Anda di halaman 1dari 18

PERPAJAKAN (PERTEMUAN 8)

Oleh:
Suwardi, SE.,MM
PPh Pasal 22
 Pengertian PPh Pasal 22
Pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah (pusat/
daerah), Instansi/ Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga
negara lainnya.
PPh Pasal 22 dikenakan terhadap :
Pembayaran atas penyerahan barang kepada badan pemerintah,

kegiatan impor atau kegiatan di bidang usaha tertentu


 Dasar Hukum PPh Pasal 22
Pasal 22 UU PPh

Peraturan Menteri Keuangan: PMK No. 210/PMK.03/ 2008 berlaku

sejak 31 Agustus 2010


PPh Pasal 22
 Pemungut pajak (Pasal 22 UU PPh):
 Bank Devisa & DJ Bea dan Cukai (atas impor barang)
 Direktorat Jendral Anggaran dan Bendahara pemerintah di tingkat pusat
atau daerah yang melakukan pembayaran atas pembelian barang.
 BUMN dan BUMD yang melakukan pembelian barang dengan dana berasal
APBN atau APBD
 Bank Indonesia, Badan Penyehatan Perbankan Nasional, Badan Urusan
Logistik, PT. Telekomukasi Indonesia, PT. Perusahaan Listrik Negara, PT
Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau Stell, Pertamina, dan bank-
bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya berasal dari
APBN atau non APBN.
 Badan usaha yang bergerak di bidang usaha industri:
 Semen  PT. Semen Gresik, Tbk.
 Kertas  PT. Surya Palacejaya
 Baja  PT. Krakatau Steel (Persero)
 Otomotif  PT. Astra Internasional, Tbk.
Yang ditunjuk kepala KPP setempat atas penjualan hasil produksi dalam
negri.
PPh Pasal 22
 (Lanjutan) Pemungut Pajak PPh Pasal 22:
 Produsen atau importir atas penjualan:
 Bahan bakar minyak
 Bahan bakar gas
 Pelumas
 Industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor:
 Kehutanan
 Perkebunan
 Pertanian
 Perikanan
Yang ditunjuk oleh Kepala KPP atas pembelian bahan-bahan untuk
keperluan industri/ ekspor kepada pedagang pengumpul
PPh Pasal 22
 Pemungut PPh Pasal 22 (berdasarkan peraturan terbaru):
 Bendahara Pemerintah (SDA)
 Badan-badan tertentu (SDA)
 Wajib Pajak Badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong sangat mewah (dilihat dari jenis maupun
harganya), seperti:
 Kapal pesiar
 Rumah sangat mewah
 Apartemen dan kondominium sangat mewah
 Kendaraan sangat mewah

Pemungutan pajak ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta


masyarakat dalam pengumpulan dana untuk tujuan kesederhanaan,
kemudahan dan pemungutan pajak yang tepat waktu (dapat bersifat final)
PPh Pasal 22
 Saat terutangnya PPh Pasal 22 (menurut UU PPh Pasal 22 ayat (1):
 Atas kegiatan impor barang: terutang pada saat pembayaran bea masuk,
kecuali ada penundaan atau pembebasan, terutang pada saat penyelesaian
dokumen PIB (Pemberitahuan Impor Barang)
 Atas kegiatan pembelian barang, terutang dan dipungut pada saat
dilakukan pembayaran
 Atas pembelian hasil produksi PPh Pasal 22, terutang dan dipungut pada
saat penjualan
 Atas penjualan hasil produksi atau pengolahan barang, terutang dan
dipungut pada saat penerbitan delivery order form
 Selain penjelasan di atas, pemungutan PPh Pasal 22 dilaksanakan dengan
cara pemungutan dan penyetoran oleh pemungut pajak atas nama WP ke
Bank Persepsi/ Kantor Pos.
PPh Pasal 22
 Objek pemungutan PPh Pasal 22
1. Impor barang
2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan DJ Anggaran,
Bendaharawan Pemerintah baik tingkat pusat ataupun daerah
3. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh BUMN dan BUMD
yang dananya dari belanja negara atau belanja daerah
4. Penjualan hasil produksi di dalam negeri yang dilakukan oleh Badan Usasa
yang bergerak di bidang indusri semen, rokok, kertas, baja dan otomotif
5. Penjualan hasil produksi yang dilakukan oleh Pertamina dan BU selain
Pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis premix dan
gas
6. Pembelian bahan-bahan keperluan industri/ ekspor industri dan eksportir
yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian,
perikanan dari pedagang pengumpul
PPh Pasal 22
 (Lanjutan) Objek pemungutan PPh Pasal 22
7. Penjualan barang yang tergolong mewah, yang dimaksud seperti di bawah
ini:
 Pesawat udara pribadi dengan harga jual > Rp 20.000.000.000,-
 Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual > Rp 10.000.000.000,-
 Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihan > Rp
10.000.000.000,-
 Apartemen, kondominium dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihan > Rp
10.000.000.000,- dan/ atau luas bangunan lebih dari 400m2
 Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan < 10 orang berupa sedan, jeep, SUV,
MPV, minibus dengan harga jual > Rp 5.000.000.000,- dengan kapasitas silinder > 3.000
cc
PPh Pasal 22
 Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22:
 Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan UU
tidak terutang PPh (harus dinyatakan dengan Surat Keterangan bebas PPh
Pasal 22 yang diterbitkan DJP)
 Impor barang yang dibebaskan dari bea masuk:
 Barang perwakilan negara asing beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik
 Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial atau kebudayaan
 Barang keperluan untuk museum, kebun binatang atau tempat lain semacam itu untuk
keperluan umum
 Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang
diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara
 Dalam hal impor sementara jika pada waktu impor nyata-nyata
dimaksudkan untuk diekspor kembali
 Lanjutan bisa dilihat di Buku Mardiasmo (edisi 2011) halaman 230
PPh Pasal 22
 Cara perhitungan PPh Pasal 22 (Impor Barang)
 Yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API)

