Anda di halaman 1dari 19

Nama Lengkap Mahasiswa : Salwa Adilla Delfi

Nomor Pokok Mahasiswa : 2003110253


Lokal Belajar : KOMPOL D
FORM REVIEW JURNAL
ARTIKEL 1
Judul Artikel Dampak Perkembangan Teknologi Komunikasi Terhadap Bahasa
Indonesia
Nama Jurnal Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi
Volume, Edisi, Tahun Vol. 5. No. 2 Juli 2021
Halaman 252 - 269
Link Artikel http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/interaksi/article/view/7539
Penulis Rosy Febriani Daud

Tujuan Penelitian Untuk mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan


pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa untuk menggambarkan
secara cermat sifat-sifat suatu hal, keadaan, gejala, atau fenomena,
tidak terbatas pada sekadar pengumpulan data melainkan meliputi
analisis dan interpretasi mengenai data tersebut
Subjek Penelitian Berupa kata-kata (kalimat-kalimat) yang menjelaskan sesuatu, bukan
bilangan-bilangan
Teori yang Digunakan Penelitian ini menggunakan Landasan Teori Penelitian Kualitatif.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif
yang merujuk pada penggunaan analisis data. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menghasilkan data mengenai deskripsi objek
penelitian yang berupa kata-kata (kalimat-kalimat) yang menjelaskan
sesuatu, bukan bilangan-bilangan.
Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan landasan teori untuk memberi batasan
penelitian dan menjadikan objek yang diteliti fokus dan sesuai
keadaan di lapangan. Selain itu, landasan teori juga memberikan
gambaran mengenai latar belakang penelitian yang kemudian akan
merujuk pada pembahasan.
Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan proses pendeskripsian yang teliti dan
penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu
hal, keadaan, gejala, atau fenomena, tidak terbatas pada sekadar
pengumpulan data melainkan meliputi analisis dan interpretasi
mengenai data tersebut.
Hasil dan Pembahasan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and
Communication Technologies/ICT) adalah terminologi yang
mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan
menyampaikan informasi (Setiadi dkk, 2009). Menurut Haag dan
Keen dalam Renol (2010: 38)

Teknologi Informasi adalah seperangkat alat yang membantu anda


bekerja dengan informasi dan melaksanakan tugas-tugas yang
berhubungan dengan pemrosesan informasi, ini berlaku juga untuk
alat komunikasi. Haag mengklasifikasikan ITC ke dalam dua
pengertian dengan aspek yang berbeda, yaitu:
a. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan
proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan
informasi.
b. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan
mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat


cepat ditandaisalah satunya oleh perkembangan alat komunikasi.
Cepatnya perkembangan teknologi komunikasi ini dapat kita lihat
melalui sejarah perkembangan teknologi komunikasi, sejarah
perkembangan teknologi informasi, dan sejarah teknologi informasi.
Perubahan ini jelas mempengaruhi pola komunikasi dan hubungan
yang kita lakukan dengan orang lain serta mempengaruhi bahasa
nasional kita yaitu Bahasa Indonesia.

Teknologi mempunyai banyak manfaat dan pengaruh bagi


masyarakatluas, terutama dalam hal bahasa. Sekarang ini di
Indonesia banyak sekali orang yang menggunakan percakapan
dengan artian-artian atau bahasa-bahasa teknologi atau bahasa asing.
Semua ini mempunyaidampak positif dan bisa juga mempunyai
dampak negatifnya.Menurut Sunaryo (2000:6),“Tanpa adanya
bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan
berkembang”.

Dengan adanya teknologi sekarang ini perkembangan bahasa


Indonesia mengalami kemajuan yang cukup besar. Hal tersebut
karena adanya perkembangan teknologi yang kian hari kian canggih
sehingga menimbulkan akulturasi dan pengaruh terhadap
perkembangan kosa-kata bahasa Indonesia. Dengan adanya
teknologi, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media masa
cetak dan elektronik, baik visual atau audio, harus memakai bahasa
Indonesia. Seperti memberikan informasi-informasi melalui media
internet ataupun televisidengan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Hal ini tentu berdampak positif bagi perkembangan bahasa
Indonesia. Sehingga media massa menjadi tumpuan kita dalam
menyebarluaskan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Hubungan teknologi informasi dengan organisasi berfungsi


mengalihkan pesan (informasi) untuk mencapai tujuan komunikasi.
Teknologi Komunikasi dan Informasi harus dipahami sebagai istilah
yang sangat kompleks seperti artefak, teknik dan pengetahuan yang
digunakan untuk membantu memecahkan masalah manusia termasuk
memecahkan informasi dan komunikasi. Secara umum dapat
meliputi penggunaan komputer hingga penggunaan satelit. Oleh
karena itu, frase Teknologi Komunikasi dan Informasi Baru
terkadang digunakan untuk menggambarkan semua teknologi
yangberkitan dengan elektronik daripada yang berarti mekanis
(Liliweri, 2011: 858).

Perkembangan yang terjadi dengan cepat di bidang komunikasi


membuat para ahli menyebutnya sebagai revolusi komunikasi.
Perubahan yang cepat ini didorong oleh adanya berbagai penemuan
di bidang teknologi sehingga apa yang dulu merupakan kendala
dalam kegiatan komunikasi, sekarang sudah terbuka lebar. Seseorang
dapat berhubungan dengan seseorang atau sekelompok orang tanpa
dibatasi oleh faktor waktu, jarak, jumlah, kapasitas dan kecepatan.
Contohnya penggunaan satelit dalam komunikasi.

Menurut Onong, empat revolusi pengetahuan khususnya revolusi


fisika ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia yang
membawa banyak perubahan yang luar biasa dalam kehidupan.
Revolusi ini membawa dampak pada empat bidang, yaitu:
1. Bidang intelektual, dengan meninggalkan kebiasaan atau
kepercayaan tradisional dan mengambil kebiasaan bam.
2. Bidang industri dan kemampuan di medan perang
3. Tumbuhnya organisasi sosial dan kehidupan politik
4. Tata lingkungan.
Selain empat bidang tersebut di atas, revolusi pengetahuan terutama
revolusi fisika juga membawa dampak yang sangat besar terhadap
revolusi teknologi komunikasi. Everett M. Rogers dalam bukunya
'Communication technology' membagi revolusi komunikasi ini
menjadi empat era.

