Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Vol. 15 (2), 2022, hlm.153-160

PENGEMBANGAN LKS SISWA BERBASIS BLENDED


LEARNING MODEL STATION-ROTATIONAL
BERORIENTASI KETERAMPILAN SASTRA RI 4.0

Rahmi Juita Husna1, Pakhrur Razi1*, Murtiani1, Wahyuni Satria Dewi1

1Jurusan Fisika Universitas Negeri Padang, Jl. Prof.Dr.Hamka Air Tawar Padang 25131, Indonesia
Penulis yang sesuai. Email:rahmijuitahusna29@gmail.com

ABSTRAK
Pendidikan di era generasi z dituntut memiliki keterampilan yang dapat menjawab tantangan revolusi industri
4.0. Salah satu keterampilan yang penting untuk dikembangkan adalah keterampilan literasi. Namun tingkat literasi
Indonesia tidak lebih dari 50 di Asia, hal ini mempengaruhi integrasi kemampuan literasi dalam konten dan proses
pembelajaran sehingga belum ada peningkatan yang signifikan. Agar siswa memiliki keterampilan era revolusi 4.0,
dikembangkan LKS yang berorientasi pada keterampilan literasi dengan model blended learning station rotational.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas dan kepraktisan LKS berbasis keterampilan literasi berorientasi
blended learning RI4.0. Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian dan pengembangan (R&D). Langkah
penelitian adalah menganalisis masalah yang ada, kemudian mendesain produk, kemudian mengembangkan produk
yang akan divalidasi oleh para ahli. Setelah produk divalidasi dan diperbaiki sesuai dengan tanggapan ahli, produk akan
diuji atau dilakukan kepraktisannya oleh guru dan siswa. Produk dapat dievaluasi pada setiap kegiatan, hal ini dapat
meminimalisir kekurangan produk. Instrumen data yang digunakan dalam penelitian adalah lembar tes validitas dan
lembar tes kepraktisan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis validitas produk dan analisis kepraktisan
produk. Berdasarkan analisis data yang digunakan diperoleh dua hasil penelitian yaitu pertama, LKS berorientasi literasi
keterampilan memiliki validitas yang sangat valid. Kedua, tingkat kepraktisan yang dinilai oleh guru sangat praktis dan
tingkat kepraktisan siswa berada pada tingkat yang sangat praktis pula. Sehingga LKS berbasis keterampilan literasi
dinyatakan valid dan praktis untuk digunakan dalam pembelajaran.

Kata kunci:Revolusi Industri 4.0; keterampilan melek huruf; lembar kerja siswa.

Pilar Pendidikan Fisika dilisensikan di bawah Creative Commons Attribution ShareAlike 4.0 International License

SAYA. PERKENALAN
Dewasa ini istilah Revolusi Industri 4.0 sering diperbincangkan. Revolusi Industri 4.0 sendiri merupakan penggabungan
teknologi digital dan internet dalam aspek industri sehingga sistem yang biasanya dilakukan secara manual dapat digantikan
dengan perintah otomatis [1]. Dengan semakin majunya teknologi maka akan terjadi pengurangan tenaga kerja manual yaitu
manusia yang akan tergantikan oleh teknologi. Agar hal tersebut tidak terjadi, maka diperlukan peningkatan sumber daya
manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan meningkatkan pendidikan.
Pendidikan di era Revolusi Industri 4.0 harus diselaraskan dengan tantangan yang ada agar tercipta
inovasi baru yang dapat menjawab tantangan tersebut [2]. Proses pembelajaran yang dilakukan hendaknya tidak
hanya menyampaikan materi, tetapi juga mengasah kemampuan siswa. Keterampilan yang harus dimiliki agar
mampu menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 antara lain: keterampilan berpikir kritis, pengetahuan,
keterampilan literasi digital, informasi, media, dan mampu menguasai teknologi informasi dan komunikasi [3].
Hal ini diperkuat dengan pendapat Wongso yang menyebutkan bahwa terdapat tiga literasi utama yang perlu
dikembangkan di era Revolusi Industri 4.0, yaitu: literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia [4].
Literasi primer yang juga bisa disebut literasi keterampilan adalah literasi yang memperkuat literasi lama. Literasi lama yang
dimaksud adalah keterampilan calistung (membaca, menulis, dan berhitung). Sedangkan yang utama literasi atau keterampilan literasi

