tua;
mengganggu kakak atau adik yang sedang belajar;
ibadah tidak tepat waktu;
menonton tayangan yang tidak boleh ditonton oleh anak-anak;
nonton tv sampai larut malam; dan
bangun kesiangan.
2) Dalam lingkungan sekolah, di antaranya:
menyontek ketika ulangan;
datang ke sekolah terlambat;
bolos mengikuti pelajaran;
tidak memperhatikan penjelasan guru; dan
berpakaian tidak rapi dan tidak sesuai dengan yang ditentukan sekolah.
3)Dalam lingkungan masyarakat, di antaranya:
mangkir dari tugas ronda malam;
tidak mengikuti kerja bakti dengan alasan yang tidak jelas;
main hakim sendiri;
mengonsumsi obat-obat terlarang;
melakukan tindakan diskriminasi kepada orang lain;
melakukan perjudian; dan
membuang sampah sembarangan.
4)Dalam lingkungan bangsa dan negara, di antaranya:
tidak memiliki KTP;
tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas;
melakukan tindak pidana seperti pembunuhan, perampokan, penggelapan,
pengedaran uang palsu, pembajakan karya orang lain dan sebagainya;
melakukan aksi teror terhadap alat-alat kelengkapan negara;
tidak berpartisipasi pada kegiatan pemilihan umum; dan
merusak fasilitas negara dengan sengaja.