2,5% x Nilai Impor

 Yang tidak menggunakan Angka Pengenal Importir (API)

7,5% x Nilai Impor

 Yang tidak dikuasai, tarif pemungutannya sebesar 7,5% dari harga jual
lelang

7,5% x Harga Jual Lelang


PPh Pasal 22

 Nilai Impor dihitung berdasarkan:


 CIF/ Cost Insurance Freight
 Bea Masuk
 Pungutan pabean lainnya
PPh Pasal 22
Contoh soal 1:
PT. Apple Indonesia (memiliki nomor API) melakukan import handphone
dari Amerika dengan rincian sbb:
 Cost : USD 30,000
 Insurance : 3,000
 Freight : 5,000
Harga Pabean : USD 38,000
Pungutan
 Bea Masuk (20%) : USD 7,600
 Bea Masuk Tambahan (10%) : 3,800
Nilai Impor USD 49,400
*asumsi Rupiah sesuai per tanggal impor (PIB) USD 1 = Rp 9.000,-
PPh Pasal 22
Jawab:

DPP PPh Pasal 22 = USD 49,400 x Rp 9.000,-


= Rp 444.600.000,-

PPh Pasal 22 (API) = 2,5% x Rp 444.600.000,-


= Rp 11.150.000,-

PPh Pasal 22 (Tanpa API) = 7,5% x Rp 444.600.000,-


= Rp 33.345.000,-
PPh Pasal 22
 Cara perhitungan PPh Pasal 22 (Atas Pembelian barang yang
dibiayai APBN/ APBD):

1,5% x Harga Pembelian

Dikecualikan untuk:
1. Penyerahan atas penyerahan barang (yg tidak dipecah-pecah) dengan jumlah < Rp
1.000.000,-
2. Pembayaran untuk pembelian BBM, listrik, gas, air minum/ PDAM, benda pos
3. Pembayaran dana jaring pengaman sosial oleh Kantor Perbendaharaan Kas Negara
PPh Pasal 22
Contoh soal 2:
PT. Alphabet melakukan penjualan furniture kepada Kemenkeu untuk
menghias ruang tunggu tamu dengan harga Rp. 275.000.000,- (termasuk
PPN). Pembayaran dilakukan oleh Bendaharawan Kemenkeu. Dalam
klausul kontrak penjualan dengan badan pemerintah yang didanai dari
APBN/APBD.

Jawab
DPP PPh Pasal 22 = (100/110 x Rp. 275.000.000,-)
= Rp 250.000.000,-
PPh Pasal 22 = 1,5% x Rp. 250.000.000,-
= Rp 3.750.000,-
*pph pasal 22 dipungut oleh bendaharawan Kemenkeu dari transaksi pembayaran
Mengisi SPT
 Pada tgl 2 Agustus PT Selalu Untung yang beralamat Jl. Raya
Semarang-Demak No 77, NPWP 01.243.333.2.541.000
membeli hasil kehutanan bahan baku Mebel kepada PT Utama
Pratama sebesar Rp. 35.000.000,- belum termasuk pajak

 PPh pasal 22 = Rp. 35.000.000 x 0.25% = Rp. 87.500


Kamus
 Bank devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk
dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing. Bank devisa dapat
menawarkan jasa-jasa bank yang berkaitan dengan mata uang asing tersebut seperti transfer
keluar negeri, jual beli valuta asing, transaksi eksport import, dan jasa-jasa valuta asing
lainnya. (source: wikipedia)
 Import yang tidak dikuasai adalah barang import yang tidak bertuan, atau tidak diketahui
siapa pemiliknya. Ini bisa terjadi mungkin pemilik sebenarnya atau importinya tidak mengakui
karena menganggap ada permasalahan dengan dokumen, barang itu illegal atau sebab sebab
lain. Terhadap Importir legal yang terdaftar dan memiliki API (Angka Pengenal Importir)
akan dikenai tarip PPh Pasal 22 sebesar 2,5% dari nilai impor dan yang tidak memiliki API
dikenai tarip PPh Pasal 22 sebesar 7,5% dari nilai impor. Importir yang memiliki API adalah
importir yang kegiatannya rutin dan sering melakukan perdagangan import. Adapun import
yang tidak memiliki API adalah importir yang tidak rutin melakukan import, misalnya suatu
pabrik hanya sekali-kali saja melakukan import komponen bahan bakunya, tidak rutin.
sehingga ia merasa tidak perlu meminta API di Dept. Perdagangan. Karena hanya ada 2 tarip
PPh Pasal 22 Impor, maka terhadap barang impor yang tidak dikuasi dikenakan 7,5% dari
nilai lelang, karena Balai Lelang tidak memiliki API. (source: ORTAX)
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai