Anda di halaman 1dari 40

Penerapan

PPh Pasal 22, 23 dan 26


Kelompok 4

Kaysyifa Rahma Hamidin 2211070066


Rizka Nur fitria 2211070077
Muhammad Hafizh Amrullah 2211070080
Murni Handiani 2211070083
Sherly Kusnanda 2211070093
Asti Avrianti 2211070094
Adinda Ayuningtias 2211070098
Kelompok 4

PEMBAHASAN
PPh Pasal 22 PPh Pasal 23 PPh Pasal 26

• Pengertian dan Dasar Hukum • Pengertian dan Dasar Hukum • Pengertian dan Dasar Hukum
• Pemotong Pajak • Pemotong Pajak • Pemotong Pajak
• Objek dan Bukan Objek • Objek dan Bukan Objek • Objek dan Bukan Objek
• Tarif Pajak • Tarif Pajak • Tarif Pajak
• Perhitungan Pajak • Perhitungan Pajak • Perhitungan Pajak
• Tata Cara Penyetoran • Tata Cara Penyetoran • Tata Cara Penyetoran
• Tata Cara Pelaporan • Tata Cara Pelaporan • Tata Cara Pelaporan
Kelompok 4

PPh Pasal 22
Berdasarkan UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak penghasilan stdd. UU No 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakantentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan, PPh Pasal 22 adalah pembayaran PPh dalam tahun berjalan yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.

Dasar Hukum

• UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak


• PMK 34 tahun 2017 tentang • PMK Nomor 242 Tahun 2014 tentang
penghasilan stdd. UU No 7 tahun 2021 tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal Tata Cara Pembayaran Dan
Harmonisasi Peraturan Perpajakan
22 Sehubungan Dengan Pembayaran Penyetoran Pajak
• PMK 90/PMK.03/2015 tentang Wajib Pajak
Atas Penyerahan Barang Dan Kegiatan • PER-24/PJ/2021 tentang Tata Cara
Badan Tertentu Sebagai Pemungut Pajak
Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Pelaporan PPh Unifikasi
Penghasilan Dari Pembeli Atas Penjualan
Di Bidang Lain
Barang yang Terolong Sangat Mewah
Kelompok 4

Pemungut PPh 22
Kelompok 4

Objek PPh 22
Berdasarkan Pasal 2 PMK 34 tahun 2017, berikut merupakan daftar objek PPh 22

• Impor dan ekspor barang komoditas tambang

• Pembelian barang oleh bendahara pemerintah dan KPA

• Pembelian barang dengan mekanisme uang persediaan

• Pembelian barang pihak ketiga

• Pembelian barang untuk kegiatan usaha BUMN

• Penjualan hasil produksi kepada distributor

• Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri

• Penjualan BBM

• Pembelian bahan dari pedagang untuk keperluan industri

• Penjualan barang mewah


Kelompok 4

Bukan Objek PPh 22


Berdasarkan Pasal 3 PMK 34 berikut merupakan pengecualian dari Pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 22

• Impor barang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

• Impor barang bebas Bea Masuk atau PPN

• Impor sementara

• Impor kembali

• Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak

• Emas barangan untuk tujuan ekspor

• Pembelian barang sehubungan penggunaan dana BOS.


Kelompok 4
PPh Pasal 22 atas impor barang, terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk. Pembayaran bea masuk ditunda/dibebaskan, Pasal 22
terutang dan dilunasi saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean atas
impor.

Kondisi Saat PPh Pasal 22 pembelian barang oleh Bendahara Pemerintah & KPA, bendahara
pengeluaran & pejabat penerbit Surat Perintah Membayar, dan pembelian

Terutang
barang untuk keperluan BUMN, terutang dan dipungut pada saat pembayaran.

PPh Pasal 22 PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi Badan usaha industri dan atas
Berdasarkan Pasal 4 PMK 34 berikut merupakan Saat penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh ATPM, APM, dan importir
terutang PPh 22 umum kendaraan bermotor, terutang dan dipungut pada saat penjualan.

