Anda di halaman 1dari 3

BRAND POSITIONING

Penentuan posisi merek mengacu pada cara perusahaan menampilkan dirinya kepada
audiens targetnya untuk membedakan dirinya dari pesaing. Ini melibatkan penciptaan citra unik
dan proposisi nilai yang beresonansi dengan pelanggan. Louis Vuitton telah memposisikan
dirinya sebagai merek fesyen mewah yang menawarkan produk berkualitas tinggi dengan fokus
pada keahlian, inovasi, dan eksklusivitas.

BRAND PERSONALITY
LV menciptakan kepribadian merek louis vuitton yang inovatif, elegan dan praktis
modern dengan kualitas. Warisan. LV berasal dari Paris, sejak 1854. Kepribadian. LV itu
Elegan, Praktis, Prestise, Mewah, Diinginkan, Bergaya, Nilai-untuk-uang, Berkualitas Tinggi
dan Abadi.

BRAND PROMISE
Oleh karena itu, tujuan merek yang kami pilih adalah sebagai berikut: “L.V the Truth”
adalah slogan abstrak yang masih relatif lurus ke depan dan mudah diinterpretasikan dalam
berbagai cara, tergantung pada nilai konsumen yang berbeda terhadap LV sebagai merek
mewah.

BRAND STORY
Pada tahun 1854, seorang Prancis bernama Louis Vuitton memulai sebuah perusahaan
koper yang dinamai menurut namanya sendiri. Namun, baru pada tahun 1858, Vuitton
merancang gaya koper yang benar-benar menempatkan merek tersebut di peta. Pada saat itu,
sebagian besar koper yang ada di pasaran adalah koper dengan bagian atas bulat yang
dirancang terutama untuk meningkatkan limpasan air. Louis Vuitton, bagaimanapun,
memutuskan untuk memperkenalkan bagasi atas datar yang akan lebih mudah untuk ditumpuk
dan disimpan selama perjalanan.
Selama beberapa tahun, Louis Vuitton menjual koper merek barunya terutama di
pameran dagang di seluruh Eropa. Namun, pada tahun 1885, merek Louis Vuitton membuka
toko pertamanya di London, Inggris. Tujuh tahun kemudian, pada tahun 1892, Louis Vuitton
meninggal dunia, dan kepemilikan perusahaan diserahkan kepada putranya, Georges Vuitton.
Setelah kematian ayahnya, Georges menempatkan dirinya pada misi untuk
mengembangkan merek Louis Vuitton menjadi perusahaan yang mendunia. Dia memamerkan
produk perusahaan di Pameran Dunia Chicago pada tahun 1893 dan, pada tahun 1896,
meluncurkan Kanvas Monogram khas Louis Vuitton dan mendapatkan hak paten di seluruh
dunia.
Sebelum paten ini diamankan, pemalsuan adalah masalah besar bagi Louis Vuitton.
Namun, setelah perusahaan mulai menggunakan Kanvas Monogram yang dipatenkan pada
semua produknya, masalah itu menjadi jauh lebih sedikit.
Pada tahun 1913, Louis Vuitton telah membuka Gedung Louis Vuitton di Paris. Saat itu,
toko ini merupakan toko barang perjalanan terbesar di dunia. Georges juga membuka toko
Louis Vuitton lainnya di New York, London, Alexandria, Washington, Buenos Aires, dan
Bombay.

TARGET AUDIENCE PERSONALITY


Jadi siapa sebenarnya target audiens Louis Vuitton? Jawaban singkatnya adalah: orang-
orang kaya yang rela menghabiskan banyak uang untuk membeli barang-barang mewah.
Lebih khusus lagi, Louis Vuitton Menargetkan individu yang menghargai kualitas dan
eksklusivitas daripada keterjangkauan. Ini termasuk individu dengan kekayaan bersih sangat
tinggi (UHNWI), selebritas, dan konsumen kaya lainnya.
Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun produk Louis Vuitton mahal, produk
tersebut juga dipandang sebagai investasi. Banyak orang melihatnya sebagai barang yang akan
mempertahankan nilainya dari waktu ke waktu atau bahkan menghargai nilainya. Akibatnya,
beberapa pembeli mungkin bersedia membelanjakan lebih banyak untuk produk Louis Vuitton
daripada barang mewah lainnya.

PAINT POINTS
Brand fashion high end Louis Vuitton ikut diperbincangkan terkait ancaman boikot
produk-produk Prancis. Seruan ini menggema di media sosial setelah Presiden Turki Erdogan
meminta pada rakyatnya untuk stop membeli produk - produk dari Prancis.
"Aku menyerukan pada masyarakat, jangan pernah memberikan kredit untuk barang berlabel
Prancis, jangan membelinya," begitu kata Presiden Erdogan.
Seruan Presiden Erdogan ini langsung menggema di media sosial dan negara-negara
Islam. Seperti dikutip dari WWD, Universitas Qatar, kampus pemerintahan, beberapa hari lalu
dilaporkan menunda penyelenggaraan French Culture Week. Beberapa grup perdagangan Arab
sudah menarik produk-produk Prancis dari rak-rak mereka. Dan menurut WWD, industri
barang mewah, kosmetik serta makanan yang diprediksi akan terkena dampaknya. Dan Hashtag
#BoycottFranceProducts #BoycottFrance ramai di media sosial dengan foto sederet logo brand
Prancis yang diserukan diboikot.

Anda mungkin juga menyukai