Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Komunikasi

MAKNA
ISSN : 2087-2461
Vol. 2 no. 2, Agustus 2011-Januari 2012
Perilaku Politik Legislator Perempuan Dalam Memper-
juangkan Kepentingan Perempuan
PENANGGUNG JAWAB
Rahmi Nuraini
Dekan FIKOM
rahmi_bigtree@yahoo.com 105 - 115
Evie Sofiati MI, M.I.Kom

Sekretaris Dekan Spasialisasi Surat Kabar Kedaulatan Rakyat


Dian Marhaeni K, M.Si Mochamad Gifari
emgifari@ymail.com 116 - 124
Ketua Penyunting
Made Dwi Adnjani, M.Si Barbie Sebagai Ikon Gaya Hidup Wanita Modern
Kheyene Molekandella Boer
Sekretaris delux_boer@yahoo.com 125 - 131
Mubarok, M.Si
Ruang Publik Alternatif dalam Cyber Space
Bendahara (Geliat Weblog sebagai Online Citizen Journalism)
Parwati, SH Filosa Gita Sukmono
filosa2009@gmail.com 132 - 139
Dewan Penyunting
Trimanah, M.Si Visit Kalbar 2010 : Program Pengelolaan Komunikasi
Edi Ismoyo, M.Si
Dalam Meningkatkan Pariwisata Daerah Kalimantan
Suharyoso, S.Sos
Barat
Seksi Usaha Niken Puspitasari
Endang Winarsih, S.Sos nikenpuspita@yahoo.com 140 - 164

Sirkulasi dan Distribusi Kompetensi Praktisi Pr Di Kota Semarang 2012 (Pada


Novi, S.Sos Badan Usaha Milik Negara)
Yanuar Luqman
Alamat Redaksi yanuar@undip.ac.id 165 - 174
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Pengadilan Opini Dan Efek Media Pada Perempuan
Sultan Agung Semarang Yang Telibat Kasus Hukum
Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Made Dwi Adnjani
Po. Box 1054/SM made@unissula.ac.id. 175 - 182
Semarang 50112
Telp. (024) 6583584 Media Dan Kekerasan Berlatar Agama
ext. 448/ 449 (Urgensi Praktek Jurnalisme Damai)
Fax. (024) 6582455 Mubarok
email : jurnalfikom@yahoo.co.id mubgabus@gmail.com 183 - 193

Sosialita di Era Internet


Muna Madrah
munamadrah@unissula.ac.id. 194 - 199

Fakultas Ilmu Komunikasi UNISSULA Semarang


Made dwi Adnjani Pengadilan Opini dan Efek Media Pada Perempuan
yang Terlibat Kasus Hukum
PENGADILAN OPINI DAN EFEK MEDIA PADA PEREMPUAN
YANG TELIBAT KASUS HUKUM

Oleh :
Made Dwi Adnjani
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Sultan Agung
made@unissula.ac.id.

Abstract :
The media is not a channel that is free. The news we read not only describe reality, but also the
construction of the media itself. Through various instruments they shall inherit it, the media
to form reality (eriyanto, 2009: 23). So, if any news that enumerates a particular group or
described by the image of a particular, reality an image of a kind of it is the result of news
sources ( communicator ) that using media to express his opinion. The ideology of the patriarch
as common ideology indonesian people bring the consequences on the position and the role of
women in the media, for however, the media did not walk in his social situation free of value
on the environment. That means that a medium must have orientation of faith values, cultural
awareness, professionalism and partiality, so when the figure was describing female criminal
agents will not escape of a men frame in viewing the offender criminal

Abstrak :
Media bukanlah tempat saluran yang bebas. Berita yang kita baca bukan hanya
menggambarkan realitas, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai
instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan
(Eriyanto, 2009: 23). Sehingga kalau ada berita yang menyebutkan kelompok tertentu atau
menggambarkan realitas dengan citra tertentu, gambaran semacam itu merupakan hasil dari
sumber berita (komunikator) yang menggunakan media untuk mengekspresikan pendapatnya.
Ideologi patriarki sebagai ideologi umum masyarakat Indonesia, membawa konsekuensi
pada posisi dan peran perempuan di media, sebab bagaimanapun media itu tidak hidup dalam
situasi bebas nilai terhadap lingkungan sosialnya. Artinya bahwa suatu media pasti memiliki
orientasi nilai keyakinan, kesadaran kultural, profesionalitas dan keberpihakan sehingga ketika
menggambarkan sosok perempuan pelaku kriminal pun tidak akan lepas dari bingkai laki-laki
dalam memandang pelaku kriminal perempuan tersebut.
Kata kunci : efek media, opini public, patriarki

