Anda di halaman 1dari 5

Perkuat Kapabilitas Manusia untuk Hadapi Perkembangan Teknologi

Penguatan kapabilitas di bidang teknologi sangat penting dilakukan sejak pendidikan dasar. Sebab,
sekarang masih banyak anak-anak memiliki kemampuan yang lemah dalam menakar berbagai
permasalahan.

Oleh PRADIPTA PANDU

Kompas, 27 Juni 2023 20:04 WIB

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Pengajar senior Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
Meuthia Ganie-Rochman, cendekiawan Yudi Latif, dan Wakil Redaktur Pelaksana
Harian Kompas Tomy Trinugroho sebagai moderator (dari kiri ke kanan) menjadi narasumber dalam
webinar bertajuk ”Kemajuan Teknologi, Humanisasi, atau Dehumanisasi?” di Kantor Redaksi
Harian Kompas, Jakarta, Selasa (27/6/2023). Selain mereka hadir juga pembicara lain secara daring,
yaitu Anggy Eka Pratiwi, kandidat doktor Department of Computer Science and Engineering Indian
Institute of Technology Jodhpur-Rajasthan India. Webinar ini dalam rangkaian perayaan HUT Ke-58
Harian Kompas.

JAKARTA, KOMPAS — Manusia perlu terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya untuk
menghadapi kemajuan teknologi yang terus berkembang agar tidak terseret dalam dampak yang
negatif. Peningkatan kapabilitas ini harus ditanamkan sejak pendidikan dasar.

Hal tersebut mengemuka dalam webinar bertajuk ”Kemajuan Teknologi, Humanisasi, atau
Dehumanisasi?” di Menara Kompas, Jakarta, Selasa (27/6/2023). Webinar yang dimoderatori Wakil
Redaktur Pelaksana Harian Kompas Antonius Tomy Trinugroho tersebut merupakan salah satu acara
dalam rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-58 Harian Kompas.
Turut hadir sebagai narasumber anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) sekaligus
penerima Cendekiawan Berdedikasi Kompas 2015, Yudi Latif; pengajar senior Departemen Sosiologi
Universitas Indonesia sekaligus penerima Cendekiawan Berdedikasi Kompas 2022, Meuthia Ganie
Rochman; dan Kandidat Doktor Department of Computer Science and Engineering Indian Institute of
Technology Jodhpur India, Anggy Eka Pratiwi.

Yudi Latif menyampaikan, teknologi selalu memiliki sisi positif dan negatif. Kemajuan teknologi ini
juga dianggap menjadi bagian dari kekuatan kapital untuk mengendalikan masyarakat. Sebab,
kemajuan teknologi sekarang telah mampu merekam dan mendeteksi semua aktivitas manusia
sehingga aspek privasi akan menghadapi tantangan serius.

”Teknologi bila digunakan dengan baik bisa juga menjadi wahana agar sumber daya terdistribusi lebih
baik dan terakses lebih murah serta mendemokratisasikan berbagai oportunity. Jalan ke arah ini
sekarang sudah mulai muncul yang ditandai dengan berbagai platform digital yang bisa diakses
banyak orang secara murah dan gratis,” ujarnya.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Pengajar senior Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
Meuthia Ganie-Rochman dan cendekiawan Yudi Latif (kanan) menjadi narasumber dalam webinar
bertajuk ”Kemajuan Teknologi, Humanisasi, atau Dehumanisasi?” di Kantor Redaksi
Harian Kompas, Jakarta, Selasa (27/6/2023).

Menurut Yudi, semua pihak seharusnya tidak perlu mengalami kecemasan yang berlebihan terhadap
perkembangan teknologi apabila mampu membangun kehidupan yang humanis. Hal ini karena
disrupsi, termasuk di dalamnya perkembangan teknologi, telah terjadi dalam sejarah peradaban
manusia sejak ratusan ribu tahun yang lalu.
Pada akhirnya, kata Yudi, buruk tidaknya kemajuan teknologi saat ini ataupun ke depan sangat
bergantung terhadap aspek dan kesiapan manusia. Oleh karena itu, manusia perlu menyiapkan
kapabilitas dasar dan keberfungsian dari kemampuan tersebut.

Disrupsi, termasuk di dalamnya perkembangan teknologi, telah terjadi dalam sejarah peradaban
manusia sejak ratusan ribu tahun yang lalu.