Revolusi teknologi informasi dan komunikasi yang terjadi di seluruh


dunia termasuk Indonesia telah mengubah pola komunikasi manusia
ke dalam sebuah bentuk informasi kampung global sebagaimana
telah diramalkan oleh Marshall McLuhan melalui teori media klasik-
nya. Berbagai teknologi baru seperti laser, serat optik, telepon,
internet, dan perangkat telekomunikasi lainnya telah memasuki
jaringan media komunikasi tertulis dan lisan dan hal itu tidak dapat
dihindari. Dibawah ini merupakan periode perkembangan teknologi
komunikasi yang terjadi di Indonesia.
1. Teknologi Komunikasi Tradisional, kegiatan komunikasi di
Indonesia sejatinya dimulai sejak masa kerajaan. Hal ini terungkap
melalui berbagai prasasti dan dokumen yang ditemukan oleh ahli
sejarah. Media komunikasi yang digunakan pada masa kerajaan
adalah batu, kayu, kulit kayu, bambu serta lontar. Macam-macam
media komunikasi tersebut merupakan media komunikasi yang
ditulis dengan menggunakan bahasa Sansekerta.
2. Mesin Cetak, Kurang lebih dua abad setelah mesin cetak
ditemukan, tepatnya pada tahun 1688, pemerintah Hindia Belanda
membawa masuk mesin cetak ke Indonesia. Tak lama setelah itu,
terbitlah surat kabar tercetak pertama yang berisi berbagai ketentuan
perjanjian antara pemerintah Hindia Belanda dengan Sultan
Makassar. Penerbitan surat kabar pertama ini kemudian diikuti
berbagai macam penerbitan lainnya seperti iklan yang umumnya
ditujukan untuk membela atau membantu kepentingan pemerintahan
Hindia Belanda di Indonesia. Ini adalah cikal bakal sejarah media
massa di Indonesia.
3. Telegraf, Tahun 1855, tepatnya tanggal 23 Oktober, saluran
telegraf di Indonesia mulai dibuka oleh pemerintah Hindia Belanda.
Saat itu, saluran telegraf menghubungkan Batavia (Jakarta) dan
Buitenzorg (Bogor). Kemudian layanan telegraf semakin
berkembang yang ditandai dengan dimanfaatkannya telegraf oleh
khalayak luas di 28 kantor telegraf yang ada saat itu. Telegraf
mengalami perkembangan lebih lanjut dengan adanya kabel
komunikasi bawah laut yang dapat membawa pesan yang
menghubungkan Jakarta – Singapura dan diikuti dengan jalur
Banyuwangi – Australia.
4. Telepon, Pada tanggal 16 Oktober 1882 jaringan telepon lokal
pertama muncul di Indonesia yang menghubungkan wilayah Gambir
dan Tanjung Priok dan secara cepat menyebar ke sebagian besar
wilayah Indonesia. Dua tahun kemudian tepatnya tahun 1884,
jaringan telepon lokal kemudian dibangun di Semarang dan
Surabaya. Kemudian pada tahun 1906, Pemerintah Hindia Belanda
mengambil alih dan mengelola semua jaringan telepon di Indonesia
melalui sebuah badan yang telah dibentuk dan bernama Post
Telegraaf en Telefoon Dienst. Sejak saat itu, jasa telekomunikasi di
Indonesia dikelola sepenuhnya oleh pemerintah. Pada tahun 1920,
telegram mulai dipopulerkan yang terdiri dari berbagai kombinasi
kode yang ditransmisikan melalui telegraf. Pada kisaran tahun
1960an, Indonesia mengalami pembangunan jaringan
telekomunikasi yang sangat pesat. Salah satu yang dibangun pada
tahun 1967 adalah gelombang mikro lintas Sumatra – Indonesia
Timur yang menghubungkan Jawa – Nusa Tenggara – Sulawesi –
Kalimantan. Saat itu, jaringan telepon menggunakan sistem batere
lokal dan kawat tunggal yang terpasang di atas permukaan tanah.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan sistem
baterai lokal perlahan-lahan diganti dengan menggunakan kabel yang
ditanam jauh di bawah permukaan tanah agar tidak mengalami
gangguan. Kawat tunggal kemudian diganti dengan kawat ganda.
Setelah Satelit Palapa A1 diluncurkan pada tahun 1976, cakupan
jaringan telepon di Indonesia semakin luas hingga mencapai luar
negeri. Perumbuhan jaringan telepon semakin pesat serta canggih
yang didukung oleh teknologi satelit.
5. Telepon Genggam, Cikal bakal telepon genggam adalah pager
yang muncul sebelum masa reformasi. Jumlah pelanggan pager pada
saat itu mencapai 800.000 pengguna dan terus mengalami penurunan
seiring dengan mulai berkembangnya teknologi telepon genggam.
Teknologi telepon genggam berbasis NMT atau Nordic Mobile
Telephone di Indonesia mulai berkembang pada tahun 1984. Tahun
1985, teknologi telepon genggam bergerak ke NMT modifikasi
dengan sistem AMPS atau Advance Mobile Phone Sytem dan
digunakan oleh beberapa operator di Indonesia seperti PT. Panca
Sakti, PT Elektrindo Nusantara, PT Rajasa Hazanah Perkasa, dan PT.
Centralindo Telekomindo.Selanjutnya, pada tahun1993 mulai
dikembangkan industri GSM atau Global System for Mobile
Communication di Indonesia dengan pilot project di pulau Batam dan
Bintan. Decade ini ditandai dengan semakin banyaknya operator
seluler di Indonesia seperti Satelindo, Telkomsel, dan PT
Excelcomindo Pratama.
6. Radio, Radio siaran yang pertama yang didirikan di Indonesia
adalah Bataviase Radio Vereniging atau BRV pada tanggal 16 Juli
1925 dan merupakan cikal bakal sejarah radio di Indonesia.
Kemudian disusul oleh berbagai stasiun radio swasta lainnya di
berbagai wilayah di Indonesia. Salah satu stasiun radio terbesar saat
itu yang mendapat subsidi dari pemerintah adalah NIROM atau
Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij. Tanggal 11 September
1945, dibentuk Radio Republik Indonesia oleh para pimpinan radio
yang tergabung dalam Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran
(PPRK). Di Indonesia, keberadaan radio diatur oleh pemerintah
melalui sebuah Direktorat Jenderal Radio, Televisi, dan Film.
7. Televisi, Sejarah televisi di Indonesia diawali pada tahun 1962
yang ditandai dengan disiarkannya dua peristiwa besar yaitu
Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17
Agustus 1962 di Jakarta dan upacara Pembukaan Asian Games IV
tanggal 24 Agustus 1962 di Jakarta oleh TVRI. Itulah awal mula
TVRI mengudara dan setelah Satelit Palapa A1 diluncurkan pada
tahun 1976, siaran TVRI dapat menjangkau wilayah Indonesia yang
lebih luas dari sebelumnya. Seperti radio, keberadaan televisi diatur
oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Radio, Televisi, dan
Film.
8. Satelit Komunikasi, Satelit Palapa A1 adalah satelit komunikasi
domestik pertama yang diluncurkan oleh Indonesia pada tahun 1976.
Peluncuran satelit Palapa A1 milik Perumtel ini sekaligus
menandakan Indonesia sebagai negara ketiga di dunia setelah
Amerika Serikat dan Kanada yang memiliki satelit komunikasi
domestik.
9. Komputer, Komputer mulai digunakan di Indonesia pada kisaran
tahun 1967.Saat itu, terjadi peningkatan permintaan pemasangan dan
penggunaan perangkat computer oleh instansi pemerintah. Hal ini
berujung pada dibentuknya Badan Koordinasi Otomatisasi
Administrasi Negara atau BAKOTAN oleh Pemerintah pada tanggal
4 Juli 1969. Badan ini berperan sebagai konsultan bagi berbagai
instansi yang akan membeli atau menyewa perangkat komputer.
Masih sedikitnya ahli di bidang computer mendorong Universitas
Indonesia memelopori berdirinya Pusat Ilmu Komputer sebagai
tempat bagi para mahasiswa yang ingin belajar dan memahami ilmu
komputer pada tahun 1972. Pada dekade 1980an, perkembangan
komputer di Indonesia ditandai dengan kehadiran komputer mini.
Komputer mini memiliki sistem operasi sendiri dan dianggap sebagai
sebuah komputer yang memiliki tingkat kerumitan tersendiri.
Dampaknya adalah computer mini dipandang tidak efektif dan tidak
kompatibel dengan sistem operasi lain. Solusi dari permasalahan
tersebut adalah munculnya sistem operasi baru yang diberi nama
UNIX yaitu sebuah sistem operasi yang kompatibel dengan berbagai
jenis komputer. Pada tahun 1983, sistem operasi UNIX buatan
Indonesia yang dinamakan Indonesian Gateway atau INDOGTW
berhasil diciptakan oleh mahasiswa UI. Pada dekade 1990an,
berbagai sistem operasi baru mulai tumbuh di Indonesia. Saat itu,
berbagai komputer dengan prosesor mikro x86 besutan Intel
Corporation mulai memenuhi pasar dan yang paling popular adalah
Pentium II. Komputer jenis ini banyak digunakan di sekolah,
perkantoran, dan di rumah dan dipandang sebagai komputer yang
sangat efisien dan efektif dalam membantu pekerjaan. Perlahan
namun pasti, kehadiran computer jenis ini menggantikan peran mesin
ketik yang terlebih dahulu ada. Pada dekade inilah internet
mulaimasuk ke Indonesia. Selanjutnya pada decade 2000an,
computer terusmengalami perkembangan termasuk di Indonesia.
Yang popular pada dekade ini adalah computer generasi Pentium III
yang ditandai dengan diterapkannya stand CPU, memory RAM jenis
SDRAM berukuran 64MB hingga 256MB dan dengan kecepatan
800Mhz – 1300Mhz. Adapun sistem operasi yang paling popular di
Indonesia adalah sistem operasi Windows 98. Pada masa ini
jugamuncul komputer Pentium IV dengan prosesor yang lebih
canggih dibandingkan dengan Pentium III. Selain Intel, AMD adalah
perusahaan yang juga mengeluarkan prosesor komputer yang juga
banyak diminati di Indonesia. Hingga kini, teknologi komputer di
dunia terus berkembang dan hal ini juga berdampak pada
perkembangan computer di Indonesia.
10. Internet, Cikal bakal perkembangan internet di Indonesia
sejatinya dimulai pada tahun 1984 dengan adanya kegiatan radio
amatir di Amatir Radio Club ITB yang menggunakan pesawat radio
pemancar Single Side Band atau SSB milik Harya Sudirapratama dan
computer Apple II milik Onno W. Purbo. Di masa itulah mulai
dibahas mengenai teknik membangun jaringan komputer dengan
teknologi radio paket. Perkembangan internet di Indonesia
selanjutnya dimulai pada pertengahan 1990an oleh komunitas
pengguna radio amatir yang disebut dengan PaguyubanNet atau
Paguyuban Network.