Pendahuluan yang menghalangi kebenaran. (Littlejohn,


Media adalah jendela yang 2005:275).
memungkinkan kita untuk melihat sesuatu di Media sesungguhnya berada di tengah
luar lingkungan terdekat kita, media adalah realitas sosial yang sarat dengan berbagai
interpreter yang membantu kita memahami kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks
pengalaman, platform yang menyampaikan dan beragam. Media, dalam hubungannya
informasi, komunikasi interaktif yang meliputi dengan kekuasaan, menempati posisi
umpan balik khalayak, petunjuk yang member strategis, terutama karena anggapan akan
kita instruksi dan arah, filter yang menyaring kemampuannya sebagai sarana legitimasi.
bagian-bagian dari pengalaman, cermin yang Akan tetapi Antonio Gramsci melihat media
mencerminkan diri kita kembali, hambatan sebagai sebuah ruang dimana berbagai

Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 3 no. 2, Agustus 2012-Januari 2013 175
Made dwi Adnjani Pengadilan Opini dan Efek Media Pada Perempuan
yang Terlibat Kasus Hukum
ideologi direpresentasikan. Ini berarti di satu cerdas dengan pemahaman multi-disipliner.
sisi media bisa menjadi sarana penyebaran Angelina adalah pemenang kontes kecantikan
ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol yang mengharuskan dia memiliki 3 hal (yang
atas wacana publik. Namun di sisi lain, media katanya) sakral “brain, beauty, behavior”. Jadi,
bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan selain persoalan hukum yang membelitnya
(ideological state apparatus). Kesimpulannya saat ini oleh media cetak elektronik dengan
adalah media massa bukan sesuatu yang basis pemberitaan soal politik dan hukum,
bebas, independen, tetapi memiliki keterkaitan soal kehidupan pribadinya juga banyak
dengan realitas sosial karena ada berbagai diberitakan oleh awak media yang berbasis
kepentingan yang bermain dalam media pemberitaan kehidupan artis dan gaya hidup.
massa. (Eriyanto, 2009:24). Hal ini terjadi karena media tidak
Media mempunyai segala sumber daya terlepas dari berbagai kepentingan dan dengan
yang luar biasa yang perannya tidak dapat di mengetahui wilayah privat pesohor, akan
abaikan untuk menyebarkan dan memproduksi mengalihkan perhatian publik pada realitas
makna sosial. Melalui pemberitaan- kehidupan. Sebagai manusia biasa Angie
pemberitaannya, Media mampu menggiring pasti juga merasakan kegelisahan dan juga
masyarakat untuk membuat justifikasi massa keresahan atas berbagai macam pemberitaan
terhadap satu kasus atau seseorang. Kasus yang menyangkut dirinya. Hal ini sempat
dugaan Korupsi Wisma Atlet yang menjerat dituangkan dalam blog pribadinya beberapa
Puteri Indonesia 2004 Angelina Sondakh waktu yang lalu, berikut sepenggal keresahan
sempat ramai dibicarakan di berbagai forum. hati yang ditulis Angie :
Salah satu Topik yang paling banyak diangkat “Minggu, 05 Februari 2012
adalah mengenai sikap yang diambil oleh
Angie setelah resmi menjadi tersangka. Selain Dear Bloggers,
pertanyaan yang terus menyeruak terkait Februari… Bulan ini rupanya “agak”
kasus ini, sebagian masyarakat Indonesia banyak bercerita tentang diriku…
pastinya memiliki berbagai Opini mengenai Let’s move on lah dengan segala
kasus Angelina Sondakh dan arah “Mata kapasitasku… Biarlah aku menginjak
Rantainya”. Termasuk sikap dan arah langkah menyusuri kerikil ini mencapai tujuan
Mantan Puteri Indonesia ini setelah menjadi yang bersolek elok, berkilau dan
Tersangka. Kasus ini dianggap memiliki news teduh di ujung sana walaupun ku tak
value tinggi dalam konteks media massa di tahu kapan akan sampai kesana….
Indonesia. Yang kupercaya ada Allah SWT
Ini terjadi karena Angelina Sondakh mau ikut membimbingku kesana,
bukanlah politisi biasa. Angelina Patricia membekaliku dengan ketegaran,
Pingkan Sondakh atau dipanggil Angie, kesabaran dan keikhlasan… Amiin.
lahir di Australia, 28 Desember 1977,saat ini Semua ini milikNya, dan akan kembali
berusia 34 tahun adalah tersangka korupsi kepadanya. La Tahzan Angie…dalam
pembangunan Wisma Atlet di Palembang, kesulitan akan datang kemudahan,
Sumatera Selatan. Pengumuman sebagai begitu janjiNYA padaku.
tersangka disampaikan Ketua KPK Abraham Hmmm tapi kenapa terasa tak berhenti
Samad pada 3 Februari 2012 di Gedung KPK, ya Rabb? apakah aku begitu lemah
Jalan Kuningan, Jakarta Selatan. Sebelum dan kosong sehingga kertas ujian itu
memasuki panggung politik, namanya sudah hanya selalu dipenuhi soal-soal yang
terkenal sebagai salah satu perempuan cerdas tak kunjung benar jawabannya? atau
milik bangsa ini, dia juga mantan pemenang apakah aku terlalu kuat sehingga
salah satu kontes kecantikan terkenal negeri Engkau terus menunggu hasil-hasil
ini. Angelina Sondakh jelas perempuan jawabanku yang selalu istimewa?

176 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 3 no. 2, Agustus 2012-Januari 2013
Made dwi Adnjani Pengadilan Opini dan Efek Media Pada Perempuan
yang Terlibat Kasus Hukum
apapun itu semua adalah kuasaMu. untuk menawarkan layanan di mana beragam
PerintahMu yang kuingat adalah bagian informasi dibuat tersedia untuk
kertas ujian itu bukan untuk dirobek- anggota khalayak untuk dipilih berdasarkan
robek Angie…tetapi untuk kau kepentingan mereka. Konten berita seringkali
selesaikan! mudah usang dan tidak penting. Batasan
di mana berita memiliki efek tergantung
Kalau kita cermati isi curhat tersebut,
pada jangkauannya terhadap khalayak yang
sepertinya Angie memang cukup galau dengan
memperhatikan kontennya, memahami terjadi.
kasus yang tengah membelitnya. Namun disitu
serta mampu mengingat atau mengenalinya
juga tertuang kemantapan tekad untuk tegak
setelah peristiwa tersebut.
berdiri dan terus melaju menyusuri terpaan
badai yang tengah melandanya. Sementara jenis efek yang lain,
pemahaman dan ingatan tergantung pada
faktor pesan maupun pengirim dan juga faktor
Perumusan Masalah khalayak. Pesan berita dapat kurang lebih
Media mempunyai peranan penting relevan, menarik perhatian, atraktif dan dapat
dalam membentuk kenyataan sosial, karena dipahami. Sumber berita cenderung beragam
media bertugas untuk memilih dan menyajikan menurut kepercayaan dan kredibilitas yang
berita. Media massa ketika memproduksi mereka bangun di antara khalayak. Dari sisi
berita mampu untuk mengubah kemampuan khalayak, faktor utamanya adalah motivasi
kognitif, afektif dan konatif individu. Dengan umum untuk mengikuti berita, keakraban yang
kata lain dapat dikatakan bahwa sebuah realitas telah ada dengan topik, dan tingkat pendidikan
yang dibingkai oleh sebuah media massa secara umum.
memiliki efek pada individu sebagai audience Media kerap dituduh bias dalam
media. Akan tetapi sebuah media massa dapat memilih informasi untuk dipublikasikan atau
dipastikan mempunyai suatu ideologi (nilai- diseiarkan dan dalam pengolahan informasi
nilai kelompok) yang dipegang dan dijadikan mereka. Fakta peristiwa yang umumnya
sebagai sebuah pedoman (bingkai) untuk disajikan lewat bahasa berita dan bahasa
mengkonstruksikan realitas yang terjadi. Di bukanlah sesuatu yang bebas nilai. Memang
dalam membingkai sebuah realitas, sebuah persoalnnya adalah bahwa media tidak bisa
organisasi media massa mempunyai hak bersifat netral. Misalnya atribut, atribur tertentu
untuk memilih fakta dan kemudian menulis dari media dapat mengondisikan pesan-pesan
fakta tersebut (Eriyanto, 2009: 24). Namun yang dikomunikasi. Seperti yang dikatakan
yang menjadi masalah adalah ketika dalam oleh Marshal Mc Luhan,”the medium is the
membingkai realitas tersebut media lebih message”, medium itu sendiri merupakan
memfokuskan news value ke isu kehidupan pesan. “apa-apa yang dikatakan” ditentukan
pribadi serta pemproduksian stereotype secara mendalam oleh medianya. Terlebih lagi
dan labeling untuk seseorang. Sehingga jika disadari bahwa di balik pesan-pesan yang
permasalahan yang dirumuskan dalam disalurkan lewat media niscaya tersembunyi
tulisan ini adalah bagaimana efek media dan berbagai mitos. Dan mitos, sebagai system
pengadilan opini terhadap kasus Angelina signifikansi, mengandung muatan ideologis
Sondakh ?. yang berpihak kepada kepentinga mereka yag
berkuasa (Sobur, 2002: 34-37)
Pembahasan Dalam kasus Angie kita melihat
bahwa Angie adalah sosok yang sangat
Berita dan komunikasi politik secara popular ketika dia menjadi duta bangsa
umum membentuk wilayah komunikasi di melalui pemilihan putri Indonesia, beragam
mana media tradisional adalah yang paling aktivitas yang diikuti mengiringi langkahnya
terbuka terhadap kompetisi dan ditantang menuju panggung politik. Pada saat Angie

Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 3 no. 2, Agustus 2012-Januari 2013 177
Made dwi Adnjani Pengadilan Opini dan Efek Media Pada Perempuan
yang Terlibat Kasus Hukum
berhasil memenangi media sangat berperan kontroversial yang menimbulkan pendapat
dalam mengangkat nama besar Angie sebagai berbeda-beda (Sastropoetro, 1990: 41).
seorang putri yang memiliki kecerdasan, dan Opini timbul sebagai suatu jawaban terbuka
perilaku yang baik selain kecantikan yang terhadap suatu persoalan atau isu. Subyek dari
juga sangat memukau. Dalam setiap gerak suatu opini biasanya adalah masalah baru.
langkah Angie selalu disorot kamera dari sisi Opini berupa reaksi pertama dimana orang
positif dan itu pula yang membawa nama mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu
Angie ketika melangkah ke panggung politik yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan
sebagai politisi muda yang cerdas. Hubungan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-
asmaranya dengan Ajie Massaid yang saat itu unsur ini mendorong orang untuk saling
telah menjadi duda dengan dua putrid dari artis mempertahankannya (Djoenarsih, 1984: 31).
Reza Artamevia juga menjadi sorotan publik Sedangkan perkataan publik melukiskan
sebagai pasangan politisi muda yang memiliki sekelompok manusia yang berkumpul secara
kecerdasan tinggi. Mereka dianggap sebagai spontan yang memiliki syarat-syarat:
pasangan yang cocok karena yang pria tampan a. Dihadapi oleh suatu persoalan (issue)
dan wanitanya cantik. Apalagi ketika Angie
kemudian memutuskan untuk berpindah b. Berbeda pendapatnya mengenai persoalan
agama menjadi muslimah, membuat simpati ini dan berusaha untuk menanggulangi
public yang mayoritas Islam di negeri ini pun persoalannya.
memuji Angie sebagai wanita yang penuh c. Sebagai akibat keinginan mengadakan
hidayah dan baik hati. Opini yang ada pada diskusi dengan mencari jalan keluar
publik saat itu memberikan penilaian yang (Susanto, 1985: 47).
sangat positif pada Angie.
Disini publik masih merupakan
Namun ketika kasus korupsi membelit bentuk spontan yang tidak berbentuk, yang
Angie, saat ini media seolah memberikan tidak diorganisasikan. Pokok persoalan dari
stigma dan labeling serta stereotype perempuan pembentukan publik demikian ini adalah
yang tidak mencintai suami, pintar melobi bahwa mereka menghadapi persoalan, diikat
untuk tujuan pribadi dan lain sebagainya. (sementara) oleh persoalan yang minta
Secara mikro dan makro “label” akan pemecahan (Susanto, 1985: 48).
mempunya dampak. Dampak ini dapat berupa
Maka dapat disimpulkan bahwa opini
persepsi individu, cara mereka berinteraksi
publik atau dikenal dengan pendapat umum
dan cara masyarakat memperlakukanya.
adalah kesatuan pendapat yang muncul
Seringkali melalui media masyarakat tidak
dari sekelompok orang yang berkumpul
bisa lagi membedakan mana fakta dan
secara spontan, membicarakan issue yang
mana opini jurnalis. Kadangkala opini
kontroversial, mendiskusikannya dan
wartawan mendominasi sebuah pemberitaan
berusaha untuk mengatasinya. Ketika isu
yang menjadikan bobot pemberitaan tidak
atau opini itu keluar maka jelas sekali bahwa
seimbang. Syarat imparsialitas adalah
komunikasi yang dilakukan oleh komunikator
pemberitaan yang tidak memihak, yang bisa
melalui media menghasilkan efek dan efek
dilakukan dengan peliputan dari kedua belah
komunikasi massa inilah yang dikenal dengan
pihak. Pada kenyataanya pemberitaan yang
sebutan opini publik. Dan proses munculnya
sampai pada ruang publik melalui banyak
opini ini harus melalui beberapa tahap, yaitu;
tahapan, termasuk kebijakan redaksi tiap-tiap
efek kognitif, efek afektif, dan efek konatif.
media.
Efek kognitf berhubungan dengan
Opini adalah suatu ekspresi tentang
pikiran atau penalaran, sehingga khalayak
sikap mengenai suatu masalah yang bersifat
yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak
kontroversial. Opini tersebut timbul sebagai
mengerti menjadi mengerti, yang tadinya
hasil pembicaraan tentang masalah yang
bingung menjadi merasa jelas. Contoh pesan

178 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 3 no. 2, Agustus 2012-Januari 2013
Made dwi Adnjani Pengadilan Opini dan Efek Media Pada Perempuan
yang Terlibat Kasus Hukum
komunikasi melalui media massa yang bila perasaan tadi belum dinyatakan, maka ia
menimbulkan efek kognitif antara lain berita, masih merupakan attitude (sikap). Selanjutnya
tajuk rencana, artikel dan sebagainya. sebagai unsur ketiga disebutkan bahwa
Efek afektif berkaitan dengan diperlukan adanya issue atau masalah agar
perasaan. Akibat dari pemberitaan di media sesuatu dapat dinilai sebagai pendapat umum.
itu yang akhirnya menimbulkan perasaan Issue bahkan harus merupakan issue sosial
tertentu pada khalayak, dan perasaan ini (Susanto, 1985).
hanya bergejolak didalam hati saja. Dan yang Suatu pendapat akan menjadi issue
terakhir adalah efek konatif, dimana efek ini apabila ia mengandung unsur memungkinkan
berkaitan dengan niat, tekad, upaya, usaha pro dan kontra suatu pendapat tentang suatu
yang memiliki kecenderungan memunculkan kejadian yang telah dinyatakan. Dengan
sebuah tindakan atau kegiatan. sendirinya, pendapat memiliki obyek dan
Efek konatif tidak langsung muncul tujuan tertentu dan karena menggandung unsur
sebagai akibat terpaan media massa, pro dan kontra maka dengan demikian ia akan
melainkan harus melalui efek kognitf dan menimbulkan adanya pendapat baru yang
efek afektif terlebih dulu. Dan opini publik menyenangkan atau tidak baginya (Susanto,
merupakan hasil akhir dari proses tersebut 1985).
dan masuk pada efek konatif (Effendy, Untuk mengeksplorasi bagaimana
2003: 318-319). Jika kita lihat lebih dalam media merepresentasikan Angie dalam
lagi yang namanya opini publik itu sangat pemberitaannya melalui toeri representasi
berkaitan erat dengan sikap dari individu, baikmilik Stuart Hall (1997). Representasi adalah
secara pribadi maupun kelompok. Dan pada bagian terpenting dari proses dimana arti
dasarnya yang membentuk opini publik itu (meaning) diproduksi dan dipertukarkan antara
adalah sikap pribadi seseorang maupun sikap anggota kelompok dalam sebuah kebudayaan
kelompoknya, karena itu sikap akan ditentukan (culture). Representasi menghubungkan antara
oleh pengalaman individu dan kelompoknya. konsep (concept) dalam benak kita dengan
Leonard W. Doob merumuskan opini publik menggunakan bahasa yang memungkinkan
yang kompeten atau memenuhi syarat adalah: kita untuk mengartikan benda, orang atau
kejadian yang nyata (real) dan dunia imajinasi
1. Fakta yang dipakai sebagai titik tolak dari dari obyek, orang, benda dan kejadian yang
perumusan opini publik, diberi nilai baik tidak nyata (fictional).
oleh masyarakat luas.
Representasi menyangkut pembuatn
2. Dalam penggunaan fakta (atau keadaan makna. Apa yang direpresentasikan kepada
dimana suatu sikap justru diambil karena kita melalui media adalah makna-makan
tidak adanya fakta), orang sampai pada tentang dunia, bagaimana cara memandang
kesimpulan dan kesepakatan akan tindakan dunia. Represenntasi terutama terdapat dalam
yang harus diambil untuk memecahkan media visual, dikonstruksi dari sudut pandang
masalah (Susanto, 1985: 101). tertentu. Hall (1997) mendeskripsikan tiga
Doob menyebut pendapat harus pendekatan terhadap representasi. Pertama
dinyatakan sebagai actual publik opinion. adalah reflektif, yang berkaitan dengan
Pendapat harus dinyatakan sebelum dinilai pandangan atau makna tentang representasi
karena segala sesuatu yang belum melalui yang entah dimana ‘di luar sana’ dalam
proses komunikasi masih merupakan masyarakat social kita. Kedua, intensional,
proses yang ada pada diri seseorang. Dalam yang menaruh perhatian terhada pandangan
hubungannya dengan hal ini perlu diperhatikan kreatr/produser representasi tersebut. Ketiga,
pendapat Irish dan Protho mengenai pendapat konstruksionis, yang menaruh perhatian
yaitu, bahwa pernyataan yang telah mengalami terhadap bagaimana representasi dibuat
proses komunikasi disebut opinion sedangkan melalui bahasa, termasuk kode-kode visual
Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 3 no. 2, Agustus 2012-Januari 2013 179
Made dwi Adnjani Pengadilan Opini dan Efek Media Pada Perempuan
yang Terlibat Kasus Hukum
(Burton, 2008:136-137).
Jika dihubungkan dengan pembahasan
ini, maka media massa telah melakukan proses
representasi atas obyek yang ditampilkan di
dalam media dengan menggunakan alat yang
disebut bahasa (language). Bahasa sendiri
terdiri dari simbol dan sign ini yang bisa
diamati dari narasi, gambar, foto, karikatur,
dan lain-lain. Posisi suatu obyek akan bisa
diketahui dari analisis terhadap sign dan simbol Bila kita melihat pada sampul majalah
tersebut yang artinya kekerasan simbolik atau cover ini akan mengingatkan kita pada
yang berlangsung sangat halus dan di bawah aktris Sharon Stone dalam sebuah film “Basic
kesadaran objek penderita. Instinc” dalam film itu digambarkan bahwa
Sharon sebagai perempuan yang melakukan
Dalam pemberitaan label dilekatkan tindak kejahatan dengan kecantikan dan
dalam bahasa “text”, dan ketika label tersebut kemampuannya untuk merayu pria. Dengan
dilekatkan maka diskriminasipun terjadi. cover yang menggambarkan pose duduk, dan
Dalam hal ini stigma dan diskriminasi saling postur yang sedemikian mirip dapat dikatakan
berhubungan, menguatkan dan melegitimasi bahwa labelling telah dilakukan kepada
satu sama lain. Stigma adalah akar dari Angie sebagai perempuan pelaku kriminal
diskriminasi yang membuat orang bertindak yang pandai merayu pria. Apalagi dengan
terhadap orang lain yang dianggap berbeda. ditambah munculnya statement dari Elza
Keduanya saling menguatkan karena stigma Syarief pengacara kondang yang juga dalam
berada dalam pikiran, hati dan perkataan infotainment menyatakan bahwa hubungan
sedangkan diskriminasi adalah tindakan nyata Angie dan Adjie Massaid sebetulnya
terhadap orang yang di beri label. sudah lama tidak harmonis, dan sebelum
Daya tarik fisik perempuan sebenarnya meninggalnya Adjie, Angie telah berencana
sudah menjadi obyek dalam media seperti untuk menggungat cerai Angie. Bahkan ada
majalah wanta, iklan, tabloid, dan lain- media yang memberitakan bahwa seminggu
lain. Dalam pemberitaan perempuan pun setelah kematian Adjie justru Angie bernyanyi
diperlakukan sama dengan memunculkan ceria di karaoke. Dan hubungan asmaranya
konsep femmes fatales yaitu dengan juga tak lepas dari gencaran media massa,
menghubungkan pelaku dengan bentuk fisik yang pada awalnya mengarah pada kakak ipar
mereka menarik, namun kemudian diikuti Angie yang sangat antusias untuk membela
dengan fakta lain yang berseberangan, Angie ketika ada wartawan atau hubungan
misalnya cantik namun pembunuh berdarah asamaranya dengan pria yang juga penyidik
dingin, cantik tetapi tidak bermoral. Dalam KPK. Dari sinilah kemudian media seolah
cover majalah Tempo di bawah ini Angelina menggiring opini publik pada figur perempuan
Sondakh digambarkan sedang memegang yang tadinya cerdas, cantik dan berkepribadian
buah apel dengan judul “Apel Angie, Brankas menjadi sebaliknya.
Nazar” seperti digambarkan di bawah ini : Perlakuan yang sama terhadap
perempuan pelaku kejahatan dimana
media menfokuskan pada ketertarikan fisik
sebelumnya juga sudah dilakukan oleh
media di Inggris yaitu Daily Star. Dalam