PPh Pasal 22 atas penjualan bahan bakar dan pelumas terutang dan dipungut
pada saat penerbitan surat perintah pengeluaran barang (deliveryorder).
Kelompok 4

Tarif PPh 22
Impor Penjualan Hasil Produksi Penjualan Barang Mewah (5%)

API = 2,5% x nilai impor


(kecuali kecuali atas impor kedelai,
Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih
gandum, dan tepung terigu sebesar Kertas = 0.1% x DPP PPN
dari Rp 20.000.000,-
0,5%) Semen = 0.25% x DPP PPN
Kapal Pesiar dan sejenisnya dengan harga jual
Baja = 0.3% x DPP PPN
lebih dari Rp 10.000.000,-
Non-API = 7,5% x nilai impor Otomotif = 0.45% x DPP PPN
Rumah dan Tanah > 500m2 dengan harga
Semua bersifat tidak final
jual/pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000,-
Yang tidak dikuasai = 7,5% x harga
jual lelang

Catatan:
untuk yang tidak memiliki NPWP akan dipotong 100% lebih
tinggi dari tarif PPh Pasal 22.
Kelompok 4

Tarif PPh 22
Pembelian Barang oleh DJPB,
Penjualan Hasil Produksi oleh Importir Pembelian Bahan untuk
Bendahara Pemerintah,
Bahan Bakar Keperluan Industri
BUMN/BUMD

1,5% x harga pembelian Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen,


0,25% x harga pembelian
(tidak termasuk PPN dan tidak bersifat final. Selain penyalur/agen bersifat tidak
(tidak termasuk PPN)
bersifat final) final.

Catatan:
untuk yang tidak memiliki NPWP akan dipotong 100% lebih
tinggi dari tarif PPh Pasal 22.
Kelompok 4

Perhitungan Contoh 1
PT X adalah importir gandum yang memiliki API (Angka Pengenal Impor), pada

PPh Pasal 22 bulan Februari 2022 melakukan impor gandum dari AS dengan harga faktur US$
200.000, biaya asuransi 2% dari harga faktur, ongkos angkut 5% dari harga faktur.
Bea Masuk 20%, PPN 10%. Kurs Menteri Keuangan pada saat impor
Rp.15.000/US$. Berikut Perhitungan PPh 22 atas transaksi tersebut.

Perhitungan:

Harga faktur (cost) US$ 200,000 Saat Penyetoran:


Asuransi (Insurance) 2% x US$ 200,000 US$ 4.000 dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran
Ongkos angkut (freight) 5% x US$ 200,000 US$ 10.000 Bea Masuk.
Harga Pabean (CIF) US$ 214.000
Bea Masuk (20% x US$ 214.000) US$ 42.800 Saat Pelaporan:
Nilai Impor = CIF + Bea Masuk US$ 256.800 Tanggal 20 Maret 2022
Kurs Nilai Impor (US$ 256.800 x Rp 15.000) Rp 3.852.000.000
PPh Pasal 22 (0,5% x Rp 3.852.000.000) Rp 19.260.000
Kelompok 4

Perhitungan Contoh 2
Pada Bulan Maret 2022, Barang impor yang disita oleh Ditjen Bea & Cukai

PPh Pasal 22 (DJBC) dijual lelang dan telah dibeli oleh PT Y dengan harga lelang Rp
10.000.000.000. Berikut Perhitungan PPh 22 atas transaksi tersebut.

Perhitungan:

PPh Pasal 22 = 7,5% x Rp 10.000.000.000 = Rp 750.000.000

Saat Penyetoran:
1 (satu) hari kerja setelah dilakukan pemungutan pajak.

Saat Pelaporan:
Tanggal 20 Maret 2022
Kelompok 4

Perhitungan Contoh 3
PT Z pada bulan September 2021 menjual semen hasil produksinya dengan

PPh Pasal 22 harga Rp 22.000.000 (sudah termasuk PPN) kepada distributor UD. Kencana
(tidak memiliki NPWP) di Malang. Berikut perhitungan PPh 22 atas transaksi
tersebut.

Perhitungan:

DPP = 100/110 x Rp 22.000.000 = Rp 20.000.000


Rp 100.000
PPh Pasal 22 = 0,25% x Rp 20.000.000 × 100% =
Saat Penyetoran:
Saat terutang dan dipungut pada saat pembayaran.

Saat Pelaporan:
Tanggal 20 Oktober 2021
Kelompok 4

Perhitungan Contoh 4
Pada bulan Februari 2022, Bendaharawan Pemerintah melakukan pembelian

PPh Pasal 22 perlengkapan kantor dengan jumlah pembayaran Rp 4.400.000 termasuk PPN.
Berikut perhitungan PPh 22 atas transaksi tersebut.

Perhitungan:

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) = (100 : 110) x Rp 4.400.000 = Rp 4.000.000


PPh 22 yang terutang = Rp 4.000.000 x 1,5% = Rp 60.000

Saat Penyetoran:
7 (tujuh) hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja Negara atau
belanja Daerah, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atas nama rekanan dan ditandatangani oleh bendahara

Saat Pelaporan:
Tanggal 20 Maret 2022
Kelompok 4

PPh Pasal 23
Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 stdd. Undang-Undang No. 7 Tahun 2021 Tentang Pajak Penghasilan, PPh
Pasal 23 adalah pajak atas penghasilan dari penyerahan jasa, modal, atau hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong
PPh Pasal 21.

Dasar Hukum

• PER-24/PJ/2021 tentang Tata Cara


• PP 94 Tahun 2010 tentang • UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak
Pelaporan PPh Unifikasi
Penghitungan Penghasilan Kena penghasilan stdd. UU No 7 tahun
Pajak Dan Pelunasan Pajak 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Penghasilan Dalam Tahun Berjalan Perpajakan
• PMK Nomor 141 Tahun 2015 • PMK Nomor 242 Tahun 2014
tentang Jenis Jasa Lain tentang Tata Cara Pembayaran Dan
Penyetoran Pajak
Kelompok 4

Pemotong PPh 23
Berdasarkan Pasal 23 Ayat (1) UU PPh Jo. SE – 08/PJ.4/1995 tentang
Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Yang Ditunjuk Sebagai
Pemotong PPh Pasal 23, Pihak pemotong PPh 23 antara lain:

• Badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara


kegiatan, BUT, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Penerima penghasilan:
• Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri (hanya memotong PPh Pasal
23 atas sewa) yang ditunjuk sebagai pemotong PPh 23, yaitu: • Wajib Pajak dalam negeri
• Bentuk Usaha Tetap (BUT)

• Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah


(PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah Camat, pengacara, dan
konsultan yang melakukan pekerjaan bebas
• Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan
Kelompok 4

Objek PPh 23
Menurut Pasal 23 ayat 1 UU PPh, objek Pajak PPh Pasal 23 dapat di kategorikan menjadi:

Capital Income Service Income Employment Income


• Dividen • Imbalan jasa teknik • Hadiah
• Bunga • Jasa konsultan • Penghargaan
• Royalti • Jasa lainnya (PMK
• Sewa selain tanah 141 tahun 2015)
dan/atau bangunan
Kelompok 4

Bukan Objek PPh 23

Menurut Pasal 23 ayat (4), pemotongan PPh Pasal 23 tidak dilakukan atas:

• Penghasilan terutang kepada bank


• Sewa yang dibayarkan
• Dividen yang diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri
• Penghasilan yang dibayar kepada rekanan pemerintah dengan mekanisme Uang
Persediaan
• Pembayaran kepada WP yang memiliki dan menyerahkan fotokopi Surat Keterangan
Kelompok 4

Saat terutang PPh Pasal 23 diatur dalam Pasal 15 ayat (3) PP 94


Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan
sebagai berikut.

• Dividen: pada akhir bulan disediakan untuk dibayarkan


penghasilan tersebut
• Bunga atau sewa: pada akhir bulan jatuh tempo
pembayaran penghasilan yang bersangkutan

Kondisi Saat • Royalti, imbalan jasa teknik atau jasa manajemen atau jasa
lainnya: pada akhir bulan dibayarkan penghasilan

Terutang
PPh Pasal 23
Kelompok 4

Tarif PPh 23
Hadiah, Penghargaan, Dividen, Bunga, dan Royalti
15% dari Jumlah Bruto
Selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Sewa dan Imbalan


• Sewa sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa atas tanah
2% dari Jumlah Bruto
dan/atau bangunan
• Imbalan sehubungan dengan jasa lainnya

Catatan:
untuk yang tidak memiliki NPWP akan dipotong 100% lebih
tinggi dari tarif PPh Pasal 23.
Kelompok 4

Perhitungan
Contoh 1
PPh Pasal 23 Pada tanggal 20 Maret 2022, PT ABC mengumumkan akan membagikan
dividen melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan melakukan
Atas Dividen pembayaran dividen tunai kepada PT DEF sebesar Rp 20.000.000 yang
melakukan penyertaan modal sebesar 15%. Berikut adalah perhitungan PPh 23
atas transaksi tersebut.

Perhitungan:

PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT ABC = 15% x Rp 20.000.000 = Rp 3.000.000

Saat Penyetoran:
Paling lambat 10 April 2022

Saat Pelaporan:
Paling lambat 20 April 2022
Kelompok 4

Perhitungan
PPh Pasal 23 Contoh 2
Pada tanggal 2 Maret 2022, PT XYZ melakukan pembayaran bunga obligasi
Atas Bunga kepada PT HIJ sebesar Rp 75.000.000. Obligasi tersebut tidak diperdagangkan
di Bursa Efek Indonesia. Berikut adalah perhitungan PPh 23 atas transaksi
tersebut.

Perhitungan:

PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT XYZ = 15% x Rp 75.000.000 = Rp 11.250.000

Saat Penyetoran:
Paling lambat 10 April 2022

Saat Pelaporan:
Paling lambat 20 April 2022
Kelompok 4

Perhitungan
PPh Pasal 23 Contoh 3
Atas Royalti Pada 16 Juni 2021, PT Oke membayar royalti kepada Nyonya Bunga sebagai
penulis buku sebesar Rp45.000.000. Nyonya Bunga memiliki NPWP. Berikut
adalah perhitungan PPh 23 atas transaksi tersebut.

Perhitungan:

PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT Oke = 15% x Rp 45.000.000 = Rp 6.750.000

Saat Penyetoran:
Paling lambat 10 Juli 2021

Saat Pelaporan:
Paling lambat 20 Juli 2021
Kelompok 4

Perhitungan
PPh Pasal 23 Contoh 4
Pada tanggal 1 Mei 2022, PT LMN memberikan hadiah perlombaan kepada PT
Atas Hadiah PQR sebagai juara umum lomba gerak jalan sebesar Rp100.000.000, Berikut
adalah perhitungan PPh 23 atas transaksi tersebut.

Perhitungan:

PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT LMN = 15% x Rp100.000.000 = Rp 15.000.000

Saat Penyetoran:
Paling lambat 10 Juni 2022

Saat Pelaporan:
Paling lambat 20 Juni 2022
Kelompok 4

Perhitungan
PPh Pasal 23 Contoh 5
Pada tanggal 2 Oktober 2021 PT AZY membayar sewa kendaraan bus dengan
Atas sewa sehubungan nilai sewa sebesar Rp 44.000.000 kepada PT Indobus termasuk PPN. Berikut
adalah perhitungan PPh 23 atas transaksi tersebut.
dengan penggunaan harta

Perhitungan:

Nilai sewa termasuk PPN = Rp44.000.000


Nilai sewa tanpa PPN = 100/110 x Rp44.000.000 = Rp40.000.000
PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT AZY = 2% x Rp40.000.000 = Rp 800.000

Saat Penyetoran:
Paling lambat 10 November 2021

Saat Pelaporan:
Paling lambat 20 November 2021
Kelompok 4

Perhitungan
PPh Pasal 23 Contoh 6
Atas Jasa Pada tanggal 16 Juli 2022 PT KYZ menggunakan jasa PT. HYG untuk
melakukan perawatan mesin dengan biaya sebesar Rp 2.000.000. Berikut
adalah perhitungan PPh 23 atas transaksi tersebut.

Perhitungan:

PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT KYZ = 2% x Rp2.000.000 = Rp 40.000

Saat Penyetoran:
Paling lambat 10 Juli 2022

Saat Pelaporan:
Paling lambat 20 Juli 2022
Kelompok 4

PPh Pasal 26
Menurut Pasal 26 UU PPh, PPh Pasal 26 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima wajib pajak
luar negeri dari Indonesia selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

Dasar Hukum

• UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak PMK 82/PMK.03/2009 tentang • PMK 14/PMK.03/2011 tentang
penghasilan stdd. UU No 7 tahun Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal Perlakuan Perpajakan Atas
2021 tentang Harmonisasi Peraturan 26 Atas Penghasilan Dari Penjualan Penghasilan Kena Pajak Sesudah
Perpajakan Atau Pengalihan Harta Di Indonesia Dikurangi Pajak Dari Suatu Bentuk
• PMK Nomor 242 Tahun 2014 Usaha Tetap
tentang Tata Cara Pembayaran Dan
Penyetoran Pajak
Kelompok 4

Pemungut PPh 26
Menurut Pasal 26 ayat (1) UU PPh Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
26 (PPh Pasal 26) wajib dilakukan oleh:
• Badan pemerintah
• Subjek pajak dalam negeri
• Penyelenggara kegiatan
• Bentuk Usaha Tetap (BUT)
• Perwakilan perusahaan luar negeri yang melakukan pembayaran
kepada WP luar negeri selain BUT.

