Anda di halaman 1dari 86

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PENGARUH METODE BERCERITA BUKU


BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN
BAHASA ANAK USIA 3 - 4 TAHUN
DI PAUD KOTA PALEMBANG
TAHUN 2018

PROPOSAL SKRIPSI

NAMA :AGREVINA AMELIA


NIM :PO 71 24 2 14 002

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKHNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
2018
i

ABSTRAK

Amelia Agrevina, 2018. Pengaruh Metode Bercerita Buku Bergambar Terhadap


Kemampuan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun di PAUD Kota Palembang Tahun
2018. Skripsi, Poltekkes Kemankes Palembang Jurusan Kebidanan.
Pembimbing : Heni Sumastri, S.Pd, M.Kes dan Elita Vasra, SST, M.Keb

Kata Kunci : Kemampuan Bahasa, Metode Bercerita Buku Bergambar

Menurut Kementerian Kesehatan RI, 2014 data penyimpangantumbuh


kembang keterlambatan kemampuan bahasa merupakanmasalah/gangguan
perkembangan yang paling sering dijumpai 5-10% kasus pada anak prasekolah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode buku cerita
bergambar terhadap kemampuan bahasa anak usia 3-4 tahun serta mengetahui
kemampuan bahasa anak sebelum dan sesudah penggunaan metode dan
perbedaan kemampuan bahasa anak sebelum dan sesudah penggunaan metode
bercerita buku bergambar.
Desain Penelitian ini menggunakan pre eksperiment design dengan rancangan
One grup pretest post test, sedangkan uji statistik yang digunakan adalah uji t
berpasanganmenggunakan sistem komputerisasi, sampel penelitian ini adalah 30
responden. Metode pengumpulan data menggunakan lembar observasi.Data
dianalisis menggunakan uji t berpasangandengan tingkat kemaknaan p ˂ 0,05.
Hasil dari penelitian menunjukan nilai p-value dengan analisis uji t berpasangan
dengan nilai α = 0,05 dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil
dari taraf signifikansi5% (P Value =0,000 < 0,05 ) Maka dapat dinyatakan Ho
ditolak dan Ha diterima yang menyatakan ada pengaruh metode bercerita buku
bergambar terhadap kemampuan bahasa anak usia 3-4 tahun di paud Kota
Palembang Tahun 2018 ada perubahan signifikat antara sebelum dan sesudah
perlakuan yaitu sebelum perlakuan rata rata kemampuan bahasa anak hanya
(34.37%) dan setelah perlakuan rata-ratanya meningkat menjadi (69.40%).
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada pengaruh metode bercerita buku
bergambar terhadap kemampuan bahasa anak usia 3-4 tahun.
Saran dari penulis diharapkan Peneliti selanjutnya dapat menambah metode
pengumpulan data salah satunya dewan wawancara langsung dengan orang tua
sehingga informasi dapat diterima lebih akurat terkait kemampuan bahasa anak
usia 3-4 tahun.

Daftar Bacaan : 42 (2010-2017)


vi

ABTRACT

Amelia Agrevina, 2018. The Effect Of Story Telling Book Method On The
language Skill In Children Age 3-4 Years The Pre School In Palembang, 2018

Key Words : Language Skill, The Method of Story Telling Book

According to the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, 2014 data deviation
grows flower is the most common problem encountered 5-10% of cases in
preschoolers.
The purpose of this study is to know the influence of the words of the book telling.
This research design using pre-experiment design with one of the groups of
respondents. Method of taking data using behavior. Data were analyzed using paired
t testwith significance level p ˂ 0.05.The result of the research shows p-value value
with t paired analysis with α = 0,05 and got significance value 0.000 smaller than
5% significance level (P value = 0.000 <0,05) Then it can declare Ho rejected and
Ha response which is the correlation between story-telling method and picture book
with language dizzy when 3-4 years in paud Palembang City 2018 is the
interpretation before and after which the average only average (34.37%) and after
the theft of the average the opposite rose to (69, 40%).
The conclusion of this research is the correlation between story telling and
illustration method to people's language freedom 3-4 years.
Suggestions, which are expected Researchers can update the data used to conduct
direct interviews with others

Reading List: 42 (2010-2017)


vii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi/ Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:


Nama : Agrevina Amelia
NIM :
PO.71.24.2.14.0o2
Program Studi : D-IV Kebidanan
Judul Skripsi: Pengaruh Metode Bercerita Buku Bergambar Terhadap
Kemampuan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun di
PAUD Kota Palembang Tahun 2018.

Telah di presentasikan di hadapan dewan penguji dan disetujui untuk


memperoleh gelar Serjana Terapan Kebidanan (S.Tr. Keb)

DEWAN PENGUJI

Pembimbing 1 : Heni Sumastri, S.Pd, M.Kes (..............................)

Pembimbing 2 :Elita Vasra, SST, M.Keb (..............................)

Penguji 1 :Hj.Murdiningsih, SST, S.Pd, M.Kes


(..............................)
Penguji 2 :Dahliana, SKM, M.Kes (..............................)

Penguji 3 :Rosyati Pastuty, S.SiT, M.Kes (..............................)

Mengetahui
K.a Prodi D-IV Kebidanan

Nesi Novita, S.SiT, M.Kes


NIP.197308121992032002

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Metode Bercerita Buku Bergambar Terhadap
Kemampuan Bahasa Anak Usia 3- 4 Tahun di PAUD Kota Palembang
Tahun 2018”.
Adapun maksud dari skripsi ini adalah sebagai syarat dalam rangka
menyelesaikan pendidikan D-IV Kebidanan di Poltekkes Kemankes Palembang
Jurusan Kebidanan.
Tak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW beserta para keluarga, para sahabat dan pengikut-
pengikutnya sampai akhir zaman.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Heni Sumastri,
S.Pd, M.Kes dan ibu Elita Vasra, SST, M.Keb selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bantuan bimbingan dan saran, baik yang diberikan secara
lisan maupun tulisan, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan
ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu drg. Hj. Nur Adiba Hanum, M.Kes selaku direktur Poltekkes Kemenkes
Palembang.
2. Ibu Hj. Murdiningsih, SST, S.Pd, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palembang.
3. Ibu Hj. Nesi Novita, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Palembang.
4. Ibu Hj. Murdiningsih, SST, S.Pd, M.Kes selaku penguji 1
5. Ibu Dahliana, SKM, M.Kes selaku penguji II
6. Ibu Rosyati Pastuty, S.SiT, M.Kes selaku penguji III
7. Ibu Kepala PAUD tempat penelitian dalam hal ini PAUD Syakira, Sumber
Jaya dan RA Fatimah yang telah memberikan izin penuis melakukan
penelitian di PAUD dibawah pimpinan-nya.

viii
8. Seluruh Dosen dan Staf Pendidikan Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan
Kebidana
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu, serta dapat memberikan kritik dan
saran yang sifatnya membangun dalam kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Juli 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMANPERNYATAAN ORISINALITAS........................................... iv
HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................. x
DAFTAR TABEL......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B.
Rumusan Masalah........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 6
1.Tujuan Umum........................................................................... 6
2.Tujuan Khusus.......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
E. Batasan Penelitian........................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 8


A. Konsep Dasar Anak Usia Dini...................................................... 8
B. Konsep Dasar Perkembangan Bicara............................................
16 C. Konsep Dasar Perkembangan
Bahasa........................................... 18 D. Konsep Dasar Metode
Bercerita Buku Bergambar........................ 20
E. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kemampuan Bicara
dan Bahasa...................................................................................... 30
F. Aspek-Aspek yang dalam Perkembangan Anak............................ 31
G. Faktor Perkembangan Anak yang diTeliti .................................... 33
H. Penelitian Terkait......................................................................... 36
I. Kerangka Teori............................................................................ 40 J.
Kerangka Konsep Penelitian .......................................................
41
K. Hipotesi/ Pertanyaan penelitian.................................................... 41

x
BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 42
A.Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ...........................................
42 B. Waktu dan Tempat
Penelitian........................................................ 42 C. Populasi dan
Sampel...................................................................... 43 D.Variabel
Penelitian ........................................................................ 45 E. Definisi
Operasional...................................................................... 46 F. Alat dan
Bahan Penelitian.............................................................. 47 G.Uji
Validitas dan Realibitas ........................................................... 48
H. Teknik Analisa Data........................................................... 48
1. Teknik.......................................................................... 48
2. Analisis Data................................................................ 49
I. Langkah-langkah Penelitian ............................................... 51
J. Etika Penelitian.................................................................. 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................53
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian...................................................53
B. Hasil Penelitian....................................................................................54
1. Analisis Univariat.....................................................................56
2. Hasil Uji Normalitas.................................................................54
3. Pengaruh Metode Bercerita Buku Bergambar Terhadap
Kemampuan Bahasa Anak Usia 3-4
Tahum.................................57
C. PEMBAHASAN ................................................................................ .59
D. KETERBATASAN PENELITIAN.......................................................63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................65


A. Kesimpulan......................................................................................... 65
B. Saran................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 67
LAMPIRAN ................................................................................................ 71

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perkembangan Bicara dan Bahasa.................................................20
Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................45
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin...........52
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perubahan Kemampuan Bahasa...................53
Tabel 4.3 Pengaruh Metode Bercerita Buku Bergambar Terhadap
Kemampuan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun....................................55
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Buku Cerita Bergambar........................................................ 20

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori.........................................................................38


Bagan 2.2 Kerangka Konsep.....................................................................39
Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian.....................................................49

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Persetujuan Judul Lampiran 1


Lembar Konsultasi Lampiran 2
Informed Consent Lampiran 3
Lembar Ceklist Bahasa Lampiran 5
Lembar Observasi Lampiran 6
Lembar SOP Lampitan 7
Surat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Lampiran 8
Surat Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan Lampiran 9
Surat Balasan Lampiran 10
Dokumentasi Lampiran 11

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan anak merupakan proses pertumbuhan dan memperoleh

keterampilan baru seperti berjalan menggenggam benda-benda,

berkomunikasi, bermain, dan berinteraksi dengan orang lain (WHO, 2017).

Berdasarkan data Riskesdas (2013), perkembangan anak balita di Indonesia

perlu mendapat perhatian serius karena jumlah balita di Indonesia cukup

tinggi, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 248.422.956 jiwa

sekitar 23 juta jiwa diantaranya merupakan anak balita.

Menurut data Kemenkes RI (2014), populasi anak di Indonesia

mencapai sekitar 19,3 juta, jumlah tersebut meliputi anak usia balita. Di

masa depan, anak merupakan calon generasi penerus bangsa, oleh sebab itu

kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian

khusus, salah satunya dengan upaya pembinaan yang tepat akan

berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang berkualitas

salah satunya dengan memberikan stimulasi secara intensif, deteksi dan

intervensi dini sangat tepat dilakukan sedini mungkin untuk mengetahui

penyimpangan pertumbuhan perkembangan balita.

Data penyimpangan tumbuh kembang keterlambatan bicara atau

bahasa merupakan masalah/gangguan perkembangan yang paling sering

dijumpai (510% kasus pada anak prasekolah) (Kementerian Kesehatan RI,

2014).
2

Gangguan perkembangan sering ditemukan pada anak usia 3-16 tahun,

diperkirakan angka kejadiannya berkisar antara 1% sampai 32% pada

populasi yang normal (Soetjiningsih dan Ranuh, 2014, p. 309). Sekitar 8%

dari 9,4 juta anak Indonesia mengalami keterlambatan bicara dan bahasa

(Depkes, 2015).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14

(dalam Aisyah, 2012, p. 1.3), menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini

adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut

Dalam mencetak generasi unggul di tengah persaingan global dapat

dilakukan dengan jalan menyelenggarakan pendidikan yang memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik untuk tumbuh dan

berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan kesanggupannya. Hal

tersebut akan terwujud jika pendidikan dilakukan sejak anak usia dini.

PAUD (pendidikananak usia dini) merupakan fondasi bagi perkembangan

kualitas sumber daya manusia selanjutnya. Oleh karena itu, peningkatan

penyelenggaraan PAUD (pendidikan anak usia dini) sangat memegang

peranan yang penting untuk kemajuan pendidikan di masa mendatang. Arti

penting mendidik anak sejak usia dini dilandasi dengan kesadaran bahwa
3

masa anak-anak adalah masa keemasan bagi perkembangan anak (golden

age), karena dalam rentang usia dari 0 sampai 5 tahun, perkembangan fisik,

motorik dan berbahasa atau linguistik seorang anak akan

tumbuh dengan pesat.

(Profil Anak Indonesia, 2015).

Di Provinsi Sumatera Selatan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

menunjukkan bahwa Prevelansi stunted (hambatan pertumbuhan) balita

sebesar 35,6%. Meski mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010

sebesar 40% namun persentase ini masih tergolong cukup serius. Dinas

Kesehatan Kota Palembang menyebutkan bahwa terdapat 0,11% balita dan

anak prasekolah di Kota Palembang tahun 2012 mengalami gangguan

intelegensia dan terjadi peningkatan pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,2%

(Destriana, dkk. 2016).

Hal ini terjadi karena di Kota Palembang saja, penyelenggaraan

pembinaan tumbuh kembang anak, guru TK/PAUD (Taman Kanak- kanak

atau Pendidikan Anak Usia Dini) perlu dilatih sehingga memiliki

keterampilan dalam mendeteksi gangguan secara dini adanya kelainan

tumbuh kembang anak. Berdasarkan profil kesehatan anak tahun 2011

hanya 32% guru TK/PAUD yang sudah dilatih (151 dari 473 TK/PAUD

yang ada), dan cakupan anak prasekolah baru mencapai 86.5%. Namun

walaupun belum mencapai target 90%, sudah ada terjadi kenaikan dari

tahun 2006 hingga 2011(Dinas kesehatan kota Palembang, 2012).


4

Kelancaran berbicara/ bahasa harus diupayakan sejak dini, karena

dengan lancarnya berbicara/ bahasa anak dapat menjaga kondisi

berhubungan dengan orang lain baik di lingkungan sekolah, keluarga

maupun lingkungan masyarakat. Salah satu teknik yang dapat dipilih dan

digunakan untuk mengembangkan keterampilan bicara dan bahasa anak

adalah teknik cerita bergambar (Pentiernitasari, 2017).

Menurut hasil data observasi yang pernah dilakukan pada tanggal 13

Maret 2017 oleh pentiernitasari, di RA Raudhatul Islamiyah Kecamatan

Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi menunjukkan

bahwa kemampuan bahasa anak belum berkembang dengan optimal. Hal ini

dapat dilihat dari 21 orang anak baru 9,52 % anak yang sudah mampu

berkomunikasi dengan baik seperti berbicara dengan lantang atau langsung

bertanya kepada guru tentang apa yang di dengar, mengajukan pertanyaan,

menjawab pertanyaan, dan mengungkapkan pendapat, ini berarti masih

terdapat 90,48% anak yang belum mampu berkomunikasi dengan baik.

Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa kegiatan pembelajaran yang

dilakukan guru cenderung monoton, sehingga kurang menarik perhatian

anak (Pentiernitasari, 2017).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan bicara dan

bahasa yaitu faktor anatomi dan fisiologi meliputi organ bicara, telinga

serta susunan saraf, kemudian faktor fisiologis yang meliputi faktor

kesiapan mental anak, serta faktor lingkungan yang meliputi motivasi untuk

belajar/ berlatih serta bimbingan, sedangkan faktor yang mempengaruhi


5

perkembangan bicara dan bahasa yaitu faktor kondisi fisik dan kemampuan

motorik, faktor kecerdasan, sosial ekonomi, jenis kelamin, lingkungan dan

penggunaan dua bahasa (Ferliana dan Agustina, 2015, p. 31).

Pada penelitian ini peneliti menggali permasalahan mengenai

perkembangan bahasa karena menurut data dari Info Tumbuh Kembang

(2016), Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia pra sekolah.

Hampir sebanyak 20% dari anak berumur 3 tahun mempunyai gangguan

keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara dan bahasa paling sering terjadi

pada usia 3-4 tahun. Pada umur kurang dari 5 tahun, 19% diidentifikasi

memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% keterlambatan berbicara, 4,6%

keterlambatan bicara dan bahasa, dan 6% keterlambatan bahasa). Gagap

terjadi 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja. Laki-laki

diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih

banyak dari pada wanita. Sekitar 3-6% anak usia sekolah memiliki

gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala neurologi, sedangkan pada usia

prasekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15% (Fajrah, 2017).

Sehingga pada penelitian ini, peneliti ingin meningkatkan kemampuan

bahasa anak usia 3 – 4 tahun dengan menggunakan metode bercerita buku

bergambar.

Media cerita bergambar efektif untuk membantu anak dalam

mengekspresikan beberapa dimensi suatu benda dalam bentuk bahasa

(Gresna, 2016, p. 63).


6

Gambar memiliki beberapa kelebihan diantaranya, gambar umumnya

lebih representatif dari pada sketsa. Artinya, garis garis yang terdapat

digambar lebih banyak dan lebih akurat sehingga dapat mengungkapkan

objek mendekati keadaan yang sebenarnya atau realita (Gresna, 2016, p.

23). Melalui cerita bergambar ini diharapkan anak dapat termotivasi untuk

berbicara mengemukan pendapat dan memberikan komentar mengenai

gambar yang dilihatnya. Media buku bergambar ini dijadikan stimulus

dalam teknik cerita bergambar agar keterampilan bicara dan bahasa anak

dapat berkembang.

Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian untuk menguji

apakah ada pengaruh metode bercerita buku bergambar untuk meningkatkan

kemampuan bahasa anak usia 3 - 4 tahun di PAUD Kota Palembang.

B. Rumusan Masalah

Apakah penggunaan metode bercerita buku bergambar berpengaruh terhadap

kemampuan bahasa anak usia 3 – 4 tahun di PAUD Kota Palembang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh metode bercerita buku bergambar terhadap

kemampuan bahasa anak usia 3 – 4 tahun di PAUD Kota Palembang.


7

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya kemampuan bahasa anak sebelum penggunaan metode

bercerita buku bergambar pada anak usia 3 – 4 tahun di PAUD Kota

Palembang.

b. Diketahuinya kemampuan bahasa setelah pengguna metode bercerita

buku bergambar anak usia 3 – 4 tahun di PAUD Kota Palembang.

c. Diketahuinya perbedaan kemampuan bahasa anak sebelum dan setelah

penggunaan metode bercerita buku bergambar anak usia 3 – 4 tahun di

PAUD Kota Palembang.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan D-IV

Kebidanan Poltekkes Palembang dan Penelitian ini untuk menambah

wawasan dan pengetahuan khususnya tentang perkembangan kemampuan

bahasa Anak

Usia 3 – 4 Tahun serta sebagai pengalaman proses belajar dalam bidang

Metedologi Penelitian.

2. Bagi Instansi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Palembang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah

bahan pustakaan di poltekkes kemenkes palembang jurusan kebidanan.


8

3. Bagi sekolah tempat anak belajar

Sebagai bahan masukan dalam menyusun program pembelajaran serta

menentukann metode dan media pembelajaran yang tepat untuk

meningkatkan kemampuan bahasa anak.

E. Batasan Penelitian

1. Menganalisa penggunaan penerapan metode bercerita menggunakan buku

bergambar hanya pada anak usia 3- 4 tahun.

2. Menggunakan metode bercerita buku bergambar untuk meningkatkan

kemampuan berbahasa anak.

Kriterian inklusi Kriteria eksklusi

1. Anak usia 3- 4 tahun pada saat 1. Anak dengan disabilitas


penelitian contohnya anak yang memiliki
2. Teregistrasi sebagai siswa/siswi gangguan pada tubuh yang
PAUD Tahun Ajaran 2017/2018 membatasi fungsi fisik salah satu
3. Bersedia menjadi responden anggota badan, anak yang
4. Setelah di skrining masuk dalam memiliki gangguan kejiwaan
katagori cukup berkembang misalnya kondisi emosional dan
5. Setelah di skrining mengalami mental yang tidak stabil dan anak
gangguan perkembangan bahasa. dengan gangguan pendengaran.
2. Anak yang saat penelitian kurang
sehat atau rewel.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Anak Usia Dini.


1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak Usia Dini merupakan anak yang berada yang berada pada

rentang usia 0 -8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di

taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care

home), pendidikan pra sekolah baik swasta maupun negeri, TK. dan SD

(Aziz, 2017, p. 1).

2. Karakteristik Anak Usia Dini

Berbeda dengan fase unik lainmya, anak usia dini memiliki

karakteristik yang khas (Aisyah, dkk, 2012, p. 1.4). Beberapa

karakteristik tersebut diantaranya:

a. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar

b. Merupakan pribadi yang unik

c. Suka berfantasi dan berimajinasi

d. Masa paling potensial untuk belajar

e. Menunjukan sikap egosentris

f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek Sebagai bagian dari

mahluk sosial.

3. Ciri has anak usia dini

Menurut Aziz (2017, p. 21), Ciri khas anak usia dini tampaknya

cukup beragam dan berbeda antara anak yang satu dengan anak yang
9

lainnya, sehingga sesuatu yang unik, Ciri anak usia dini diantaranya

adalah:

a. Anak usia dini lebih bersifat Egosentris Naif

b. Relasi sosial yang primitif

c. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak Terdipisahkan

Selain itu anak usia dini memiliki keunikan yaitu:

1) Anak suka meniru

2) Dunia anak adalah dunia bermain

3) Anak masih berkembang

4) Anak-anak tetaplah anak anak

5) Anak adalah Kreatif

6) Anak usia dini dapatdi tumbuhkan rasa percaya dirinya

7) Anak memiliki karakrer yang unik sehingga orang tua harus dapat

memahami setiap karakter yang dimiliki anak anak serta tidak

perlu membandingkan dengan anak-anak lain nya

8) Dunia anak adalah unik sehingga orang dewasa perlu memahami

dunia anak.

Ihsana El-Khuluqo (dalam Aziz, 2017, p. 31), menambahkan bahwa

ciri anak usia dini juga ditampilkan pada beberapa hal diantaranya:

a) Anak Senang Dimotivasi

Pemberian motivasi sangat penting dilakukan kepada anak usia

dini terutama dia menentang, tidak bisa membedakan salah dan

benar, serta ketika banyak bergerakan ataupun tidak mau diam.


10

b) Rasa Takut

Perasaan takut lebih kuat pada anak perempuan. Maka tidak

sewajarnya menghukum anak dengan menakut nakutinya akan

polisi atau ada bapak, guru, jin dan sebagainya

c) Anak Usia Dini Memiliki Ciri Khas Marah dan Cemburu Marah

dan cemburu sering terjadi pada anak-anak perempuan dan sering

kali disebabkan kelahiran adiknya.

4. Standar nasional pendidikan anak usia dini

Berdasarkan Permendikbud No. 137 tahun 2014 tentang standar

nasional pendidikan anak usia dini, tingkat perkembangan berbicara dan

bahasa anak usia 3-4 tahun meliputi :

a. Memahami bahasa

1) Menyimak perkataan orang lain(bahasa ibu atau bahasa lainnya)

2) Mengerti dua perintah yang diberikanbersamaan

3) Memahami cerita yang dibacakan

4) Mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat


(nakal,

pelitbaikhati, berani, baik, jelek, dsb)

5) Mendengar dan membedakan bunyi-bunyian dalam Bahasa

Indonesiacontoh, bunyi dan ucapan harussama).

b. Mengungkapkan Bahasa (bicara):

1) Mengulang kalimat sederhana

2) Bertanya dengan kalimat yang benar

3) Menjawab pertanyaan sesuai pertanyaan


11

4) Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal,

pelit, baik hati, berani, baik, jelek, dsb)

5) Menyebutkan kata-kata yang dikenal

6) Mengutarakan pendapat kepada orang lain

7) Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau

ketidaksetujuan

8) Menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar

9) Memperkaya perbendaharaan kata 10) Berpartisipasi dalam

percakapan.

5. Usia Prasekolah/ PAUD (2,5– 5 tahun)

Feliana dan Agustina, (2015, p. 19), pada usia ini kemampuan

komunikasi dan bahasa pada anak akan mulai berkembang. Anak sudah

mampu memahami kurang lebih 10 kata, pada tahun kedua, sudah

mampu 200-300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan.

Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin

tahunya sangat tinggi, isiatif tinggi, kemampuan bahasanya mulai

meningkat, mudah merasa kecewa, dan rasa bersalah karena tuntutan

tinggi. Setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap

ketidaktahuan. Dan perlu diingat bahwa pada anak usia ini anak masih

belum fasih dalam berbicara. Pada usia ini, cara berkomunikasi yang

dapat dilakukan adalah dengan memberitahu situasi yang akan

dihadapinya, memperlihatkan benda-benda konkret ketika berbicara

menggunakan nada suara, bicara lambat, dan mengulang kembali

pertanyaan dengan jelas jika anak tidak menjawab dengan melakukan


12

pengarahan yang sebenarnya. Hindari sikap mendesak untuk dijawab

seperti kata-kata “jawab dong,” mengalihkan aktifitas saat

komunikasi, dan memberikan mainan agar anak lebih mudah di ajak

komunikasi. Dalam berkomunikasi dengan anak, sebaiknya kita

mengatur jarak dan memberikan ruang gerak bagi anak.

6. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini

a. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan dan Perkembangan merupakan salah satu istilah yang

berbeda, namun keduanya digunakan dalam satu rangkaian istilah

menjadi tumbuh kembang. Hasil dari pertumbuhan ini berupa

bertambah panjangnya tulang tulang terutama lengan dan tungkai,

bertambahnya tinggi dan bertat badan sera semakin bertambahnya

sempurnanya susunan tulang serta jaringan syaraf. Sedangkan

Perkembangan menurut Erwulan merupakan suatu perubahan

fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi fungsi fisik

maupun mental sebagai hasil keterkaitanya terhadap lingkungan.

Selain itu perkembangan bersifat progresif yakni suatu perubahan

yang bersifat maju meningkat dan mendalam baik secara kualitatif

maupun kuantitatif, contohnya: perubahan pengetahuan dan

kemamuan anak.

b. Prinsip-prinsip perkembangan secara teoritik terdiri atas:

Menurut Aziz (2017, p. 40), ada beberapa prinsip-prinsip

perkembangan diantaranya adalah:


13

1) Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua


aspek

2) Setiap individu memiliki irama dan kualitas perkembangan yang

berbeda.

3) Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola pola

tertentu. 4) Perkembangan terjadi secara berangsur-angsur sedikit

demi sedikit

5) Perkembangan berlangsung dari yang bersifat umum menuju pada

yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi.

6) Secara formal perkembangan individu mengikuti seluruh fase,

tetapi karena faktor faktor khusus, fase tersebut dapat terlewati

secara cepat, sehingga nampak tidak melewati fase tersebut

sedangkan fase yang lainnya di ikuti degan sangat lamban

sehingga nampak tidak berkembang.

7) Sampai batas tertentu, perkembangan suatu aspek dapat di percepat

atau di perlambat.

8) Perkembangan aspek aspek tertentu berjalan sejajar atau

berkolarasi dengan aspek lain nya.

9) Pada saat tertentu dan dalam bidan- bidang tertentu perkembangan

pria dengan wanita berbeda.

Secara terperinci perkembangan anak usia dini yang terdiri atas:

(1) Perkembangan Fisik

Secara teori fase perkembang anak usia dini terdiri atas

perkembangan fisik-motorik, emosi, kognitif dan kemandiran

(2) Perkembangan Emosi


14

(3) Perkembangan Kognitif/ Bahasa/ Pembelajaran Sensori

Pada anak usia 4 tahun dicirikan dengan sikap: mampu

mengekspresikan diri dengan 4 – 5 kata, mampu mengikuti 2

perintah sederhana, mulai bicara berimajinasi, suka mendengar

cerita selama 20 menit atau lebih, menyukai syair aneh. Sedangkan

pada anak usia 5 tahun dicirikan denga sikap: dapat memberi

salam, penguasaan kosa kata bertambah pesat, menggunakan kata

katanya, kapan, mengapa senang bermain dengan bilangan, dapat

menyebutkan nama sendiri, mengekspresikan diri dengan 4-6kata,

mampu mengidentifiksi 10 benda dalam gambar serta menikmati

lelucon.

(4) Perkembangan kemandirian

(5) Perkembangan karakter dan moral

(6) Perkembangan keberagamaan (Aziz, 2017, p. 45).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

Menurut Marmi dan Raharjo (2015, p. 111), ada beberapa

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

diantaranya adalah:

1) Faktor hereditar

Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat di turunkan yaitu

suku,ras dan jenis kelamin

2) Faktor lingkungan

Terbagi menjadi 2 yaitu:

(a) Lingkungsn pra-natal


15

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus

yang dapat mennganggu pertumbuhan dan perkembangan.

(b) Lingkungan post-natal

Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan bayi lahir adalah: nutrisi, budaya lingkungan,

status sosial dan ekonomi keluarga, iklim atau cuaca, olahraga

atau latihan fisik, posisi anak dalam keluarga,status kesehatan

dan faktor hormonal.

d. Proses pertumbuhan dan perkembangan pada neonatus, bayi, balita

dan pra sekolah

Menurut Marmi dan Raharjo (2015, p. 115), tumbuh kembang anak

berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan

yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Tumbuh kembang anak

terbagi dalam beberapa periode diantaranya adalah:

1) Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam


kandungan)

2) Masa bayi (infancy)umur 0 sampai 11 bulan

3) Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dalam proses

pematangan berlangsung secara terus menerus terutama

meningkatnya fungsi sistem saraf.

4) Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan)

Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan

terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar

gerak halus) serta fungsi ekspresi. Periode penting dalam tumbuh


16

kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang

berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan

menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita,

perkembangan kemampuan bicara dan bahsa, kreatifitas,

kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat

dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.

5) Masa anak pra sekolah (anak umur 60-72 bulan)

Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi

perkembangsn dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan

meningkatnya keterampilan dalam proses berpikir. Memasuki

masa pra sekolah, anak mulai menunjukan keinginannya seiring

dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini,

selain lingungan di dalam rumah maka lingkungan luar rumah

mulai di perkenalkan, Anak mulai senang bermain diluar rumah.

Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca

indra dan sistim reseptor penerima rangsanagan serta proses

memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan

baik.

B. Konsep Dasar Perkembangan Bicara


1. Definisi Perkembangan Bicara

Secara sederhana, bicara dapat di artikan sebagai suatu proses pengucapan

bunyi-bunyi yang dilakukan oleh manusia menggunakan alat ucap. Dalam

pengertian lain bicara merupakan produksi suara secara sistematis yang


17

merupakan hasil penggabungan dua aktifitas, yaitu aktifitas motorik dan

proses kognitif (Ferlina dan Agustina, 2015, p. 5).

Perkembangan Bicara merupakan suatu tahapan dimana seorang

anak mulai belajar beberapa kata, menghubungkan kata-kata menjadi

sebuah kalimat, dan menggabungkan beberapa kalimat dengan tiga atau

empat kata (Aisyah, dkk, 2012, p. 6.13). artikulasi, dan resonansi.

2. Dimensi bicara

Ferlina dan Agustina (2015, p. 6), mengatakan bahwa terdapat

beberapa dimensi dalam bicara diantaranya:

Dimensi bicara sebagai salah satu alat atau media untuk mengekspresikan

pikiran dan perasaan.

1) Dimensi wujud, yaitu bahwa wujud dari bicara adalah simbol bunyi.

2) Dimensi fungsi, yaitu bahwa bicara digunakan dalam berkomunikasi.

3) Dimensi proses, bahwa bicara merupakan aktivitas pernapasan,

phonesi, artikulasi, dan resonansi.

3. Fungsi Bicara

Bagi anak bicara tidak sekedar merupakan ekspresi, melainkan juga

berfungsi untuk mencapai tujuannya, maka bicara dapat berfungsi sebagai

berikut menurut

Ferlina dan Agustina (2015:5, p. 9):

1) Pemuas keinginan dan kebutuhan

2) Sarana untuk menarik perhatian orang lain

3) Sarana untuk membina hubungan sosial


18

4) Sarana untuk mengevalusi diri sendiri

5) Untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain.

6) Untuk mempengaruhi perilaku orang lain.


C. Konsep Dasar Bahasa Perkembangan Bahasa

1. Pengertian Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan sistem simbol yang di organisasikan yang di

gunakan untuk mengekspresikan dan menerima maksud atau pesan.

Ketika bicara di ambil maknanya, hal itu menjadi bahasa

(Ferliana dan Agustina, 2015, p. 7). Menurut Quigley, S p & Paul, Peter

V (dalam Ferliana dan Agustina, 2015, p. 8), bahasa diartikan sebagai

suatu kode yang dengan nya gagasan atau ide tentang dunia atau

lingkungan diwakili oleh seperangkat lambang yang telah disepakati

bersama saat berkomunikasi.

Perkembangan bahasa merupakan aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak untuk memberikan respon terhadap suara,

mengikuti dan berbicara spontan (Maryunani, 2013, p. 78).

2. Pengembangan Bahasa

Pengembangan bahasa untuk anak usia 3 – 4 tahun difokuskan

pada keempat aspek bahasa,yaitu menyimak, berbicara, membaca

danmenulis. Dengan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan

orang lain, anak akan mendapatkan banyak sekali kosa kata, sekaligus

dapat mengekspresikan dirinya. Anak usia 3 – 4 tahun menggunakan

kemampuan bahasa, khususnya berbicara untuk melibatkan diri dalam

sejumlah percakan, mereka menggunakan bahasa dengan berbagai cara,


19

termasuk bertanya, dialog, bernyanyi, daan syair. Kebanyakan anak

menggunakan bahsa untuk bereksperiment, dan untuk mengucapkan

syair dan aktivitas penuh irama, seperti bernyanyi, penggunaan bahsa

oleh anak sangat berhubungan dengan persepsi mereka terhadap dunia

sekelilingnya (Gunarti, 2012).

3. Pemerolehan Bahasa Verbal

Seorang anak memperoleh atau memiliki kemampuan bahasa

melalui beberapa proses. Mengenai proses pemerolehan bahasa tersebut

para ahli melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Pertama, ada ahli

yang mengemukakan bahwa proses pemerolehan bahasa melalui

mendengar, meneliti, megingat, serta proses presepsi (mengolah

rangsangan yang diterima melalui indra).

Myklebust (dalam Ferliana dan Agustina, 2015, p. 17),

mengemukakan bahwa proses pemerolehan bahasa anak melalui

mendengar berawal dari adanya pengalaman atau situasi bersama antara

bayi dan ibunya serta orang orang lain yang berarti bagi anak bagi

lingkungan terdekatnya. Proses ini merupakan dasar dari

berkembangnya bahsa batin (inner language). Baru setelah itu, anak

mulai memahami hubungan antara lambang bahasa dan benda atau

kejadian yang dialaminya, lalu terbentuklah bahasa resfektif anak.

Setelah bahasa resfektif “agak” terbentuk, anak mulai mengungkapkan

diri melalui kata-


20

kata sebagai awal kemampuan bahasa ekspresif. Semua kemampuan

bahasa ini berkembang melalui pendengaran. Baru setelah anak

memasuki usia sekolah, penglihatan berperan dalam perkembangan

bahasa, yakni melalui kemampuan membaca (bahasa reseptif melalui

penglihatan) dan menulis (bahasa ekspresif melalui penglihatan).

4. Perkembangan Bicara dan Bahasa Normal pada periode 3 - 4


Tahun Tabel 2.1
Perkembangan Bicara dan Bahasa Normal
Pemahaman bahasa Ekspresi bahasa Bicara
1. Memahami 1. Kosakata Mampu
Penolakan meningkat mengucapkan
2. Mengetahui hingga 900 – semua bunyi
sebagian 1500 kata pada atau fonem
besar anggota usia empat tahun pada periode
tubuh 2. Dapat sebelumnya,
(Lengan, menghitung diatas,
kaki, siku, ibu higga 10 ditambah
jari, 3. Dapat fonem [i] dan
dagu,dsb). menceritakan [s].
kembali suati
cerita atau
dongeng.
4. Menggunakan
kata-kata “ingin,
harus, dapat, dan
sebaliknya,
“tidak ingin.”dsb.
5. Menjawab
pertanyaan yang
menggunakan
kapan.
Sumber: Ferliana dan Agustina 2015
21

D. Konsep Dasar Metode Bercerita Buku Bergambar

Gambar 2.1 Buku Cerita Bergambar


Sumber:https://www.google.com/search?client=firefox-b
1. Pengertian Metode Bercerita

Merupakan suatu kegiatan menuturkan suatu informasi yang berisi

tentang suatu hal, misalnya kejadian yang bersifat nyata atau kejadian

yang bersifat rekaan, juga pesan moral yang ingin di sampaikan. Metode

ini dapat digunakan untuk mengembangkan perilaku dan kemampuan

dasar pada anak usia dini (Gunarti, dkk, 2012, p. 5.4).

Bercerita merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang

untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng

belaka, yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis (Gunarti, dkk, 2012,

p. 5.3). Anak Usia Dini merupakan anak yang berada yang berada pada

rentang usia 0 -8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di

taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care

home), pendidikan pra sekolah baik swasta maupun negeri, TK. dan SD

(Aziz, 2017, p. 1).


22

2.Tujuan Metode Bercerita

Tujuan metode bercerita untuk mengembangkan kemampuan bicara dan

bahasa anak adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan kemampuan berbahasa, diantaranya kemampuan

menyimak (listening), juga kemampuan dalam berbicara (speking)

serta menambah kosa kata yang dimilikinya.

b. Mengembangkan kemampuan berpikirnya karena dengan bercerita

anak diajak untuk memfokuskan pikiran dan berfantasi mengenai

jalan cerita serta mengembangkan kemampuan berpikir secara

simbolik.

c. Menanamkan pesan- pesan moral yang terkandung dalam cerita

yang akan mengembangkan kemampuan moral dan agama, misalnya

konsep benar-salah atau konsep ketuhanan.

d. Mengembangkan kepekaan sosial-emosi anak tentang hal-hal yang

terjadi di sekitarnya melalui tuturan cerita yang disampaikan.

e. Melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan

menyimpan informasi melalui tuturan peristiwa yang di sampaikan.

f. Mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita

yang di tuturkan (Gunarti, dkk, 2012 , p. 5.5).

3. Bentuk-Bentuk Metode Bercerita

Menurut Gunarti, dkk (2012, p. 5.5), Bentuk-bentuk metode

bercerita terbagi dua jenis, yaitu:

1. Bercerita Tanpa Alat Peraga


23

Bercerita tanpa alat peraga dapat diartikan sebagai kegiatan

bercerita yang dilakukan oleh guru atau orang tua tanpa menggunakan

media. Kekuatan dari metode bercerita tanpa alat peraga ini terletak

pada kepiawan guru atau orang tua dalam menuturkan nya. Tanpa alat

peraga ini memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penyampaian

nya isi cerita. Kelebihannya adalah:

1) Melatih anak untuk memfokuskan perhatian (konsentrasi)

2) Melatih anak untuk menjadi pendengar yang baik

3) Mengembangkan fantasi anak terhadap hal yang tidak nyata 4)

Mengembangkan kemampuan mengingat anak terhadap hal

tertentu yang disampaikan melalui tuturan secara lisan.

Kekurangan nya adalah sebgai berikut:

a) Guru atau orang tua terkadang enggan untk berekresi dengan

sebaik baiknya karena rasa malu sehingga mempengaruhi fantasi

anak.

b) Terkadang anak merasa jenuh untuk duduk sejenak karena tidak

ada media atau alat peraga yang bisa mempertahankan konsenstrasi

mereka pada cerita tersebut.

c) Anak akan pasif menahan banyak hal yang ingin ia ketahui untuk

ditanyakan ketika guru atau orang tua bercerita.

d) Dengan tidak adanya media atau alat peraga sehingga tuturan

cerita terkesan menjadi terlalu verbal.

2. Becerita dengan Menggunakan Alat Peraga


24

Bercerita dengan menggunakan alat peraga dapat di bagi menjadi

dua bentuk :

1) Bercerita dengan menggunakan dengan alat peraga langsung.

Yaitu kita menggunakan alat peraga asli sesuai dengan

kenyataannya. Alat peraga ini bisa berupa benda mati atau benda

hidup, misalnya tas sekolah anak, botol minuman, pensil, baju,

piring makan, sendok dan garpu serta yang lainnya.

Ketentuan yang harus dipahami dalam melakukan kegitatan

bercertia dengan menggunakan alat perga langsung, sbb :

a) Isi cerita sesuai dengan tahapan perkembangan anak serta

media yang digunakan menggunakan gaya bahasa yang bisa

dipahami oleh anak.

b) Alat peraga atau media yang digunakan tidak membahayakan

baik bagi anak, guru, maupun orang tua.

c) Alat peraga atau media yang akan digunakan hendaknya

dapat disimpan dalam satu tempat.

2) Bercerita menggunakan alat peraga tidak langsung.

Bercerita dengan menggunakan alat peraga tidak langsung

adalah bercerita dengan menggunakan alat peraga atau media

bukan asli atau tiruan. Media atau alat peraga terserbut bisa

berupa binatang tiruan, buah tiruan, dan sayuran tiruan. Bercerita

dengan menggunakan alat peraga tidak langsung terdiri atas

bercerita dengan menggunakan gambar, buku cerita, papan

flanel dan boneka.


25

Berikut ini akan dipaparkan masing-masing bentuk bercerita

dengan menggunakan alat peraga tidak langsung, sbb :

a) Bercerita dengan menggunakan gambar

Media atau alat peraga yang bisa kita gunakan adalah gambar

tunggal dan gambar seri. Gambar tunggal yaitu satu gambar

yang memuat seluruh rangkaian isi cerita dalam satu kertas,

gambar seri yaitu beberapa gambar yang dituangkan dalam

beberapa kertas yang terpisah, memuat keterkaitan isi cerita

antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya.

Langkah-langkah pelaksanaanya adalah sebagai berikut :

1) Atur posisi duduk anak yang membuatnya nyaman

2) Siapkan gambar yang akan digunakan dalam bercerita


3) Fokuskan perhatian anak dengan mengajak mereka

bernyanyi atau bermain tepuk tangan sebagai penghantar

sebelum memasuki awal cerita.

4) Kemudian kita melakukan percakapan awal yang

mengajak anak untuk menggiring mereka

memperhatikan gambar yang akan kita gunakan.

Ciptakanlah suasana yang bisa membuat mereka merasa

penasaran.

5) Bukalah buku bergambar tersebut dan perlihatkan buku

gambar yang akan di bacakan.

6) Berikan tambahan penjelasan gambar di dalam buku

bergambar tersebut apabila dibutuhkan.


26

7) Setelah itu, berikan kesempatan kepada anak untuk

memberi judul cerita yang akan kita tuturkan dengan

melihat cover buku cerita bergambar.

8) Mulailah kita menuturkan cerita yang sebenarnya kepada

anak, anak boleh menyentuh atau memegang buku

bergambar tersebut.

9) Ketika cerita sudah selesai di tuturkan, kita dapat

mengajukan pertanyaan seputar cerita tersebut, misalnya

tentang judul cerita, tokoh cerita, isi cerita bisa juga

meminta pendapat atau komentar anak mengenai cerita

tersebut. Dapat pula kita minta anak memperagakan

karakter suatu tokoh atau suatu kejadian dalam cerita

tersebut.

10) Selanjutnya, kita bisa bersama-sama dengan anak

menyimpulkan isi cerita tersebut termasuk mencari

pelajaran dari isi cerita juga mencari solusi terbaik dari

permasalahan yang ada pada cerita tersebut.

11) Akhiri kegiatan bercerita dengan meminta anak untuk

menceritakan kembali isi cerita atau tutup dengan

nyanyian yang menggambar isi cerita tersebut.

b) Bercerita dengan Menggunakan Buku Cerita Bergambar

Kegiatan bercerita ini menggunakan buku cerita

sebagai media atau alat peraga pendukung cerita. Kegiatan

bercerita ini sering disebut juga dengan kegiatan


27

membacakan cerita karena buku cerita yang kita gunakan

biasanya dibacakan pada anak. Kegiatan bercerita dengan

menggunakan buku cerita bergambar ini berpengaruh positif

untuk memupuk kecintaan anak pada buku, yang nantinya

akan mengembangkan minat awal untuk mau membaca.

Menurut Trampubolon (dalam Gunarti, dkk, 2012, p.

5.15), “Baik sekali jika cerita di ambil dari buku cerita

anakanak. Setelah bercerita, ada baiknya dibertahukan pada

anak-anak bahwa cerita itu dapat dibaca dalam buku

tersebut. Maka, dengan cara ini minat anak untuk membaca

buku akan timbul, apabila ia sudah dapat membaca. Jika ia

belum mampu membaca. Minatnya untuk belajar membaca

akan tumbuh”.

Pada kegiatan bercerita dengan menggunakan buku

cerita bergambar ini gerak-gerik kita kurang bebas

sebagaimana bercerita tanpa alat peraga. Hal ini

disebabkan karena kita harus memperhatikan posisi saat

memegang buku, kemudian kita membolak balik halaman

dan

menjelaskan detail cerita termasuk gambar yang tertera

pada buku cerita tersebut. Upayakan gerakan yang kita

lakukan setenang mungkin sehingga tidak mengganggu

konsentrasi anak. Buku dibuka lebar kemudian dipegang

dengan tangan kiri, sementara tangan kanan membantu


28

untuk menunjukan gambar atau membuka halaman

berikutnya.

4. Kelebihan dan Manfaat Metode bercerita dengan menggunakan buku

cerita bergabar

Menurut Gunarti, dkk. (2012), kelebihan dari kegiatan bercerita

dengan menggunakan buku cerita bergabar ini adalah:

a. Memupuk kemampuan konsentrasi

b. Mengembangkan kemampuan menyimak

c. Memupuk kecintaa pada buku.

Adapun manfaat cerita bagi anak TK/ Paud Menurut Risaldy (2015,

p. 143) adalah sebagai berikut:

1) Bagi anak mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan

lingkungan nya merupakan kegiatan yang mengasyikan.

2) Guru atau orang tua dapat memanfatkan kegiatan bercerita untuk

menanamkan nilai-nilai fositif pada anak.

3) Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan

sosial, nilai nilai moral dan keaagaman

4) Pembelajaran dengan bercerita memberikan pengalaman belajar

untuk mendengarkan

5) Dengan mendengarkan cerita, anak memungkinkan


untuk

mengembangkan kemampoan kognitif, afektif, dan psikomotorik.


29

6) Membantu anak untuk membangun bermacam macam peran

yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang

ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.

5. Langkah-langkah Membacakan Cerita Buku berggambar Agar kita

dapat memperaktikan membacakan cerita dengan baik kepada anak-anak,

hendaknya kita memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini:

a. Buku cerita berukuran besar kira-kira 50 cm x 20 cm.

b. Ceritanya singkat, namun penuh dengan nilai-nilai moral dan

keagaman, sosialisasi dan kepekaan perasaan.

c. Buku cerita hendaknya terdiri dari terdiri dari beberapa halaman saja,

maksimal 12 lembar.

d. Gambar dalam buku cerita tersebut sesuai dengan tahapan

perkembangan anak.

e. Gambar-gambar pada buku cerita tersebut menggambarkan isi cerita.

f. Gambar-gambar pada buku cerita tersebut menggambarkan keterkaitan

isi cerita.

g. Menggunakan gaya bahasa yang dapat dipahami oleh anak.


h. Pada bagian bawah gambar terdapat tulisan dengan ukuran font

minimal 20 yang ditulis dengan kalimat-kalimat pendek yang

menggambarkan isi cerita (Gunarti, dkk, 2012, p. 5.17)

Menurut Risaldy, (2015, p. 143), strategi pembelajaran melalui

bercerita terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah yang dimaksud

sebagai berikut :

1) Menetapkan tujuan dan tema cerita.


30

2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita

dengan membaca langsung dari buku berceritabergambar.

3) Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan

bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.

4) Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang

terdiri dari:

a) Menyampaikan tujuan dan tema cerita.

b) Mengatur tempat duduk.

c) Melaksanakan kegiatan pembukaan.

d) Mengembakan cerita.

e) Menetapkan teknik bercerita.

f) Menetapkan teknik bertutur.

g) Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.

h) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita. Untuk

mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dilaksanakan

penilaian dengan cara mengajukan pertanyan-pertanyan yang

berhubungan dengan isi cerita untuk

mengembangkan

pemahaman anak akan isi cerita yang telah di dengarkan.

E. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perkembangan Bicara dan

Bahasa

Menurut Ferliana dan Agustina (2015, p. 31), ada berbagai faktor

yang mempengaruhi perkembangan bicara dan bahasa anak antara lain:


31

1. Usia

Usia mempengaruhi kemampuan bahsa anak karena setiap kali anak

bertambah maju umurnya maka bertambahmaju pula dalam menemukan

bahasa dan dalam kemampuan untukmenilai bahasanya. Hal itu kembali

pada ikatan antar umur dankematanganya/kepekaanya, terutama sekali

kematangannya pada alatalatbicaranya, kematanganya pada akal dan

halhal lain yangmenyertai dalam pengalaman anak

2. Pekerjaan Orang tua

Orang tua merupakan lingkungan sosial dansumber bahasa

pertama bagi anak di awal kehidupannya. Komunikasi antara orang tua

dan anak dipercaya dapat memengaruhi perkembangan bahasa dan

perilaku anak karena anak yang diasuh oleh ibu yang tidak bekerja lebih

sering berkomuniksi dengan anak dibandingkan dengan anak yang di

tinggal karena ibu yang bekerja diluar rumah lebih jarang berkomunikasi

dengan orang tuanya atau ibunya.

3. Faktor sosial – Ekonomi

Pengaruh yang tidak langsung dari status sosial-ekonomi terhadap

kemampuan bicara dan bahasa berkaitan dengan penyediaan nutrisi

yang memadai bagi pertumbuhan dan perkembangan anak yang

tentunya mempengaruhi fungsi persyarafan dalam otak sehingga anak

mampu menerima rangsangan dengan baik secara auditori, visual,

maupun taktil kinestetik.

4. Faktor Pola Asuh


32

Anak yang mendapat dukungan atau pola asuh yang baik, seperti

sering diajak komunikasi, memberikan contoh ucapan yang tepat,

memberikan dukungan terhadap perkembangan emosi yang baik, akan

menunjang terhadap perkembangan bicara dan bahasa anak.

5. Faktor jenis kelamin

Perkembangan bicara dan bahasa anak perempuan relatif lebih

baik dari pada anak laki-laki, baik dalam tempo perkembangannya,

kosa kata maupun kemampuan artikulasi. Secara umum perempuan

dipandang lebih cepat matang di banding dengan laki-laki. Disamping

itu, jenis permainan antara anak perempuan dan laki-laki umumnya

berbeda. Anak perempuan akan tertarik dengan permainan yang banyak

menggunakan bicara dan bahasa misalnya bermain boneka, sedangkan

anak laki-laki lebih tertarik bermain mobil-mobilan atau perang-

perangan, yang kurang begitu banyak menggunakan bahasa.

F. Aspek-Aspek dalam Perkembangan Anak

Berdasarkan pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi

dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan

dasar(kementerian kesehatan RI, 2014), ada 4 aspek yang dipantau dalam

perkembangan anak, yaitu:

1. Motorik kasar atau gerak kasar

Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan

pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti

duduk, berdiri, dan sebagainya.

2. Motorik halus atau gerak halus


33

Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan

gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakkukan

oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti

mengamati sesuatu, menjepit, menulis, dan sebagainya.

3. Kemampuan bicara dan bahasa

Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan

respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan

sebagainya.

4. Sosialisasi dan kemandirian

Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak

(makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan

ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya,

dan sebagainya.

Dalam hal ini peniliti tertarik untuk meneliti Aspek kemampuan bahasa

anak usia 3 – 4 tahun yang akan di tingkatkan melalui metode bercerita

buku bergambar dan akan dinilai pengaruhnya terhadap perkembangan

bahasa anak menggunakan uji statistik dengan menggunakan sistem

komputerisasi berbasis Data base.

G. Faktor Perkembangan Anak yang diTeliti

1. Bahasa

Menurut Agustina & Ferliana (2015), bahasa merupakan segala

bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan seseorang

disimbolisasikan sehingga apa yang dimaksudkan dapat disampaikan

kepada orang lain. Pada usia 3tahun, kosakatanya bertambah setiaphari.


34

Pada usia tersebut, menurut Jalongo (1992) anak memiliki kosakataantara

200 sampai 300 kata. Pada usia 4 tahun, anak telah mampumenerapkan

komunikasi, dan tatabahasa anak sudah mampu menguasai 900 kata

hingga 1500 kata serta sudah banyak kata-kata yang digunakan seperti

kenapa,apa,kapan dan juga rasa ingin tahu anak sangat tinggi, inisiatifnya

tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat.Pada usia ini seharusnya

kemapuan bahasa anak yaitu: dapat menghitung hingga 10, dapat

menceritakan kembali isi suatu cerita atau dongeng menggunakan kata-

kata ingin, harus, dapat, dan sebaliknya “tidak ingin” dsb, serta menjawab

pertanyaan yang menggunakan kapan.

Kemampuan bahasa anak usia 3 -4 tahun terbagi menjadi

berkembang dengan baik, cukup berkembang dan kurang berkembang.

Dikatakan berkembang dengan baik apabila setelah di skrining atau

dilakukan pre-test menggunakan indikator ceklist perkembangan bahasa

anak usia 3-4 tahun yang terdiri dari 35 indikator dapat menceklist lebih

dari 17-35 indikator sedangkan jika perkembangan bahasa anak cukup

berkembang terceklist 10-17 indikator dan jika kemampuan bahasa anak

kurang berkembang anak hanya dapat menceklist1-9 indikator

(Kurikulum PAUD, Depdiknas, 2007). Dalam hal ini peneliti hanya

meneliti dan mengelompokan kemampuan bahasa anak berkembang

dengan baik dan cukup berkembang karena untuk anak yang kemampuan

nya kurang dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan psikolog anak

untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak.

2. Usia
35

Usia mempengaruhi kemampuan bahasa anak karena kemampuan

bahasa anak setiap kali anak bertambah maju umurnya maka

bertambahmaju pula dalam menemukan bahasa dan dalam kemampuan

untukmenilai bahasanya.Hal itu kembali pada ikatan antar umur

dankematanganya/kepekaanya, terutama sekali kematangannya pada

alatalatbicaranya, kematanganya pada akal dan hal-hal lain

yangmenyertai dalam pengalaman anak.

Pada usia 3 tahun adalah periode yang intensif dalam perkembangan

kemampuan bicara dan bahasa anak. Keterampilan bahasa ini akan

berkembang melalui suara yang di dengar, hal yang dilihat, serta paparan

yang konsisten didapatkannya dari pembicaraan dan bahasa

dilingkungan sekitarnya (Rangkuti, 2016). Diusia ini anak cendrung

masih egosentris dan belum begitu jelas dalam berbicara dan pelafalan,

fonemnya masih sederhana, anak baru mampu mengungkapkan apa yang

di inginkanya, sedangkan anak usia 4 tahun anak sudah dapat

memproduksi ‘onem-‘onem yang lebih banyak dari usia 3 tahun dan

kata-kata yang lebih lua, berikut adalah kemampuan bahsa anak usia 4

tahun

a. dapat menjangkau kata kata diluar lingkungannya kata-kata sudah

mulai beragam. Jumlah kata yang dikuasai anak berkisar 1540 kata

dan berkembang menjadi 1870 di usia 4.5 tahun, Mahir menghitung

angka

1 hingga 10.

b. Mampu menyebut 4 warna dengan benar.


36

c. Bisa merangkai kalimat panjangdengan 6-8 kata.

d. Suka bertanya dan menceritakan pengalamannya dengan baik dan

dimengerti oleh orang lain.

e. Berbicara dengan kata-kata yang kekanak-kanakan.

f. Menulis cerita sederhana, misalnya tentang liburan.

g. Paham dengan konsep benar atau salah sehingga sering mengoreksi

hal yang dilakukan orang di sekitarnya.

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi kemampuan bahasa anak, anak

perempuan lebih cepat kemampuan bahsanya dibandingkan anak laki-

laki hal ini di karenakan hal ini di karenakan menurut ferlina dan

agustina (2015), anak perempuan akan tertarik dengan jenis permainan

yang banyak menggunakan bicara dan bahasa seperti bermain boneka

sehingga kemampuan bahasa anak perempuan lebih cepat dibandingkan

anak lakilaki yang lebih tertarik dengan permainan mobil-mobilan atau

perangperangan yang kurang begitu banyak menggunakan bahasa. Hal

ini terbukti dari penelitian yang dialakuakn oleh peneliti hasil

menunjukan anak laki-laki lebih banyak kemampuan bahasanya cukup

berkembang dan dilakukan intervensi atau perlakuan menggunakan buku

cerita bergambar dibangdingkan anak perempuan. Anak laki-laki

berjumlah 17 anak dan anak perempuan berjumlah 13 anak dari 30

responden peneliti.
37

H. Penelitian Terkait

Beberapa penelitian mengenai pengaruh metode bercerita bergambar

terhadap kemampuan bahasa anak serta faktor yang mempengaruhi

kemampuan bahasa adalah jenis kelamin dan usia anak. Diantara penelitian

tersebut yang juga digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini

yaitu :

Menurut penelitianWiyani (2014), mengatakan bahwa bahasa juga dapat

dijadikan penilaian terhadap perkembangan kognitif anak. Pada dasarnya

anak dengan perkembanganbahasa yang baik memiliki kemampuan kognitif

yang baik pula. Hal ini dapat dilihat darikepemilikan kosa kata yang dimiliki

anak. Semakin banyak kosa kata yang dimiliki anak maka keterampilan

komunikasi dan penggunaan bahasa pada anak semakin baik. Anak dapat

bercerita atau mengutarakan perasaan dan emosinya dengan menggunakan

struktur bahasa yang baik. Anak dengan intelegensi normal atau diatas

normal, pada umumnya perkembangan bahasanya cepat. dalam hal ini

bahasa di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelamin.

Sejalan dengan teori yusuf dalam Rahmadi & Mahfuddin (2016), dimana

faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa salah satunya

adalah jenis kelamin. Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan

dalam vokalisasi antara pria dengan wanita. Namun mulai usia tiga tahun,

anak perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak

lakilaki selain itu menurut penelitian Utami (2014), mengatakan bahwa anak

perempuan akan tertarik dengan jenis permainan yang banyak menggunakan

bicara dan bahasa seperti bermain boneka sehingga kemampuan bahasa anak
38

perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki yang lebih tertarik

dengan permainan mobil-mobilan atau perang-perangan yang kurang begitu

banyak menggunakan bahasa.Hal ini didukung oleh penelitian kapoh (2010),

beberapa hasil penelitian telah menetapkan bahwa pertumbuhan bahasa pada

anak-anak perempuan itu lebih cepat dari anak laki-laki hal itu dapat

dijumpai dalam hubungannya dengan jumlah kosa kata, panjangnya kalimat-

kalimat dan pemahaman.

Bahasa juga di pengaruhi oleh usia anak karena menurut penelitian

Zubaidah (2004),Usiaanak yang lebih muda akan lebih berhasil dalam belajar

bahasa,Dinyatakan oleh Chomsky dan Marshall dalam Simanjuntak(1990)

bahwa bahasa itu sebenamya tumbuh di dalam otak si bayi setelahmengalami

proses "triggering" (pemicuan), yakni dengan cara menggiringsi bayi kepada

bahasa melalui pertumbuhan biologisnya, yaitu interaksi antarastruktur

nurani

dengan kondisi sekitamya. Lebih lanjut Chomsky menyatakanbahwa

perturnbuhan bahasa boleh disamakan dengan pertumbuhan sesuatuanggota

tubuh lainnya. Tanpa adanya proses "pernicuhan" ,pemerolehanbahasa anak

tidak akan sempuma, sejalan dengan penelitian Kapoh (2010) mengatakan

bahwa, dapat di simpulkan bahwa semakin bertambah maju usia anak maka

bertambah maju pula dalam menemukan bahasa dan dalam kemampuan

untuk menilai bahasanya. Hal itu kembali pada ikatan antar usia dan

kematangan/ kepekaan nya, terutama sekali kematangannya pada alat alat

bicaranya,, kematangannya pada akal dan hal-hal lain yang menyertai dalam

pengalaman anak.
39

Menurut Utami (2014) dalam penelitiannya“Pengaruh Metode Bercerita

dengan gambar terhadap perkembangan bahasa anak usia 3-5 tahun di PAUD

Sariharjo Ngaglik”Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

metode bercerita dengan gambar terhadap perkembangan bahasa anak usia 3-

5 tahun berapa besar perbedaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan namun

pada penelitian ini terdapat kelompok eksperiment dan kelompok

kontrol.Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experiment (non

equivalent control group design). Sample bejumlah 72 anak usia 3-5 tahun

dan terbagi menjadi kelompok eksperimen dan kontrol teknik pengambilan

sample dengan cara rendom sampling,analisa data menggunakan statistik

Independent t-test, hasilnya yaitu (t=5,51 dan p ˂ 0,01) yang bearti ada

pengaruh metode bercerita dengan gambar terhadap perkembangan bahasa

anak usia 3-5 tahun.Kaitan dengan penelitian yang dilakukan sekarang ini

yaitu dalam hal referensi tinjauan pustaka serta metode yang digunakan

untuk analisis data.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Khasanah (2016) “Metode

bercerita berpengaruh terhadap kemampuan bahasa reseptif “Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh bercerita terhadap kemampuan bahasa

reseptif sebelum dan sesudah diberi perlakuan, dalam penelitian

menngunakan desain penelitian eksperiment yang digunakan yaitu pre

eksperiment disegn jenis one group pretest-posttest design. Subjek penelitian

ini adalah anak Kelompok B TK yang berjumlah 23 anak. Teknik analisa

data menggunakan t-test berpasangan. Hasil penelitian diperoleh kemampuan


40

bahasa reseptif anak bahwa ̶40,699 ≤ -t = 1,717. Hal ini

menunjukan bahwa Ha

diterima dan Ho ditolak , maka dapat disimpulkan ada pengaruh pengaruh

bercerita terhadap kemampuan bahasa reseftif. Kaitan dengan penelitian

yang dilakukan sekarang ini yaitu dalam hal analisis data.

Penghitungan nilai ceklist diambil dari penelitian Adini (2016)

“Kemampuan Bahasa Reseptif Anak Kelompok A Gugus V Kecamatan

Berbah Tahun 2016”dalam penelitian ini kemampuan bahasa anak dihitung

menggunakan rumus dariAnas Sudijono, 2010 dan dikelompokan

kemampuan bahasa berdasarkan kemampuan bahasa baik cukup dan kurang.

Dalam hal ini peneliti meneliti atau mengelompokan kemampuan bahasa

anak menjadi perkembangan bahasa cukup dan baik


41

I. Kerangka Teori

Tinjauan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.

Hal ini dimaksudkan agar peneliti mempunyai wawasan yang luas sebagai

dasar ukur untuk mengembangkan variabel – variabel yang akan diteliti,

karena itu sering didalam tinjauan kepustakaan ini diuraikan “Kerangka

teori”

sebagai dasar untuk mengembangkankerangkakonsep

penelitian(Notoatmodjo, 2013). Kerangka teori dalam penelitian ini sebagai

berikut:

Pertumbuhan dan Perkembangan


Anak Usia 3-4 tahun

Gerak metode bercerita


Aspek-aspek Perkembangan yang kasar/motorik buku bergambar
di pantau kasar

Gerak halus/
motorikhalus

Kemampuan
bicara dan
bahasa

Sosialisasi dan
kemandirian

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Kemenkes RI, 2014dan di modifikasi oleh peneliti.
42

J. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Kemampuan
Metode Bercerita Bahasa
Buku Bergambar

Usia
Jenis Kelamin

Confounding Variables

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan : Confounding Variables

K. Hipotesis/ Pertanyaan penelitian

Ada pengaruh metode bercerita buku bergambar terhadap kemampuan

bahasa anak usia 3 – 4 Tahun di Paud Kota Palembang.


BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Penelitianini menggunakanmetodeeksperimen, dengan rancangan/

desain (pre eksperiment design). Eksperimenyaitukegiatanpenelitian yang

dilakukandenganmemberikanpercobaan(experiment)atauperlakuan yang

bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat

dari adanya perlakuan tertentu atau eksperimentersebut

(Notoatmojo, 2013, p. 50).Sedangkan pre- eksperiment design merupakan

desain penelitian yang belum sungguh-sugguh karena masih terdapat

variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel

dependent. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependent ini

bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independent. Hal ini dapat

terjadi karena tidak ada nya variabel kontrol (Sugiono, 2016, p. 74). Adapun

jenis metode yang digunakan rancangan One grup pretest post test.

B. WaktudanTempatPenelitian

a. Waktu

Penelitiandilaksanakanpada bulan Febuari - Mei2018

b. Tempat

Penelitiandilaksanakandi 3 PAUD Kota Palembang yaitu PAUD R A

Fatimah Sriwijaya, PAUD Sumber Jaya, dan PAUD SYAKIRA


44

42

C. Populasi dan Sampel

1. PopulasiPeneltian

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan

dalam suatu penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian

sangat penting dan menentukan keakuratan hasil penelitian

(Saryono, 2013, p. 169)Populasi padapenelitianiniadalahsemua anak usia

3-4 tahun yang mengikuti kegiatan di PAUD (pendidikan anak usia dini)

Kota PalembangTahun 2018, di PAUD Sumber Jaya Jumlah populasi

berjumlah 25 anak, di PAUD RA Fatimah populasi berjumlah 28 anak

dan di PAUD Syakira populasi berjumlah 30 anak.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Notoatmojo, 2013, p. 81). Sebagian dari populasi

yang mewakili suatu populasi disebut sampel. Sampel yang dikehendaki

untuk menjawab masalah penelitian merupakan bagian dari populasi

terjangkau. Pengambilan sempel harus sedemikian rupa sehingga dapat

mewakili populasi (Saryono, 2013, p. 171). Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah non random (Probability) sampling, dengan

metode accidental sampling yaitu dilakukan dengan mengambil kasus

atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai

dengan konteks penelitian (Notoatmojo, 2013, p. 125) .

Menurut Sugiyono 2016, p. 91 memberikan saran-saran tentang ukuran

sampel untuk penelitian seperti berikut ini, ukuran sampel yang layak
45

dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500 sampel. Maka berdasarkan

data tersebut peneliti menggunakan 30 sampel.

Agar karakter sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka

sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi

maupun kriteria eksklusi (Notoatmodjo, 2013, P. 130).

Sampelpenelitianiniyaitusemua anak usia 3 - 4 tahun yang mengikuti

kegiatan di PAUD Kota Palembangyang telah ditentukan oleh peneliti

yang masuk dalam kriteria inklusi dan eklusi.

a. Kriterian inklusi

1. Teregistrasi sebagai siswa/siswi PAUD Tahun Ajaran 2017/2018

2. Bersedia menjadi responden

3. Setelah di lakukan Pre-testmasuk dalam katagori

cukup berkembang

4. Setelah di lakukan Pre-test mengalami gangguan perkembangan

bahasa

b. Kriteria eksklusi

1. Anak dengan disabilitas contohnya anak yang memiliki gangguan

pada tubuh yang membatasi fungsi fisik salah satu anggota badan,

anak yang memiliki gangguan kejiwaan misalnya kondisi

emosional dan mental yang tidak stabil dan anak dengan

gangguan pendengaran.

2. Anak yang saat penelitian kurang sehat atau rewel.

Penelitian ini dilakukan di 3 PAUD Kota Palembang,

pertama peneliti melakukan penelitian di PAUD Syakira


46

kemudian anak yang masuk dalam kriteria peneliti yaitu usia 3-4

tahun dan masuk kriteria inklusi dan eksklusi di kumpulkan

didalam kelas total anak berjumlah 30 anak namun setelah

dilakukan pre test didapatkan anak yang masuk kriteria

kemampuan bahasanya cukup berjumlah 13 anak, begitu juga di

PAUD RA Fatimah anak yang masuk dalam kriteria peneliti yaitu

usia 3-4 tahun dan masuk kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah

28 anak namun setelah dilakukan pre test didapatkan anak yang

masuk kriteria kemampuan bahasanya cukup berjumlah7 anak,

dan di PAUD terakhir yaitu PAUD Sumber Jaya anak yang

masuk dalam kriteria peneliti yaitu usia 3-4 tahun dan masuk

kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 25 anak namun setelah

dilakukan pre test didapatkan anak yang masuk kriteria

kemampuan bahasanya cukup berjumlah 10 anak, jadi total

keseluruh responden peneliti yang masuk kriteria cukup dan

diberikan perlakuan atau intervensi sebanyak 30 anak/

responden.

D. Variabel (cara pengukuran dan cara pengamatan)

Variabelmengandungpengertianukuranatauciri yang dimilikioleh,

anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok lain (Notoatmodjo, 2013, p. 103).

Dalampenelitianiniterdapatduavariabel,yaituvariabelindependent (bebas)

merupakanvariabelyang

menjadisebabperubahanatautimbulnyavariabeldependent (terikat), dan


47

Variabeldependentmerupakanvariabel yang
dipengaruhiataumenjadiakibatkarenavariabelbebas(Notoatmodjo, 2013, p.

104). VariabeldependentdalampenelitianiniadalahKemampuan Bahasa dan

Variabel Independent adalah Metode Bercerita Buku Bergambar.

Adapun cara pengukuran dan cara pengamatanya dengan:

Cara pengukuran dan pengamatanVariabel dependent yaitu dengan Check

list perkembangan bahasa anak usia 3 – 4 Tahun.

E. Definisi Operasional

Definisi Operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data

dan menghindari perbedaan interprestasi serta membatasi ruang lingkup

variabel. Variabel yang dimasukan dalam definisi operasional adalah

variabel kunci atau penting yang dapat diukur secara operasional dan dapat

dipertanggung jawabkan (Saryono, 2013, p. 154).


48

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Co Definisi Cara Skala
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
variabel Operasional Ukur Ukur
1. Independent Merupakan Sebelum dan Nominal
Metode kegiatan Sesudah
bercerita bercerita Perlakuan
buku menggunakan
bergambar buku cerita
sebagai media
atau alat peraga
pendukung
cerita.
2 Dependent Kemampu Kemahiran Penilaian Check list (26,00—50,00) Interval
Kemampuan an bahasa bahasa anak dengan Cukup
bahasa sebelum kurang dari Skor Check (51,00—
50 yang dinilai list 100,00)
menggunakan Pusat Baik
indikator ceklist Kurikulum
kemapuan Diknas,(20
bahasa anak usia 07)
3-4 tahun. Adini (2016)

Kemampu Kemahiranbahas Penilaian Check list (26,00—50,00) Interval


an bahasa a anak menjadi dengan Cukup
sesudah lebih dari Skor Check (51,00—
50 list 100,00)
yang dinilai Pusat Baik
menggunakan Kurikulum
indikator ceklist Diknas,
kemapuan (2007)
bahasa anak usia Adini (2016)
3-4 tahun.

F. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakandalampenelitianiniyaitubuku cerita

bergambar,checklist indikator perkembangan anak 3-4 tahun yang berasal dari

konsep pengembangan PAUD Non formal, Pusat kurikulum Dinkes.


49

G. Uji Validas dan Realibilitas

Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan realibilitas karena

menggunakan Checklistindikator perkembangan bahasa anak usia 3-4 tahun,

yang digunakan untuk menilai kemampuan bahasa anak usia 3-4 tahun, dan

indikator ceklist perkembangan bahasa anak usia 3-4 tahun ini berasal dari

konsep pengembangan PAUD Non formal, Pusat kurikulum Dinkes.

H. Teknik dan Analisa Data

1.Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

a. Pengumpulan Data

Data Primer

Data primer dalam penelitian iniadalah data yang langsung didapat

dari sumber melalui pengukuran kemampuan bahasa anak usia 3 - 4

tahun.

b. Pengolahan Data

Analisis data padapenelitiantahapan, yaitu :

1) Editing

Memeriksadaftar yang telah di serahkanolehparapengumpul data

(Notoatmodjo, 2012, p. 174).Editing

meliputikegiatandanmenelitikembalilembarobservasi

2) Coding

Mengklasifikasikanjawabandarirespondenkedalamkategorikategori,

biasanyaklasifikasidilakukandengancara

memberitandaataukodeberbentukangkapadamasing-masingjawaban
50

dalam hal ini pengkodean nya yaitu untuk variabel dependent

(kemampuan bahasa) 1 untuk cukup berkembang dan 2 untuk

berkembang dengan baik.

3) Entry

Data Enteryini yaitu memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam

master tabel atau databest komputer kemudian dibuat

distribusi frekuensi sederhana.

4) Cleaning

Tahap ini yaitu tahap pengecekan kembali terhadap data yang telah

dimasukan untuk memastikan apakah terdapat kesalahan pada

pengkodean.

2. Analisis Data

a. AnalisisUnivariat

Variabel yang di analisis adalah pengaruh metode bercerita buku

bergambar terhadap kemampuanbahasa anak usia 3-4 Tahun,

kemampuan bahasa anak baik (jikahasil Skor Indikator 51,00-100,00)

dancukup berkembang(jikahasil Skor Indikator 26,00-50,00)Kemudian

anak yang mendapatkan hasil cukup berkembangan, di diberikan

intervensi untuk meningkatkan kemampuan bahasanya menggunakan

metode bercerita buku bergambar dan dilakukan penilaian Sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan. Analisis univariat dalam penelitian ini

menggunakan distribusi frekuensi.


51

b. Analisis Bivariat

Analisis dilakukan terhadap dua variabel yang di duga

berhubungan atau berkolerasi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara variabel independen (metode bercerita buku

bergambar) dan variabel dependen (Kemampuan bahasa) untuk menilai

hubungan tersebut menggunakan komputerisasi berbasis data base.

Hasil bivariat ini ditampilkan dalam tabel 2x2. Dilakukan Uji

Normalitas terlebih dahulu untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak, kemudian dilakukan uji selesih yang hasilnya data

berdistribusi normal maka dari itu Uji statistik yang digunakan yaitu

ujit berpasanganuntuk menguji perbedaan sebelum pemberian

perlakuan

(Pre-Test) dengan sesudah pemberian perlakuan (Post-Test) dimana p ˂

0,05 artinya ada hubungan bermakna diantara variabel dan bila P.Value

˃ ɑ (0,05), artinya tidak ada hubungan diantara variabel (Dahlan,

2015).
52

I. Langkah-langkah Penelitian

Sumber: Alimul, 2014 dan dimodifikasi oleh peneliti.

J. Etika Penelitian

1. Informed Consent

Setiaprespondenmemilikihaksecaraotonomiuntukmembuatsuatukeputusan

secarasadaruntukberpartisipasiatautidakberpartisipasidalamsuatupenelitian

Sebelumintervensidilakukan,

penelitimemberikanpenjelasankepadarespondententangtujuanpenelitia

nyait uuntukmengetahuiadalah pengaruh metode bercerita buku

bergambar terhadap bahasa anak. Responden yang terlimbat dalam


53

penelitian ini diberikan lembar persetujuan. Lembar tersebut berisi

penjelasan singkat tentang maksud dan tujuan penelitian. Setelah

calon responden memahami penjelasan peneliti, maka responden

harus menandatangani lembar tersebut. 2. Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga oleh

peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

3. Justice

Semua responden yang terlibat dalam penelitian ini diperlakukan

secara adil dan mendapatkan hak yang sama, tidak ada perbedaan

prioritas pada setiap sampel.

4. Anomity

Penelitimenjelaskan manfaat dari intervensi yang dilakukan serta

menjelasakan

bahwatidakmenimbulkankerugiankepadaanak.Ibuberhakuntukmenolakme

nj adikan anak nya salah satu responden jika keberatandanjikaibu bersedia

anaknya menjadi respondenmakaanaknya akandiberikanintervensi.