Bahasa merupakan alat vital dalam kehidupan manusia. Bahasa


merupakan alat komunikasi yang memungkinkan adanya interaksi
satu orang dengan yanglainnya. Adanya bahasa mempermudah
seseorang dalam menyampaikan maksud dan tujuan. Menurut Oka
dan Suparno dalam Chair (2007:42) Bahasa adalah sistem lambang
bunyi oral yang arbitrer yang digunakan oleh sekelompok manusia
(masyarakat) sebagai alat komunikasi. Posisi penting bahasa sebagai
alat penghubung menjadikan bahasa sebagai suatu kebutuhan
komunikasi, seperti pandangan Felicia (2001 :1), yang mengatakan
bahwa dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling
sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa
tulis.Singkatnya, bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan
manusia, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan
sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan
bermasyarakat (Soeparno, 2002). Bahasa juga bisa sebagai identitas
yang menunjukan seseorang atau kelompok tertentu. Bahasa dalam
perspektif ini dapat diartikan sebagai jati diri.

Bahasa adalah alat penghubung dalam komunikasi baik verbal


maupun nonverbal yang dilakukan oleh manusia. Setiap
negara/kelompok sosial masyarakat dipastikan memiliki bahasanya
masing-masing. Tanpa bahasa tentu manusia tidak dapat membangun
kehidupan sosialnya. Bahasa adalah teknologi sederhana yang
dihasilkan oleh pergaulan manusia, ia senantiasa berkembang dari
waktu ke waktu, sebagaimana perkembangan peradaban manusia
yang dinamis.
Ilmu pengetahuan dan teknologi juga tidak akan dapat tumbuh dan
berkembang tanpa adanya bahasa (Bachtiar, 2011:7). Setiap
penelitian ilmiah tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya bahasa. Ilmu
dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Jika tidak ada
bahasa, maka ilmu pengetahuan tidak akan dapat diketahui banyak
orang dengan kata lain ilmu pengetahuan tidak dapat disebarluaskan
sebab tidak ada sarana untuk mengkomunikasikannya. Maka dari itu,
bahasa menjadi sarana utama pada setiap forum ilmiah.

Oleh karena pentingnya kedudukan bahasa pada ilmu pengetahuan,


maka bahasa yang digunakan untuk menyampaikannya harus sangat
diperhatikan. Ilmu pengetahuan haruslah disampaikan dengan bahasa
yang mudah dipahami orang lain. Yang dimaksudkan adalah bahasa
yang digunakan tidak hanya dimengerti oleh kalangan ilmuan saja,
tetapi bisa dimengerti oleh semua elemen masyarakat. Dengan begitu
ilmu akanditerima oleh masyarakat luas dan kebermanfaatan ilmu itu
dapat dirasakan oleh banyak orang. Bahasa memiliki peran yang
sangat penting, termasuk bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
menjadi akar sekaligus produk budaya. Bahasa Indonesia berfungsi
sebagai sarana untuk tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan. Bahasa
Indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan
sebagai bahasa negara sesuai dengan UndangUndang Dasar 1945.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara menjadi bahasa pengantar
dalam pendidikan Nasional (Daimun, 2013:10).

Selain itu bahasa Indonesia juga


mempunyai empat fungsi sebagai berikut:
1. sebagai lambang kebangsaan negara,
2. lambang identitas negara,
3. alat penghubung antarwarga, antardaerah, antarbudaya, dan
4. alat yang menyatukan berbagai suku bangsa dengan latar belakang
sosial budaya yang berbeda

Perkembangan bahasa dan Teknologi Informasi dan Komunikasi


dalam catatan sejarah cenderung menunjukan keterkaitan.
Kecenderungan Teknologi Informasi itu menunjukkan bahwa
Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai sebuah perangkat
(benda) mati yang paling banyakmempengaruhi perkembangan
bahasa. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
perkembangannya berhasil melahirkan kosakata-kosakata baru yang
memperkaya khazanah kosakata dan istilah bahasa Indonesia di
zaman modern.

Di era globalisasi ini dimana ilmu pengetahuan yang berkembang


sangat pesat dan berbagai macam teknologi canggih bermunculan.
Semua itu tidak akan bisa dicapai jika tidak adanya bahasa, oleh
karena itu bahasa juga mempunyai peranan dalam ilmu pengetahuan.
Fungsi bahasa sebagai alat interaksi tersebutlah yang tentu saja
memberikan kemudahan bagi penyampain informasi itu sendiri yang
pada akhirnya membuat berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi. Seperti yang telah kita bahas tadi di atas dunia tanpa
bahasa = tidak ada interaksi, tidak adanya interaksi berarti juga tidak
adanya teknologi. Semakin berkembangnya teknologi di dalam
kehidupan kita akan berdampak juga pada perkembangan dan
pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bangsa Indonesia harus ikut berperan di dalam dunia persaingan


bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi.
Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan secara tidak langsung memperkaya
khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya
akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa
Indonesia, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara


langsung memberikan dampak terhadap penggunaan bahasa
Indonesia. Dampak positif yang didapat dari perkembangan
teknologi Informasi terhadap penggunaan Bahasa Indonesia antara
lain:

a. Meningkatkan Intensitas Komunikasi


Perkembangan teknologi yang semakin marak dan terjadi sangat
pesat ini rupanya berguna dan bermanfaat terutama bagi sektor
komunikasi terutama terhadap bahasa. Sebagai contohnya yaitu
adanya internet yang menjadi contoh nyata bahwa kini teknologi di
dunia semakin berkembang. Dengan adanya internet ini maka setiap
orang bisa melakukankomunikasi dengan orang lain menggunakan
bahasa yan mudah dimengerti, sekalipun jaraknya saling berjauhan.
Komunikasi bahkan tidak hanya bisa dilakukan melalui pengiriman
pesan dan telepon saja tetapi sekarang Anda juga bisa berkomunikasi
melalui video call. Bahkan banyak aplikasi video call yang bisa
diunduh baik pada PC maupun pada gadget.

Meningkatnya pengetahuan masyarakat atau publik mengenai bahasa


Indonesia dimana menurut catatan Wall Street Journal bahwa jumlah
pengguna media sosial Facebook di Indonesia menyentuh angka 59
juta pengguna sedangkan pengguna media sosial Twitter di Indonesia
adalah 50 juta pengguna. Ini tentu berpengaruh secara signifikan pada
meningkatnya pengetahuan masyarakat dunia terhadap masyarakat
dan bahasa Indonesia.Belum termasuk penyebaran massif melalui
media lain, seperti media televisi dan aplikasi sosial media global
yang lain.

b. Penyebaran Informasi yang Cepat


Perkembangan teknologi juga memberikan dampak positif pada
penyebaran informasi. Jika dahulu Anda mengandalkan surat kabar
atau televisi untuk tahu informasi terkini, sekarang internet
mengambil peran keduanya. Kehadiran internet membuat
penyebaran informasi terjadi dengan sangat cepat bahkan real time.
Apa yang terjadi detik ini di belahan bumi lain dapat secara langsung
Anda ketahui saat itu juga.
Dengan adanya penyebaran informasi yang cepat dapat
meningkatnya produksi buku-buku terjemahan ke dalam bahasa
Indonesia Saat ini banyak buku dari luar negeri yang diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia, baik itu buku fisik maupun buku
berbentuk ebook. Banyaknya buku terjemahan ini selain sebagai
pengayaan literature juga merupakan sebuah media pembauran
kesusasteraan antar bangsa.Bertambahnya kosakata dalam Bahasa
Indonesia Secara langsung pertambahan jumlah kosakata bahasa
Indonesia terjadi dengan sangat cepat. Hal ini terjadi dan mayoritas
dipengaruhi oleh bahasa Inggris. Contoh: Information menjadi
Informasi, Communication menjadi Komunikasi, Technology
menjadi Teknologi, dan lain-lain.

c. Memajukan Dunia Pendidikan


Perkembangan teknologi komunikasi yang pesat juga mendukung
kemajuan dunia pendidikan. Kini masyarakat yang tinggal di pelosok
atau desa-desa terpencil juga dapat menikmati internet. Oleh karena
itu, informasi yang mereka dapatkan saat ini tidak bergantung pada
narasumber buku saja. Melalui internet, masyarakat mendapat
tambahan pengetahuan dan wawasan yang baru dengan sangat
mudah dan cepat. Pemerataan pendidikan pun sekarang menjadi hal
yang tidak mustahil lagi mengingat teknologi komunikasi sekarang
dapat dirasakan manfaatnya bahkan di tempat terpencil.

Dalam perkembangan teknologi komunikasi Bahasa Indonesia


sebagai kandidat bahasa Internasional. Berdasarkan jumlah penutur
dan penggunaan di viral sosial, bahasa Indonesia termasuk yang
terbesar diantara bahasa-bahasa yang memiliki penutur yang banyak.
Ketertarikan dunia terhadap bahasa Indonesia tercermin dari
bermunculannya pusat studi bahasa Indonesia di beberapa universitas
terkemuka di dunia. Selain itu, saat ini bahasa Indonesia menjadi
yang paling berpotensi untuk dijadikan sebagai bahasa penghubung
di antara komunitas negaranegara ASEAN.

Disamping memberikan banyak dampak positif, ternyata masih ada


dampak negatif yang bisa terjadi dalam perkembangan teknologi
komunikasi. Kemajuan teknologi komunikasi yang ada sekarang
justru menurunkan semangat juang bagi sebagian orang. Karena
segalanya terasa mudah, banyak mahasiswa misalnya yang hanya
murni melakukan copy paste dalam mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan.

Dampak negatif dari perkembangan teknologi komunikasi terhadap


bahasa Indonesia yaitu masyarakat Tidak lagi menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar Pola hidup masyarakat Indonesia yang
konsumtif berakibat pada semakin mudahnya penerimaan terhadap
berbagai penetrasi budaya luar. Ini lebih mudah terjadi pada
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, salah satu contoh
adalah penggunaan media sosial oleh remaja yang cenderung
menggunakan bahasa gaul di media sosial dari pada bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
Dalam bidang bisnis, kemajuan teknologi komunikasi juga memicu
maraknya cyber crime. Kejahatan virtual seperti hacking dan carding
juga telah merugikan banyak orang. Oleh sebab itu Anda harus lebih
berhati-hati dalam melakukan transaksi online agar tidak terjerumus
dalam penipuan.

Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi yang ada sekarang


juga menyerang kehidupan sosial masyarakat. Tindakan
cyberbullying, penyebaran berita hoax, ujaran kebencian dan konten
pornografi dinilai cukup meresahkan. Efek yang ditimbulkan pun
bukan perkara sepele karena akan merusak generasi bangsa dan
memecah belah persatuan.

Demikian informasi terkait dampak positif dan negatif yang


ditimbulkan oleh perkembangan teknologi komunikasi saat ini. Anda
sebagai warga negara yang baik harus lebih bijak dan jeli dalam
memanfaatkan teknologi komunikasi yang ada sekarang. Semoga
kedepannya akan selalu ada solusi yang dapat memberantas dampak
negatif yang kemungkinan akan semakin meningkat.
Penutup Teknologi Komunikasi dan Informasi adalah aplikasi pengetahuan
dan keterampilan yang digunakan manusia dalam mengalirkan
informasi atau pesan dengan tujuan untuk membantu menyelesaikan
permasalahan manusia (aktivitas sosial) agar tercapai tujuan
komunikasi. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
sendiri telah menimbulkan dampak dan pengaruh terhadap budaya
pada masyarakat, baik berupa dampak positif maupun dampak
negatif. Salah satu aspek kehidupan yang paling terpengaruh dengan
perkembangan ini adalah aspek bahasa yang sedikit demi sedikit
mengalami pergeseran.Tanpa adanya bahasa, Ilmu Pengetahuan
tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di
dalam struktur budaya, ternyata memiliki peran ganda, yaitu sebagai
akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana
berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang.
Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa
sebagai prasarana berpikir modern. Oleh karena itu, jika cermat
dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir
karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran). Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki peran vital pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi di
Indonesia. Hal ini dimaksudkan dengan penggunaan bahasa nasional
masyarakat Indonesia dapat mengetahui informasi tersebut.

ARTIKEL 2
Judul Artikel Komunikasi Instruksional Pada Kelas Akting Online Sanggar Ananda
Nama Jurnal Jurnal Interaksi : Jurnal Ilmu Komunikasi
Volume, Edisi, Tahun Vol. 5. No. 1, Januari 2021
Halaman 1-10
Link Artikel http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/interaksi/article/view/4620
Penulis Ari Usman, Devira Nafliyon, Wiliani

Tujuan Penelitian Kajian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi instruksional


yang berlangsung pada kelas akting online yang diselenggarakan
oleh Sanggar Ananda pimpinan Aditya Gumay sebagai sebuah
lembaga pendidikan nonformal. Kajian dilakukan dengan
memberikan perhatian pada aspek metode, media, serta hambatan
komunikasinya.
Subjek Penelitian Siswa atau peserta didik kelas akting online Sanggar Ananda
Teori yang Digunakan Artikel ini menggunakan Landasan Teori Penelitian Kualitatif.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, yaitu penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka
untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan
perilaku individu atau sekelompok orang.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah triangulasi,
yang merupakan perpaduan dari observasi, wawancara mendalam,
serta studi dokumentasi.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan proses
memilih, memilah, dan mengorganisasikan data yang terkumpul dari
catatan lapangan, hasil observasi, wawancara mendalam, dan
dokumentasi sehingga diperoleh pemahaman yang mendalam,
bermakna, unik, dan berupa temuan baru yang bersifat deskriptif,
kategorisasi, dan atau pola-pola hubungan antarkategori dari objek
yang diteliti.
Hasil dan Pembahasan Kelas Akting Online Sanggar Ananda mulai diselenggarakan pada
bulan April 2020, berawal sebagai respons dari merebaknya wabah
pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia.
Selanjutnya Sanggar Ananda sendiri melalui pimpinannya Aditya
Gumay menyatakan bahwa kelasakting online menjadi inspirasi
bisnis baru, selain kelas akting offline yang rutin diselenggarakan.
Bahkan, kelas online ini telah memiliki siswa dari luar negeri, seperti
Taiwan, Hongkong, Malaysia, hingga Inggris. Maka walaupun ide ini
muncul berawal dari menyikapi kondisi wabah Covid-19, kelas
akting online ini rencananya akan terus diselenggarakan pada
waktuwaktu mendatang.

Kelas akting online sendiri ditangani oleh sebuah tim khusus di


Sanggar Ananda yang terbagi ke dalam dua tim, yaitu yang
menangani pendaftaran siswa dan moderator pertanyaan-pertanyaan
dari para siswa, serta tim promosi yang menangani hal-hal seputar
promosi di ranah digital. Adapun lingkup materi yang diajarkan
adalah mengenai akting, presenting, modeling, dan dance. Pada saat
mendaftar pertama kali, calon siswa akan diklasifikasikan ke dalam
dua kelompok, yaitu kelas pemula, terdiri dari anak-anak dan orang
dewasa yang belum pernah akting sebelumnya dan ingin mengetahui
tentang akting. Kedua adalah kelas akting lanjutan, yang terdiri dari
peserta yang telah mengikuti kelas pemula sebelumnya.

Durasi pelaksanaan kelas akting online berada dalam kisaran waktu


15—17 menit untuk kelas khusus akting. Materi akting dan presenter
disampaikan langsung oleh Kak Aditya Gumay selaku mentor utama.
Sedangkan untuk materi lain seperti modeling disampaikan oleh Kak
Bobby dan Kak Intan, dan materi dance oleh Kak Yoga.

Terkait metode komunikasi instruksional yang digunakan dalam


kelas akting online Sanggar Ananda ini, proses diawali dengan
metode ceramah yang dilanjutkan dengan metode diskusi dan tanya
jawab. Metode ceramah dilakukan tidak hanya secara verbal, namun
diiringi dengan peragaan langsung oleh pengajar dalam video.

Strategi komunikasi instruksional yang digunakan dalam kelas akting


online ini lebih pada expository berupa pemaparan atau penjelasan
yang dilakukan oleh para pengajar, dengan Kak Aditya Gumay
sebagai pengajar utama. Pengajar mencontohkan langsung
bagaimana cara berekspresi, apa itu blocking, serta bagaimana
memberikan isi atau nyawa dalam sebuah dialog yang diucapkan.
Dalam mempraktikkan materi ajar ini, dilibatkan juga anggota
Sanggar Ananda yang diundang khusus agar siswa yang mengikuti
kelas akting online dapat mencontoh gerakan-gerakan mereka.

Pada proses penyampaian materi ajar, pada kelas pemula digunakan


penggabungan antara penyampaian teori akting dengan games yang
berguna untuk membentuk suasana yang menyenangkan serta dapat
melatih konsentrasi. Contohnya, permainan pegang hidung. Dua
orang berhadapan dengan memegang hidung lalu ketika mereka
menyebutkan satu kata misalnya pegang mata, tapi orang yang
menyuruh bukannya memegang mata namun malah memegang
dagunya atau rambut. Jadi, orang di depannya harus berkonsentrasi
penuh, harus mengikuti kata-kata, bukan gerakan. Bila secara
langsung dilakukan akan terganggu konsentrasinya karena mengikuti
gerak bukan kata-katanya dan kadang kebisingan ramai anak-anak
juga mengganggu konsentrasi. Oleh karena itu, pelajaran ini menjadi
salah satu permainan sederhana yang bisa membantu anak-anak
untuk berlatih berkonsentrasi penuh.

Sedangkan pada kelas akting lanjutan, proses pembelajaran


dilakukan lebih serius dengan memperagakan dan mempelajari body
language dalam berakting. Para siswa dapat memperhatikan contoh
gerakan yang diperagakan oleh anggota Sanggar Ananda yang telah
berpengalaman dengan dimentori oleh para pengajar.

Kegiatan komunikasi instruksional online dilakukan selama 14 hari,


di mana secara kumulatif siswa akan mendapatkan tujuh video materi
akting dari mentor utama Kak Aditya Gumay melalui video
streaming yang dapat ditonton di google drive. Hal inilah yang
menjadi perbedaan antara kelas akting offline dengan kelas akting
online di mana dalam kelas akting offline kegiatan berlangsung
secara tatap muka, siswa dapat bertemu langsung dengan pengajar
dan terlibat dalam diskusi tanya jawab secara langsung, serta
melakukan kegiatan bersama-sama dengan siswa lainnya. Sedangkan
dalam kelas akting online, pembelajaran dilakukan melalui video
khusus yang dapat disimpan dan ditonton berkali-kali, siswa lebih
fleksibel untuk mengakses video tersebut baik dari segi waktu
ataupun lokasi, serta dalam kelas akting online ini siswa akan
mendapatkan coaching langsung dari Kak Aditya Gumay selaku
pimpinan Sanggar Ananda beserta pengajar-pengajar lainnya.

Video dipilih sebagai media dalam kegiatan komunikasi


instruksional pada kelas akting online Sanggar Ananda karena
sifatnya yang audiovisual. Mariotti (2009) melalui model the cone of
learning menjelaskan bahwa kemampuan mengingat peserta didik
diperoleh dari 10% membaca, 20% mendengar, 30% melihat, serta
50% audio dan visual (Anggarawati, 2019).

Setelah siswa mengakses video materi yang diberikan, maka mulai


pukul 16.00 pada hari yang sama hingga pukul 10.00 keesokan
harinya akan dibuka sesi diskusi dan pertanyaan di grup WhatsApp
masing-masing. Siswa dapat menanyakan apa pun mengenai materi
yang telah diajarkan, atau mengirimkan video latihan akting mereka.
Secara umum kebanyakan siswa sudah dapat memahami isi video
yang dikirimkan, tidak semua siswa mengajukan pertanyaan lanjutan.
Setelah sesi pertanyaan ditutup pada pukul 10.00, selanjutnya pada
pukul 16.00 Kak Aditya Gumay akan menjawab semua pertanyaan-
pertanyaan dari peserta melalui pesan suara (voice note) termasuk
mengomentari akting yang dilakukan peserta dalam video yang
dikirimkan. Pada waktu ini juga diberikan tes untuk mengevaluasi
pemahaman peserta atas materi yang telah dipelajari. Penilaian
terhadap tingkat pemahaman siswa dalam kelas akting online ini
disandarkan pada sejauh mana siswa tersebut mampu menjiwai setiap
peran yang diberikan.

Ketika mengomentari video kiriman peserta, pengajar sekaligus


memotivasi peserta dengan cara memberikan saran atas kelebihan
dan kekurangan yang ditemukan dari akting peserta. Pengajar tidak
akan segan untuk memberikan reward bagi peserta yang berhasil
melakukan tes yang diberikan dengan baik dan benar agar mereka
terpacu untuk lebih giat lagi berlatih dan belajar.

Lebih lanjut Aditya Gumay menyatakan bahwa tujuan yang


diharapkan lewat penyelenggaraan kelas akting online ini adalah
menjadikan siswa berani untuk tampil. Setelah siswa memiliki
keberanian untuk tampil, diharapkan akan dapat menumbuhkan
kepercayaan pada dirinya. Melalui materi pembelajaran yang
dikemas dalam bentuk video, siswa dapat lebih nyaman dalam
mempelajarinya di rumah baik sendirian ataupun bersama anggota
keluarga lainnya. Sampai saat ini kelas akting online telah berjalan
terdiri dari tiga batch kelas pemula dan satu batch kelas lanjutan.

Selain video, media yang digunakan dalam komunikasi instruksional


kelas akting online Sanggar Ananda adalah grup WhatsApp. Setiap
peserta yang mendaftar akan bergabung di dalam grup WhatsApp
dengan koordinatornya masing-masing. Tiap koordinator grup
WhatsApp hanya dapat menjawab pertanyaan seputar hal-hal
administratif seperti mengenai waktu, pembiayaan, atau aturan dalam
kelas akting online. Selebihnya koordinator grup WhatsApp tidak
berwenang menjawab pertanyaan seputar isi materi pembelajaran.

Karena grup WhatsApp ini ditujukan sebagai media komunikasi


terkait kelas akting online, maka di grup WhatsApp ini juga
diberlakukan aturan-aturan demi menjaga kondusivitas grup, di
antaranya larangan mem-posting sesuatu yang tidak ada
hubungannya dengan pelajaran akting, anggota grup tidak
diperkenankan mengirimkan stiker, anekdot, hal-hal terkait SARA,
bahkan berita-berita tentang virus corona. Hal ini dilakukan agar lalu
lintas pembicaraan tidak mengalami kerancuan.

Terkait hambatan dalam kegiatan instruksional kelas akting online


Sanggar Ananda, dari sisi komunikator tidak ditemukan hambatan
yang berarti. Hal ini karena untuk pembelajaran kelas akting online
ditangani langsung oleh Aditya Gumay selaku mentor utama yang
telah berpengalaman selama puluhan tahun di dunia pembelajaran
akting yang juga telah berhasil menelurkan siswa- siswi yang sukses
di industri hiburan tanah air.

Dari sisi media yang digunakan, video pembelajaran dipersiapkan


sebaik mungkin dengan mempertimbangkan hal-hal teknis yang
lazim digunakan dalam pembuatan video berkualitas. Selain itu cara
penyampaian dan isi materi disusun semaksimal mungkin dengan
menyesuaikan pada komunikan yang menjadi sasarannya.

Hambatan barangkali ditemukan dari sisi siswa sebagai komunikan.


Terdapat siswa yang pada saat memutar video pembelajaran
beranggapan bahwa mereka sedang mengikuti siaran langsung
sehingga kerap meminta agar materi dapat diulang. Padahal
seharusnya mereka sendiri bisa mengulang-ulang video pada bagian
yang diinginkan. Begitu juga, cara mengakses video yang mungkin
bagi beberapa siswa merupakan hal yang baru.
Penutup Komunikasi instruksional adalah bentuk komunikasi yang
berlangsung dalam suatu bidang pembelajaran. Komunikasi ini dapat
ditemukan pelaksanaannya dalam proses belajar mengajar baik di
lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Agar sebuah
kegiatan komunikasi instruksional dapat berjalan efektif, terdapat
tiga hal yang harus mendapatkan perhatian, yaitu metode komunikasi
instruksional yang diterapkan, media yang digunakan, serta
hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses komunikasi
instruksional tersebut. Sanggar Ananda merupakan sebuah lembaga
pendidikan nonformal yang menyelenggarakan kelas akting online.
Dalam proses instruksional nya, kelas belajar akting online Sanggar
Ananda menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab
secara simultan. Adapun media instruksional yang digunakan berupa
7 video materi akting yang dibagikan melalui video streaming yang
dapat ditonton di google drive. Selain video, media yang juga
digunakan adalah grup WhatsApp yang digunakan sebagai sarana
komunikasi antara peserta dengan pengajar atau lembaga. Secara
keseluruhan kegiatan komunikasi instruksional pada kelas akting
online Sanggar Ananda sudah berjalan dengan baik. Hambatan kecil
ditemukan hanya terkait media yang digunakan di mana memerlukan
adaptasi siswa sebagai komunikan terhadap proses pengaksesan
materi ajar secara online. Komunikasi instruksional merupakan
bagian dari lingkaran besar komunikasi. Untuk menciptakan
komunikasi instruksional yang efektif, komunikator harus
merencanakan sebaik-baiknya kegiatan komunikasi yang
dilaksanakan dengan meminimalisasi potensi hambatan yang dapat
timbul.