artikel yang terbit pada tanggal 30 Juli 1997,
harian ini memajang foto Tracie Andrews –
pelaku pembunuhan kekasihnya Lee Harvey
– sebagai headline-nya. Foto pelaku yang
180 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 3 no. 2, Agustus 2012-Januari 2013
Made dwi Adnjani Pengadilan Opini dan Efek Media Pada Perempuan
yang Terlibat Kasus Hukum
memang memiliki fisik cantik, ternyata diberi Simpulan :
narasi sebagai berikut “Wajah yang Bisa Media bukanlah tempat saluran
Membunuh” (looks that could kill). Seolah yang bebas. Berita yang kita baca bukan
jika perempuan dan dia cantik maka dia tidak hanya menggambarkan realitas, tetapi juga
boleh membunuh, yang artinya memiliki konstruksi dari media itu sendiri. Lewat
kesalahan untuk yang kedua kalinya. Yaitu berbagai instrumen yang dimilikinya, media
pembunuhan itu sendiri dan kesalahan karena ikut membentuk realitas yang tersaji dalam
jenis kelamin dan keadaan fisiknya yang pemberitaan (Eriyanto, 2009: 23). Sehingga
secara budaya (kultural) seharusnya lembut, kalau ada berita yang menyebutkan kelompok
halus dan penyayang. tertentu atau menggambarkan realitas
Sayangnya gencarnya pemberitaan dengan citra tertentu, gambaran semacam
seringkali tidak memberikan kesempatan itu merupakan hasil dari sumber berita
bagi masyarakat untuk membedakan antara (komunikator) yang menggunakan media
kuasa teks itu sendiri dengan pengaruh kuasa untuk mengekspresikan pendapatnya.
struktur makro yang secara sengaja atau tidak Ideologi patriarki sebagai ideologi
sengaja merekonstruksi, merepresentasikan umum masyarakat Indonesia, membawa
dan memaknai teks tersebut. Media konsekuensi pada posisi dan peran perempuan
merupakan agen konstruksi sosial yang di media, sebab bagaimanapun media itu
mendefinisikan realitas. Media bukanlah tidak hidup dalam situasi bebas nilai terhadap
tempat saluran yang bebas. Berita yang kita lingkungan sosialnya. Artinya bahwa
baca bukan hanya menggambarkan realitas, suatu media pasti memiliki orientasi nilai
tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. keyakinan, kesadaran kultural, profesionalitas
Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, dan keberpihakan sehingga ketika meng-
media ikut membentuk realitas yang tersaji gambarkan sosok perempuan pelaku kriminal
dalam pemberitaan (Eriyanto, 2002: 23). pun tidak akan lepas dari bingkai laki-laki
Sehingga kalau ada berita yang menyebutkan dalam memandang pelaku kriminal perempuan
kelompok tertentu atau menggambarkan tersebut.
realitas dengan citra tertentu, gambaran
semacam itu merupakan hasil dari sumber Bahwasanya ada sederet panjang
berita (komunikator) yang menggunakan campur tangan sebelum pemberitaan itu
media untuk mengekspresikan pendapatnya. dapat disuguhkan ke masyarakat. Sehingga
seharusnya masyarakat dengan jernih pula
Para ahli feminisme yang meliputi dapat memilah dan melihat dan memutuskan
Heidensohn, Gelsthorpe & Morris, tindakan atas suatu pemberitaan dan
Howe, Lloyd, Lees (dalam Jewkes: 2005) memberikan opininya terhadap pemberitaan
berargumen, asumsi bias tentang perempuan yang dimuat di media.
dimana perempuan selalu dipojokkan dan
dipersalahkan disebabkan oleh fungsi ‘biologis’
(biological purpose) dan susunan psikologis
perempuan (psychological make up). Dalam
posisi ini, perempuan harus menghadapi dua
pengadilan sekaligus yaitu pengadilan hukum
kriminal (crime law) dan hukum alam (laws
of nature). Ann Lloyd dalam Jewkes (2005;
111) mengistilahkan keadaan wanita dianggap
sudah melakukan penyimpangan berlipat
(doubly deviant) dan mendapatkan kutukan
berlipat (doubly damned).

Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 3 no. 2, Agustus 2012-Januari 2013 181
Made dwi Adnjani Pengadilan Opini dan Efek Media Pada Perempuan
yang Terlibat Kasus Hukum
Daftar Pustaka : Sastropoetro, Santoso. (1990), Pendapat
Umum dan Pendapat Khalayak dalam
Burton, Graeme, 2008. Media dan Budaya Komunikasi. Bandung PT. Remaja
Populer. Yogyakarta. Jalasutra. Rosdakarya.
Effendy,Onong Uchjana. (2003). Ilmu Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media: Suatu
Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan Pengantar Untuk Analisis Wacana,
kesembilanbelas. Bandung. PT Remaja Analisis Semiotik dan Analisis Framing.
Rosdakarya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Eriyanto. (2009). Analisis Framing: Sunarjo, Djoenaesih.S. (1987) Opini Publik,
Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Cetakan Pertama. Yogyakarta. Penerbit
Yogyakarta :LKIS. Liberty Offset.
Jvonne, Jewkes. (2005). Media & Crime. Susanto, Astrid. (1985). Pengantar Sosiologi
London and New Delhi: Sage dan Perubahan Sosial. Jakarta. Bina
Publication, London. Cipta.
Littlejohn, Stephen W and Karen A. Foss. 2005.
Theories of Human Communication
English Edition. Wadsworth Publishing
Company, Canada

182 Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 3 no. 2, Agustus 2012-Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai