Anda di halaman 1dari 11

1

Evaluasi dan Desain Unit Pengolahan Air Minum Dalam Rangka


Peningkatan Kapasitas Instalasi di PT. Krakatau Tirta Industri,
Cilegon, Banten
Evaluation and Design of Water Treatment Plant to Increase
Plant Capacity at PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten

Rizka Amalia1, Arief Sabdo Yuwono2, Allen Kurniawan3


Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, InstitutPertanian
Bogor,PO. BOX. 220, Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680
rizkaaipb46@gmail.com1, arief_sabdo_yuwono@yahoo.com2, allen.kurniawan@gmail.com3
Abstrak: Air bersih merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, namun
ketersediaannyamenjadi terbatas apabila dikonsumsi dan dikelola dengan tidak bijak.Tujuan
penelitian ini untuk mengevaluasi kondisi terkini unit Instalasi Pengolahan Air Minum PT.
Krakatau Tirta Industri (PT. KTI), serta mengkaji peningkatan kapasitas pengolahan instalasi
berdasarkan aspek proses dan desain. Penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu pengambilan
data primer dan sekunder, serta analisis kalkulasi proses dan desain. Air baku diolah pada
instalasi pengolahan air, melalui proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi,netralisasi, dan
disinfektansi.Hasil pengukuran kecepatan tiap bak distribusi didapatkan berupa profil aliran yang
menggambarkan bahwa kecepatan aliran akan semakin kecil mendekati dasar saluran.
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai gradien hidrolik (G)pada unit koagulasi berada pada
kisaran 1035.5 detik-1 hingga 1284 detik-1 sehingga tidak sesuai dengan kriteria desain antara
200-1000 detik-1. Pada unit flokulasi nilai G sebesar 39.1 detik-1 sehingga telah memenuhi kriteria
desain pada kisaran 10-100 detik-1.Waktu detensi (td) padaunit koagulasi pada kisaran 30-40
detik masih memenuhi kriteria desain td<1 menit. Pada unit flokulasi td berada pada kisaran 17-27
detik sehingga belum memenuhi kriteria desain pada kisaran 12-18 detik.Oleh karena itu,
diperlukan perbaikan berupa perubahan desain agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kriteia
desain.
Kata kunci : flokulasi, Instalasi Pengolahan Air Minum, koagulasi, kriteria desain
Abstract: Fresh water is one of the human main needs, but its availability becomes limited when it
isn’t consumed and managed wisely. Purposes oft his study are to evaluate the current condition
of WaterTreatment Plantunits at PT. KrakatauTirtaIndustri(PTKTI)and to review the development
of installationcapacitybased onprocessanddesign aspects. The study is conducted in two stages,
namely collecting primary and secondary data and analyzing process and design calculations.
Raw water istreated in water treatment plant by coagulation, flocculation, sedimentation,
filtration, neutralization,and disinfection process. Result of velocity measurement of each chamber
was obtained water flow profilethat thedeeper point, the smaller velocity. Based on calculations,
value ofhydraulicgradient(G) in coagulationunitwere in range of1035.5sec-1to1284sec-1 which
didn’t comply withdesign criteriain rangeof 200-1000sec-1. Inflocculationunit,Gvalueof39.1sec-1
complied with design criteriain range of10-100sec-1. Detention time(td) incoagulationunitwere in
range of30-40 secondsstill met design criteriatd<1minute. In flocculationunit, td values were in
range of17-27seconds soit didn’t meetdesign criteriain range of12-18seconds.Therefore, the
improvements such as design changes are required in order to obtain results that match design
criteria.
Keywords: coagulation, design criteria, flocculation, Water Treatment

PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu kebutuhan utama makhluk hidup terutama
manusia. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, air juga diperlukan
dalam bidang industri, transportasi, dan bidang lainnya. Pengolahan air diperlukan
untuk menjaga ketersediaan air bersih yang didistribusikan kepada pengguna.
2

Menurut Zemmouri et al. (2012), pengolahan air minum bertujuan memproduksi


air yang aman baik secara biologis maupun kimiawi untuk dapat dikonsumsi oleh
manusia dan secara estetik baik dari segi bau, rasa, dan penampakan. Di
Indonesia, kualitas air minum diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
416 tahun 1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.
Industri merupakan salah satu kegiatan yang memerlukan air dalam jumlah
yang besar. PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) merupakan industri yang
memasok kebutuhan air untuk kawasan industri yang berada di kota Cilegon.
Perusahaan ini sebelumnya merupakan unit penunjang kegiatan operasional PT.
Krakatau Steel (Persero) dalam bidang penyediaan air bersih yang mulai
beroperasi sejak 1978. Kapasitas di unit pengolahan air saat ini adalah sebesar
2.000 liter/detik, dengan penggunaan mencapai 60%. Mengingat permintaan akan
pasokan air terus bertambah, PT. KTI berniat melakukan peningkatan kapasitas
menjadi 2500 liter/detik. Penambahan debit tersebut diikuti oleh perubahan unit
pengolahan yang sesuai dengan debit air yang diolah. Oleh karena itu, evaluasi
kinerja instalasi diperlukan agar tidak terjadi permasalahan pada proses produksi
saat penambahan kapasitas unit. Evaluasi unit pengolahan air juga pernah
dilakukan oleh Kobayashi, et al. (2013) berdasarkan peningkatan turbiditas air
baku akibat perubahan iklim.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengevaluasi kondisi terkini unit Instalasi Pengolahan Air Minum PT. KTI.
2. Mengkaji peningkatan kapasitas pengolahan instalasi berdasarkan aspek
proses dan desain.

METODE
a. Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan
data primer dan sekunder selama bulan Februari-April 2013, serta tahap kedua
berupa analisis proses desain selama bulan Maret-Mei 2013.
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain Current Meter untuk
mengukur kecepatan aliran air, stopwatch, kalkulator, alat tulis dan seperangkat
komputer atau laptop yang dilengkapi dengan Microsoft Office. Selain itu,
peralatan untuk mengukur kualitas air, yaitu Turbidity Meter, pH Meter,
spektrofotometer, Conductivity Meter, Flocculator, Stirer, Incubator, Oven,
hotplate,dan peralatan gelas dan bahan kimia dibutuhkan dalam proses analisis di
laboratorium.Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

b. Perhitungan Proses Koagulasi pada Unit Distribution Chamber


Koagulasi dilakukan menggunakan proses pencampuran menggunakan
metode terjunan (hydraulic jump). Pada proses pengadukan (mixing), pengukuran
kecepatan (v) dilakukan untuk mencari debit yang masuk ke dalam tiap-tiap bak.
Nilai gradient kecepatan (G) dapat diperkirakan berdasarkan ketinggian terjunan
dan waktu detensi (td). Perhitungan nilai G dan NRe (Darmasetiawan, 2001) dapat
dilihat pada persamaan berikut:
……………………………………………………………………………(1)
3

√ ⁄ ………………………………………………………………….(2)

……………………………………………………………………(3)
……………………………………………………………………………(4)
Keterangan:
= waktu detensi, detik
= volume reaktor, m3
= debit aliran air, m3/dt
= gradien kecepatan, dt-1
= viskositas kinematik, N-m-dt/kg
µ = viskositas dinamik pada 30 ˚C, 0.798 103 N-dt/m2
= percepatan gravitasi, 9.81 m/dt2
ρ = massa jenis air pada suhu air di Indonesia, 995.7 kg/m3
= beda tinggi tekanan, m
= Kecepatan aliran, m/dt
R = jari-jari hidrolik, m

Mengidentifikasi proses
terkini pada setiap unit Studi literatur
pengolahan air

Pengambilan data

Data primer Data sekunder

Pengolahan dan
perhitungan data

Evaluasi hasil
berdasarkan kriteria
Tidak desain

Ya

Perhitungan peningkatan
kapasitas unit pengolahan

Gambar 1. Diagram alir penelitian


4

Selain perhitungan di atas proses Jar Test juga harus dilakukan untuk
mengetahui dosis optimum yang diberikan pada bak distribusi. Proses Jar Test
diawali dengan pemberian koagulan dengan dosis berbeda pada 3-6 gelas ukur 1
liter. Untuk pengadukan cepat (proses koagulasi), air yang akan dimasukkan harus
terjadi olakan pada gelas ukur. Selanjutnya, pengadukan lambat (proses flokulasi)
dilakukan dengan kecepatan 65 rpm selama 10 menit.Kemudian air didiamkan
selama 10 menit untuk mengendapkan flok.Pada air yang sudah lebih jernih
dilakukan pengukuran pH, kekeruhan dan warna.
Titik optimum pencampuran antara koagulan dan air baku pada bak
koagulasi dapat diperkirakan melalui pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan
pengambilan air pada setiap kedalaman 1 meter dari permukaan air pada bak
koagulasi.Dari air yang telah di ambil, kemudian diamati waktu pembentukan flok
yang paling cepat dari setiap titik.

c. Perhitungan Unit Accelator Clarifier pada Proses Flokulasi dan


Sedimentasi
Proses flokulasi dan sedimentasi berada dalam satu bangunan berbentuk
sirkular yang disebut Accelator Clarifier. Evaluasi dapat dilakukan dengan
menghitung nilai gradien hidrolik (G) dan nilai bilangan Reynolds (NRe) (Qasim,
2000), melalui persamaan berikut:

√ …..……………………………………………………………………(5)
………………………………………………………………..(6)
………………………………………………………………..(7)

Keterangan:
= gradient kecepatan, dt-1
= daya atau power, N-m/dt
µ = viskositas dinamik pada 30 ˚C, 0.798 103 N-dt/m2
= volume reaktor, m3
= bilangan Reynolds
= diameterimpeller, m
= kecepatan impeller, rps
Ρ = massa jenis air pada suhu air di Indonesia, 995.7 kg/m3
Np = nilai tenaga dari impeller

Analisis proses pengendapan dilakukan di laboratorium melalui reaktor unit


sedimentasi. Pada reaktor tersebut, tingkat pengendapan flok hasil proses
koagulasi-flokulasi akan diamati berdasarkan parameter Total Suspended Solid
(TSS) pada setiap titik sampling pada kedalaman yang berbeda-beda. Bahan yang
dibutuhkan yaitu tabung yang terbuat dari plastic fiber transparan, keran untuk
mengambil contoh air, serta peralatan pendukung pengukuran (Turbiditymeter dan
Stopwatch). Desain reaktor dapat dilihat pada Gambar 2.
5

Tabung Plastik
fibertransparan
atau kaca

Papan atau besi


kayu penyangga

Gambar2. Dimensi reaktor sedimentasi yang dirancang

HASIL DAN PEMBAHASAN


PT. KTI melakukan pengolahan air baku menjadi air bersih yang sebagian
besar air untuk dialirkan sebagian besar sebagai kebutuhan industri, disamping
sebagai kebutuhan masyarakat kota Cilegon dalam skala minor. Air baku
dialirkan dari tiga sumber, yaitu Sungai Cidanau, Waduk Krenceng, dan
kombinasi keduanya. Apabila waduk penuh atau instalasi pumps station (PS)
Cidanau tidak dapat beroperasi, air baku diambil dari Waduk Krenceng.
Penggunaan air dari kombinasi kedua sumber digunakan apabila Waduk
Krenceng penuh dan kualitas air baku Cidanau menurun sehingga meningkatkan
efisiensi energi listrik dan bahan kimia pembantu.
Air baku diambil dari Sungai Cidanau yang bersumber dari danau alam
"Rawa Dano" dan dialirkan menggunakan pipa diameter 1.4m sepanjang ±28km
untuk diolah menjadi air bersih di unit Instalasi Pengolahan Air Minum. Instalasi
ini terdiri atas beberapa tahapan proses yaitu koagulasi, flokulasi, sedimentasi,
filtrasi, netralisasi dan diakhiri unit disinfektansi.
PT KTI memiliki beberapa unit utama dalam pengolahan air. Pertama, unit
bangunan distribusi (distribution structure) berfungsi sebagai bak pembagi yang
dilengkapi dengan gate valve. Kedua, unit distribution chamber (bak distribusi)
berfungsi sebagai sarana dalam proses pembubuhan koagulan Aluminium Sulfat
(Al2(SO4)3) yang akan mengalami turbulensi antara air baku dengan koagulan
tersebut. Aluminium sulfat diberikan melalui pipa berlubang. Bak koagulasi
berupa saluran persegi terbuka yang berjumlah tiga buah dengan proses
pengadukan berupa terjunan (hydraulic jump). Ketiga, unit accelator sebagai
perpaduan unit flokulasi dan sedimentasi. Di dalam unit ini, flok yang terbentuk
dari proses koagulasi akan bergabung membentuk flok dalam ukuran yang lebih
besar (flokulasi) sehingga lebih mudah diendapkan pada zona sedimentasi. Berat
jenis partikel yang lebih besar dari berat jenis air akan mengendap secara gravitasi
dan disapu oleh scrapper. Unit ini terdiri atas tiga bangunan yang masing-masing
terhubung dengan bak distribusi. Keempat, penyaring (filter) berfungsi sebagai
media untuk penyaringan partikel halus yang terbawa dari accelator, serta
menghilangkan warna, turbiditas, dan kekeruhan. Kelima, unit netralisasi dan
disinfeksi berupa kanal yang mengalir dari filter menuju reservoir. Pada unit ini
6

dilakukan pembubuhan kapur dan klorin secara terus-menerus. Dan keenam,


reservoir berfungsi sebagai media bak penampung air bersih yang akan
didistribusikan ke konsumen. Proses pengolahan lebih lengkap dapat dilihat pada
Gambar 3.
Hasil pengukuran kecepatan tiap bak didapatkan berupa profil aliran dari
setiap bak. Profil aliran yang terbentuk menggambarkan bahwa kecepatan aliran
akan semakin kecil mendekati dasar saluran. Hal ini mengindikasikan bahwa
terjadi olakan (pencampuran) pada kedalaman mendekati dasar saluran. Pada bak
ketiga terdapat penyimpangan yang menggambarkan kecepatan berkurang
semakin ke dalam, tetapi pada kedalaman 280 cm kecepatan kembali bertambah.
Hal ini dapat menyebabkan pencampuran yang terjadi belum sempurna pada bak
ketiga. Profil aliran tiap bak dapat dilihat pada Gambar 4a, b, dan c.
Kecepatan rata-rata pada bak kesatu sebesar 0.113 m/detik, bak kedua
sebesar 0.180 meter/detik, dan bak ketiga sebesar 0.140 meter/detik. Ketiga bak
memiliki lebar yang sama, yaitu sebesar 0.80 meter dengan tinggi terjunann
sebesar 3.50 meter. Akan tetapi, ketinggian air pada setiap bak berbeda, yaitu
pada bak kesatu sebesar 3.20 meter, pada bak kedua sebesar 3.10 meter, dan pada
bak ketiga sebesar 3.40 meter. Setelah didapatkan kecepatan dan luas permukaan
aliran, debit yang masuk ke dalam tiap bak juga telah ditentukan. Hasil
perhitungan tersebut didapatkan debit setiap bak sebagai berikut:
= 0.290 m3/detik
= 0.446 m3/detik
= 0.370 m3/detik

Shock Surge
Chlorine Tank Pump
Station II
Pump Station
Raw Water I Krenceng Reservoir
Intake 27.2 km Distribution
Cidanau Structure
Sand Trap Shock Chlorine
Alum
By Pass & Sulphate
Sump Pump
Distribution
Vaccum Tank Accelator Clarifier
Chamber

Lime Hydrate Green Leaf


Sludge
Chlorine Filter Blow of
Sump

Reservoir Pump
Station IV Sludge Field
Wash Water
Water Tower Outlet Sump

Bak Penampung
Pump
Station III
Consumer Backwash

Gambar 3. Proses pengolahan air di PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten
7

Kecepatan (m/detik)
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250
0
50

Kedalaman (cm)
100
150
200
250
300
350
(a) Bak kesatu

Kecepatan (m/detik)
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350
0
50
Kedalaman (cm)

100
150
200
250
300
350
(b) Bak kedua

Kecepatan (m/detik)
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250
0
50
Kedalaman (cm)

100
150
200
250
300
350
(c) Bak ketiga
Gambar 4. Profil aliran kecepatan bak distribusi
Proses koagulasi terjadi dengan pencampuran menggunakan terjunan
dengan ketinggian terjunan sebesar 3.50 meter. Dengan adanya data debit yang
masuk dan dimensi dari bak distribusi,nilai td dan G dapat dihasilkan (Tabel 1.).
Pada tabel 1 terdapat pula hasil perhitungan proses flokulasi pada accelator
clarifier. Pengandukan lambat pada proses flokulasi dilakukan dengan pengaduk
yang memiliki kecepatan putaran sebesar 1455 rpm dan diameter impeller sebesar
5.8 meter.
8

Tabel 1 Hasil perhitungan unit Distribution Chamber danAccelator Clarifier


Kriteria Desain Hasil Perhitungan Bak ke-
Sumber Ket
Parameter Nilai 1 2 3
Koagulasi
Dosis
koagulan 25-40 ppm 50-60 ppm 50-60 ppm 50-60 ppm x
(alum)
Gradien
200-1000
kecepatan Darmasetiawan 1035.56 1284.52 1168.81 x
(1/dt)
(G) (2001) untuk
Kondisi NRe > kekeruhan
47977.49 75927.41 59466.54 v
aliran 10000 tinggi
Waktu
104-105 39476.03 31825.13 34975.69 v
kontak grid
Waktu
<1 menit 38.12 24.78 29.92 v
detensi (td)
Dosis
koagulan 20 ppm 50 ppm 50 ppm 50 ppm x
(alum)
Gradien Qasim, et al.
kecepatan 950 (1/dt) (2000) 1035.56 1284.52 1168.81 x
(G)
Waktu
20-30 detik 38.12 24.78 29.92 x
detensi (td)
Gradien
150-300
kecepatan Delphos, et al. 1035.56 1284.52 1168.81 x
(1/dt)
(G) (AWWA,
Waktu 2004)
30 detik 38.12 24.78 29.92 x
detensi (td)
Flokulasi
Gradien
kecepatan 10-100 1/dt 39.07 39.07 39.07 v
(G)
Darmasetiawan
Kondisi
NRe>10000 (2001) 1.018E+09 1.018E+09 1.018E+09 v
aliran
Waktu
8-12 menit 26.77 17.40 21.01 x
detensi
Gradien
kecepatan 30 1/dt 39.07 39.07 39.07 x
Qasim, et al.
(G)
(2000)
Waktu
30 menit 26.77 17.40 21.01 v
detensi
Gradien
kecepatan 50 1/dt Delphos, et 39.07 39.07 39.07 v
(G) al.(AWWA,
Waktu 2004)
18 menit 26.77 17.40 21.01 x
detensi
Contoh perhitungan G, td, dan NRe pada unit koagulasi pada bak kesatu:
= 38.12 detik

√ ⁄ = 1035.56 detik-1

= 47977.49
9

Contoh perhitungan P, G, dan NRe pada unit flokulasi pada bak kesatu:
( ) = 567 Watt

√ = 39.07 detik-1

⁄ = 1.018 109

Berdasarkan hasil perhitungan proses koagulasi, dosis koagulan pada proses


koagulasi di setiap bak melebihi kriteria desain, baik menurut Darmasetiawan
(2001) maupun Qasim, et al.(2000). Pada PT. KTI, penentuan dosis koagulan
berdasarkan Jar Test dalam durasi setiap dua jam. Dosis yang digunakan berbeda
sesuai dengan kekeruhan dari air baku yang digunakan. Kekeruhan air baku yang
tinggi menyebabkan koagulan yang dibutuhkan lebih banyak untuk mendapatkan
turbiditas yang optimum. Zemmouri, et al. (2012) melakukan percobaan Jar Test
pada air baku Keddara Dam menggunakan koagulan aluminium sulfat. Pada
penelitian itu didapatkan hasil tingkat turbiditas paling rendah menggunakan
koagulan sebanyak 40 ppm. Berdasarkan kriteria desain koagulasi dari
Darmasetiawan (2001), semua parameter sesuai dengan kriteria desain, kecuali
untuk nilai G yang didapatkan pada ketiga bak berada pada rentang 1035-1168
detik-1 masih melebihi kriteria desain sebesar 200-1000 detik-1. Akan tetapi,
semua parameter kriteria desain tidak ada yang memenuhi berdasarkan sumber
Qasim, et al. (2000) dan Delphos, et al. (2004).
Pada proses flokulasi, nilai G (sebesar 39.07 detik-1) yang dihasilkan masih
sesuai kriteria desain oleh Darmasetiawan (2001) dan Delphos, et al. (2004) tetapi
melebihi kriteria desain oleh Qasim, et al. (2000). Penelitian yang dilakukan oleh
Cheng, et al.(2011) menyatakan bahwa pada pengadukan lambat dengan G
sebesar 38/detik dapat terbentuk diameter flok yang paling besar. Pada bak kedua,
waktu detensi yang terjadi (sebesar 17.40 detik) sesuai dengan kriteria desain
yang ditetapkan oleh semua sumber, tapi untuk bak pertama (sebesar 26.77 detik)
dan bak ketiga (sebesar 21.01 detik) masih melebihi kriteria desain
Darmasetiawan(2001) dan Delphos,et al.(2004). Kondisi aliran yang terjadi
berupa aliran turbulen (NRe > 10000).
Nilai yang tidak sesuai dengan kriteria desain bisa berasal dari dimensi
bangunan yang tidak sesuai dengan debit yang masuk sehingga diperlukan
perbaikan. Perbaikan yang dapat dilakukan berupa perubahan desain yang sesuai
dengan kriteria desain. Selain itu, perlu dilakukan perbaikan desain apabila akan
dilakukan peningkatan debit air bersih.
Evalusi unit IPAM yang masih belum dilakukan adalah unit sedimentasi dan
filtrasi. Unit tersebut direncanakan akan selesai dievalusi pada minggu kedua
bulan April. Pengkajian peningkatan kapasitas instalasi juga akan dilakukan pada
bulan April-Mei.

SIMPULAN
1.a. Proses koagulasi yang terjadi dalam bak distribusi memiliki kecepatan aliran
yang semakin kecil mendekati dasar saluran. Proses terjunan yang terjadi
10

menyebabkan olakan dengan jenis aliran turbulen. Dosis koagulan yang


diberikan berkisar antara 50-60 ppm. Nilai tersebut masih berada di atas
kriteria desain karena turbiditas air baku yang tinggi. Pada bak distribusi
kesatu, kedua, dan ketiga berturut-turut didapatkan nilai gradien hidrolik
sebesar 1035.5 detik-1, 1284 detik-1, dan 1168 detik-1, waktu detensi sebesar
38.12 detik, 24.78 detik, dan 29.92 detik, dan bilangan Reynolds sebesar
47977.4, 75927.4, dan 59466.5. Nilai yang didapatkan tersebut masih ada
yang belum memenuhi kriteria desain dari beberapa sumber, sehingga perlu
dilakukan perbaikan desain.
b. Aliran pada proses flokulasi juga merupakan aliran turbulen karena bilangan
Reynolds yang didapatkan sebesar 109 lebih besar dari 104. Gradien hidrolik
yang dihasilkan (39.1 detik-1) sudah memenuhi kriteria desain, sedangkan
untuk nilai waktu detensi (26.8 menit, 17.4 menit, dan 21.0 menit) masih
belum memenuhi kriteria desain.Nilai yang tidak sesuai dengan kriteria
desain bisa berasal dari dimensi bangunan yang tidak sesuai dengan debit
yang masuk sehingga diperlukan perbaikan. Perbaikan yang dapat dilakukan
berupa perubahan desain yang sesuai dengan kriteria desain. Selain itu, perlu
dilakukan perbaikan desain apabila akan dilakukan peningkatan debit air
bersih.
c. Perhitungan dan desain unit sedimentasi dan filtrasi belum dapat dilakukan,
sehingga kesimpulan belum dapat diambil.
2. Kajian peningkatan kapasitas pengolahan belum dilaksanakan hingga saat
ini, sehingga belum dapat diambil kesimpulan dari hasil perhitungan.

DAFTAR PUSTAKA
Cheng, WP., Chang JN., Chen, PH., Yu, RF., Huang, YW. 2011. Turbidity
Fluctuation as a Measure of Floc Size in a Coagulation Pilot Study.
Desalination and Water Treatment. Doi: 10.5004/dwt.2011.1878
Darmasetiawan, Martin. 2001. Teori dan Perencanaan Instalasi Pengolahan Air.
Bandung: Yayasan Suryono.
Delphos, JP, Werner, GM. 2004. Mixing, Coagulation, and Flocculation. Di
dalam: American Water Works Association/American Society of Civil
Engineers. Water Treatment Plant Design fourth edition. Amerika Serikat:
McGraw-Hill.
Willis, John F. 2004. Clarification. American Water Works Association/American
Society of Civil Engineers. Water Treatment Plant Design fourth edition.
Amerika Serikat: McGraw-Hill.
Kobayashi, Y, Itoh, M, Yamada, T, Akiba, M, Matsui, Y. 2013. Experimental
Evaluation of Water Treatment Systems Using a Pilot-Scale Plant for
Adaptations to a Sharp Increase in Raw-Water Turbidity Caused by
Climate Change.Water Science and Technology: Water Supply 13.1 2013.
Doi: 10.2166/ws.2012.097.
Qasim, SR, Motley, EM, Zhu, G. 2000. Water Works Engineering Planning,
Design, & Operation. Amerika Serikat: Prentice-Hall.
Qaim.
11

Zemmouri, H, Drouiche, M, Sayeh, A, Lounici, H, Mameri, N. 2012.Coagulation


Flocculation Test of Keddara’s Water Dam Using Chitosan and Sulfate
Aluminium. Procedia Engineering, 33, (2012) 254-260,
doi:10.1016/j.proeng.2012.01.1202

Anda mungkin juga menyukai