”Anak-anak generasi saat ini tentu harus dibekali dengan kemampuan untuk menggunakan teknologi
baru. Institusi pendidikan harus memberikan kapasitas dasar agar manusia hari ini memiliki
kemampuan untuk menggunakan instrumen tersebut secara efektif,” ucapnya.

Meski demikian, kemampuan atau kapabilitas yang harus dikembangkan tidak hanya bertujuan untuk
membuat manusia mampu menguasai teknologi. Di sisi lain, kemampuan tersebut perlu diiringi
dengan kesadaran terkait dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi di masyarakat, dan mengembangkan kolaborasi yang lebih luas.

Baca juga: Beradaptasi dan Berkolaborasi Menghadapi Kemajuan Teknologi

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Pemanfaatan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), ChatGPT, di sebuah


kantor di Jakarta, Selasa (7/3/2023). ChatGPT adalah chatbot AI berupa model bahasa generatif yang
menggunakan teknologi transformer untuk memprediksi probabilitas kalimat atau kata berikutnya
dalam suatu percakapan ataupun perintah teks.

Yudi memandang penguatan kapabilitas di bidang teknologi ini sangat penting dilakukan sejak
pendidikan dasar karena banyak anak-anak masih memiliki kemampuan yang lemah dalam menakar
berbagai permasalahan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya aksi-aksi di luar batas di media sosial
yang hanya mengedepankan viralitas dan tidak mempertimbangkan risiko atau dampak yang
ditimbulkan dari aksi tersebut.
”Cara berartikulasi, mengargumentasikan, dan aritmatika sebagai keahlian harus selesai di tingkat
pendidikan dasar. Kemudian semua aspek ini harus dilandasi dengan karakter seperti nilai etika,
konektivitas, dan berempati kepada yang lain,” ujarnya.

Kontrol sosial

Meuthia Ganie mengatakan, dampak dari perkembangan dan kemajuan teknologi sangat bergantung
terhadap lingkungan ataupun situasi sosial di masyarakat. Dalam era perkembangan teknologi saat
ini juga perlu prinsip dan norma yang harus dihasilkan secara terus-menerus guna mengimbangi
kekuatan dari perusahaan teknologi.

”Mayoritas ahli seperti sudah sepakat untuk menghentikan terlebih dahulu kemajuan teknologi. Saya
percaya teknologi sekarang memiliki karakter yang berbeda karena dampaknya tergantung dari
bentuk kontrol terhadap teknologi tersebut. Kemampuan ini penting karena pembuat teknologi bisa
jadi juga tidak bisa mengontrol prosesnya,” katanya.

Meuthia juga menekankan bahwa semua aspek kehidupan saat ini tidak bisa terus mengandalkan
teknologi termasuk kecerdasan buatan (AI). Sebab, penggunaan AI secara luas dapat menciptakan
ekosistem dalam pikiran manusia. Pada akhirnya, sistem digital tersebut akan dianggap benardan
menghilangkan sikap kritis manusia.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Anggy Eka Pratiwi, kandidat doktor Department of Computer Science and Engineering Indian
Institute of Technology Jodhpur-Rajasthan India, menjadi narasumber secara daring dalam webinar
bertajuk ”Kemajuan Teknologi, Humanisasi, atau Dehumanisasi?” di Kantor Redaksi Harian Kompas,
Jakarta, Selasa (27/6/2023).
Sebagai upaya merumuskan kemanusiaan dalam konteks AI, Meuthia menilai perlu adanya kontrol
dalam kriteria dan pemanfaatan. Sebagai contoh, kontrol tersebut dapat dilakukan untuk
penggunaan data kesehatan, imigrasi, dan keterampilan pekerja.

Baca juga: Tenaga Pendidik Dituntut Beradaptasi dengan Kemajuan Teknologi

Anggy Eka memandang, setiap pengembang memang harus menetapkan kriteria terkait seberapa
penting teknologi tersebut terhadap berbagai aktivitas manusia. Setiap pengembang juga perlu
menjalin kerja sama dengan berbagai pakar agar teknologi yang dibuat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.

”Programmer atau start up pemula jarang sekali melihat dari sisi kebutuhan masyarakat. Oleh karena
itu, pengembang teknologi sekarang sudah mulai bekerja sama dengan pihak multidisiplin agar
teknologi tersebut bisa digunakan dengan nyaman oleh masyarakat,” ujarnya.

Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/06/27/perkuat-kapabilitas-manusia-untuk-hadapi-
perkembangan-teknologi

Anda mungkin juga menyukai