Diserahkan: 16-03-2022 Diterima: 19-07-2022 Diterbitkan: 19-07-2022 Pilar Pendidikan Fisika,halaman.153-160 |153
adalah: literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Literasi data adalah kemampuan membaca, menganalisis, dan
menyimpulkan data berdasarkan informasi yang diperoleh. Literasi teknologi adalah keterampilan memahami cara kerja mesin,
menerapkan teknologi untuk mempermudah pekerjaan agar mendapatkan hasil yang optimal. Literasi manusia adalah
keterampilan untuk berkomunikasi, bersosialisasi, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 2 Agam diketahui bahwa penggunaan teknologi
dalam proses pembelajaran masih minim digunakan. Hal ini sangat kontras dengan kemampuan literasi yang
dikembangkan pada masa Revolusi Industri 4.0 dimana banyak hal yang terintegrasi dengan teknologi, termasuk
pendidikan. Dari hasil analisis observasi ditemukan bahwa literasi keterampilan revolusi industri 4.0 pada pembelajaran
fisika memperoleh nilai 63,8 pada literasi data, 46,9 pada literasi teknologi, dan 53,2 pada literasi manusia. Berdasarkan
data tersebut, nilai rata-rata kemampuan literasi dalam pembelajaran fisika di MAN 2 Agam adalah 55 yang termasuk
dalam kategori cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi keterampilan literasi dalam pembelajaran fisika di MAN
2 Agam masih kurang.
Permasalahan rendahnya kemampuan literasi siswa dapat diatasi dengan berbagai solusi, salah satunya
memfasilitasi proses pembelajaran dengan bahan ajar yang mengarah pada pencapaian keterampilan tersebut.
Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah lembar kerja siswa. Lembar kerja siswa adalah
kumpulan lembar yang terdiri dari ringkasan materi, kumpulan soal, petunjuk dan langkah-langkah kegiatan
yang membantu siswa memahami materi dan mengacu pada pencapaian kompetensi dasar [6]. LKS dipilih
karena dianggap mampu mengarahkan siswa untuk belajar secara mandiri sehingga proses pembelajaran di
kelas berpusat pada siswa. Selain itu, penggunaan LKS bertujuan agar siswa mampu berperan aktif saat
pembelajaran dan terbentuknya sikap kooperatif, disiplin,
Proses pembelajaran akan dilakukan dengan menggunakan model rotational blended learning station yang diharapkan
mampu mengintegrasikan literasi keterampilan revolusi industri 4.0. Model pembelajaran blended learning merupakan proses
pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran online yang memanfaatkan teknologi dan pembelajaran tatap muka di
dalam kelas [8]. Sedangkan rotational station merupakan salah satu klasifikasi blended learning dimana proses pembelajaran
digilir dari kelas online menjadi kelas tatap muka sesuai dengan jadwal pembelajaran yang telah disusun [9].
Sebelum penelitian ini dilakukan, penelitian terkait pengembangan LKS berorientasi literasi atau literasi
baru dan LKS dikembangkan dengan proses blended learning[10][11][12]. Penelitian yang dilakukan berbeda
dengan penelitian sebelumnya namun sama-sama mengembangkan perangkat pembelajaran dengan model
blended learning dan keterampilan literasi. Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
materi yang dikembangkan, aplikasi pengembangan materi, dan bahan ajar yang dikembangkan.

II. METODE
Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D). R&D merupakan penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan suatu produk setelah melalui beberapa tahapan. Kemudian diuji apakah produk tersebut layak atau tidak
digunakan. Hasil penelitian ini berupa Lembar Kerja Siswa yang berorientasi pada keterampilan literasi RI 4.0 pada materi hukum
Newton serta bisnis dan energi.
Model penelitian yang dilakukan adalah model ADDIE yang memiliki beberapa tahapan sebagai berikut: Analisis, Desain,
Pengembangan, Implementasi dan Evaluasi. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar uji validitas
yang akan diisi oleh ahli. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis produk adalah metode grafis.
Penilaian instrumen Validitas LKS berorientasi keterampilan literasi disusun dengan menggunakan skala Likert. Hasil
validasi Pakar akan dianalisis dalam dua tahap, yaitu: pertama, peneliti akan menjumlahkan skor yang diberikan oleh para ahli
pada setiap indikator, dan kedua akan diberikan evaluasi sesuai dengan kategori nilai validitasnya. Nilai validitas dicari dengan
menggunakan persamaan untuk mendapatkan nilai rata-rata total dari seluruh indikator pada [13]

