Anda di halaman 1dari 4

SYOK

(Kode ICPC-2/ICD-10 : K99/R57.9)

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RSUD DATU PANCAITANA 1 /2
KABUPATEN BONE -
Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Direktur,

Panduan Praktik Klinis


( PPK )

drg. Hj. Syamsiar, M.Kes


NIP. 19670818 199903 2 002
Merupakan salah satu sindroma kegawatan yang memerlukan
penanganan intensif dan agresif. Syok adalah suatu sindroma
multifaktorial yang menuju hipoperfusi jaringan lokal atau
sistemis dan mengakibatkan hipoksia sel dan disfungsi multipel
organ. Kegagalan perfusi jaringan dan hantaran nutrisi dan
oksigen sistemik yang tidak adekuat tak mampu memenuhi
kebutuhan metabolisme sel. Karakteristik kondisi ini, yaitu : 1)
ketergantungan suplai oksigen, 2) kekurangan oksigen, 3)
Pengertian
asidosis jaringan sehingga terjadi metabolisme anaerob dan
berakhir dengan kegagalan fungsi organ vital dan kematian.
Syok diklasifikasikan berdasarkan etiologi, penyebab, dan
karakteristik pola hemodinamik yang ditimbulkan, yaitu :
1. Syok hipovolemik
2. Syok kardiogenik
3. Syok distributif
4. Syok obstruktif
5. Syok endokrin
Pasien datang dengan lemas atau dapat tidak sadarkan diri.
Gejala klinis juga tergantung etiologi penyebabnya, yang sering
terjadi adalah tromboemboli paru, tamponade jantung, obstruksi
arterioventrikuler, tension pneumotoraks.
Untuk identifikasi penyebab, perlu ditanyakan faktor predisposisi
seperti karena infark miokard antara lain : umur, DM, riwayat
angina, gagal jantung kongestif, infark anterior. Tanda awal
iskemi jantung akut yaitu nyeri dada, sesak napas, diaforesis,
Anamnesis (subjectives)
gelisah dan ketakutan, nausea dan vomitting serta gangguan
sirkulasi lanjut yang menimbulkan berbagai disfungsi end-organ.
Riwayat trauma untuk syok karena perdarahan atau syok
neurogenik pada trauma servikal atau high thoracic spinal cord
injury. Demam dan riwayat infeksi untuk syok septik.
Gejala klinis yang timbul setelah kontak dengan antigen pada
syok anafilaktik. Pada syok obstruktif, tampak hampir sama
dengan syok kardiogenik dan hipovolemik.
Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan fisik
penunjang (objectives) Kedaan umum :
1. Hipotensi dan penyempitan tekanan denyutan (adalah tanda
hilangnya cairan yang berat dan syok).
2. Hipertermi, normotermi, atau hipotermi dapat terjadi pada
syok. Hipotermia adalah tanda dari hipovolemia berat dan
syok septik.
3. Detak jantung naik, frekuensi napas naik, kesadaran turun.
4. Produksi urin turun. Produksi urin merupakan penunjuk awal
hipovolemia dan respon ginjal terhadap syok.
5. Gambaran klinis syok kardiogenik tampak sama dengan
gejala klinis syok hipovolemik, ditambah dengan adanya
SYOK
(Kode ICPC-2/ICD-10 : K99/R57.9)

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


1 /2
RSUD DATU PANCAITANA
KABUPATEN BONE -
disritmia, bising jantung, serta gallop.
6. Gejala klinis syok spetik tak dapat dilepaskan dari keadaan
sepsis sendiri berupa sindroma reaksi inflamasi sistemik
(SIRS) dimana terdapat dua gejala atau lebih :
a. Temperatur > 38 atau < 36 derajat Celcius.
b. Heart rate > 90 kali/menit.
c. Frekuensi napas > 20 kali/menit atau PaCO2 < 4.3 kPa.
d. Leukosit > 12.000 sel /mm atau < 4.000 sel/mm atau >
10% bentuk imatur.
7. Efek klinis syok anafilaktik mengenai sistem pernapasan dan
sistem sirkulasi yaitu terjadi edema hipofaring dan laring.,
konstriksi bronkus dan bronkiolus, disertai hipersekresi
mukus, dimana semua keadaan ini menyebabkan spasme dan
obstruksi jalan napas akut.
8. Syok neurogenik ditandai dengan hipotensi diserta
bradikardi. Gangguan neurologis : flaccid paralysis, refleks
ekstremitas hilang dan priapismus.
9. Syok obstruktif, tampak hampir sama dengan syok
kardiogenik dan hipovolemik. Gejala klinis juga tergantung
etiologi penyebabnya, yang sering terjadi adalah
tromboemboli paru, tamponade jantung, obstruksi
arterioventrikuler, tension pneumothoraks. Gejala ini akan
berlanjut sebagai tanda-tanda akut Kor Pulmonal dan payah
jantung kanan : pulsasi vena jugularis, gallop, bising
pulmonal, aritmia. Karakteristik manifestasi klinis tamponade
jantung : suara jantung menjauh, pulsus alternans, JVP
selama inspirasi. Sedangkan emboli pulmonal : disritmia
jantung, gagal jantung kongesti.

Pemeriksaan penunjang
1. Pulse oxymetri
2. EKG

Penegakan diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,


(assessment) dan penunjang.

Diagnosis banding -

Komplikasi Kerusakan otak, koma, kematian


Penatalaksanaan Penatalaksanaan :
komprehensif (plan) 1.Pengenalan dan restorasi yang cepat dari perfusi adalah kunci
pencegahan disfungsi organ multipel dan kematian.
2.Pada semua bentuk syok, manajemen jalan napas dan
pernapasan untuk memastikan oksigenasi pasien baik,
kemudian restorasi cepat dengan infus cairan.
3.Pilihan pertama adalah kristaloid (Ringer Lactate/Ringer
Asetat) disusul darah pada syok perdarahan. Kedaaan
hipovolemi diatasi dengan cairan koloid atau kristaloid
sekaligus memperbaiki keadaan asidosis.
4.Pengobatan syok sebelumnya didahului dengan penegakan
diagnosis etiologi. Diagnosis awal etiologi syok adalah
esensial, kemudian terapi selanjutnya tergantung etiologinya.
5.Tindakan invasif seperti intubasi endotrakeal dan
SYOK
(Kode ICPC-2/ICD-10 : K99/R57.9)

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


1 /2
RSUD DATU PANCAITANA
KABUPATEN BONE -
krikotiroidotomi atau trakeostomi dapat dilakukan hanya untuk
life saving oleh dokter yang kompeten.

Syok Hipovolemik
1. Infus cepat kristaloid untuk ekspansi volume intravaskuler
melalui kanula vena besar (dapat lebih satu tempat) atau
melalui vena sentral.
2.Pada perdarahan, maka dapat diberikan 3-4 kali dari jumlah
perdarahan. Setelah pemberian 3 liter disusul dengan transfusi
darah. Secara bersamaan sumber perdarahan harus dikontrol.
3.Resusitasi tidak komplit sampai serum laktat kembali normal.
Pasien syok hipovolemik berat dengan resusitasi cairan akan
terjadi penumpukan cairan di rongga ketiga.
4.Vasokonstriksi jarang diperlukan pada syok hipovolemik
murni.

Syok Obstruktif
1. Penyebab harus diidentifikasi dan segera dihilangkan.
2. Perikardiosintesis atau perikardiotomi untuk tamponade
jantung.
3. Dekompresi jarum atau pipa thoracostomyatau keduanya
pada tension pneumothorax.
4. Dukungan ventilasi dan jantung, mungkin trombolisis, dan
mungkin prosedur radiologi intervensional untuk emboli
paru.
5. Abdominal compartment syndrome diatasi dengan laparatomi
dekompresif.

Syok Kardiogenik
1. Optimalkan pra-beban dengan infus cairan.
2. Optimalkan kontraktilitas jantung dengan inotropik sesuai
keperlua, seimbangkan kebutuhan oksigen jantung. Selain itu,
dapat dipakai dobutamin atau obat vasoaktif lain.
3. Sesuaikan pasca-beban untuk memaksimalkan CO. Dapat
dipakai vasokonstriktor bila pasien hipotensi dengan SVR
rendah. Pasien syok kardiogenik mungkin membutuhkan
vasodilatasi untuk menurunkan SVR, tahanan pada luran
adarah dari jantung yang lemah. Obat yang dapat dipakai
adalah nitroprusside dan nitroglycerin.
4. Diberikan diuretik bila jantung dekompensasi.
5. PAC dianjurkan dipasang untuk penunjuk terapi.
6. Penyakit jantung yang mendasari harus diidentifikasi dan
diobati.

Syok Distributif
1. Pada SIRS dan sepsis, bila terjadi syok ini karena toksin atau
mediator penyebab vasodilatasi. Pengobatan berupa resusitasi
cairan segera dan setelah terkoreksi, dapat diberikan
vasopresor untuk mencapai MAP optimal. Sering terjadi
vasopresor dimulai sebelum pra-beban adekuat tercapai.
Perfusi jaringan dan oksigenasi sel tidak akan optimal kecuali
bila ada perbaikan pra-beban.
2. Obat yang dapat dipakai adalah dopamin, norepinefrin dan
vasopresin.
3. Dianjurkan pemasangan PAC.
SYOK
(Kode ICPC-2/ICD-10 : K99/R57.9)

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


1 /2
RSUD DATU PANCAITANA
KABUPATEN BONE -
4. Pengobatan kausal dari sepsis.

Syok Neurogenik
1. Setelah mengamankan jalan napas dan resusitasi cairan, guna
meningkatkan tonus vaskuler dan mencegah bradikardi
diberikan epinefrin.
2. Epinefrin berguna meningkatkan tonus vaskuler, tetapi akan
memperberat bradikardi sehingga dapat ditambahkan dpamin
dan efedrin. Agen anti-muskarinik atropin dan glikopirolat
juga dapat untuk mengatasi bradikardi.
3. Terapi definitif adalah stabilisasi medula sipnalis yang
terkena.
Keluarga perlu diberitahukan mengenai kemungkinan terburuk
Konseling & Edukasi yang dapat terjadi pada pasien dan pencegahan terjadinya
kondisi serupa.
Setela kegawatan pasien ditangani, pasien dirujuk ke
Kriteria Rujukan
pelayanan kesehatan sekunder.
1.Infus set
2.Oksigen
Peralatan 3.NaCl 0.9%
4.Senter
5.EKG
Prognosis suatu syok amat tergantung dari kecepatan diagnosis
Prognosis dan pengelolaannnya sehingga pada umumnya adala Dubia Ad
Bonam.
1.Karyadi, W. Update on Shock. Pertemuan Ilmiah Terpadu-1.
Surabaya : FK Universitas Airlangga. 6-7 Mei 2000. (Karyadi,
Referensi et al., 2000)
2.Rahardjo, E. Update on Shock. Pertemuan Ilmiah Terpadu-1.
Surabaya : FK Universitas Airlangga. 6-7 Mei 2000.

Anda mungkin juga menyukai