Anda di halaman 1dari 10

JPTM.

Volume 10 Nomor 01 Tahun 2020, 52 – 61

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SMK MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Achmad Mukhdor
S-1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
E-mail: ahmadabdullah16050524015@mhs.unesa.ac.id

Dewanto
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
E-mail: dewanto@unesa.ac.id

Abstrak
Pada abad 21 yang dibarengi masuknya revolusi industri 4.0, membuat banyak pekerjaan yang dulunya
dikerjakan manusia tergantikan oleh mesin, dengan perubahan tersebut perlu adanya perubahan dalam
dunia pendidikan agar mencetak SDM yang siap menghadapi industri 4.0. SMK selaku pendidikan
menengah dituntut untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja dengan kemampuan industri 4.0. Salah satu
kemampuan yang dibutuhkan di era revolusi industry 4.0 adalah kemampuan high order thinking skills
(HOTS). Penggunaan pembelajaran langsung dengan pendekatan konvensional pada proses pembelajaran
membuat siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran dan kurangnya penggunaan assessment HOTS
di sekolah-sekolah Indonesia membuat rendahnya kemampuan HOTS siswa, sehingga perlunya diterapkan
model Problem Based Learning (PBL) dengan pendekatan saintifik dan penyusunan assessment HOTS
agar menghasilkan siswa yang mempunyai kemampuan HOTS. Tujuan artikel gagasan ini adalah apakah
betul model PBL dengan pendekatan saintifik mampu meningkatkan kemampuan HOTS siswa,
mengetahui strategi penerapan model PBL dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan
HOTS siswa, dan mengetahui cara menyusun sebuah assessment HOTS yang memenuhi kriteria layak
pakai. Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini yaitu studi literatur dengan cara
mengumpulkan literatur terkait, selanjutnya semua data yang telah dikumpulkan dianalisis untuk menjawab
permasalahan. Hasil artikel gagasan ini yaitu: Model PBL dengan pendekatan saintifik mampu
meningkatkan kemampuan HOTS siswa. Adapun strategi yang perlu diperhatikan dalam penerapan model
PBL dengan pendekatan saintifik ialah dibentuknya kelompok yang heterogen, melibatkan peserta didik
terhadap proses pembelajaran, kecakapan pendidik sebagai fasilitator, permasalahan, dan penggunaan
media pembelajaran yang sesuai gaya belajar siswa. Untuk membuat assessment HOTS yang dikatakan
layak pakai harus memenuhi langkah-langkah berikut: analisis KD dan IPK, menentukan stimulus yang
kontekstual dan menarik, tujuan tes, validasi ahli dan ujicoba produk, dan analisis dan revisi produk.
Kata Kunci: HOTS, PBL, Assessment.
.

Abstract
In the 21st century, with the advent of the industrial 4.0 revolution, much of the work that was once done
by man was replaced by the machine, with the need for a change in the world of education to print human
resources ready to deal with the 4.0 industry. SMK as secondary education is required to produce graduates
who are ready to work with the industrial abilities of 4.0. One of the tools required in the revolutionary
industry 4.0 was high-order thinking skills (HOTS). The use of direct learning with a conventional
approach to the learning process makes students more likely to be passive in the learning process and the
lack of assessment HOTS in Indonesian schools make students less able, so the need for applying the
problem model-based learning (PBL) with a scientific approach and a rendering of assessment HOTS to
create a student with HOTS abilities. The purpose of this idea article is whether a model PBL with a
scientific approach can improve the abilities of HOTS students, know an advanced model application
strategy with a scientific approach to improving the ability of HOTS students, and know-how to create an
assessment HOTS that meets the worthy criteria. The method used in composing this article is that the
study of literature by collecting the corresponding literature, in turn, all the data that has been collected is
analyzed to address the problem. Based learning problem model with a scientific approach can improve
student HOTS skills. As for the strategy that needs attention in the application of a PBL model with a
scientific approach is the formation of a heterogeneous group, involving learners of the learning process,
the educators' competence as facilitators, issues, and the use of learning media appropriate to student
learning styles. To make an assessment HOTS that is said to be viable must meet the following steps: KD
and IPK analysis, determining contextual and attractive stimulus, test goals, expert validation, and product
trials, and analysis and revision of the product.
Keywords: HOTS, PBL, Assessment.
Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMK Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Tuntutan tersebut membuat guru harus meningkatkan


PENDAHULUAN kemampuan dalam hal perencanaan, mengajar, dan
Pada abad 21 yang dibarengi dengan masuknya revolusi evaluasi untuk menghasilkan siswa yang mampu bersaing
industri 4.0 membuat banyak pekerjaan yang dulunya pada era revolusi industri 4.0 setelah lulus sekolah.
dikerjakan manusia tergantikan dengan mesin. Hal ini Untuk menghasilkan siswa yang mempunyai
menuntut negara untuk menyesuaikan diri dengan adanya kompetensi industri 4.0 guru dapat melakukan
perubahan industri 4.0 agar dapat diperhitungkan pengembangan assessment HOTS dan inovasi pada
eksistensinya di mata dunia. Salah satu cara untuk proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapakan
menghadapi era industri 4.0 ialah menyiapkan SDM yang model dan pendekatan pembelajaran yang cocok untuk
unggul dan mempunyai kompetensi sesuai dengan merangsang peserta didik untuk mempunyai kemampuan
kebutuhan industri 4.0 dengan cara melakukan perubahan HOTS. Kemampuan HOTS tidak dapat dilatih jika masih
di sektor Pendidikan. diterapkanya model dan pendekatan konvensional dimana
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut UU guru sebagai sumber utama dalam pembelajaran dan
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15 merupakan pendidikan proses pembelajaran yang didominasi ceramah sehingga
menengah yang mencetak siswa untuk siap bekerja dalam membuat siswa hanya dilatih aspek kognitif C1, C2, dan
bidang tertentu sesuai yang dipelajari di sekolah, dengan C3. Sesuai dengan penjelasan (Apandi, n.d.)
adanya revolusi industri 4.0 yang mana manusia sudah pembelajaran yang menerapkan HOTS mempunyai ciri
banyak digantikan oleh mesin, membuat lulusan SMK khas dibanding pembelajaran konvensional antara lain
harus memiliki kompetensi yang dibutuhkan di era transfer of knowledge, critical thinking and creativity,
industri 4.0. (weforum.org, 2016) menyebutkan bahwa problem solving, yang akan mengasah kemampuan
salah satu kemampuan yang dibutuhkan di era revolusi kognitif siswa pada level HOTS yaitu C4,C5, dan C6
industri 4.0 adalah kemampuan HOTS. Kemampuan (Apandi, n.d.) salah satu keterampilan abad 21
HOTS merupakan kemampuan berpikir kritis, analisa, yang dikenal 4C ialah kemampuan berpikir tingkat tinggi,
memecahkan masalah bahkan menciptakan, HOTS berpikir tingkat tinggi dapat dibentuk dengan cara
sebagaimana dijelaskan oleh Thomas & Thorne (2009) menerapkan pendekatan saintifk pada proses
merupakan sejenis kemampuan berpikir yang tidak pembelajaran, pada pendekatan saintifik tidak lagi
sekedar mengingat fakta atau konsep diamana seorang teacher centered tetapi student centered artinya guru
yang memiliki kemampuan HOTS harus memahami, tidak lagi sebagai sumber utama dalam proses
menganalisis satu sama lain, mengklasifikasikan, pembelajaran, pada proses pembelajaran yang
memanipulasi, membuat metode kreatif baru, dan menerapkan pendekatan saintifik siswa dibiasakan untuk
menerapkannya untuk menemukan solusi bagi masalah mengidentifkasi masalah, mengumpulkan informasi, dan
baru. mengolah data hingga menyampaikan informasi yang
Namun, hasil survei The Third International didapat sehingga dengan diterapkannya pendekatan
Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program saintifik dalam proses pembelajaran membuat siswa
berpikir ilmiah dan kritis.
for International Assessment of Student (PISA)
Ada beberapa model yang cocok untuk penerapan
menunjukkan kemampuan siswa Indonesia untuk berpikir
pendekatan saintifk salah satunya ialah model
tingkat tinggi masih rendah. Rendahnya kemampuan
pembelajaran problem based learning (PBL).
HOTS siswa Indonesia disebabkan berapa hal antara lain:
Keterampilan berpikir, menyelesaikan masalah, dan
1. Proses pembelajaran di SMK Indonesia yang masih
keterampilan intelektual merupakan kemampuan yang
banyak menggunakan model maupun pendekatan dikembangkan model PBL (Hamruni, 2011). Kelebihan
konvensional yang mengedepankan ceramah dan kurang model PBL yaitu menggunakan permasalahan sebagai
melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran yang bahan pembelajaran agar diselesaikan atau dijawab oleh
hanya mengasah kemampuan siswa hanya pada aspek C1 peserta didik sehingga cocok digunakan siswa SMK yang
(mengetahui), C2 (memahami), dan C3 (mengaplikasi) nanti akan langsung turun dalam dunia Iindustri, maka
sehingga sangat tidak cocok untuk digunakan pada dari itu model pembelajaran PBL dengan pendekatan
pembelajaran berbasis HOTS dimana siswa diharapkan saintifik sangat cocok diterapkan pada proses
mempunyai kemampuan menganalisa, mengevaluasi, dan pembelajaran untuk melatih kemampuan HOTS peserta
mencipta. 2. Serta kurangnya penggunaan assessment didik.
HOTS juga berpengaruh pada kemampuan HOTS siswa, Berdasarkan penjelasan di atas, maka penting
(Safari, 2018) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa untuk membahas: 1). Bagaimana kemampuan HOTS
rendahnya kemampuan HOTS siswa Indonesia siswa dengan diterapkanya model PBL dengan
dikarenakan masih rendahnya implementasi soal HOTS pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran 2).
pada soal evaluasi di sekolah-sekolah Indonesia. Bagaimana strategi penerapan model PBL dengan

53
JPTM. Volume 10 Nomor 01 Tahun 2020, 52 – 61

pendekatan saintifik untuk meningkatkan kampuan Dalam artikel ini data-data penelitian berupa
HOTS siswa; dan 3). Bagaimana cara membuat literatur yang telah ditemukan akan dikompilasikan dan
assessment HOTS dikatakan mempunyai kriteria layak dijadikan bahan penelitian yang disajikan dalam tabel
pakai. berikut ini:
Tujuan artikel ilmiah ini adalah mendeskripsikan
kajian mengenai: 1). Apakah betul model PBL dengan Tabel.1 Daftar Data Yang Relevan dan Terkait
pendekatan saintifik mampu meningkatkan kemampuan No Topik Penelitian Pengarang/Pene Tahu
Info Esensial Terkait
HOTS siswa; 2). Mengetahui strategi penerapan model liti/ Penulis n
International
PBL dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan 1 Practical Whitley, H. P., 2015 Umpan balik anggota
kampuan HOTS siswa; dan 3). Mengetahui cara TeamBased E. Bell, M. Eng, kelompok sebagai
menyusun sebuah assessment HOTS yang memenuhi Learning from D. G. Fuentes, penghambat model
Planning to K. L. Helms, E. PBL
kriteria layak pakai. Implementation. D. Maki, D.
American Vyas
Journal of
METODE Pharmaceuticak
Jenis Artikel Education
Metode yang digunakan dalam menyusun artikel ini yaitu 2 Implementation Arsana, I. M. 2019 Model berbasis
of Susila, I. W. masalah mampu
studi literatur. Studi literatur adalah jenis penelitian yang Troubleshooting Hidayatullah, R. meningkatkan
menggunakan data berupa buku-buku, arsip, majalah, Teaching S. Ariyanto, S. kemampuan HOTS
R. siswa
artikel, dan jurnal, atau dokumen-dokumen yang relevan 3 Implementation I Made Arsana, 2019 Model PBL dengan
dengan permasalahan penelitian. Data atau informasi yang Of PBL Sudirman Rizki bantuan modul
didapat dari studi kepustakaan ini dijadikan rujukan untuk Supported By Ariyanto, Hanif pembelajran mampu
Modul learning Gunawan meningkatkan
merumuskan masalah yang dibahas. Wibisono kemmapuan HOTS.
Langkah-langkah menyusun artikel ilmiah sebagai 4 HOTS as effect Widiawati, Leni 2018 Model PBL dengan
of PBL in the Joyoatmojo, pendektatan saintifik
berikut: 1). Penulis melakukan penentuan topik yang akan 21st century Soetarno meningkatkan HOTS
diselesaikan; 2). Mengumpulkan atau mencari data atau learning Sudiyanto
5 Effects of the Yulianti, T., 2019 Model PBL mampu
literatur melalui internet ataupun perpustakan online; 3).
21st Century Pramudya, I., & meningkatkan
menyeleksi data atau literatur yang terkait untuk Learning Model Slamet, I. kemampuan HOTS.
menjawab argumentasi penulis; 4). Litertaur atau data and PBL on
HOTS
yang telah diseleksi kemudian dikompilasi maupun analis 6 Analysis of Soeryanto 2020 Analisis soal bepikir
untuk menjawab permasalahan; 5). Kemudian menyusun HOTS Type Arsana, I. M. tingkat tinggi dengan
Multiple-choice Hidayatullah, R. tipe pilihan ganda
simpulan berdasarkan hasil analisis dan mengkompilasi Test Items S. Ariyanto, S.
literatur. Berikut di bawah ini jika dijelaskan dalam R.
bagan: Jurnal Nasional
1 Kesulitan Retnaning Tyas 2017 Guru kesulitan dalam
penerapan PBL merancang
dalam permasalahan dalam
pembelajaran model PBL
2 Analisis Nurhayati, 2017 Keterlibatan pendidik
Kemampuan Nurhayati dalam model PBL
HOTS Angraeni, Lia membuat
Mahasiswa kemampuan HOTS
dalam siswa rendah
Menyelesaikan
Soal melalui
Model PBL
3 Kesulitan Retnaning Tyas 2017 Guru kesulitan dalam
penerapan PBL merancang
dalam permasalahan dalam
pembelajaran model PBL
4 Efektivitas Ridwan 2019 Rendahnya keaktifan
model pbl siswa karen guru
disertai terlalu mendominasi
brainstorming dalam pembelajaran
5 Penerapan Sudarto dan 2013 Partisipasi siswa
Gambar 1. Alur flow chart dalam menyusun artikel Model PBL Dewanto factor penting PBL
ilmiah 6 Efektivitas PBL Dewi Endang 2017 Model PBL dengan
Berbantuan Lestari, bantuan media
Media Ditinjau Nizaruddin, pembelajaran mampu
Sumber Data Dari Gaya Yanuar Hery meningkatkan
Sumber data yang digunakan dalam artikel ilmiah ini Belajar Murtianto prestasi siswa
7 Penerapan Dewanto, Dinda 2018 Model PBL
adalah: 1). Buku, 2). Jurnal 3). Skripsi dan 4). Artikel. Model PBL Hasna meningkatkan siswa
Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMK Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menggunakan Septianggrain dalam menyelesaikan ▪ Mengorganisasikan peserta didik buat belajar


Soal HOTS soal HOTS.
8 PBL Untuk Noma, Luciana 2016 PBL mampu (tahap 2)
Meningkatkan Dwi meningkatkan • Aktiftas diskusi (menanya), pendidik
Kemampuan Prayitno, kemampuan HOTS
HOTS Baskoro Adi siswa.
menegaskan kembali langkah-langkah
Suwarno atau metode ilmiah.
9 Penerapan PBL Bagus 2020 Model PBL mampu
• Guru mengorganisasi peserta didik buat
Untuk Kurnianto dan I meningkatkan aspek
Meningkatkan Made Arsana kemampuan HOTS belajar dalam wujud dialog kecil.
Kemampuan Jurusan
• Guru membimbing peserta didik secara
Critical
Thinking individu ataupun berkelompok dalam
10 Kemampuan Az-zahra, 2019 Model PBL merancang suatu penelitian buat menguji
HOTS Peserta Widyarti berpengaruh terhadap
Didik Yang Arsal, Andi kemampuan HOTS
hipotesis yang diajukan. Selanjutnya
Dibelajarkan Faridah peserta didik. setiap kelompok mempresentasikan
Model PBL
hipotesis beserta rancangan
11 Pengaruh Model Royantoro, 2018 Adanya pengaruh
PBL terhadap FebryYusuf, kemampaun HOTS eksperimennya agar memperoleh
HOTS Peserta Irfan terhadap model PBL masukan dari kelompok lain atupun dari
Didik Widyaningsih
12 Pengaruh Model Flamboyant, 2018 Model PBL guru.
PBL Terhadap Falwi Uji mempengaruhi ▪ Membimbing penyelidikan individu ataupun
HOTS Peserta Murdani, Eka kemampuan HOTS
Didik Soeharto, peserta didik.
kelompok (tahap 3)
13 Analisis HOTS Nurhayati, 2017 Penerapan model • Pendidik membimbing peserta didik
Mahasiswa Nurhayati PBL meningkatkan
untuk melakukan observasi atau
melalui PBL Angraeni, Lia HOTS siswa
14 Pengembangan Dhini, Maudy 2019 Pengembangan eksperimen. Bimbingan tersebut meliputi
Instrumen Sukma assessment HOTS (pengumpulan data/informasi) yang
Penilaian HOTS Sunarti
berhubungan dengan permasalahan yang
15 Pengembangan Lanty Oktanisa, 2018 Pengembangan diangkat.
Asesmen HOTS Dhiah Fitrayati assessment HOTS
tipe urain dan esai.
• Siswa melakukan ekspe-rimen bersumber
16 Pengembangan Wahidmurni 2018 Pengembangan pada rancangan yang sudah kelompok
Penilaian HOTS assessment HOTS buat dengan bimbingan pendidik.
(menalar).
Teknik Analisis Data ▪ Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Teknik analis yang diigunakan pada artikel ilmiah ini (tahap 4)
adalah menganalisis literatur yang ada di Tabel. 1 dan
Peserta didik dalam kelompok menyususn
membuat kesimpulan yang relevan dengan permasalahan
yang akan dicari solusinya. laporan hasil penelitian sesuai format yang
telah disepakati bersama. Hasil penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN dipresentasikan dan kelompok lain memberi
• Kajian Kaitan Model PBL dengan Pendekatan masukan.
Saintifik Terhadap Kemampuan HOTS Siswa. ▪ Menganalisis serta mengevaluasi proses
Kemampuan HOTS merupakan kemampuan untuk pemecahan permasalahan (tahap 5)
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipatakan, dalam o Penutup
pembelajaran model PBL dengan pendekatan saintifik Dengan bantuan pendidik, peserta didik
semua aspek kemampuan HOTS tersebut dilatih. merumuskan hasil dialaog, partisipan didik
Berikut merupakan contoh penerapan model PBL merumuskan hasil dialog. Guru bisa
dengan pendektan saintifik: melaksanakan aktivitas pengayaan ataupun
o Pendahuluan remidi.
Mengorientasi partisipan didik pada permasalahan Dengan sitaks model PBL yang sudah dijelaskan
merupakan sintaks pertama pada model PBL. di atas siswa dilatih untuk menganalisis masalah,
Permasalahan bisa disajikan dalam wujud foto, kemudian memecahkan masalah, hingga membuat
film pendek, ataupun power point. Sehabis solusi untuk menyelesaikan masalah, maka peserta
peserta didik mendengarkan dan (mengamati) didik akan terlatih kemampuan HOTS. Adapun pada
sajian permasalahan yang disajikan selanjutnya proses pembelajaran perlu diperhatikan keterlaksanaan
pendidik mengajukan permasalahan (menanya) sintaks model PBL seperti penelitian yang sudah
agar siswa mengajukan (hipotesis) permasalahan. dilakukan oleh (Nikmah et al., 2017) dalam
o Inti penelitianya siswa yang cenderung mempunyai nilai

