Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

PENERAPAN NILAI-NILAI SILA PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA


TERHADAP RELASI MANUSIA DENGAN PERKEMBANGAN ARTIFICIAL
INTELLIGENCE
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila
Dosen Pengampu: Dr. George Towar Ikbal Tawakkal, S. IP., M. Si.
KELAS B8M

KELOMPOK 11
Disusun Oleh:
Auggrand Rigodman Orsan (235020407111040)
Aisha Humaira (235020407111042)
Abdul Faqih (235020407111044)
Aiman Destra Jurban (235020407111047)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Artificial intelligence (AI) pada dasarnya adalah sebuah rancangan program yang
memungkinkan komputer melakukan suatu tugas atau mengambil keputusan dengan meniru suatu
cara berpikir dan penalaran manusia. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu
mesin (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia.
Adapun ciri khas manusia terlihat mulai kabur seiring dengan semakin cerdasnya teknologi
AI. Pada tahun 2019, para ilmuwan di Universitas Columbia menemukan bahwa beberapa
teknologi AI telah memiliki kesadaran diri (Bodkin, 2019). Temuan ini tentunya menjadi sebuah
terobosan terhadap kepercayaan lama terkait monopoli manusia atas self-consciousness. Pudarnya
garis yang menjadi titik batas antara manusia dan mesin bukan lagi menjadi sebuah kemungkinan
di masa mendatang; prosesnya bahkan sudah jelas terlihat di era sekarang (Al-Amoudi, 2022).
Sebagai contoh, beberapa proses demokrasi besar, termasuk pemilihan presiden di Amerika
Serikat atau keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa, dipengaruhi oleh bot berteknologi AI
dengan kemampuan untuk menulis opini politik yang benar-benar bisa mengubah persepsi
masyarakat (Islam, 2021). AI semakin terintegrasi dalam setiap lini kehidupan manusia;
membantu proses pengambilan keputusan dari hal-hal sederhana, seperti ingin mendengarkan lagu
apa, hingga ke level strategis di berbagai perusahaan dan pemerintahan. Keberadaan AI lambat
laun mulai membentuk perilaku masyarakat dan fenomena ini tentunya tidak hanya membuat
manusia semakin mempertanyakan esensi kemanusiaanya. Dalam jangka panjang, dengan laju
yang sedemikian cepat, teknologi AI berpotensi untuk mendehumanisasi penciptanya.
Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence bisa membawa manfaat besar di
banyak bidang, tetapi belum ada pagar etis sehingga berpotensi mereproduksi bias dan
diskriminasi di dunia nyata. Pancasila sebagai dasar negara bisa menjadi dasar filosofis untuk
prinsip etika dan pembuatan regulasi penggunaan AI di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja bahaya dari penggunaan artificial intelligence jika tidak dilandaskan etika dan
moral?
2. Apa nilai yang terkandung dalam sila Pancasila yang dapat dijadikan landasan etika dan
moral dalam penggunaan artificial intelligence?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa saja ancaman yang dapat terjadi dari penggunaan artificial intelligence
jika tidak dilandaskan etika dan moral.
2. Mengetahui nilai sila Pancasila yang dapat dijadikan landasan etika dan moral dalam
penggunaan artificial intelligence.
BAB 2
PEMBAHASAN