Tingkat pencapaian kategori validitas LKS menggunakan klasifikasi seperti pada Tabel 1 berikut
ini:
Tabel 1. Kategori Validitas Lembar Kerja Siswa
Pencapaian Kategori
Pangkat

0 – 20 Tidak sah

21 – 40 Kurang Valid

41 – 60 Cukup Valid
61 – 80 Sah
81 – 100 Sangat Valid
(Sumber: Ref[13])

Pilar Pendidikan Fisika,halaman.153-160 |154


Analisis validitas LKS dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif yang digambarkan menggunakan grafik. Nilai
validitas dimulai dari rentang 0-100, namun nilai yang digunakan adalah nilai yang terletak pada rentang 61-100. Nilai tersebut
berada pada kategori valid dan sangat valid.

AKU AKU AKU. HASIL DAN DISKUSI

Setelah dilakukan penelitian terhadap pengembangan LKS Fisika berorientasi keterampilan literasi pada
materi hukum Newton serta usaha dan energi, diperoleh hasil berupa nilai validitas dari para ahli. Setelah LKS
dinilai oleh ahli, akan dilakukan revisi produk dengan memperhatikan saran dan masukan terkait kekurangan dan
keterbatasan produk. Hal itu bertujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Validasi dilakukan dengan mengisi instrumen validasi oleh empat orang ahli. Kemudian hasil pengisian
akan dianalisis sebagai acuan untuk menentukan kelayakan produk dan merevisi produk. Analisis dilakukan
dengan cara merata-ratakan nilai dari setiap indikator yang terdapat pada komponen penilaian produk. Hasil
validasi lembar kerja siswa keterampilan literasi berorientasi fisika dijelaskan sebagai berikut.
Instrumen penilaian validasi lembar kerja siswa keterampilan literasi berorientasi fisika terdiri dari empat
komponen penilaian. Komponen penilaian yang digunakan adalah: substansi materi, desain pembelajaran, tampilan
(komunikasi visual), dan pemanfaatan perangkat lunak. Komponen pertama adalah substansi materi yang terdiri dari
empat sub indikator yaitu: fisika materi, literasi teknologi, literasi data, literasi manusia.
Sub indikator pertama yaitu substansi materi fisika terdiri dari: 1) LKS yang disajikan tidak
menyimpang dari kebenaran materi fisika untuk kompetensi dasar 3.7 dan 3.9, 2) LKS yang disajikan sesuai
dengan kedalaman materi fisika untuk kompetensi dasar 3.7 dan 3.9, 3) lembar kerja siswa disajikan sesuai
dengan perkembangan fisika, 4) lembar kerja siswa disajikan dengan tata bahasa yang baku dan mudah
dipahami. Hasil plot substansi materi dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:

88
86
84
82
80
78
1 2 3 4

Gambar 1. Nilai validasi pada substansi materi

Berdasarkan empat subindikator substansi materi dalam LKS, empat subindikator sangat valid dengan
nilai masing-masing 81,3 pada indikator ketiga dan keempat dan 87,5 pada indikator pertama dan kedua. Dari
keempat indikator tersebut dapat ditentukan nilai rata-rata substansi materi sebesar 84,4 yang termasuk dalam
kategori sangat valid.

Sub indikator kedua yaitu literasi teknologi terdiri dari: 5) Petunjuk kegiatan di LKS menurut
peserta didik mampu menggunakan internet (menerapkan teknologi), 6) Petunjuk kegiatan di LKS
menurut peserta didik mampu berkoneksi sains dengan teknologi, 7) Kegiatan dalam lembar kerja
siswa menuntut siswa mampu mengevaluasi dengan memanfaatkan teknologi. Hasil plot literasi data
dapat dilihat pada Gambar 2:

90
85
80
75
5 6 7

Gambar 2 Nilai Validasi Literasi Teknologi

Pilar Pendidikan Fisika,halaman.153-160 |155


Berdasarkan Gambar 2 nilai rata-rata literasi teknologi berkisar antara 81,3 hingga 87,5. Nilai terendah
81,3 berada pada subindikator keenam dan ketujuh. Sedangkan nilai tertinggi 87,5 berada pada subindikator
kelima. Skor rata-rata untuk literasi teknologi adalah 83,3. Nilai validitas literasi teknologi tergolong sangat valid.

Indikator substansi materi yang ketiga adalah literasi data yang memuat 4 sub indikator, yaitu:
8) Petunjuk kegiatan LKS membimbing peserta didik untuk dapat mengorganisasikan data, 9)
Petunjuk kegiatan LKS sesuai kemampuan peserta didik dalam menganalisis data, 10) Petunjuk
kegiatan pada LKS menurut siswa mampu mengkomunikasikan hasil analisis data, 11) Petunjuk
kegiatan pada LKS menurut siswa mampu membuat kesimpulan berpikir berdasarkan data. Hasil plot
sub indikator literasi data dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini:

85

80

75

70
8 9 10 11

Gambar 3 Nilai Validasi Indikator Literasi Data

Berdasarkan Gambar 3 rata-rata nilai literasi data berkisar antara 75 sampai dengan 81,3. Nilai terendah 75
terdapat pada subindikator kedelapan, kesepuluh dan kesebelas. Sedangkan nilai tertinggi 81,3 berada pada
subindikator kesembilan. Rata-rata nilai literasi data adalah 76,6. Nilai validitas literasi data tergolong valid.

Indikator substansi material yang keempat adalah literasi manusia. Terdapat 3 sub indikator literasi
manusia, yaitu: 12) petunjuk kegiatan dalam LKS menurut siswa mampu menyusun ulang konsep, 13) Petunjuk
kegiatan dalam LKS menurut siswa mampu menghubungkan konsep dengan mengkomunikasikan dalam bentuk
tertulis (membuat laporan) atau secara lisan (menyajikan) ,14) Petunjuk kegiatan pada lembar kerja siswa
menurut siswa mampu berpikir kritis. Hasil plot literasi manusia dapat diamati pada Gambar 4:

90
85
80
75
12 13 14

Gambar 4. Nilai validasi indikator literasi manusia

Berdasarkan Gambar 4 rata-rata nilai literasi manusia berkisar antara 81,3 hingga 87,5. Nilai terendah 81,3
berada pada subindikator kedua belas. Sedangkan nilai tertinggi 87,5 berada pada sub indikator ketiga belas dan
keempat belas. Nilai rata-rata literasi manusia adalah 85,4. Nilai validitas literasi manusia tergolong sangat valid.

Secara keseluruhan, jika hasil rata-rata indikator substansi materi diplot dalam bentuk grafik, dapat
diamati pada Gambar 5:

Pilar Pendidikan Fisika,halaman.153-160 |156


90
85
80
75
70
IK 1 IK 2 IK3 IK 4

Gambar 5 . Nilai validasi komponen zat bahan

Nilai nilai komponen zat berdasarkan Gambar 5 berkisar antara 76,6 sampai dengan 85,4. Setelah rata-rata
nilai komponen zat material adalah 82,4. Sehingga hasil validasi terhadap komponen substansi materi dapat
dikategorikan ke dalam kategori sangat valid.

Komponen instrumen validasi yang kedua adalah desain pembelajaran. Pada komponen desain
pembelajaran terdapat dua indikator yaitu: 1) desain lembar kerja siswa, dan 2) desain blended
learning. Pada sub indikator desain LKS terdapat 5 sub indikator desain pembelajaran yaitu: 15) Judul
LKS sesuai dengan materi masing-masing yaitu KD 3.7 dan KD 3.9, 16) Materi tentang LKS sudah
sesuai dengan SK dan Kompetensi Dasar, 17) Contoh soal LKS sudah sesuai dengan indikator
pembelajaran, 18) Identitas penyusun LKS sudah lengkap dan jelas, 19) Daftar referensi sudah selalu
hadir di akhir lembar kerja siswa di setiap pertemuan.

105
100
95
90
85
80
15 16 17 18 19

Gambar 6. Nilai validasi indikator desain LKS

Berdasarkan Gambar 6 rata-rata nilai LKS desain berkisar antara 87,5 sampai 100. Nilai terendah 87,5
terdapat pada sub indikator kelima belas. Nilai tengah 93,8 berada di sub-indikator kedelapan belas. Sedangkan
nilai 100 tertinggi berada pada subindikator keenam belas, ketujuh belas, dan kesembilan belas. Nilai rata-rata
untuk desain lembar kerja siswa adalah 96,3. Nilai validitas desain LKS tergolong sangat valid.

Indikator desain pembelajaran yang kedua adalah desain blended learning. Pada indikator
blended learning design terdapat 7 sub indikator yaitu: 20) struktur pembelajaran LKS didesain secara
instruktif, 21) tampilan awal LKS, 22) aktivitas kerja dalam LKS bersifat interaktif dan komunikatif, 23)
siswa LKS mengarahkan proses pembelajaran, 24) isi LKS mendukung proses pembelajaran, 25) LKS
yang digunakan menggunakan desain teknologi, 26) soal latihan pada LKS sesuai indikator. Hasil plot
desain pembelajaran blended learning dapat dilihat pada Gambar 7:

Pilar Pendidikan Fisika,halaman.153-160 |157


88
86
84
82
80
78
20 21 22 23 24 25 26

Gambar7. Nilai validasi indikator desain blended learning

Berdasarkan Gambar 7 nilai rata-rata design blended learning berkisar antara 81,3 sampai dengan 87,5. Nilai terendah dari
81.3 berada di sub-indikator dua puluh dua, dua puluh tiga, dua puluh empat, dan dua puluh enam. Sedangkan nilai tertinggi
87,5 berada pada sub indikator kedua puluh, dua puluh satu, dan dua puluh lima. Skor rata-rata untuk desain blended learning
adalah 83,9. Tanda validitas desain pembelajaran blended learning tergolong sangat valid.

Secara keseluruhan, jika hasil rata-rata indikator substansi materi diplot pada grafik, dapat diamati pada
Gambar 8:

100
95
90
85
80
75
IK 1 IK 2

Gambar 8. Nilai validasi komponen desain pembelajaran

Nilai komponen desain instruksional berdasarkan Gambar 8 berkisar antara 83,9 hingga 96,3. Setelah rata-
rata nilai komponen desain pembelajaran adalah 90,1. Dengan demikian, hasil validasi komponen substansi
materi termasuk dalam kategori sangat valid.

Komponen instrumen validasi yang ketiga adalah tampilan (komunikasi visual). Komponen tampilan
(komunikasi visual) memiliki 7 indikator sebagai berikut: 27) Kemudahan akses antar slide/layar, 28)
Proporsi antara ukuran huruf dan ruang slide, 29) Jenis dan ukuran huruf mudah dibaca, 30) Gambar,
suara , video sesuai materi yang disampaikan, 31) Harmonisasi warna dan tingkat kontras, 32) Animasi
sesuai materi, 33) Desain tata letak pada lembar kerja siswa proporsional. Hasil plot komponen tampilan
(komunikasi visual) dapat diamati pada Gambar 9:

95
90
85
80
75
27 28 29 30 31 32 33

Gambar 9 . Lihat nilai validasi komponen (komunikasi visual)

Nilai komponen tampilan (komunikasi visual) berdasarkan Gambar 9 diperoleh berkisar antara 81,3 hingga 93,8.
Skor terendah sebesar 81,3 diperoleh pada indikator ketiga puluh, ketiga puluh satu, dan ketiga puluh detik. median

Pilar Pendidikan Fisika,halaman.153-160 |158


nilai 87,5 diperoleh pada indikator ke dua puluh tujuh, dua puluh sembilan, dan tiga puluh tiga. Sedangkan nilai tertinggi
93,8 berada pada indikator ke dua puluh delapan. Setelah itu nilai rata-rata komponen tampilan (komunikasi visual)
adalah 85,7. Kategori validitas komponen komunikasi visual berada pada kategori sangat valid.

Komponen terakhir adalah penggunaan perangkat lunak. Pada komponen ini terdapat 3 indikator sebagai berikut:
34) Umpan balik dari sistem kepada pengguna (siswa) terhadap LKS mudah digunakan, 35) Penggunaan software
pendukung selain software utama pembuatan LKS, 36) Orisinalitas siswa lembar kerja. Hasil plot komponen
pemanfaatan perangkat lunak dapat dilihat pada Gambar 10:

100
80
60
40
20
0
34 35 36

Gambar 10. Grafik komponen pemanfaatan perangkat lunak

Indikator komponen pemanfaatan perangkat lunak memiliki nilai validasi masing-masing komponen sebesar 87,5. Jadi
rata-rata indikator pemanfaatan perangkat lunak adalah 87,5. Berdasarkan kategori validitas, komponen penggunaan perangkat
lunak memiliki kategori sangat valid.

Secara keseluruhan nilai validasi LKS berorientasi keterampilan literasi RI 4.0 dirata-ratakan dan
nilai validitas tiap komponen dapat dilihat pada Gambar 11 berikut ini:

95
90
85
80
75
K1 K2 k3 K4

Gambar 11 Nilai Hasil Validasi

Hasil analisis masing-masing komponen yang ditunjukkan pada Gambar 11 menyatakan bahwa nilai terendah
yang terdapat pada komponen zat material adalah 82,4. Sedangkan nilai tertinggi terdapat pada komponen desain
pembelajaran yaitu 90,1. Hasil analisis ini dapat dilihat pada lampiran. Nilai setiap komponen validasi dirata-ratakan
sehingga diperoleh nilai 86,4. Hasil validitas lembar kerja siswa berorientasi literasi keterampilan literasi RI 4.0 dapat
dikategorikan sangat valid.

IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat penulis jelaskan berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan adalah validitas
LKS keterampilan siswa berorientasi literasi RI 4.0 pada materi Hukum Newton dan Usaha dan Energi yang memiliki rata-
rata nilai validitas 86,4 pakar. Nilai tersebut termasuk dalam kategori sangat valid. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
LKS fisika berorientasi keterampilan literasi dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

REFERENSI
[1] Hoedi Prasetyo dan Wahyudi Sutopo, “Industri 4.0: Kajian tentang Klasifikasi Aspek dan Arah
Pengembangan Riset,” vol. 13, tidak. 1, hlm. 17–26, 2018.
[2] D. Lase, “Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0,”sundermann, TIDAK. 10.36588, hlm. 28–43, 2019.

[3] D.Frydenberg, ME. Andone, “Belajar Keterampilan Abad 21,”Int IEEE. conf. inf. soc. London, hal.

Pilar Pendidikan Fisika,halaman.153-160 |159


314–318, 2011.
[4] Wongso, “‘Senjata’ Indonesia dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0,”Kompasiana, 2019.
[5] Yanni dan Ikhsan Abdul Aziz Fitriani, “Literasi Era Revolusi Industri 4 . 0,"senabasa, TIDAK. 2599– 0519,
hlm. 100–104, 2019.
[6] A.Prastowo,Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press, 2015.
[7] H. Afni Aisna Safitri, Pakhrur Razi, “Pengaruh Penggunaan Lembar Kerja Konstruktivis dalam
Pembelajaran Kreatif Produktif terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Sman 15 Padang,”PILAR Phys.
Pendidikan, vol. 3, tidak. April, hlm. 49–56, 2014.
[8] Manusia,Pembelajaran Campuran. Malang: Prestasi Sastra, 2014.
[9] ABR Shiren Dwi Oktaria,Model Blended Learning Berbasis Moodle. Bogor: laman Moeka, 2018.
[10] Nurul Azkia Firmonia, “Pengembangan Bahan Ajar Fisika Terpadu Materi Literasi Baru dan
Bencana Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X,”PILAR Phys. Pendidikan, vol. 13,
tidak. 1, hlm. 9–16, 2020.
[11] W. Wijayanti, N. Maharta, dan W. Suana, “Pengembangan Perangkat Blended Learning Berbasis Learning
Management System Pada Materi Listrik Dinamis,”J. Pendidik Ilmiah. Fis. Al-Biruni, vol. 06, tidak. 2303–
1832, hlm. 1–12, 2017, doi:10.24042/jipf.
[12] WG Nina Nisrina . Jufri, “Pengembangan LKS Berbasis Blended Learning Untuk Meningkatkan
Literasi Ilmiah Siswa,”J. Pijar MIPA, vol. 15, tidak. 1907–1744, hlm. 192–199, 2020, doi:10.29303/
jpm.v15i3.1880.
[13] Ridwan,Skala Pengukuran Variabel Penelitian. bandung: alfabeta, 2005.

Pilar Pendidikan Fisika,halaman.153-160 |160

Anda mungkin juga menyukai