55
JPTM. Volume 10 Nomor 01 Tahun 2020, 52 – 61

HOTS yang rendah merasa kesulitan pada sintaks Penjelasan di atas sesaui dengan fakta
ketiga dan keempat model PBL, terutama pada fase penelitian yang telah dilakuakan (Tyas, 2017)
investigasi dan diskusi kelompok. Karena pada tahap dimana guru mengalami hambatan dalam
itu siswa banyak dilatih kemampauan HOTS nya pada membuat perencanaan pembelajaran dalam
aspek analisis dan mengevaluasi. menentukan masalah yang digunakan dalam
• Kelebihan dan Kekurangan Model PBL proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran
o Kelebihan juga didapati jika permasalahan terlalu sulit bagi
Menurut Wina Sanjaya (2006:220) PBL siswa akan membuat siswa berkemampuan rendah
mempunyai kelebihan sebagai berikut: akan pasif dan sebaliknya jika permsalahan yang
▪ Membongkar permasalahan ialah metode disajikan terlalu mudah siswa yang
yang efisien buat belajar. berkemampuan lebih tinggi cenderung malas dan
▪ Membongkar permasalahan bisa menantang tidak tertarik dalam proses pembelajaran,
keterampilan siswa sehingga berikan Walaupun pengelompokkan telah dicoba secara
kepuasan untuk menciptakan pengetahuan heterogen.
baru. Maka sebaiknya masalah yang digunakan
▪ Dengan membongkar permasalahan kegiatan dalam proses pembelajran model PBL ialah
partisipan didik bakal bertambah. masalah yang sesuai dengan kompetensi siswa
▪ Lewat membongkar permasalahan belajar dan terbaru dengan yang akan dihadapi siswa
tidak lagi tergantung kepada guru serta materi untuk bekal siswa bekerja setelah lulus.
saja. • Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
▪ Dengan membongkar permasalahan proses Keterlaksanaan Model Problem Based Learning
pendidikan bakal lebih menarik untuk siswa. dengan Pendekatan Saintifik.
▪ Pemecahan permasalahan dapat mengasah Berikut merupakan kendala-kendala pelaksanaan
partisipan didik untuk berfikir kritis serta model PBL dengan pendekatan saintifik:
membiasakan pengetahuan mereka dengan o Guru sebagai fasilitator
pengetahuan baru. Guru dalam proses model PBL berfungsi sebagai
▪ Dengan proses membongkar permasalahan fasilitator bukan lagi sebagai pengajar biasa, maka
siswa bisa mengaplikasikan pengetahuan guru tidak lagi sebagai pusat dalam pembelajaran
yang mereka miliki ke dunia nyata. jika dalam proses pembelajaran guru banyak
▪ Pemecahan permasalahan meningkatkan terlibat dalam proses pembelajaran hasil
atensi siswa terhadap belajar meski proses pembelajaran kurang maksimal sesuai dengan
belajar pendidikaan resmi telah berakhir. penelitian yang telah dilakukan oleh (Nurhayati &
Maka berdasarkan penejelasan di atas Angraeni, 2017) dimana pengajar yang terlalu
model PBL memilki keunggulan yaitu pada terlibat dalam proses pembelajaran PBL dalam
permasalahan sebagai sumber pembelajaran yang fase penyelidikan mengakibatkan kemampuan
nanti akan diselesaikan siswa dengan memberikan berpikir tingkat tinggi mahasiswa yamg rendah
solusi atas permasalahan, sehingga sangat cocok terutama untuk aspek kemampuan mengevaluasi
jika diterapkan ke siswa SMK dimana siswa SMK dan mencipta yang rendah.
diharapkan setelah lulus siap bekerja. o Permasalahan
o Kekurangan Model PBL merupakan model yang mempunyai
Wina Sanjaya (2006:220) menejelaskan bahwa ciri khas permasalahan sebagai sumber atau topik
model PBL memiliki kekurangan antara lain: dalam pembelajaran, maka guru dalam
▪ Bila atensi siswa kurang ataupun merencanakan proses pembelajaran model PBL
permasalahan kurang menarik siswa, harus memperhatikan permasalahan yang akan
membuat siswa enggan untuk mencoba. disajikan dalam proses pembelajaran, jika
▪ Dalam model PBL butuh waktu relative lama permasalahan yang disajikan tidak sesuai maka
dalam tahap perencanaan supaya meraih hasil akan menggangu proses pembelajaran sehingga
yang optimal. berakibat terhadap hasil pembelajaran yang
▪ Tanpa uraian kenapa mereka berupaya kurang maksimal, sesuai dengan penelitian yang
membongkar permasalahan yang dipelajari, telah dilakukan oleh (Tyas, 2017) dimana guru
sehingga mereka tidak hendak belajar apa mengalami hambatan perencanaan pembelajaran
yang mau mereka pelajari. dalam menentukan masalah yang akan disajikan.
Pada proses pembelajaran juga didapati jika
Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMK Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah

permasalahan terlalu sulit akan membuat siswa • Penelitian-Penelitian Terkait Tentang Penerapan
berkemampuan rendah akan pasif dan sebaliknya Model PBL Pengan Pendekatan Saintifk Untuk
jika permsalahan yang disajikan terlalu mudah Meningkatkan Kemampuan HOTS Siswa.
siswa yang berkemampuan tinggi cenderung Berdasarkan penelitian yang terkait dapat dijelaskan
malas, Walau pembagian kelompok sudah sebagai berikut:
dilakukan secara heterogen. Penelitian dengan model PTK yang telah
o Pengelolaan kelompok dilakukan oleh (Dewanto & Septianggraini, 2019),
(Amir, 2009) berpendapat agar mendukung (Noma et al., 2016), dan (I. M. Arsana et al., 2019)
keterlaksanaan model PBL, untuk mengelola menunjukkan hasil bahwa model PBL mampu
interaksi antar peserta didik yaitu dengan cara meningkatkan kemampuan HOTS peserta didik
menempatkan masalah sebagai sumber interaksi, dimana setiap siklus mengalami peningkatan
sehingga perlu dibentuknya kelompok kecil dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi sedangkan (I Made
proses pembelajaran. Tetapi Whitley et al. (2015) Arsana et al., 2019) dalam penelitanya penerapan
terdapat faktor yang menghambat keterlaksanaan model PBL dengan bantuan modul pembelajaran yang
model PBL yaitu umpan balik anggota. Oleh diterapkan kepada mahasiswa menunujukkan bahwa
karena itu, pada proses kerja kelompok diperlukan model PBL dengan bantuan modul pembelajaran
anggota yang saling bekerja sama dan guru mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
sebagai fasilitator yang baik untuk menghasilkan tinggi mahasiswa. (Kurnianto & Arsana, 2020) dalam
umpan balik yang baik. Yaitu guru dapat penelitiannya dengan metode PTK menunujukkan
membentuk membentuk kelompok yang bahwa penerapan model PBL mampu meningkatkan
heterogen dimana didalam suatu kelompok tidak aspek kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu critical
didominasi siswa pintar ataupun siswa kurang thinking secara signifikan. Tetapi penelitian dengan
pintar. model PTK memilki kelemahan yaitu hasil dalam
o Keaktifan siswa penelitian tidak dapat diterapkan ke kelompok lain
Model PBL merupakan pembelajaran yang atau kelopok dengan beda karakteristik.
student centered sehingga siswa dituntut untuk Penelitian yang telah dilakukan oleh
aktif dalam proses pembelajaran (Ridwan et al., (Flamboyant et al., 2018) bertujuan untuk
2019) dalam penelitiannya menyebutkan dominasi mendeskripsikan keahlian HOTS partisipan didik
guru terhadap proses pembelajaran yang mana dengan model PBL, persentase HOTS partisipan didik
siswa hanya hanya menghafal materi yang saat sebelum serta setelah diterapkannya model PBL,
disampaikan oleh guru serta tidak berani serta pengaruh model PBL terhadap HOTS partisipan
mengeluarkan ide-ide saat pembelajaran didik. Pre-experimental tipe desain one group pretest-
berlangsung sehingga membuat rendahnya posttest merupakan metode yang digunakan dengan
persentase keaktifan siswa pada proses teknik purposive sampling dan instrument HOTS
pembelajaran dan berakibat pada menurunnya pilihan ganda. Hasil penelitian ini dijelaskan sebagai
prestasi siswa, sehingga pada proses pembelajaran berikut: aspek berpikir tingkat tinggi yang sangat
guru harus memposisikan dirinya sebagai banyak dipahami oleh siswa ialah menganalisis,
fasilitator. Sesuai dengan penelitian yang telah mencipta serta, terakhir mengevaluasi, Sedangkan
dilakukan oleh (Sudarto & Dewanto, 2013) siswa banyak salah pada soal dengan jenis aspek
menyebutkan bahwa faktor penting keberhasilan mengevaluasi, setelah itu mencipta, serta terakhir
model berbasis masalah adalah partisipsi siswa. keahlian mengevaluasi. Persentase kemampuan HOTS
o Gaya belajar siswa partisipan didik menampilkan kalau keahlian
Dalam penelitian (Lestari et al., 2017) menganalisis serta mencipta alami peningkatan
pembelajaran berbasis masalah dengan bantuan sebesar 2,72%, serta keahlian mengevaluasi alami
media pembelajaran kokami mampu peningkatan sebesar 6,16%. Hingga bisa disimpulkan
meningkatkan hasil belajar siswa dengan dalam riset ini kalau model PBL sanggup pengaruhi
kecenderugan gaya belajar secara visual lebih keahlian HOTS siswa tetapi pada aspek mengevaluasi
baik daripada yang memiliki kecendrungan gaya serta mencipta kurang alami kenaikan. Penelitian ini
belajar selain visual, maka hendaknya guru memiliki beberapa kekurangan antara lain penggunaan
memperhatikan gaya belajar siswa dan metode penilitian (Sugiyono, 2016) metode pre-
penggunaan media pembelajaran yang tepat experimental dengan desain one group pretest-posttest
sesuai gaya belajar siswa sehingga prestasi belajar memiliki kekurangan yaitu pengaruh variabel luar
dapat dioptimalkan. yang sulit dikontrol, sehingga validitas internal

57
JPTM. Volume 10 Nomor 01 Tahun 2020, 52 – 61

penelitian menjadi rendah dan juga penggunaan control dan eksperimen sudah homogen karena nilai
instrument multiple choich yang kurang signifikasi lebih dari α = 0,05. Hipotesis non
menggambarkan kemampuan HOTS siswa. parametrik dengan uji wilcoxon dalam penelitian ini
(Az-zahra & Arsal, 2019) dengan metode menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
penelitian quasi experimental dengan desain penelitian signifikan kemampuan berpikir timgkat tinggi peserta
pre test-post test control group design dengan teknik didik yang diajar menggunakan model PBL dibanding
pengambilan sampel random sampling, sedangkan dengan yang diajar menggunakan model
instrument yang digunakan berupa soal HOTS yang konvensional. Hasil uji N-gain menunjukkan hasil
terdiri multiple choic dan uraian dengan analisis post-test dari kelas ekperimen dan kelas kontrol
deskriptif dan inferensial untuk menganalisis data. memiliki nilai signifikan lebih besar dari nilai α =
Hasil penelitian ini dijelaskan, hasil analisis deskriptif 0,05. Nilai effect size pada kelas eksperimen 3,02 dan
sebagai berikut: a. Distribusi frekuensi kemampuan kelas kontrol 1,87 dimana keduanya tergolong tinggi,
HOTS peserta didik pada kelas eksperimen setelah maka pengaruh model PBL terhadap kemampuan
diterapkanya model PBL ialah mengalami peningkatan berpikir tingkat tinggi peserta didik sangat kuat.
yang signifikan yaitu 40,74% kategori sangat baik, Penelitian ini terdapat kelemahan dalam hal
40,74% baik, sedangkan cukup sebear 18,51%, penggunaan model penelitian (Sugiyono, 2016) dalam
dibanding diterapkannya model konvensional yang bukunya metode penelitian quasi eksperimental
kurang maksimal peningkatan kemampuan berpikir dengan non equivalent control group design lebih baik
tingkat tinggi. Sedangkan untuk uji Analisis statistik daripada pre experiment tetapi tetap adanya varibel
inferensial terdiri dari: a. Uji normalitas menujukkan luar yang mempengaruhi kelompok control sehingga
bahwa distribusi sampel penelitian normal karena nilai validitas penelitian kurang maksimal.
signifikasi kelas control dan eksperimen lebih besar (Yulianti et al., 2019) dalam penelitiannya yang
dari 0,05. b. Uji homogenitas menunjukkan bahwa dilakukan di 3 sekolah berbeda dengan menerapkan 3
variansi data kelompok sama. c. uji hipotesis model pembelajaran berbeda antara lain model PBL,
menunjukkan hasil bahwa model berbasis masalah kovensional, dan CTL dengan menggunakan metode
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir tingkat penelitian quasi-experimental research dimana dalam
tinggi siswa dengan tingkat kepercayaan hampir penelitinya model PBL mampu meningkatkan
100%. Pada penelitian ini terdapat kelemahan yaitu kemampuan HOTS siswa secara signifikan lebih baik
pengunaan metode penelitian quasi-experimental daripada model lain dengan perbedaan rata-rata
research dimana (Sugiyono, 2016) berpendapat bahwa 12.11012 bila dibandingkan dengan model PBL dan
metode quasi-experimental research belum dapat perbedaan rata-rata 22.97872 jika dibandingkan
mengontrol sepenuhnya kelompok kontrol terhadap dengan model CTL. Pada penelitian ini terdapat
variabel-variabel luar yang mempengaruhi kelemahan yaitu pengunaan metode penelitian quasi-
pelaksanaan eksperimen. experimental research dimana (Sugiyono, 2016)
(Royantoro et al., 2018) dalam penelitiannya berpendapat bahwa penggunaan metode quasi-
yang bertujuan untuk menganalisis apakah ada experimental research tidak dapat mengontrol
pengaruh kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa sepenuhnya kelompok kontrol terhadap variabel-
peserta didik yang diajar menggunakan model PBL variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
dengan yang diajar menggunakan model eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik
konvensional, sedangkan quasi eksperimental dengan dari pre-experimental design.
non equivalent control group design merupakan (Widiawati et al., 2018) bertujuan untuk
metode penelitian yang digunakan dengan teknik mengetahui pengaruh model PBL terhadap
purposive sampling. Hasil analisis data terdiri dari uji kemampuan berpikir tinggi peserta didik, sedangkan
normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Teknik desain yang digunakan penelitian ini adalah true
pengumpulan data yang digunakan terdiri dari dua eksperimen dengan desain kontrol posttest only,
jenis, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes dengan kelas eksperimen menggunakan model PBL
meliputi tes HOTS pre-test dan post-test dengan tipe dengan pendekatan saintifik dan kelas control dengan
soal uraian berjumlah 6 butir sedangkan teknik non tes model Think-Pair-Share dengan pendekatan saintifik.
dilakukan melalui pemberian lembar validasi. Adapun dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang belajar
hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut: Hasil uji menggunakan pendekatan ilmiah dalam model PBL
normalitas menunjukkan bahwa pendistribusian data terintegrasi dengan keterampilan 4C memiliki
tidak normal karena nilai signifikan yang lebih kecil keterampilan berpikir tingkat tinggi lebih tinggi
dari α = 0,05, hasil homogenitas menunujukkan kelas daripada mereka yang belajar menggunakan
Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMK Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah

pendekatan ilmiah di Think-Pair-Share model ▪ Asessment HOTS merupakan assessment


pembelajaran dengan penanaman keterampilan 4C. yang menyajikan permasalahan kehidupan
Metode ini mempunyai kelebihan dibanding metode sehari-hari atau aktual untuk diselesaikan.
penelitian eksperimen lain, (Sugiyono, 2016) metode o Pembuatan Asessment HOTS
peneilitian true eksperimen dengan desain kontrol (Setiawati et al., 2019) Penyusunan
posttest only mempunyai kelebihan yaitu peneliti dapat assessment HOTS harus melalui beberapa tahapan
mengontrol variabel luar yang mempengaruhi proses sebagai anatara lain menganalisis kompetesi dasar ,
penelitian sehingga berakibat terhadap kualitas menyusun kisi-kisi soal HOTS, memilih stimulus
rancangan eksperimen menjadi tinggi sehingga hasil yang menarik dan kontekstual, menulis butir
penelitian sangat baik. pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal, dan
(Nurhayati & Angraeni, 2017) dalam Membuat rubrikatau kunci jawaban.
penelitiannya yang bertujuan untuk menjelaskan • Penelitian Terkait Assessment HOTS
kemampuan peserta didik dalam hal menyelesaikan (Dhini et al., 2019) dalam penelitiannya menyebutkan
soal HOTS setelah diterapkan model PBL, dengan beberapa langkah yang harus dipenuhi untuk membuat
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan assessment HOTS (Higher Order Thinking Skill)
pendekatan kuantitatif. Alat ukur yang berupa tes dengan kriteria layak digunakan sebagai berikut.
bertipe HOTS berbentuk two tier multiple choice. o Analisis kompetensi dasar
Hasil penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: o Membuat tujuan tes
kemampuan HOTS mahasiswa dalam menyelesaikan Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam
soal HOTS termasuk kategori cukup dengan nilai 81 tahap menentukan tujuan tes, sebagai berikut.
tertinggi, 38 nilai terendah dengan rata-rata nilai ▪ Menyusun kisi-kisi soal
mahasiswa yaitu 60 dengan standar deviasi 14. Nilai ▪ Membuat rubrik
maksimum Presentase kemampuan HOTS mahasiswa o Ujicoba Produk/Validasi Ahli
tergolong cukup yaitu sebesar kategori sangat baik Dimana sesuatu assessment dikatakan layak
15,79%, baik 31,58%, cukup 42,11%, dan kurang apabila telah mampu lewat tahapan validasi
10,53%. Sedangkan persentase kemampuan pakar, dalam riset ini kelayakan instrumen dinilai
mahasiswa terhadap menjawab aspek-aspek soal oleh pakar dalam hal penyajian modul, mutu isi,
HOTS rata-rata siswa mampu menjawab aspek konstruksi, serta pemakaian. Bila dirasa belum
menganalisis 68,42%, mengevaluasi 57,89%, dan menggapai kriteria layak sehingga kita
mencipta 53,51%. Dapat disimpulkan bahwa lakukukan perbaikan assessment.
penerapan model berbasis masalah dapat o Revisi Produk
meningkatkan kemampaun HOTS siswa walaupun Dalam revisi produk atau assessment HOTS
belum maksimal dikarenakan masih kurangnya dilakukan jika ada masukan-masukan dari
mahasiswa terlibat dalam pembelajaran. validator.
Beberapa penelitian dengan beberapa jenis metode Sedangkan (Oktanisa, 2018) dalam penelitianya
penlitian yang digunakan di atas menunjukkan mengembangkan assessment HOTS uraian dan esai
penggunaan model berbasisi masalah dengan pendekatan dimana ada kriteria yang harus dipenuhi agar
scientific mampu meningkatkan kemampuan HOTS. memenuhui kategori layak pakai adalah sebagai
Bahkan penggunaan model PBL lebih efektif untuk berikut:
meningkatkan kemampuan HOTS disbanding dengan o Pengumpulan Informasi
model-model pembelajaran lain. o Desain produk
• Assessment HOTS o Uji coba Asessment
o Karakteristik Asessment HOTS Pada tahap ini soal di validasi oleh ahli untuk
(Setiawati et al., 2019) Asessment HOTS memenuhi kriteria layak sebuah assessment HOTS
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan dan siap untuk diuji coba ke siswa.
assessment LOTS yang membedakan yaitu: o Analisis assessment dan revisi
▪ Assessment HOTS yang diikur bukan lagi Setelah di uji coba ke siswa selanjutnya yaitu
kemampuan memahami, menghafal, dan tahap analisis soal berupa: validitas, reliabilitas,
menerapkan tetapi sudah pada kemampuan dan analisis butir soal.
memecahkan masalah, critical thinking, Sedangkan (Wahidmurni, 2018) menjelaskan
creative, dan dicision making. langkah-langkah untuk membuat assessment HOTS
sebagai berikut mulai dari menganalis KD dan IPK,
membuat kisi-kisi soal, memastikan stimulus yang

59
JPTM. Volume 10 Nomor 01 Tahun 2020, 52 – 61

kontekstual serta menarik, menulis butir persoalan • Berdasarkan beberapa penelitian diatas ada beberapa
cocok dengan kisi- kisi soal, dan memastikan kunci pendidik guru kemungkinan belum terlatih juga
jawaban ataupun rubrik. untuk merencanakan penerapan pembelajaran dan
(Soeryanto et al., 2020) dalam penelitiannya pengukuran berbasis HOTS. Oleh karena itu, riset-
riset ke depan sebaiknya juga diarahkan untuk
yang menalisiss assessment HOTS pilihan ganda
melatih pendidik sebagai pihak yang akan
menyebutkan bahwa assessment yang layak harus melatihkan kemampuan ini, melalui rancangan riset-
memenuhi syarat lolos uji validitas, reabilitas, dan riset model pengembangan kompetensi guru.
analisis butir soal meliputi: tingkat kesukaraan soal, • Untuk penelitian selanjutnya diharapkan
daya pembeda, dan pengecoh. mengembangkan modul yang sesuai dengan gaya
belajar siswa.
• Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya model PBL
PENUTUP
dipadukan dengan model PJBL.
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan literatur-literatur terkait DAFTAR PUSTAKA
maka dapat disimpulkan:
• Penggunaan model PBL dengan pendekatan Amir, M. T. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem
saintifik mampu meningkatan kemampuan siswa Based learning (1st ed.). Kencana.
dalam hal menganalisis, mengevaluasi, dan Apandi, I. (n.d.). Guru dan Implementasi Pendekatan
mencipta dimana kemampuan-kemampuan tersebut Saintifik dalam PembelajaranGuru dan
merupakan kemampuan HOTS. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam
• Dalam proses penerapan model PBL dengan Pembelajaran. Www.Kompasiana.Com. Retrieved
pendekatan saintifik perlu diperhatikan hal-hal June 3, 2020, from
berikut agar kemampuan HOTS siswa dapat https://www.kompasiana.com/idrisapandi/5bca01f6
ditingkatkan maksimal seperti: a). Dibentuknya 677ffb1af9055c47/penguatan-kemampuan-guru-
kelompok yang heterogen agar terjadi interaksi yang dalam-implementasi-pendekatan-saintifik-dalam-
masksimal pada proses pembelajaran. b). pembelajaran?page=all%0D
Keterlibatan peserta didik terhadap proses
pembelajaran, karena pada model PBL dengan Arsana, I. M., Susila, I. W., Hidayatullah, R. S., &
pendekatan saintifik pembelajran tidak lagi teacher Ariyanto, S. R. (2019). Implementation of
centered. c). Kecakapan pendidik sebagai fasilitator, Troubleshooting Teaching Method to Develop
dalam proses pembelajaran PBL pembelajran tidak Student’s Competency in Conducting Motorcycle
lagi terpusat keguru sehingga guru tidak banyak Tune-up. Journal of Physics: Conference Series,
terlibat dalam pembelajaran. d). menyusun 1387(1). https://doi.org/10.1088/1742-
permasalahan, dimana permasalahan dibuat agar 6596/1387/1/012096
semenarik mungkin, termutakhir dengan Arsana, I Made, Ariyanto, S. R., & Wibisono, H. G.
permasalahan sekarang, sesuai dengan kebutuhan (2019). Implementation of Problem-Based
industri, dan tidak sulit atau mudah bagi siswa. e). Learning Models Supported by Trainer Radiator
Penggunaan media pembelajaran yang sesuai Module for Heat Transfer Learning. Jurnal Taman
dengan gaya belajar siswa. Vokasi, 7(2), 226–231.
• Langkah-langkah pembuatan assessment HOTS
yang dikatakan layak pakai sebagai berikut: a). Az-zahra, W., & Arsal, A. F. U. N. M. (2019).
Analisis kompetensi dasar dan IP yang bisa Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Didik
digunakan untuk assessment HOTS. b). Yang Dibelajarkan Dengan Model Problem-Based
Menentukan stimulus yang kontekstual dan menarik Learning Pada Pembelajar Biologi Di Sekolah
utuntuk siswa. c). Menentukan tujuan tes Pada tahap Menengah Atas. 1–11.
menentukan tujuan tes, ada beberapa hal yang harus Dewanto, & Septianggraini, dinda hasna. (2019).
dilakukan sebagai berikut: Membuat kisi-kisi soal Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
dan Pembuatan Instrumen Penilaian d). Validasi Learning (Pbl) Menggunakan Soal Higher Order
Ahli dan Ujicoba Produk. e). Analisis dan Revisi Thinking Skills (Hots) Untuk Meningkatkan Hasil
Produk Belajar Siswa Kelas X Tpm 2 Pada Mata Pelajaran
Dptm Di Smk Dharma Bahari Surabaya. JPTM,
Saran 8(2), 37–34.
Berdasarkan hasil pembahasan literatur-literatur terkait https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurna
dan kesimpulan maka dapat disimpulkan: l-pendidikan-teknik-mesin/article/view/27948
• Untuk penerapan model PBL diharapkan membuat Dhini, M. S., Sunarti, I., & Riadi, B. (2019).
permasalahan semenaraik mungkin dan akrab Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis
dengan siswa. HOTS (Higher Order Thinking Skill) Teks
Deskripsi SMP Kelas VII. Jurnal Kata (Bahasa,
Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMK Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Sastra, Dan Pembelajarannya), 53(9), 1–30. Bahasa Indonesia Berdasarkan Hasil UN 2017.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Indonesian Journal of Educational Assessment P-
ISSN, 1(1), 23–34.
Flamboyant, F. U., Murdani, E., & Soeharto, S. (2018).
Pengaruh Model Problem Based Learning Setiawati, W., Asmira, O., Ariyan, Y., Bestary, R., &
Terhadap Higher Order Thinking Skills Peserta Pudjiastuti, A. (2019). Buku Penilaian Berorientasi
Didik SMA Negeri di Kota Singkawang pada Higer Order Thinkings Skills (HOTS). In Dirjen
Materi Hukum Archimedes. Variabel, 1(2), 51. GTK Kemendikbud (Vol. 53, Issue 9).
https://doi.org/10.26737/var.v1i2.810 https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Hamruni. (2011). Strategi Pembelajaran. Insan Madani. Soeryanto, Arsana, I. M., Hidayatullah, R. S., &
Ariyanto, S. R. (2020). Analysis of HOTS Type
Kurnianto, B., & Arsana, I. M. (2020). Penerapan
Multiple-choice Test Items on Learning
Pembelajaran Problem Based Learning Untuk
Automotive Electrical Systems in SMK Dharma
Meningkatkan Kemampuan Critical Thingking Dan
Bahari Surabaya. Journal of Physics: Conference
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi
Series, 1569(3). https://doi.org/10.1088/1742-
Dasar Otomotif Siswa Kelas X Tkr 1 Di Smkn 3
6596/1569/3/032046
Boyolangu Tulungagung. JPTM, 9(3), 99–107.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal- Sudarto, J., & Dewanto. (2013). Penerapan Model
pendidikan-teknik- Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata
mesin/article/download/35167/31288 Diklat Memelihara Baterai Kelas X Tkr 1 Smkn 1
Kanor Bojonegoro. JTM, 01(03), 50–55.
Lestari, D. E., Nizaruddin, & Murtianto, Y. H. (2017).
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurna
Efektivitas Model Pembelajaran Pbl Berbantuan
l-pendidikan-teknik-
Media Kokami Ditinjau Dari Gaya Belajar
mesin/article/download/2216/1360
Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Aksioma,
8(2), 68. https://doi.org/10.26877/aks.v8i2.1695 Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan.
Alfabeta.
Nikmah, N., Anggraito, Y. U., & Widiatningrum, T. U.
(2017). Analisis Keterlaksanaan Problem Based Tyas, R. (2017). Kesulitan penerapan problem based
Learning dan Hubungannya dengan Kemampuan learning dalam pembelajaran matematika.
Higher Order Thinking Siswa. Journal of Biology Tecnoscienza, 2(1), 43–52.
Education, 6(3), 248–257. http://ejournal.kahuripan.ac.id/index.php/TECNOS
https://doi.org/10.15294/jbe.v6i3.21080 CIENZA/article/view/26
Noma, L. D. U., Prayitno, B. A., & Suwarno. (2016). Wahidmurni. (2018). Pengembangan Penilaian untuk
PBL Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Tingkat Tinggi Siswa Kelas X SMA. Bioedukasi, (Higher Order Thinking Skills/HOTS). Workshop
9(2), 62–66. https://doi.org/10.1364/OL.36.003374 Pengembangan Penilaian Kurikulum 13 Bagi
Guru-Guru Madrasah Aliyah Negeri Batu, 1–19.
Nurhayati, N., & Angraeni, L. I. P. P. (2017). Analisis
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa weforum.org. (2016). The 10 skills you need to thrive in
(Higher Order Thinking) dalam Menyelesaikan the Fourth Industrial Revolution.
Soal Konsep Optika melalui Model Problem Based Www.Weforum.Org.
Learning. Jurnal Penelitian & Pengembangan https://www.weforum.org/agenda/2016/01/the-10-
Pendidikan Fisika, 3(2), 119–126. skills-you-need-to-thrive-in-the-fourth-industrial-
https://doi.org/10.21009/1.03201 revolution/
Oktanisa, L. (2018). Pengembangan Asesmen Soal Widiawati, L., Joyoatmojo, S., & Sudiyanto. (2018).
Berbasis Higher Order Thinking Skills Pada Mata Higher order thinking skills as effect of problem
Pelajaran Ekonomi. Jurnal Pendidikan Ekonomi, based learning in the 21st century learning.
6(3), 355–361. International Journal of Multicultural and
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Multireligious Understanding, 5(3), 96–105.
Ridwan, Jamiah, Y., & Bistari. (2019). Efektivitas model Yulianti, T., Pramudya, I., & Slamet, I. (2019). Effects of
pbl disertai brainstorming pada materi dimensi the 21st Century Learning Model and Problem-
tiga di smk negeri 3 pontianak. Based Models on Higher Order Thinking Skill.
International Journal of Educational Research
Royantoro, F., Yusuf, I., & Widyaningsih, S. W. (2018).
Review, 4, 749–755.
Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap
https://doi.org/10.24331/ijere.629084
Higher Order Thinking Skills Peserta Didik.
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(3), 371–382.
https://doi.org/10.20527/bipf.v6i3.5436
Safari. (2018). Kemampuan Siswa SMA IPA dan IPS
Dalam Menjawab Soal HOTS Mata Pelajaran

61

Anda mungkin juga menyukai