Anda di halaman 1dari 7

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING (BK)

Uman Suherman yang dikutip oleh Sudrajat (2008) mengemukakan sepuluh fungsi bimbingan
dan konseling, yaitu:
Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya
atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat
mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam
proses perkembangannya. Sekalipun fungsi pencegahan ini memiliki nilai yang strategis, akan
tetapi program bimbingan yang secara khusus mengarah pada fungsi ini masih sangat jarang
dilakukan secara khusus. Di sekolah, pelayanan bimbingan konseling sering disalahartikan, yaitu
ditujukan hanya untuk menangani anak-anak yang suka mengganggu teman, bolos, malas belajar,
dsb. Padahal pelayanan bimbingan konseling ditujukan untuk semua anak, termasuk anak-anak
yang biasa saja. Bagi mereka, pelayanan bimbingan tentu bersifat pencegahan, agar mereka
terhindar dari prilaku yang dapat menghambat pencapaian prestasi belajar yang optimal. Jika
kekeliruan ini tidak segera dibenahi, maka kesan bahwa bimbingan hanya menangani anak-anak
yang ”bermasalah,” akan terus berlanjut.

1. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya
atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan
dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian
tertentu dalam proses perkembangannya. Sekalipun fungsi pencegahan ini memiliki nilai yang
strategis, akan tetapi program bimbingan yang secara khusus mengarah pada fungsi ini masih
sangat jarang dilakukan secara khusus. Di sekolah, pelayanan bimbingan konseling sering
disalahartikan, yaitu ditujukan hanya untuk menangani anak-anak yang suka mengganggu
teman, bolos, malas belajar, dsb. Padahal pelayanan bimbingan konseling ditujukan untuk
semua anak, termasuk anak-anak yang biasa saja. Bagi mereka, pelayanan bimbingan tentu
bersifat pencegahan, agar mereka terhindar dari prilaku yang dapat menghambat pencapaian
prestasi belajar yang optimal. Jika kekeliruan ini tidak segera dibenahi, maka kesan bahwa
bimbingan hanya menangani anak-anak yang ”bermasalah,” akan terus berlanjut.
2. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki
pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya sendiri (pendidikan, pekerjaan,
dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan
potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis
dan konstruktif.

3. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya,
supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada
konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya.

4. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari
fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel sekolah atau
madrasah lainnya secara bersinergi bergerak sebagai teamwork atau berkolaborasi, dsb.

5. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah,
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier.

6. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih
kegiatan ekstrakurikuler, jurusan, atau program studi, dan memantapkan penguasaan karier atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam
melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam
maupun di luar lembaga pendidikan.

7. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah atau
madrasah dan staf, konselor, serta guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar
belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan
informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing atau konselor dapat membantu para
guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi
sekolah atau madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan
pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseling.
8. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar
dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis.

9. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga
dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak (berkehendak).

10. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.

11. Fungsi Pemelpiharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam
dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan
menyebabkan penurunan produktivitas diri (Kamaluddin, 2011).

Fungsi yang dikemukakan di atas dapat disingkat sebagai berikut, yaitu (1) fungsi
pemahaman, yaitu fungsi membantu peserta memahami diri dan lingkungan, (2) fungsi pencegahan,
yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindari diri dari berbagai
permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya, (3) fungsi pengentasan, yaitu fungsi
untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang di dalamnya, (4) fungsi pemeliharaan dan
pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuh-
kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya, (5) fungsi advokasi, yaitu fungsi
untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang
kurang mendapat perhatian.
(Sumber : https://www.languafie.com/pengertian-fungsi-tujuan-bk/)

ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING

1. Asas Kerahasiaan
Merupakan asas yang memberikan panduan untuk merahasiakan data konseli (orang yang
berkonsultasi), yang mana data-data dari klien tidak boleh disebarluaskan, apalagi menjualnya
untuk keuntungan pribadi.
Sebagaimana yang kita tahu bahwa aktivitas bimbingan dan konseling terkadang
menyampaikan hal yang sangat pribadi serta rahasia. Oleh sebab itu, seorang konselor wajib
untuk menjaga dan merahasiakan data.

Contoh asas kerahasiaan:


Anak bernama A berkonsultasi kepada Z, disana A menceritakan data-data pribadi yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Seperti, si A menceritakan bahwa ia mempunyai
kelainan ditubuh yang membuatnya tidak percaya diri.
Jadi, si Z (konselor) harus menjaga kerahasiaan data tersebut supaya tidak tersebar dan
diketahui orang banyak. Apabila si Z dengan sengaja menceritakan masalah tersebut akan
berakibat pada terganggunya si A karena bisa jadi ia semakin malu dan tidak percaya diri

2. Asas Kesukarelaan
Hal ini berkaitan dengan kesukarelaan atau kesukaan klien dalam mengikuti dan
menjalani layanan yang dibutuhkan untuk dirinya. Selanjutnya, konselor wajib untuk membina
dan juga mengembangkan kesukarelaan tersebut.

Contoh asas kesukarelaan:


Seorang siswa selalu bolos pada mata pelajaran fisika biologi karena dirinya tidak suka
dengan mata pelajaran tersebut. Sebagai konselor harus punya tanggungjawab agar siswa
tersebut menjadi suka dengan cara membina dan mengembangkannya, bukan dengan memaksa.

3. Asas Keterbukaan
Keterbukaan adalah suatu kondisi yang diharapkan dapat mendapatkan keterangan yang
valid dari klien mengenai permasalahan yang sedang dihadapi.
Asas ini bertujuan untuk mendapatkan data yang benar-benar lengkap dan akurat agar
solusi dari permasalahan bisa dibuat dengan tepat juga. Keterbukaan disini dapat ditinjau dari 2
arah, dari sisi konseli harus terbuka dan tidak berbohong. Sementara itu, keduanya juga harus
sama bisa menerima saran dan masukan dari pihak luar.
Contoh asas keterbukaan:
Jika ada klien yang mempunyai sifat tertutup dan sulit untuk menceritakan permasalahan
yang dialami, maka konselor harus mengubah klien tersebut agar bisa terbuka mengenai
dirinya.

4. Asas Kekinian
Asas bimbingan konseling yang selanjutnya berkaitan dengan penyesuaian zaman
sekarang agar tidak terlalu larut dalam permasalahan. Meskipun dalam bimbingan dan
konseling sendiri menjangkau dimensi yang luas, yaitu masa lalu, masa sekarang dan juga masa
depan.

Contoh asas kekinian:


Jika klien mempunyai permasalahan, sebaiknya konselor tidak memfokuskan pada
permasalahan yang telah dihadapi, tetapi lebih kepada memantau perkembangan dari hari ke
hari, baik secara fisik maupun batin.

5. Asas Kemandirian
Asas ini merupakan asas-asas bimbingan konseling yang berhubungan dengan siswa
dengan tujuan untuk menjadikan klien menjadi individu yang mandiri serta menerima dan
mengenal dirinya sendiri dengan baik. Selain itu, menerima mengenal lingkungannya juga
menjadi poin yang penting.

Contoh asas kemandirian:


Ada klien yang mempunyai kekurangan secara fisik dan dia bercerita ingin mengakhiri
hidupnya. Langkah yang bisa diambil oleh konselor adalah menumbuhkan rasa semangat dan
rasa menerima kekurangan diri sendiri. Sehingga rasa putus asa bisa hilang.

6. Asas Kegiatan
Merupakan asas yang menuntut agar klien atau peserta didik mengikuti kegiatan secara
aktif yang sudah ditentukan oleh BK. Kegiatan tersebut berguna untuk meningkatkan
kemampuan klien agar semakin lebih baik lagi.
Asas ini berdasarkan pola konseling "multidimensional" yang artinya dalam proses
bimbingan dan konseling tidak hanya mengandalkan transaksi verbal. Namun, juga
menerapkan kegiatan dari hasil bimbingan dan konseling tersebut.

Contoh asas kegiatan:


BK harus membuat kegiatan semacam MOS (masa orientasi sekolah) agar peserta didik
bisa mengenal lingkungan. Dalam kegiatan MOS juga terdapat permainan teka teki mos yang
bertujuan untuk membuat akrab antara semua orang.

7. Asas Kedinamisan
Hal ini berkaitan dengan cara konselor dalam memberikan layanan bagi klien yang
hendaknya tidak monoton dan selalu bergerak maju. Kedinamisan ini sangat penting karena
penyesuaian terhadap klien menjadi salah satu cara untuk merubahnya kearah yang baik.

Contoh asas kedinamisan:


Permasalahan yang semakin kompleks harus bisa ditangani oleh konselor dengan baik,
misalnya kenakalan remaja dan kecanduan game.

8. Asas Keterpaduan
Merupakan asas yang berkaitan kerjasama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Diperlukan kerjasama agar proses bimbingan dan konseling memberikan
pemahaman baru dan menambah wawasan bagi klien.

Contoh asas keterpaduan:


Konselor melakukan kerjasama dengan psikolog dan mengundangnya ke sekolah untuk
menyampaikan materi agar pemahaman siswa bertambah

9. Asas Kenormatifan
Dalam proses bimbingan dan konseling harus sesuai dengan aturan norma yang berlaku.
Hal ini untuk menjaga keharmonisan dan kenyamanan antara konseli dan konselor. 
Selain itu, pentingnya asas bimbingan konseling ini adalah untuk menghindari suatu
tindakan yang tidak baik dan tidak sesuai dengan kaidah yang ada.

Contoh asas kenormatifan:


Seorang konselor harus menjalankan tugasnya sesuai dengan norma yang berlaku, baik
norma agama, norma sosial sampai norma hukum.

10. Asas Keahlian


Berkaitan dengan kualifikasi dari konselor yaitu harus cakap dalam bidangnya. Dalam
menjalan tugas sebagai konselor tidak boleh sembarangan karena menyangkut hubungan
dengan orang yang mempunyai masalah.
Jika tidak ditangani oleh ahlinya, dikhawatirkan permasalahan yang dihadapi klien tidak
selesai malahan akan menjadi semakin buruk.

Contoh asas keahlian:


Ketika konselor didatangi oleh konseli harus bersikap profesional agar solusi yang
diberikan sesuai dengan permasalahan.

11. Asas Alih tangan


Asas ini berhubungan juga dengan kerjasama pihak lain. Akan tetapi dalam asas alih
tangan ini dilakukan jika konselor sudah memberikan pelayanan dan solusi yang baik tetapi
klien tidak menjadi seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, klien tersebut akan diberikan
kepada pihak yang lebih ahli.

Contoh asas alih tangan:


Seorang siswa mengalami depresi karena permasalahan dalam keluarga. Dalam kasus ini,
konselor bisa bekerjasama dengan pihak yang berkompeten untuk menangani masalah tersebut.

(https://www.mingseli.id/2021/06/asas-bimbingan-konseling.html)

Anda mungkin juga menyukai