Kategori Wajib Pajak Luar Negeri


Individu yang bertempat tinggal di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam setahun. Perusahaan
yang tidak didirikan di Indonesia tetapi
mengoperasikan usaha di Indonesia.
Kelompok 4

Objek PPh 26

Berdasarkan Pasal 26 ayat (1) UU PPh, Pajak Penghasilan 26 dikenakan terhadap setiap penghasilan
kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia terhadap

• Dividen • Hadiah
• Bunga • Penghargaan
• Royalti • Pensiun dan pembayaran berkala
• Sewa penggunaan harta • Premi swap dan transaksi lindung nilai
• Pengembalian utang • Keuntungan pembebasan utang
Kelompok 4

Bukan Objek PPh 26

Berdasarkan PMK 14 tahun 2011 Pengecualian Objek Pajak Penghasilan yaitu terhadap BUT
apabila penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak penghasilan dari BUT ditanamkan kembali
di Indonesia, dengan syarat:

• dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang didirikan dan berkedudukan di
Indonesia sebagai pendiri
• pada tahun berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya dari tahun pajak diterima
atau diperoleh penghasilan tersebut
• Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut sekurang-kurangnya dalam
waktu 2 tahun sesudah perusahaan berproduksi
Kelompok 4

Saat terutang PPh Pasal 26 diatur dalam Pasal 15 PP 94 Tahun 2010 sebagai berikut.

Saat terutangnya PPh Pasal 26 UU PPh adalah pada saat pembayaran, saat
disediakan untuk dibayarkan (seperti: dividen) dan jatuh tempo (seperti: bunga
dan sewa), saat yang ditentukan dalam kontrak atau perjanjian atau faktur
(seperti: royalti, imbalan jasa teknik atau jasa manajemen atau jasa lainnya)

Kondisi Saat
Terutang
PPh Pasal 26
Kelompok 4

Tarif PPh 26
Berdasarkan Pasal 26 ayat (1):
20% dari Jumlah Bruto (final) atau sesuai dengan
Dividen, Bunga, Royalti, Sewa, Imbalan, Hadiah, Pensiun, Premi swap,
Tax Treaty yang berlaku
Keuntungan karena pembebasan utang.

Berdasarkan Pasal 26 ayat (2) dan (2a):


20% dari Penghasilan Neto atau sesuai dengan Tax
Penjualan dan peralihan harta yang diperoleh WP luar negeri, Penjualan
Treaty yang berlaku
saham, Premi asuransi dan reasuransi

Berdasarkan Pasal 26 ayat (4):


20% dari Penghasilan Setelah Pajak atau sesuai
BUT di Indonesia yang penghasilannya tidak ditanamkan kembali di
dengan Tax Treaty yang berlaku
Indonesia
Kelompok 4

Perhitungan
PPh Pasal 26 Contoh 1
Pada Mei 2022 PT ABC membayar royalti kepada alexando yang
Sesuai Pasal 26 (1) UU PPh berkewarganegaraan Amerika sebagai penulis buku sebesar Rp 85.000.000.
Berikut adalah perhitungan PPh 26 atas transaksi tersebut.

Perhitungan:
PPh pasar 26 yang dipotong adalah: 20% x Rp 85.000.000 = Rp 17.000.000

Saat Penyetoran:
Paling lambat 10 Juni 2022

Saat Pelaporan:
Paling lambat 20 Juni 2022
Kelompok 4

Perhitungan
PPh Pasal 26 Contoh 2
Pada Agustus 2022, PT Djarum memberikan hadiah perlombaan kepada Lee
Sesuai Pasal 26 (1) UU PPh Tay Wei warga China sebagai juara tunggal putra bulu tangkis sebesar Rp
150.000.000. Berikut adalah perhitungan PPh 26 atas transaksi tersebut.

Perhitungan:
PPh pasar 26 yang dipotong adalah: 20% x Rp 150.000.000 = Rp 30.000.000

Saat Penyetoran:
Paling lambat 10 September 2022

Saat Pelaporan:
Paling lambat 20 September 2022
Kelompok 4

Perhitungan
PPh Pasal 26 Contoh 1
Pada Februari 2022, PT Abadi Jaya mengasuransikan gedungnya kepada
Sesuai Pasal 26 (2) dan (2a) UU perusahaan asuransi luar negeri dengan membayar premi asuransi selama tahun
PPh 2021 sebesar Rp 130.000.000,- Berikut adalah perhitungan PPh 26 atas
transaksi tersebut.

Perhitungan:
PPh pasar 26 yang dipotong adalah: 20% x 50% x Rp 130.000.000 = Rp 13.000.000

Saat Penyetoran:
Paling lambat 10 Maret 2022

Saat Pelaporan:
Paling lambat 20 Maret 2022
Kelompok 4

Perhitungan Contoh 2
Pada Maret 2022, PT Rembulan mengasuransikan gedungnya kepada

PPh Pasal 26 perusahaan asuransi dalam negeri, yaitu perusahaan asuransi Cempaka Baru
dengan membayar premi asuransi sebesar Rp 250.000.000. Untuk mengurangi
risiko Cempaka Baru mengasuransi sebagian polis asuransinya kepada
Sesuai Pasal 26 (2) dan (2a) UU perusahaan luar negeri dengan premi sebesar Rp 125.000.000,- Berikut adalah
PPh perhitungan PPh 26 atas transaksi tersebut.

Perhitungan:
PPh pasar 26 yang dipotong adalah: 20% x 10% x Rp 125.000.000 = Rp 2.500.000

Saat Penyetoran:
Paling lambat 10 April 2022

Saat Pelaporan:
Paling lambat 20 April 2022
Kelompok 4

Perhitungan
PPh Pasal 26 Contoh 1
Diketahui penghasilan kena pajak BUT di Indonesia adalah Rp
Sesuai Pasal 26 (4) UU PPh 15.500.000.000,- maka perhitungan PPh Pasal 26 atas transaksi tersebut adalah
sebagai berikut.

Perhitungan:

Penghasilan Kena Pajak BUT di Indonesia Rp 15.500.000.000


Pajak Penghasilan:
22% x Rp 15.500.000.000,- (tarif pajak badan 2021) (Rp 3.410.000.000)
Penghasilan Kena Pajak setelah Pajak Rp 12.090.000.000
Pajak Penghasilan Pasal 26 yang terutang:
20% x Rp 12.090.000.000,- Rp 2.418.000.000
Kelompok 4

Penyetoran PPh Pasal 22, 23/26 dapat dilakukan dengan cara pihak pemotong
membuat kode/ID billing yang selanjutnya dilakukan pembayaran. Dalam
peraturan ini dijelaskan bahwa pembayaran dan penyetoran dapat dilakukan ke
Kas Negara, melalui layanan pada loket dan layanan menggunakan sistem
elektronik.

Tata cara penyetoran PPh Pasal 22, 23/26 dengan menggunakan SSP atau sarana
administrasi lainnya, seperti BPN atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui
sistem pembayaran elektronik atau langsung ke Bank Persepsi.

Satu formulir SSP hanya dapat digunakan untuk pembayaran:


• satu jenis pajak
• satu masa pajak/tahun pajak
• satu ketetapan pajak

Cara Penyetoran PPh


Pasal 22, 23/26
Kelompok 4

Cara Pelaporan Pada saat ini untuk pelaporan PPh Pasal 22, 23/26 telah merujuk pada PER-24/PJ/2021
dengan menggunakan SPT Masa PPh Unifikasi. Tata cara pelaporan dengan

PPh Pasal 22, 23/26


menggunakan PPh Unifikasi adalah sebagai berikut:

• Wajib Pajak dapat membuka DJP online serta memasukkan NPWP dan password
• Pilih menu lapor dan pilih menu pra pelaporan
• Pilih menu e-bupot unifikasi
• Pilih menu Pajak Penghasilan
• Setelah itu pilih Rekam BP Ps.4 (2), 15, 22, 23 untuk melakukan perekaman secara
manual. Isi semua data yang disediakan. Pada menu dasar pemotongan, Wajib Pajak
dapat menginput salah satu dari 8 (delapan) dokumen yang dapat menjadi dasar
pemotongan, yaitu faktur pajak, invoice, pengumuman, surat perjanjian, bukti
pembayaran, akta perikatan, akta RUPS, surat pernyataan. Bagi Pelaporan PPh 26
menggunakan menu Non Resident
• Masukkan identitas pemotong pajak dengan cara memilih status penandatanganan
yang telah dimasukkan pada menu pengaturan
• Untuk melihat hasil perekaman data bukti potong PPh Pasal 22, 23/26 dapat dilihat
pada menu Daftar BP Ps.4 (2), 15, 22, 23 untuk melihat status bukti potong PPh 26
menggunakan menu Non Resident.
Terima Kasih!
Kelompok 4
Pertanyaan

Anda mungkin juga menyukai