Perkembangan AI yang semakin canggih dan luas dapat memberikan dampak positif
maupun negatif terhadap nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat. Salah satu tantangan
terbesar yang dihadapi manusia dalam berinteraksi dengan AI adalah bagaimana menjaga nilai-
nilai moral, etika, dan humanis yang menjadi dasar kehidupan bersama. Perkembangan AI dapat
mendukung nilai ini dengan membantu manusia dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada
Tuhan, serta meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang agama dan kepercayaan.
Diantaranya menggunakan sosial media atau komunitas yang menerapkan fitur - fitur seperti
seperti moderasi konten, deteksi spam, analisis jaringan, dan lain-lain sehingga dapat memberikan
ruang atau kesempatan untuk berbagi atau berdiskusi tentang agama dan kepercayaan. Dengan
begitu, AI dapat menjadi pendukung nilai kemanusiaan dengan memberikan informasi atau
fasilitas yang dapat membantu manusia dalam berbagai aspek kehidupan, seperti kesehatan,
pendidikan, dan kebutuhan dasar lainnya. Dari segi pendidikan dan pembelajaran pun, dengan
bantuan teknologi masyarakat lebih mudah mendapatkan layanan bimbingan, bantuan, penilaian,
dan personalisasi pembelajaran, serta memberikan akses dan kesempatan untuk belajar berbagai
bidang ilmu dan keterampilan. Meskipun begitu, AI dapat menjadi ancaman nilai kemanusiaan
dengan memberikan informasi atau fasilitas yang dapat merugikan atau merendahkan manusia,
baik secara individu maupun kolektif, serta melakukan diskriminasi, penipuan, atau pelanggaran
hak asasi manusia. AI dapat melakukan diskriminasi terhadap manusia, dengan memberikan
layanan yang membeda-bedakan atau memihak kepada kelompok atau individu tertentu
berdasarkan karakteristik atau kriteria tertentu, seperti ras, jenis kelamin, usia, agama, dan lain-
lain, serta memberikan layanan yang tidak adil atau tidak akurat. Hubungan manusia dengan
perkembangan artificial intelligence dapat diartikan sebagai kolaborasi yang mencakup semua
lapisan masyarakat, suku, agama, dan kelompok sosial. Keterlibatan seluruh komunitas dalam
pengembangan dan pemanfaatan AI penting untuk memastikan bahwa teknologi ini tidak hanya
memberikan manfaat kepada sebagian kecil, melainkan merangkul keberagaman Indonesia secara
menyeluruh. Relevansi antara Persatuan Indonesia dan perkembangan artificial intelligence juga
dapat dilihat dalam peningkatan kesadaran terhadap dampak sosial teknologi ini. Dalam konteks
ini, nilai-nilai keberagaman dan persatuan dalam Sila ke-3 membentuk dasar untuk menentukan
arah perkembangan AI yang mendukung kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. Dalam
konteks perkembangan artificial intelligence (AI), relasi manusia dengan teknologi ini memiliki
dampak signifikan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Sila ke-4 yaitu menekankan pada
prinsip demokrasi dan kebijaksanaan melalui permusyawaratan dan perwakilan. Dalam konteks
AI, hal ini merujuk pada perlunya proses pengambilan keputusan yang melibatkan partisipasi
masyarakat secara luas. Keberadaan AI yang semakin canggih menuntut adanya kerangka kerja
kebijakan yang mampu menanggapi perkembangan ini dengan memastikan bahwa keputusan
terkait AI tidak hanya diambil oleh pihak yang berkepentingan, tetapi juga melibatkan wakil-wakil
masyarakat yang terpilih secara demokratis. Pentingnya perwakilan dalam konteks AI tidak hanya
sebatas pada tingkat pengambilan keputusan tetapi juga dalam fase pengembangan teknologi.
Dalam implementasi AI, hal ini dapat diartikan sebagai perlunya kebijaksanaan dalam merancang
regulasi yang mencakup etika penggunaan AI, keamanan data, dan perlindungan hak asasi
manusia.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam konteks perkembangan artificial intelligence (AI) di Indonesia, penting untuk
mengaitkan teknologi ini dengan nilai-nilai moral, etika, dan humanis yang tercermin dalam
Pancasila. Meskipun AI dapat mendukung nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan, persatuan,
musyawarah, dan keadilan sosial, tantangan besar muncul dalam menjaga integritas nilai-nilai
tersebut. Diperlukan upaya kolaboratif melibatkan pemerintah, industri, akademisi, dan
masyarakat sipil untuk memastikan implementasi AI yang menghormati keberagaman, mendorong
kesejahteraan secara merata, dan melibatkan partisipasi demokratis dalam pengambilan keputusan
terkait teknologi ini.

Kesimpulan makalah ini menggarisbawahi perlunya pandangan holistik, inklusif, dan


berkelanjutan dalam menghadapi perkembangan teknologi AI agar sesuai dengan nilai-nilai
fundamental yang menjadi landasan kehidupan bersama di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Amoudi, I. (2022). Are post-human technologies dehumanizing? Human enhancement and


artificial intelligence in contemporary societies. Journal of Critical Realism, 21(5), 516–
538. https://doi.org/10.1080/14767430.2022.2134618

Bodkin, H. (2019, Januari 30). Robot that thinks for itself from scratch brings forward rise the self-
aware machines. The Telegraph. https://www.telegraph.co.uk/science/2019/01/30/robot-
thinks-scratch-brings-forward-rise-self-aware-machines2/

Islam, G. (2021). Can AIs do Politics. Dalam M. S. Archer & A. M. Maccarini (Ed.), What is
Essential to Being Human? Can A.I. Robots Not Share It? (hlm. 73–158). Routledge.

"Pancasila, Landasan Etika dalam Kecerdasan Buatan":


https://www.kompasiana.com/raishaaa/64eec0f808a8b53dca3f8522/pancasila-landasan-etika-
dalam-kecerdasan-buatan

"Hubungan Manusia dengan AI dan Relevansinya dengan Nilai Ketuhanan, Kemanusian, dan
Keadilan dalam Pancasila"
https://journal.forikami.com/index.php/nusantara/article/view/189

Anda mungkin juga menyukai