5. Respect for person

Penelitimemberikan reward kepadarespondenataswaktudankesediaan

menjadiresponden, yaitu berupa cangkir warna- warni berbentuk nanas

(Unpad 2013 dalam Vasra, 2015).


53
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


1. Paud Sumber Jaya

Paud Sumber Jaya adalah paud swasta dibawah naungan ibu

Suciati. Paud sumber jaya di didirikan pada tanggal 03 bulan Mei

2005.Paud sumber jaya berlokasi di jalan Jaya No 1144 RT 20 RW 09

Kelurahan 16 Ulu Kecamatan SU II Kota Palembang. Jumlah tenaga

pengajar di PAUD Sumber Jaya Berjumlah 4 tenaga pengajar dan terdiri

dari satu pemilik sekaligus kepala sekolah PAUD.

2. Paud Syakira

Paud Syakira berlokasi di jalan jaya 7 Lr. Lematang RT 018, RW

006 SU II Kecamatan Seberang Ulu II palembang. Paud Syakira mulai

dibuka dan menerima murid pada tahun 2015 atas dasar SK Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:

421.9/337.a/SK/26.8/PN/2017.

Pada Tahun Pelajaran 2015/2016 jumlah murid sebanyak 60 anak/

murit yang diasuh oleh kepala dan guru berjumlah 6 orang. Paud Syakira

didirikan oleh yayasan Pendidikan Syakira Plaju, dengan harapan dapat

membantu pemerintah dibidang Pendidikan terutama pendidikan diusia

dini.

53
54
Dengan usaha Kepala Paud dan Guru guru di dukung oleh

pemerintah, komite Paud Syakira orang tua murid dan masyarakat telat ber

prestasi yang di raih Paud Syakira, baik prestasi lembaga, Kepala Paud,

Guru dan anak didik, mudah mudahan waktu berjalan Paud Syakira akan

mendapatkan prestasi prestasi kedepannya nanti.

3. Paud RA Fatimah

Paud RA Fatimah berlokasi di Jalan Jaya RT.31 RW.09 No 1577

Kec SU II Kel 16 Ulu Kota Palembang

B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat

Bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi

dari variabel independen (Metode bercerita buku bergambar) dan variabel

dependen (kemampuan bahasa). Data yang disajikan yaitu hasil distribusi

frekuensi dan presentase dari tiap variabel.

a. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan di 3 PAUD yaitu PAUD Sumberjaya,

Syakira dan RA Fatimah yang respondenya yaitu anak anak berusia 34

tahun berjumlah 30 siswa dengan katagori perkembangan anak cukup

dan diberikan intervensi menggunakan buku cerita bergambar untuk

meningkatkan kemampuan bahasanyaadapaun karakteristik responden

berdasarkan usia dan jenis kelamin yang semuanya


55

dilakukan perlakuan atau intervensi sebanyak 3 kali lalu setelah ini

dilakukan post test . Hasil analisis deskriptif yaitu:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi siswa paud berdasarkan usia dan


jenis kelaminDi PAUD Kota Palembang Tahun 2018

Karakteristik Intervensi
Frekuensi %
1. Usia
3 tahun 3 10.0
3,5 tahun 5 16.7
4 tahun 22 73.3
2. Jenis kelamin
Laki-laki 17 56.7
Perempuan 13 43.3
Jumlah 30 100
Pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa proporsi siswa dengan usia

3 tahun sebanyak 3 anak (10%) dan usia 3,5 tahun sebanyak 5 anak

(16,7%) persen serta anak yang berusia 4 tahun sebanyak 22 siswa

(73,3%). Karakteristik jenis kelamin anak laki laki sebanyak 17 anak

(56.7 %) anak perempuan sebanyak 13 anak (43.3 %).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi setelah perlakuan, kemampuan


bahasa anak usia 3-4 tahun di Paud Kota Palembang Tahun 2018
Kemampuan Intervensi 1 Intervensi 2 Intervensi 3
Bahasa Frekuensi % Frekuens % Frekuensi %
i

30 100 26 86.7 0 0
Cukup

0 0 4 13.3 30 100
Baik
56

30 100% 30 100% 30 100%


Total
Pada tabel 4.2 menunjukan bahwa kemampuan bahasa pada anak usia

3-4 tahun setelah intervensi 1 kemampuan bahasa anak cukup

berkembang sebanyak 30 anak (100%), untuk data intervensi 2

kemampuan bahasa anak yang cukup berkembang sebanyak 26 anak

(86.7%) sedangkan kemampuan bahasa anak berkembang dengan baik

sebanyak 4 anak (13.3%), dan untuk intervensi 3 kemampuan bahasa

anak semuanya baik 30anak(100%).

2. Hasil Uji Normalitas


Uji Normalitas dilakukan untuk menguji datavariabel independent

dan variabel devendent atau keduanya telah berdistrubusi normal atau

tidak. Jika hasil normalitas menunjukan sebaran data normal jika ɑ ˃0,05

maka analisis bivariat yang digunakan yaitu uji t berpangan, tetapi jika

sebaran data tidak normal (˂0,05) uji yang digunakan adalah uji

wilcoxon(Safarudin, 2010). Penelitian ini menggunakan Shapiro-Wilk

karena jumlah karena jumlah responden kurang 50 orang(Dahlan, 2012).

Hasil uji normalitas untuk perkembangan kemampuan bahasa anak usia 34

tahun sebelum diberi perlakuan metode bercerita buku bergambar adalah

0,021 yang artinya tidak terdistribusi normal dan kemampuan bahasa anak

usia 3-4 tahun setelah diberi perlakuan dengan metode bercerita buku

bergambar adalah 0,174 artinya terdistribusi normal. Data normal


57

memiliki nilaiP-value ˃0,05.Data yang tidak terdistribusi normal tersebut

dilanjutkan dengan uji selisih untuk menentukan uji statistik apa yang

akan digunakan. Hasil uji selisih yang didapatkan pada penelitian

menggambar hasil uji selisih dengan nilai Shapiro-Wilk 0,462 yang

artinya data tersebut terdistribusi normal sehingga uji statistik yang

digunakan adalah uji t berpasangan

3. Pengaruh Motode Bercerita Buku Bergambar TerhadapKemampuan


Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun
Hasil uji t berpasangan digunakan untuk membandingkan

kemampuan bahasa anak usia 3-4 tahun sebelum dan sesudah perlakuan

dan melihat adakah pengaruh metode bercerita buku bergambar. Hasil ujit

berpasangan yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Pengaruh Motode Bercerita Buku Bergambar


Terhadap Kemampuan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun Di
PAUD Kota Palembang Tahun 2018
Variabel Mean Selisih (s.b) IK95% p-value
(s.b)
Kemampuan bahasa anak 34.37 35,0 (9,23) 31,6-38,5 0.000
sebelum diberikan perlakuan
metode bercerita buku
bergambar (n=30).

Kemampuan bahasa anak 69.40


setelah diberikan perlakuan
metode bercerita buku
bergambar (n=30).
Uji t berpasangan; selisih antara sesudah dan sebelum
58

Tabel 4.3menunjukan rata-rata kemampuan bahasa anak sebelum

diberi perlakuan dari 30 responden adalah 34.37 dan rata- rata kemampuan

setelah diberikan perlakuan dari 30 responden adalah 69.40. Hal ini

menunjukan adanya perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan. Nilai

pvalue dengan analisis uji t berpasangan dengan nilai α = 0,05 dan

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf

signifikansi5% (P Value =0,000 < 0,05 )Maka dapat dinyatakan Ho

ditolak dan Ha diterima yang menyatakan ada pengaruh metode bercerita

buku bergambar terhadap kemampuan bahasa anak usia 3-4 tahun di paud

Kota Palembang Tahun 2018.

C. Pembahasan

Pada pembahasan akan dijelaskan mengenai pembahasan hasil penelitian

ini yang kemudian akan dibandingkan dengan teori dan hasil penelitian

sebelumnya serta memaparkan keterbatasan dalam penelitian.

Hasil penelitian didapatkan anak yang berusia 4 tahun lebih lebih

banyak yang menjadi responden penelitian yaitu sebanyak 22 anak (73.3

%) yang seharusnya anak usia tersebut kemampuan bahasanya

berkembang pesat karena anak usia 4 tahun sudah dapat mulai

berinteraksi dengan lingkungan. Maka dari itu peneliti melakukan

penelitian menggunakan metode bercerita buku bergambar untuk

meningkatkan kemampuan bahasa anak dengan menggunakan metode

bercerita buku bergambar membuat anak secara spontan mengeluarkan


59

pendapat dan memperbanyak kosa kata sehingga kemampuan bahasa

anak dapat tersalurkan melalui pengungkapan apa yang ada dipikiranya

(wong, 2002). Selain itu pada karakteristik responden jenis kelamin lebih

banyak anak laki-laki yang kemampuan bahasanya cukup berkembang

dan dilakukan intervensi untuk meningkatkan kemampuan bahasa, yaitu

untuk anak laki laki sebanyak 17anak (56.7%) lebih banyak dari pada

anak perempuan yang hanya 13 anak (43.3%) hal ini di karenakan

menurut ferlina dan agustina (2015), anak perempuan akan tertarik

dengan jenis permainan yang banyak menggunakan bicara dan bahasa

seperti bermain boneka sehingga kemampuan bahasa anak perempuan

lebih cepat dibandingkan anak laki-laki yang lebih tertarik dengan

permainan mobil-mobilan atau perang-perangan yang kurang begitu

banyak menggunakan bahasa.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perubahan signifikat

antara sebelum dan sesudah perlakuan yaitu sebelum perlakuan rata rata

kemampuan bahasa anak hanya 34.37% dan setelah perlakuan rata-rata

kemapuan bahasa anak meningkat menjadi 69.40%. Hal ini berati ada

pengaruh metode bercerita buku bergambar terhadap kemampuan bahasa

anak usia 3-4 tahun.

Berdasarkan penyajian analisis datadari penelitian ini dapat

dijelaskan bahwadengan penerapan model pembelajaranmetode bercerita

buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak usia 3-4


60

tahun. Menurutpendapat dari Shoimin (2014:216) bahwa“model

pembelajaran ini mengajak siswaaktif sehingga digunakan

dalampembelajaran berbicara dimanapembelajaran ini benar-benar

mengajaksiswa aktif dan belajar bicara di depanumum, mengungkapkan

pendapatnyatanpa harus merasa takut dan malu” sehingga dengan ini

kemampuan bahasa anak berkembang.Tentunya keberhasilan dari

modelpembelajaran dengan menggunakan metode bercerita buku

bergambar ini mampu meningkatkan kemampuan bahasa anak usia 3-4

tahun. Metode bercerita ini jugadipengaruhi oleh bantuan mediabuku

cerita bergambar sehingga anak tertarik untuk memperhatikan dan mau

mengikuti jalan nya penelitian.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khasanah

(2016), mengatakan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya yaitu metode

bercerita berpengaruh terhadap bahasa reseptif anak menunjukkan bahwa

metodeberceritaberpengaruh terhadap kemampuan bahasa reseptif

anakdikarenakan metode berceritalebih menekankan pada keterlibatan

anak untuk berpartisipasi aktif menggunakanindra pendengaran dan juga

penglihatannya untuk memahami cerita yang dibacakan.Teknik analisa

data yang digunakan adalah t-test berpasangan. Hasil penelitian diperoleh

kemampuan bahasa reseptif anak bahwa ̶ 40,699 ≤ -t =


61

1,717. Hal ini menunjukan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak , maka

dapat disimpulkan ada pengaruh pengaruh bercerita terhadap kemampuan

bahasa reseftif.

Penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian terdahulu yang

mengatakanbahwa melalui metode bercerita dengan sandiwara boneka

mengembangkankemampuan bahasa anak (Ariyani, 2012) dan diperkuat

oleh pendapat Suyantodalam khasanah (2016), melatih anak belajar bahasa

dapat dilakukan dengan caraberkomunikasi melalui berbagai setting antara

lain, cerita baik mendengarkan ceritamaupun menyuruh anak untuk

bercerita, bermain puppet dan boneka tangan anakberbicara mewakili

boneka. Berdasarkan pendapat tersebut peneliti memahamibahwa metode

bercerita dengan alat peraga yaitu buku ceita bergambar sangat pas

untukmengembangkan kemampuan bahasa anak khusunya anak yang

berusia 3-4 tahun di karenakan pada usia ini daya imajinasi anak sangat

tinggi sehinngga anak tertarik dengan buku yang banyak warna dan

gambar-gambar, merangsang mereka untuk bertanya berkomentar dan

mengeluarkan pendapat selanjutnya anak mampumemahami cerita.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Utami (2014), bercerita

dengan gambar, membuat anak dapat mendengarkan langsung bahasa

yang baik dan benar melalui proses mendengar. Anak menirukan bahasa

yang telah anak dengar dengan melihat gambar yang ditunjukan. Anak

dapat memahami cerita karena yang di dengar dapat di terjemahkan


62

melalui gambar yang anak lihat melalui seluruh kemampuan yang anak

miliki, perpaduan antara bahasa dan kata serta gambar anak akan mengerti

apa yang dikatakan orang lain kepadanya sehingga cerita akan terekam

pada memori anak dan anak paham terhadap apa yang sedang anak pahami

(Depdiknas, 2011).Pada penelitian ini terdapat kelompok eksperiment dan

kelompok kontrol.Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi

experiment (non equivalent control group design). Sample bejumlah 72

anak usia 3-5 tahun dan terbagi menjadi kelompok eksperimen dan kontrol

teknik pengambilan sample dengan cara rendom sampling, analisa data

menggunakan statistik Independent t-test, hasilnya yaitu (t=5,51 dan p ˂

0,01) yang bearti ada pengaruh metode bercerita dengan gambar terhadap

perkembangan bahasa anak usia 3-5 tahun

Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Hairah (2012) dalam Utami

(2014), yang menyebutkan terdapat 73% dari 15 siswa mengalami

peningkatan keterampilan bercerita siswa SD dengan menggunakan media

gambar pada pelajaran bahasa, siswa lebih cakap dalam menceritakan

kembali cerita terkait, intonasi, kejelasan vocal, jeda dan ekpresi wajah.

Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk meningkatkan anak

balita dalam perkembangan bahasa anak. Contohnya pada penelitian yang

dilakukan oleh Dewi(2013) yang menyebutkan bahwa penerapan metode

cerita bergambar dapat meningkatkann kemampuan bahasa anak terkait

kemampuan membaca dan memperbanyak kosa kata. Terdapat 93 persen


63

dari 27 anak dapat berbicara dengan kosa kata yang pariatif dan 85 % dari

25 anak lancar berbicara.

Kesimpulan peneliti pada penelitian ini adalah semakin baik

penyampaian cerita kepada anak, seperti ekpresi muka, menyerupai suara

tokoh dibuku maka anak akan semakin mampu menyerap dan

mereplikasikan kembali apa yang disampaikan oleh si pembawa

ceritakarena anak akan mengeluarkan pendapat berkomentar dan

menirukan serta bercerita kembali apa yang telah pembaca ceritakan

maka dengan ini kemampuan bahasa anak semakin baik.

D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang peneliti alami selama melakukan penelitian ini

antara lain: Responden yang masih balita menyebabkan peneliti

mengalami kesulitan saat melakukan penelitian dan membuat suasana

kelas menjadi sulit kondusif. Kemudiantempat penelitian yang berbeda

beda yaitu peneliti mengembil di 3 lokasi yaitu di PAUD sumber jaya,

syakira dan Ra Fatimah Sriwijaya menyebabkan peneliti harus tepat waktu

sampai ketempat penelitian berikutnya karena waktu yang di berikan

untuk peneliti melakukan penelitian terbatas. Penelitian ini akan lebih baik

jika ada kelompok kontrol karena jika ada kelompok kontrol selain

membandingkan sebelum di beri pelakuan dan sesudah diberi perlakuan

dapat dibandingkan kemampuan bahasa anak yang di beri perlukan dengan


64

yang tidak diberi perlakuan.Kemudian pada penelitian ini hanya

mengambil karakteristik responden usia dan jenis kelamin hal ini

dikarenakan keadaan anak yang sebagian besar hanya diantar tetapi tidak

di tunggui oleh orang tuanya sehingga yang memungkinkan masuk

karakteristik responden adalah usia dan jenis kelamin namun untuk itu

peneliti selanjutnya diharapkan ada karakteristik pola asuh, pekerjaan

orang tua dan sosial ekonomi agar dapat menghubungkan pengaruh nya

terhadap kemampuan bahasa

BABV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Tingkat kemampuan bahasa anak usia 3-4 tahunsebelum diberi perlakuan

kemampuan bahasa anak cukup berkembang.


65

2. Tingkat kemampuan bahasa anak 3-4 tahunsetelah 3 hari diberi perlakuan

atau intervensi menggunakan buku cerita bergambar kemudian dilakukan

post test dan hasilnya,kemampuan bahasa anak menjadi berkembang

dengan baik. Hal ini menunjukan ada perubahan setelah intervensi 2,

intervensi 3 dan post-test menggunakan metode bercerita buku bergambar.

3. Terdapat perbedaan tingkat kemampuan bahasa anak 3-4 tahun yang

signifikan yang dilihat dari hasil uji t berpasanganmenunjukan ada

pengaruh metode bercerita buku bergambar terhadap kemampuan bahasa

anak usia 3-4 tahun.

B. Saran
1. Bagi Intansi PAUD Syakira, Sumber Jaya dan RA Fatimah

Bagi guru PAUD diharapkan memiliki metode yang dapat meningkatkan

pembelajaran yang edukatif dan menarik serta tidak membosankan

sehingga anak lebih tertarik untuk belajar dan meniingktkan kemampuan

bahasa anak, metode bercerita buku bergambar salah satu metode

yangbaik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan bahasa

anak khususnya anak usia 3-4 tahun.

2. Bagi Orangtua Murid PAUD Syakira, Sumber Jaya dan RA Fatimah

Orang tua diharapkkan dapat lebih memperhatikan tumbuh kembang

anaknya dan mengawasi agar tidak tejadi penyimpangan atau

kerterlambatan perkembangan khususnya kemampuan bahasa anak, karena

semakin baik kemampuan bahasa anak maka komunikasi anak semakin


66

baik dan dapat meningkatkan wawasan anak sehingga tercipta generasi

anak yang cerdas.

3. Bagi peneliti

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganalisa metode ini dengan

katagori anak yang kurang berkembang dan bekerja sama dengan

psikolog anaksehingga dapat melakukan terapi wicara dengan baik.

b. Peneliti selanjutnya dapat menambah metode pengumpulan data salah

satunya dewan wawancara langsung dengan orang tua sehingga

informasi dapat diterima lebih akurat terkait kemampuan bahasa anak

usia 3-4 tahun

c. Peneliti selanjutnya diharapkan menambahkan karakteristik pola asuh,

pekerjaan orang tua dan sosial ekonomi sehingga dapat

menghubungkan pengaruh nya terhadap kemampuan bahasa anak.

DAFTAR PUSTAKA

Adini, Alfira Luluk. 2016. Kemampuan Bahasa Reseftif Anak Kelompok A Gugus V
Kecamatan Berbah Tahun 2016. Yogyakarta : Universitas Negri Yogyakarta

Aisyah, Siti, dkk. 2012. Perkembangan dan konsep dasar pengembangan anak usia
dini. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.

Ariyani.2013.”Pengembangan
KemampuanBahasamelaluiMetodeBerceritadenganSandiwaraBoneka”.
Surakarta: FakultasKeguruan Dan IlmuPendidikanUniversitasMuhammadiyah
Surakarta.

Ayu, Gresna, 2016. Media pembelajaran PAUD.Surakarta : MitraBanuaKreasindo.

Aziz, Saifudin. 2017. Pembelajaran Aktif Anak Usia Dini.Yogyakarta: Kalimedia.


67

Dahlan, M. Sopiyudin. 2015. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif,


Bivariat, dan Multivariat. Jatinangor : Epidemiologi Indonesia.

Daroah. 2013. Meningkatkan Kemampuan Bahasa Melalui Metode Bercerita Dengan


Media Audio Visual Di Kelompok B1Ra Perwinada 02 Slawi Skripsi. diakses
tanggal 22 juni 2018.

Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)Indonesia tahun 2013. Jakarta
: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Depkes RI. (2015). ProfilKesehatan Indonesia Tahun 2015

Destriatania, dkk, 2016.Analisis Kinerja Petugas Stimulasi Deteksi Intervensi Dini


Tumbuh Kembang (SDIDTK) Balita dan Anak Prasekolah di Wilayah Kerja
Puskesmas Keramasan.Palembang : Universitas Sriwijaya.

Dewi, H. 2012. Meningkatkan Bahasa Awal Anak Usia Dini Melalui Media Cerita
Bergambar Di RA Tarbiyatul Atfal. Jurnal PG PAUD. Diakses tangga 22 juni
2018.

Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2013. Kelengkapan Laporan Mingguan (EWARS)


Tahun 2013. Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan.

Fajriah, Rahmatul. 2017. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembaangan
Bahasa Anak Umur 4- 6 Tahun di PAUD Seruni dan Laut Biru Kelurahan Air
Tawar. Padang: Universitas Andalas

Ferliana, Jovita Maria & Agustina. 2015. Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi


Aktif pada Anak Usia Dini. Jakarta Timur : PT. Luxima Metro Media.

Gunarti, Winda, dkk. 2012. Metode pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar
Anak Usia Dini. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta Selatan:
Salemba Medika.

Kapoh, Ruty J. 2010. Beberapa Faktor yang Berpengaruh dalam Pemerolehan


Bahasa.
68

Kementeriankesehatan RI.2014. Pusat Data danInformasiJakarta


Selatan.http://eprints.ums.ac.id/46410/3/BAB%20I.pdf (diakses tanggal 27
Oktober 2017).

Khasanah, nurul. 2016. Metode Bercerita Berpengaruh Terhadap Kemampuan


Bahasa Reseftif . Surakarta: Universitas Muhhamadiyah

Mahfudin dan Rahmadi. 2016. Hubungan Perkembangan Kemampuan Bahasa


dengan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal.Semarang: Universitas
Diponogoro.

Marmi dan Rahardjo, kukuh, 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah.Yogyakarta : Karya Pelajar.

Marmi dan Rahardjo, kukuh, 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah.Yogyakarta: Karya Pelajar.

Maryunani, Anik. 2013. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM

Nany lia dewi, Vivian. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika.

Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pentiernitasari, Eka. 2017. Pengaruh Metode Bercerita dengan Media Gambar


terhadap Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini di RA Raudhatul Islamiyah
Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat.Jambi : Universitas
Jambi.
Permendikbud No 137. 2014. StandarNasionalPendidikanAnakUsiaDini.Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Profil Anak Indonesia. 2015.


http://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/slider/c7c3eprofil-anak-indonesia-
2015.pdf (diakses tanggal 25 Oktober 2017).

Rangkuti, Julia Sarah. 2016. Rumah Main Anak.Jakarta : Sahabat Sejati Publishing
69

Risaldi, Sabul. 2015. Manajemen Pengolahan Sekolah Usia Dini. Jakarta Timur : PT
Luxima Metro Media.

Riskesdas.2013. RisetKesehatanDasardalamangkaProvinsi Sumatera Selatan


DinkesKemenkes 2013.

Saifuddin, Abdul bari. 2010. IlmuKebidananEdisi 4. Jakarta

:BinaPustakaSarwonoPrawiroHarjo.

Saryono dan Anggraini, M.D. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model


PembelajaranInovatifdalamKurikulum2013.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Soetjiningsih, Gede Ranuh IGN. 2014.TumbuhKembangAnakedisi 2. Jakarta: EGC.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kunatitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Utami, Septyani windi. 2014. Pengaruh metode bercerita dengan gambar terhadap
kemampuan bahasa anak usia 3-5 tahun di pauk sariharjo ngaglik sleman.
Yogyajarta: Aisyiyah yogyakarta.

Vasra, Elita. 2015. Pengaruhpijatoksitosindan rolling message pada ibu bersalin


terhadapefektifitaspengeluaran ASI. http://jurnal poltekkespalembang
.ac.id/ojs/index.php/jkk (diakses pada tanggal 31 Desember 2017).

Yuniarti. 2014. Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Buku Bergambar


Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Pada Anak TK Usia 5-6
Tahun Taman Kanak-kanak Srikandi Kabupaten Kepahiang (Penelitian
Tindakan Kelas). Bengkulu : Universitas Bengkulu.

Wiyani, N.A.2014. Psikologiperkembangananakusiadinipanduanbagi orang


tuadanpendidik PAUD
dalammemahamisertamendidikanakusiadini.Yogyakarta: PenerbitGavaMedia.

WONG, D.L. 2011. Pedoman klinis keperawatan pediatri edisi empat. Jakarta: EGC

World Health Organization. 2017.Child &Adolescent Mental & Behavioural


Disorders”.http://search.who.int/search?as_sitesearch=www.who.int/mental_
health/mhap&q=childhood+speak+&ie=utf8&site=who&client=_en_r&prox
70

ystylesheet=_en_r&output=xml_no_dtd&oe=UTF8&getfields=doctype&ula
ng=en&ip=114.125.35.45&access=p&sort=date:D:L:d1&entqr=3&entqrm=0
&entsp=a__hq_policy&lr=lang_en&wc=200&wc_mc=1&ud=1(diakses
tanggal 29 Oktober 2017).
71

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai