Anda di halaman 1dari 73

PPh Pasal 22, 23,

dan 25
Whithholding Taxes
Raden Agus Suparman

STAN, UT, UI
2
https://aguspajak.com
Pelunasan PPh WPDN
Bagaimana Pajak Terutang Dilunasi?

Bayar Sendiri Dipotong/Dipungut

PPh Pasal 4 ayat (2)


PPh Final PPh Pasal 15
Cicilan pada tahun berjalan
Pasal 25

Pasal 21 Dipotong dari pegawai.


Pelunasan PPh sebelum lapor SPT Pasal 29
Kas Negara
Dipungut saat impor, bendahara, WP
Pasal 22
tertentu
PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 15 PPh Final
PPh Pasal 19 (revaluasi) Pasal 23 Dipotong oleh pihak lain. Jasa
tertentu yang dibayarkan kepada
WP Dalam Negeri

Pasal 26
Dipotong oleh pihak lain. Jasa
tertentu yang dibayarkan kepada
WP LUAR Negeri
Pemotongan PPh WPLN BUT versus SPLN non BUT

PPh Final

Pasal 21 Pasal 26

Pasal 22
WPLN diperlakukan sebagai
WPDN

Pasal 23

Pasal 26
Plus Minus PotPut
Memberikan banyak keuntungan bagi otoritas pajak

Pengumpulan pajak
Cost of collection
lebih Cepat dan

+
Murah
Mudah

+
+ Menambah beban
Kepatuhan pajak
Tinggi karena lebih - Wajib Pajak
pemotong /
Sederhana pemungut
Pemotongan VS Pemungutan

Pemotongan Pemungutan
Saat dipotong, Saat dipungut, pembelian
penghasilan bagi yang (belum penghasilan) bagi
dipotong yang dipungut

Pasal 21 Pasal 22
Pasal 23 PPN
Pasal 26
PPh Final
PPh Pasal 22
Pasal 22 ayat (1)
Menteri Keuangan dapat menetapkan:
a. bendahara pemerintah untuk memungut
pajak sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang;
b. b. badan-badan tertentu untuk memungut
pajak dari Wajib Pajak yang melakukan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha
di bidang lain; dan
c. c. Wajib Pajak badan tertentu untuk
memungut pajak dari pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA


PPh Pasal 22
Pemungutan dan Pemotongan

PPh Pasal 22 Impor


Dibayar jika kita melakukan
impor barang

PPh Pasal 22 Bendahara


PPh Pasal 22 Eksor Dipotong oleh bendahara jika
Dibayar pada saat milakukan kita menjual barang / jasa ke
ekspor barang tertentu bendahara.
11 Objek Pemungutan PPh Pasal 22
1. PPh Pasal 22 Atas Impor Barang
2. PPh Pasal 22 Atas Ekspor Komoditas Tambang Batubara,
Mineral Logam, dan Mineral Bukan Logam
3. PPh Pasal 22 Atas Pembayaran Pembelian Barang
4. PPh Pasal 22 Badan Usaha Tertentu
5. PPh Pasal 22 Badan Usaha Industri Semen, Kertas, Baja,
Otomotif, Dan Farmasi
6. PPh Pasal 22 Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen
Pemegang Merek (APM), Dan Importir Umum Kendaraan
Bermotor
7. PPh Pasal 22 Penjualan Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar
Gas, Dan Pelumas
8. PPh Pasal 22 Industri Atau Eksportir Kehutanan, Perkebunan,
Pertanian, Peternakan Dan Perikanan
9. PPh Pasal 22 Pembelian Komoditas Tambang Batubara,
Mineral Logam, Dan Mineral Bukan Logam
10. PPh Pasal 22 Penjualan Emas Batangan
11. PPh Pasal 22 Penjualan Barang Yang Sangat Mewa
PPh Pasal 22
Impor
TARIF
Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.010/2018
PT Sejahtera Importindo, perusahaan importir yang memiliki API, melakukan impor
mesin cetak pada bulan Maret 2018. Harga FOB mesin tersebut adalah US$20.000.
Ongkos angkut adalah 5% dari FOB dan biaya asuransi adalah 2% dari FOB. Bea
masuk atas mesin cetak adalah 20%. PPN yang dikenakan adalah 10% dan PPnBM
40%. Kurs Menteri Keuangan pada saat impor tersebut adalah Rp13.500 untuk US$
1. Besarnya PPh Pasal 22 impor atas impor mesin cetak tersebut adalah:

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND


Mekanisme Pemungutan dan Penyetoran
• PPh Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea
Masuk.

• Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22 terutang dan dilunasi
pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean atas impor

• Pemungutan PPh Pasal 22 impor dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh: importir yang
bersangkutan, atau DJBC ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang
ditunjuk oleh Menkeu

• Penyetoran PPh Pasal 22 dilakukan dengan menggunakan formulir SSP, Surat Setoran Pabean,
Cukai dan Pajak dalam rangka impor (SSPCP) dan/atau Bukti Penerimaan Negara yang berlaku
sebagai bukti pemungutan pajak
PPh Pasal 22 Impor Tidak Dipungut

Impor barang yang


dibebaskan dari
pungutan Bea
Impor barang yang Masuk dan/atau
berdasarkan ketentuan PPN
peraturan perundang-
undangan tidak
terutang PPh
( syarat ada SKB ) Impor sementara, jika pada waktu
impornya nyata-nyata dimaksudkan
Impor kembali (re-impor) untuk diekspor kembali
PPh Pasal 22 Atas Ekspor Komoditas Tambang Batubara,
Mineral Logam, Dan Mineral Bukan Logam
Ruang Lingkup :

Pemungut: Bank Devisa dan DJBC

Wajib Pajak Terpungut : Eksportir, kecuali WP yang terikat dalam


perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya

Transaksi: Ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan


mineral bukan logam sesuai Lampiran I V Peraturan Menteri Keuangan
PPh Pasal 22 Atas Ekspor Komoditas Tambang Batubara,
Mineral Logam, Dan Mineral Bukan Logam
Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak:

Tarif: 1,5%

DPP: Nilai Ekspor yang tercantum dalam


Pemberitahuan Pabean Ekspor

Nilai Ekspor: Nilai Free on Board (FOB) yang


tercantum pada Pemberitahuan Pabean Ekspor,
termasuk Pemberitahuan Pabean Ekspor yang
nilai eksporya telah dibetulkan
PPh Pasal 22 Atas Pembelian Barang Oleh
Bendahara Pemerintah
KPA atau pejabat penerbit Surat
Pemungut : Perintah Membayar yang diberi
delegasi oleh KPA
pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang
dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS)
Bendahara pemerintah dan Bendahara pengeluaran
pembayaran atas pembelian barang yang
Kuasa Pengguna Anggaran dilakukan dengan mekanisme uang
(KPA) persediaan (UP)
pembayaran atas pembelian barang
PT COALINDO NUSANTARA adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
penambangan batubara di mana hasil penambangan batubaranya sebagian besar
diekspor ke Tiongkok. Pada bulan Agustus 2018, PT COALINDO NUSANTARA
melakukan ekspor batubara dengan nilai ekspor US$ 2.000.000 kepada mitra
dagangnya d Tiongkok. Kurs Menteri Keuangan yang berlaku pada saat ekspor
adalah Rp13.500/US$.

Besarnya PPh Pasal 22 terutang adalah


1,5% x US$2.000.000 x Rp13.500/US$ = Rp405.000.000,00.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-ND


PPh Pasal 22 Atas Pembelian Barang Oleh
Bendahara Pemerintah
Mekanisme Pemungutan :

1. Tarif 1,5% dari harga pembelian tidak termasuk


PPN
2. Terutang dan dipungut pada saat pembayaran
3. Wajib disetor oleh pemungut ke kas negara
melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan
menggunakan SSP yang telah diisi atas nama
rekanan serta ditandatangani oleh pemungut
pajak
4. SSP berlaku sebagai bukti pemungutan pajak
Bendahara Umum Negara
PPh Pasal 22 Atas Pembelian Barang Oleh
Bendahara Pemerintah
Pengecualian PPh Pasal 22 (tidak dipungut):

1. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,00 dan tidak merupakan pembayaran
yang terpecah pecah;
2. Pembayaran untuk: pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda benda pos,
pemakaian air dan listrik
3. Pembayaran untuk pembelian minyak bumi, gas bumi, dan/atau produk sampingan dari kegiatan
usaha hulu di bidang minyak dan gas bumi yang dihasilkan di Indonesia;
4. Pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hasil pengusahaan panas bumi dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha di bidang usaha panas bumi berdasarkan kontrak kerja sama
pengusahaan sumber daya panas bumi;
5. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS)
6. Pembelian gabah dan/atau beras oleh bendahara pemerintah;
7. Pembelian dengan menggunakan Kartu Kredit Pemerintah (KKP).
CV Sahabat adalah perusahaan di bidang
perdagangan. Pada bulan April 2018 CV Sahabat
ditunjuk sebagai pemasok meja kursi untuk Dinas
Koperasi Pemerintah Kota Palembang. Nilai
pengadaan meja kursi tersebut adalah
Rp77.000.000 termasuk PPN.

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendahara


Dinas Koperasi Pemkot Palembang adalah
1,5% x Rp70.000.000 =Rp.1.050.000,00.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-ND


PPh Pasal 22 Badan Usaha Tertentu
Pemungut : Objek PPh Pasal 22 :

pembayaran atas pembelian barang

BUMN
dan/atau bahan bahan untuk keperluan
kegiatan usahanya.

Badan usaha
tertentu yang dimiliki
secara langsung oleh
BUMN
PPh Pasal 22 Badan Usaha Tertentu
1. PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
2. PT Petrokimia Gresik
3. PT Pupuk Kujang
4. PT Pupuk Kalimantan Timur
5. PT Pupuk Iskandar Muda
6. PT Telekomunikasi Selular
Badan usaha
7. PT Indonesia Power
8. PT Pembangkitan Jawa Bali tertentu yang
9. PT Semen Padang
10. PT Semen Tonasa dimiliki secara
11. PT Elnusa Tbk
12. PT Krakatau Wajatama
13. PT Rajawali Nusindo
langsung oleh
14. PT Wijaya Karya Beton Tbk
15. PT Kimia Farma Apotek
BUMN
16. PT Kimia Farma Trading & Distribution
17. PT Badak Natural Gas Liquefaction
18. PT Tambang Timah
19. PT Petikemas Surabaya
20. PT Indonesia Comnets Plus
PPh Pasal 22 Badan Usaha Tertentu
Tarif dan Mekanisme Pemungutan

Tarif 1,5% dari PPh Pasal 22


harga pembelian terutang dan
tidak termasuk PPN dipungut pada saat
pembayaran

Pemungut Pajak PPh Pasal 22 wajib


wajib menerbitkan disetor oleh
Bukti Pemungutan pemungut ke kas
PPh Pasal 22 negara dengan
menggunakan SSP
PPh Pasal 22
Badan Usaha
Industri Semen,
Kertas, Baja,
Otomotif, Dan
Farmasi
PPh Pasal 22
• Agen Tunggal
Pemegang Merek
(ATPM),
• Agen Pemegang
Merek (APM), Dan
• Importir Umum
Kendaraan
Bermotor
Ruang Lingkup, Tarif, DPP dan Mekanisme

Pemungut
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Tarif
Pemegang Merek (APM), dan importir umum
Tarif 0,45% dari DPP PPN
kendaraan bermotor

Objek
WP Terpungut Penjualan kendaraan
Pembeli kendaraan bermotor
bermotor di dalam negeri
di dalam negeri, tidak
termasuk alat berat
PPh Pasal 22 Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, Dan Pelumas

Ruang Lingkup:

Pemungut: Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas

Wajib Pajak Terpungut: Pembeli bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
pelumas (SPBU).

Objek : Penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas
PPh Pasal 22 Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, Dan Pelumas

Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak:

0,25%: SPBU yang membeli dari Dasar Pengenaan Pajak :


Pertamina/anak usaha Pertamina
Nilai penjualan tidak termasuk
PPN
0,3%: SPBU selain yang membeli dari
Pertamina/anak usaha Pertamina, dan Selain Final :
SPBU PPh terutang atas penjualan
BBM, Gas, dan Pelumas
bersifat final
0,3% : Bahan Bakar Gas, dan Pelumas
PPh Pasal 22 Pembelian Hasil Kehutanan, Perkebunan, Pertanian,
Peternakan Dan Perikanan Oleh Industri Atau Eksportir
Pemungut
Badan usaha Industri atau eksportir yang
melakukan pembelian hasil kehutanan, perkebunan, WP Terpungut
pertanian, peternakan, dan perikanan yang belum Penjual bahan bahan berupa hasil
melalui proses industri manufaktur , untuk kehutanan, perkebunan,
keperluan industri atau ekspornya pertanian, peternakan, dan
perikanan yang belum melalui
proses industri manufaktur
Objek Pungutan
pembelian bahan bahan
berupa hasil kehutanan,
perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan
yang belum melalui proses
industri manufaktur, untuk
keperluan industrinya atau
ekspor
Berlaku untuk pembelian bahan bahan untuk
Tarif 0,25% dari harga pembelian tidak termasuk PPN keperluan industri atau ekspor oleh BUMN
contoh
PT KAKAO EKSPORTINDO adalah perusahaan eksportir biji
coklat. Pada bulan Desember 2018 melakukan pembelian
biji coklat dari pedagang pengumpul dan petani Sulawesi
Selatan. Harga beli biji coklat adalah Rp750.000.000,00
(tidak termasuk PPN).

PPh Pasal 22 yang harus dipungut oleh PT KAKAO


EKSPORTINDO adalah
0,25% x Rp750.000.000,00. = Rp1.875.000,00.

Apabila petani dan pedagang pengumpul tidak memiliki


NPWP, PPh Pasal 22 yang harus dipungut adalah ditambah
100% nya menjadi Rp3.750.000,00.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND


PPh Pasal 22 Pembelian Komoditas Tambang Batubara, Mineral Logam,
Dan Mineral Bukan Logam

Pemungut Badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral
bukan logam

WP Terpungut • Badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan


• Izin usaha pertambangan adalah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang
undangan di bidang pertambangan mineral dan batu bara

Objek Pungutan Pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam

Tarif 1,5% dari harga pembelian tidak termasuk PPN


PPh Pasal 22 Penjualan Emas Batangan

Kecuali
Pemungut Objek Pungutan Emas Batangan yang
dijual ke Bank
Badan usaha yang penjualan emas batangan di Indonesia
melakukan penjualan emas dalam negeri
batangan di dalam negeri

WP Terpungut Tarif
Pembeli emas batangan. 0,45% dari harga jual emas
Ruang Lingkup batangan.
dan Tarif
PPh Pasal 22 Barang Yang Sangat Mewah
PMK No. 253/PMK.03/2008 jo PMK No. 90/PMK.03/2015

pesawat terbang pribadi dan helikopter kendaraan bermotor roda empat


pribadi pengangkutan orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, SUV , MPV , minibus, dan
sejenisnya : harga jual lebih dari
Rp2.000.000.000,00 atau k apasitas silinder
kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya
lebih dari 3.000cc

kendaraan bermotor roda dua dan tiga : harga


rumah beserta tanahnya: jual lebih dari Rp300.000.000,00 atau
Harga jual atau harga pengalihannya lebih dari kapasitas silinder lebih dari 250cc.
Rp5.000.000.000,00 atau luas bangunan
lebih dari 400m2.
Pemungut : Wajib Pajak Badan yang melakukan
apartemen, kondominium, dan sejenisnya : penjualan barang yang tergolong sangat mewah
harga jual atau pengalihannya lebih dari
Rp5.000.000.000,00 atau luas bangunan
lebih dari 150m2
Pasal 22 ayat (3)
Besarnya pungutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) yang diterapkan terhadap Wajib Pajak
yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif
yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat
menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA


PPh Pasal 23
Pemotong :
1. Badan pemerintah
2. Subjek Pajak Badan
dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentuk Usaha Tetap
5. Perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya
WPOP dalam negeri yang
ditunjuk sebagai pemotong PPh
Pasal 23 :
• Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, PPAT selain Camat,
pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan
bebas
• Orang pribadi yang menjalankan usaha yang
menyelenggarakan pembukuan

KEP - 421/PJ.43/1991

Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Wajib memotong Pajak
Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran berupa sewa
Objek PPh Pasal 23
Tarif 15 % dari Jumlah

Dividen
Bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang polis asuransi.

Bunga
Bruto

Imbalan karena jaminan pengembalian utang.

Royalti
Imbalan atas penggunaan hak.

Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya


selain objek PPh Pasal 21.

Sewa
Tarif 2 % dari
Jumlah Bruto

Sewa harta lainnya, selain yang dikenai Pasal 4 (2).

Imbalan jasa teknik , jasa manajemen , jasa konstruksi ,


jasa konsultan dan jasa lain
Selain yang dikenai PPH Pasal 21
Sumber : Instagram DJP tanggal 5 Juali 2021
Jenis Jasa Lain Objek Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
Tarif 2% Jumlah Bruto

Jasa penilai (appraisal);

Jasa aktuaris;

Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;

Jasa hukum;

Jasa arsitektur;
Jenis Jasa Lain Objek Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
Tarif 2% Jumlah Bruto

Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;

Jasa perancang (design);

Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi


(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap;
Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak
dan gas bumi (migas);
Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas
bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);
Jenis Jasa Lain Objek Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
Tarif 2% Jumlah Bruto

Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;

Jasa penebangan hutan;

Jasa pengolahan limbah;

Jasa penyedia tenaga kerja dan/ atau tenaga ahli (outsourcing services);

Jasa perantara dan/ atau keagenan;


Jenis Jasa Lain Objek Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
Tarif 2% Jumlah Bruto

Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek,
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI);

Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh


Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI);

Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;

Jasa mixing film;

Jasa pembuatan saranan promosi film, iklan, poster, photo, slide, klise,
banner, pamphlet, baliho dan folder;
Jenis Jasa Lain Objek Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
Tarif 2% Jumlah Bruto

Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem


komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;

Jasa pembuatan dan/ atau pengelolaan website;

Jasa internet termasuk sambungannya;

Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data, informasi,


dan/atau program;
Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel,
selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/ atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
Jenis Jasa Lain Objek Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
Tarif 2% Jumlah Bruto

Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel,
dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/ atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

Jasa perawatan kendaraan dan/ atau alat transportasi darat, laut dan
udara;

Jasa maklon;

Jasa penyelidikan dan keamanan;

Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;


Jenis Jasa Lain Objek Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
Tarif 2% Jumlah Bruto

Jasa penyediaan tempat. dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau
media lain untuk penyampaian informasi, dan/ atau jasa periklanan;

Jasa pembasmian hama;

Jasa kebersihan atau cleaning service;

Jasa penyelidikan dan keamanan;

Jasa sedot septic tank;


Jenis Jasa Lain Objek Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
Tarif 2% Jumlah Bruto

Jasa pemeliharaan kolam;

Jasa katering atau tata boga;

Jasa freight forwarding;

Jasa logistik;

Jasa pengurusan dokumen;


Jenis Jasa Lain Objek Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
Tarif 2% Jumlah Bruto

Jasa pengepakan;

Jasa loading dan unloading;

Jasa laboratorium dan/ atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh


lembaga atau insitusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis;

Jasa pengelolaan parkir;

Jasa penyondiran tanah pengujian;


Jenis Jasa Lain Objek Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
Tarif 2% Jumlah Bruto

Jasa penyiapan dan/ atau pengolahan lahan;

Jasa pembibitan dan/ atau penanaman bibit;

Jasa pemeliharaan tanaman;

Jasa pemanenan;

Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan,


dan/atau perhutanan;
Jenis Jasa Lain Objek Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
Tarif 2% Jumlah Bruto

Jasa dekorasi;

Jasa pencetakan/penerbitan;

Jasa penerjemahan;

Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15


Undang-Undang Pajak Penghasilan;

Jasa pelayanan kepelabuhanan;


Jenis Jasa Lain Objek Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
Tarif 2% Jumlah Bruto

Jasa pengangkutan melalui jalur pipa;

Jasa pengelolaan penitipan anak;

Jasa pelatihan dan/ atau kursus;

Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM;

Jasa sertifikasi;
Jenis Jasa Lain Objek Pasal 23
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
Tarif 2% Jumlah Bruto

Jasa survey;

Jasa tester, dan

Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pasal 23 ayat (1a)
Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak, besarnya tarif pemotongan adalah lebih
tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA


Tidak dipotong PPh Pasal 23
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
2. Sewa guna usaha dengan hak opsi
3. Deviden (pasca UU Cipta Kerja)
4. Bagian laba yang diterima CV tanpa saham, firma dan
bagian laba lainnya yang disebutkan di Pasal 4 ayat (3)
huruf i
5. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan
usaha jasa keuangan yang diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan No 251/.03/2008

Penerima Penghasilan Yang Tidak Memiliki NPWP dikenakan tarif


pemotongan PPh Pasal 23 100% lebih tinggi
Sewa mesin seharga Rp2.000.000,-

Solusinya dengan Gross-Up

Biaya Sewa Mesin menjadi Rp2.000.000 : 98% = Rp2.040.816,32

Penerima penghasilan sudah


bayar PPh tidak menggugurkan
kewajiban pemotongan
PPh Pasal 25
Pasal 25 ayat (1)
Undang-Undang PPh
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar
Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:
a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; dan
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri
yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Contoh 1:

PPh terutang berdasarkan SPT Tahunan 2016 : Rp 50.000.000,00

Dikurangi Kredit Pajak :


Asumsi: PPh Pasal 22 Rp 15.000.000,00
Tarif 2016 dan PPh Pasal 23 Rp 12.500.000,00
2017 sama PPh Pasal 24 Rp 7.500.000,00
Jika beda maka --------------------- (+)
PPh terutang
menggunakan Jumlah kredit pajak Rp 35.000.000,00
---------------------
tarif tahun Selisih Rp 15.000.000,00
pajak 2017
karena PPh Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuk
Pasal 25 untuk tahun 2017 adalah sebesar Rp 1.250.000,00 (Rp15.000.000,00 dibagi 12).
tahun pajak Contoh 2:
2017 Apabila Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam contoh di atas
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh untuk bagian tahun
pajak yang meliputi masa 6 bulan dalam tahun 2009, besarnya angsuran bulanan
yang harus dibayar sendiri setiap bulan dalam tahun 2010 adalah sebesar
Rp2.500.000,00 (Rp15.000.000,00 dibagi 6)
Pasal 25 ayat (2)
Undang-Undang
PPh
Besarnya angsuran pajak yang harus
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
untuk bulan bulan sebelum Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan disampaikan sebelum
batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan sama dengan besarnya
angsuran pajak untuk bulan terakhir
tahun pajak yang lalu
Pasal 25 ayat 4 UU PPh Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat
ketetapan pajak untuk tahun pajak yang lalu, maka
besarnya angsuran pajak dihitung kembali
berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut, dan
berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan
penerbitan surat ketetapan pajak.

Contoh:

Berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2016


yang disampaikan Wajib Pajak dalam bulan Pebruari 2017, perhitungan besarnya
angsuran pajak yang harus dibayar adalah sebesar Rp1.250.000,00. Dalam bulan
Juni 2017 telah diterbitkan surat ketetapan pajak tahun pajak 2016 yang
menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp2.000.000,00

Berdasarkan ketentuan dalam ayat ini, maka besarnya angsuran pajak mulai bulan
Juli 2017 adalah sebesar Rp2.000.000,00.

Pasal 25
setelah
pemeriksaan
Pasal 25 ayat 6 UU PPh

Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan


besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal
tertentu, sebagai berikut:
a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;
b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;
c. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu
disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan;
d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;
e. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari
angsuran bulanan sebelum pembetulan; dan
f. terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak
Wajib Pajak berhak atas
kompensasi kerugian

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam


hal Wajib Pajak berhak atas kompensasi
kerugian adalah sebesar Pajak Penghasilan
yang dihitung dengan dasar penghitungan
sebagaimana dimaksud dlm ketentuan
umum Penghitungan PPh Pasal 25 dikurangi
dengan kompensasi kerugian, dibagi 12 (dua
belas) atau banyaknya bulan dalam bagian
tahun pajak. Dalam hal Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
yang lalu menyatakan rugi (lebih bayar atau
nihil), besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25
adalah nihil.
Wajib Pajak Memperoleh Penghasilan Tidak
Teratur

Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam hal Wajib


Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur adalah
sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung dengan dasar
penghitungan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
umum Penghitungan PPh Pasal 25 dikurangi dengan
penghasilan tidak teratur yang dilaporkan dalam SPT
Tahunan PPh tersebut, dibagi 12 (dua belas) atau
banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Dalam tahun 2019, penghasilan teratur Wajib Pajak A dari usaha
dagang Rp48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah) dan
penghasilan tidak teratur sebesar Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah).

Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan Pajak


Penghasilan Pasal 25 dari Wajib Pajak A pada tahun 2010 adalah
hanya dari penghasilan teratur tersebut.
Pasal 4 ayat (1) Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-537/PJ./2000

Dalam hal Surat Pemberitahuan Tahunan


Pajak Penghasilan tahunan pajak yang lalu
disampaikan Wajib Pajak setelah lewat
batas waktu yang ditentukan, besarnya
Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-
bulan mulai batas waktu penyampaian
Surat Pemberitahuan Tahunan sampai
dengan bulan sebelum disampaikannya
Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut
adalah sama dengan besarnya Pajak
Penghasilan Pasal 25 bulan terakhir tahun Pasal 25 setelah Pembetulan SPT
pajak yang lalu dan bersifat sementara.
Pasal 7 Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-537/PJ./2000

Apabila sesudah 3 (tiga) bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak,
Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang akan
Dinamisasi
terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% (tujuh puluh lima PPh Pasal 25
persen) dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar
Turun atau
penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25, Wajib Pajak dapat Naik
mengajukan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal
25 secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar.

Sebaliknya jika tahun berjalan mengalami peningkatan usaha 150%


atau lebih maka kantor pajak meminta peningkatan PPh Pasal 25 sesuai
peningkatan tersebut.
Peraturan Menteri Keuangan nomor 215/PMK.03/2018

Wajib Pajak yang diwajibkan membuat laporan keuangan periodik, bulanan


atau 3 bulanan, maka PPh Pasal 25 berdasarkan laporan keuangan tersebut.
▪ Bank,
▪ Lembaga Keuangan non bank,
▪ Perusahaan Masuk Bursa,
▪ BUMN

PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan laporan keuangan periodik tersebut.


This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-ND

Anda mungkin juga menyukai