ARTIKEL 3
Judul Artikel Komunikasi Organisasi Antar Budaya di Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan Sumatera Utara
Nama Jurnal Jurnal Interaksi : Jurnal Ilmu Komunikasi
Volume, Edisi, Tahun Vol. 5. No. 1, Januari 2021
Halaman 1-19
Link Artikel http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/interaksi/article/view/5301
Penulis Rudianto, Akhyar Anshori

Tujuan Penelitian Tujuan utama artikel ini untuk mengetahui pola interaksi antara PNS
asal Jawa dengan PNS lokal di lingkungan LPMP Sumatera Utara.
Dengan asumsi mereka yang lahir dan menetap lama di Sumatera
Utara meskipun berasal dari suku lain di Sumatera Utara, cenderung
lebih mudah berinteraksi dengan pegawai lain.
Subjek Penelitian PNS asal Jawa dan PNS lokal yang bekerja di LPMP Sumut.
Teori yang Digunakan Artikel ini menggunakan Landasan Teori Penelitian Kualitatif.
Metode Penelitian Metode Penelitian ini menggunakan Kualitatif dengan pendekatan
subyektif-interpretif. Pendekatan ini bertujuan untuk menjelaskan
fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data
sedalam-dalamnya.
Teknik Pengumpulan Data Jurnal ini menggunakan teknik triangulasi untuk memperoleh hasil
yang dapat diandalkan dengan cara digunakan adalah wawancara dan
observasi.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan melalui bentuk naratif induktif yaitu
dengan cara mengumpulkan keseluruhan data mentah dan
menyusunnya berdasarkan kategori-kategori, menjelaskan
hubungan-hubungan antara kategori.
Hasil dan Pembahasan Umumnya para PNS yang berasal dari Pulau Jawa lahir, besar dan
menempuh pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi di
Pulau Jawa. Mereka antara lain berasal dari Yogyakarta dan Jawa
Tengah. Karena itu, latar belakang budaya Jawa amat melekat erat
dalam kebiasaan, adat istiadat dan nilai-nilai yang mereka pakai
dalam kehidupan sehari-hari. Karena diterima sebagai PNS di LPMP
Sumut, mereka harus menetap mungkin hingga pensiun di kota
Medan dan berbaur dengan PNS lain yang berasal dari Sumatera
Utara.

1. Gegar budaya PNS asal Jawa


Dari hasil wawancara, informan yang merupakan PNS asal Jawa
mengaku pada awalnya merasa shock saat baru menetap di Medan.
Di kantor mereka merasa tidak nyaman dengan kebiasaan PNS dari
Sumatera yang suka berbicara keras dan kasar. Orang-orang di
Medan juga dikenal suka bercanda dan kemudian tertawa terbahak-
bahak dengan keras.

Dalam interaksi berkaitan dengan pekerjaan, PNS asal Jawa pada


masa tahun-tahun pertama bekerja mengalami apa yang disebut gegar
budaya. Mereka mengaku seperti terasing berada diantara orang lain
yang berbeda budaya. Pengenalan sepintas atau lebih tepatnya
prasangka terhadap orang Medan atau batak yang kasar dan keras
menjadi gangguan pertama saat mula-mula bekerja di LPMP Sumut.
Hal itu membuat mereka agak berhati-hati dan menjaga perilaku dan
komunikasi mereka saat bertemu dengan pegawai lain. Sebagai orang
yang lahir dan besar di Jawa, mereka tidak banyak mengenal dan
berinteraksi dengan orang-orang bersuku Batak.

Bahasa meski sama-sama menggunakan Indonesia, namun dialek dan


beberapa kosa kata terdapat perbedaan yang terkadang menimbulkan
saling tidak paham antara mereka. Gara-gara ketidakpahaman itu,
PNS asal Jawa, sering dimarahi pimpinan saat forum rapat karena
sering salah memahami pertanyaan dan pernyataan dari atasan.
Dahulu, seorang Kepala LPMP sumut yang telah pensiun, jika
memarahi anak buahnya akan memaki orang tersebut dengan suara
keras di depan orang banyak dengan kata “lateung”. Hal ini sempat
membuat para PNS asal Jawa terkejut dan ketakutan dengan
peristiwa itu. Belakangan, mereka tahu kata “lateung” adalah dari
bahasa batak yang maksudnya buah terong yang busuk dan tidak
berguna. Jadi, orang yang diberi label “lateung” oleh sang Kepala
biasanya untuk mereka yang bekerja tidak becus alias melakukan
kesalahan. Hal ini sebagaimana hasil penelitian dari Lusiana (2012)
yang menyatakan bahwa keragaman bahasa di Kota Medan
menjadikan Medan unik karena bahasa dirasakan bukanlah sesuatu
hal yang perlu dijadikan masalah asalkan pihak-pihak yang
berkomunikasi tahu menempatkan di mana bahasa daerah (bahasa
ibu) tersebut digunakan.

Gegar budaya juga dirasakan karena PNS asal Jawa tidak


menemukan suasana yang serupa dengan yang mereka biasa rasakan
di kampung mereka di Jawa. Bentuk wajah orang-orang batak yang
memiliki rahang persegi yang terkesan tegas, awalnya dianggap oleh
mereka yang berasal dari Jawa sebagai orang yang keras dan
sombong. Selain itu mereka sering mendapati PNS lokal saling
berbicara dengan bahasa batak dengan intonasi yang tinggi. Hal ini
menjadikan makna tersendiri bagi mereka yang berasal dari Jawa.

2. Proses Asimilasi dan Integrasi PNS asal Jawa dan PNS Lokal
Belakangan, setelah melewati masa kerja sekitar 2-3 tahun, PNS asal
Jawa mulai terbiasa dengan dialek dan kosa kata Indonesia bergaya
Medan. Penggunaan kata kereta misalnya menjadi biasa dipakai
untuk menyebutkan sepeda motor bukan “kereta api”. Kata kali
berarti “sangat” atau “amat” berbeda dengan di Jawa yang berarti
sungai.
Hal yang sama juga dialami PNS lokal yang awalnya merasa agak
asing dengan PNS asal Jawa yang terkesan pendiam dan lambat.
Stereotype orang Jawa yang lemah lembut awalnya cukup melekat di
benak PNS lokal. Karena itu, terkadang untuk membantu agar PNS
asal Jawa keluar dari ketidaknyamanan, terkadang PNS lokal
merendahkan intonasi suaranya saat berbicara dengan mereka yang
dari Jawa. Menggunakan beberapa kota kata Jawa juga dilakukan
untuk menjembatani komunikasi diantara mereka, meski dipakai
dengan dialek yang tidak pas. PNS yang bersuku batak biasanya
menggunakan kalimat “piye kabare mas” dengan logat batak untuk
mengakrabkan diri dengan PNS asal Jawa. Dalam hal bahasa, antara
PNS asal Jawa dan lokal, pada masa awal interaksi sempat terjadi
gegar budaya. Namun dalam kurun waktu dua tahun, mereka
berusaha melakukan penyamaan pemahaman terhadap perilaku
berbahasa. Pendatang, dalam hal ini mereka yang dari Jawa
memutuskan meninggalkan budaya berbahasa mereka dan
berasimilasi dengan bahasa Indonesia dengan dialek dan budaya
Medan. Alhasil, kini setelah lebih dari 5 tahun menetap di Medan dan
bekerja di LPMP Sumut, PNS asal Jawa sudah menggunakan intonasi
suara tinggi ketika berbicara dengan orang lain.

Begitupun, PNS asal Jawa dan PNS lokal tetap mempertahankan


bahasa asli mereka masing-masing saat berkomunikasi dengan
sesamanya. Bertemu sesama asal Jawa, maka mereka akan
menggunakan bahasa Jawa. Alasannya, mereka lebih nyaman dan
merasa dekat dengan budaya kampungnya saat berbahasa Jawa
dengan sesamanya. Dalam hal ini, bahasa menjadi representasi
kampung halaman mereka. Sama halnya dengan PNS lokal misalnya
yang bersuku batak. Mereka tak jarang berbincang dalam bahasa
batak jika bertemu dengan sesama orang batak terutama dalam hal-
hal yang bersifat informal di kantor.

Untuk urusan pekerjaan, sebenarnya tidak terlalu banyak masalah


yang terjadi akibat perbedaan budaya antara mereka yang berasal dari
Jawa dengan yang berasal dari Sumatera. Meski demikian, bukan
tidak terdapat persoalan karena perbedaan latar budaya tersebut.
Biasanya, mereka yang berasal dari Jawa akan lebih terbuka dan lebih
dekat dibandingkan dengan mereka yang berasal dari Sumatera.
Perasaan sesama perantau dan memiliki kesamaan bahasa dan
budaya, membuat PNS asal Jawa lebih nyaman jika secara terbuka
membicarakan persoalan-persoalan berkaitan dengan tugas-tugas dan
pekerjaan. Namun karena tuntutan tugas pokok dan fungsi organisasi,
harus membuat mereka yang berasal dari Jawa menyebar ke berbagai
gugus tugas. Ada yang ditempatkan di Bagian Umum, Seksi Data dan
Informasi, Seksi Penjaminan Mutu Pendidikan dan Seksi
Pemberdayaan Sumberdaya Pendidikan.

Dengan sistem pembagian tugas dan pekerjaan tersebut, PNS asal


Jawa dan lokal harus berintegrasi dalam pekerjaannya meski
memiliki latar belakang perbedaan budaya, kebiasaan dan Bahasa.
Tak jarang, mereka saling berdiskusi, bepergian bersama dalam
rangka pekerjaan dan interaksi lainnya baik di dalam maupun di luar
kantor. Suatu ketika, misalnya mereka ditugaskan ke daerah
pedalaman di Sumatera Utara dalam kurun waktu 7 hari. Maka
mereka harus tinggal dalam satu kamar dan berbaur dalam urusan
kebiasaan, bahasa dan makanan. Dengan situasi itu, antara mereka
yang berasal dari Jawa dengan yang dari Sumatera, menjadi lebih
terintegrasi dalam banyak hal. Perbedaan budaya ini jangan sampai
menimbulkan pertikaian berkepanjangan, (Smaldino, 2019)
mengutarakan perbedaan identitas sosial yang menyebabkan
terciptanya dinamika-dinamika dalam lingkungan seharusnya
mampu di mobilisir menjadi kekuatan dalam mewujudkan tujuan
bersama.

3. Marjinalisasi dan Jarak antara PNS asal Jawa dan Lokal


Meski dalam beberapa hal telah terjadi asimilasi dan integrasi antara
PNS asal Jawa dan PNS Lokal, namun tetap saja ada pemisahan
untuk situasi tertentu. Saat Kepala LPMP Sumut dipimpin oleh orang
yang berasal dari Sumatera Utara, maka orang-orang yang dipilih
menjadi “ring-1” kepala adalah mereka yang berasal dari Sumatera
Utara atau satu suku dengan Kepala. Hal ini diakui oleh para PNS
asal Jawa. Saat itu, beberapa pekerjaan penting misalnya bidang
keuangan dan umum dipegang oleh mereka yang berasal dari
Sumatera. Begitu pula untuk yang menjadi ajudan kepala.
Sebaliknya terjadi saat ini ketika Kepala LPMP Sumut berasal dari
Jawa Tengah, orang-orang yang berada dekat dengan kepala atau
yang memegang pekerjaan penting diisi oleh mereka yang berasal
dari Jawa. Ketika Kepala LPMP Sumut berasal dari Jawa tengah,
maka yang menjadi ajudan dan sekretaris kepala adalah PNS yang
berasal dari Jawa. Begitu juga dahulu, saat Kepala LPMP merupakan
putra daerah, maka yang menjadi orang kepercayaannya adalah PNS
asli Sumatera Utara.

Untuk urusan kekuasan dan pekerjaan penting, kelihatannya


perbedaan latar belakang suku dan budaya menjadi alasan untuk
terjadinya pemisahan-pemisahan dalam batas-batas tertentu.
Setidaknya itu yang dimaknai oleh PNS yang berasal dari Sumatera
Utara ketika saat ini, PNS asal Jawa diperankan menjadi ajudan
kepala dan beberapa yang lain memegang pekerjaan kunci di kantor.
Meski demikian, hal ini dibantah oleh PNS asal Jawa. Mereka
mengaku sama sekali tidak memisahkan diri berdasarkan budaya
untuk pekerjaan yang mereka lalukan. Mereka menilai terjadi
kesalahtafsiran dilakukan oleh PNS lokal atas apa yang sedang
terjadi. PNS asal lokal cenderung mempertahankan budayanya
sebagai tuan rumah dalam berinteraksi dengan PNS asal pulau Jawa.
PNS asal Jawa berupaya untuk berasimilasi dan berintegrasi dengan
PNS lain yang berasal dari Sumatera Utara agar mereka bisa diterima
dan tidak termarginalisasi dalam pekerjaan.

Meski begitu, PNS asal Jawa tidak pernah merasa terkucil kan
dengan perbedaan budaya yang ada. Mereka mengaku konflik dan
jarak sosial yang terjadi antara mereka dengan PNS lokal lebih
bersifat alamiah dan tidak sampai mengganggu pekerjaan. Hal ini
seiring dengan apa yang disampaikan Saputra (2019) dalam hasil
penelitiannya terkait dengan komunikasi antar budaya mahasiswa di
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dimana ia
menyatakan bahwa hambatan yang berlangsung antara mahasiswa
lokal dengan mahasiswa pendatang, tidak lantas menghalangi mereka
untuk saling mengenal, mempelajari, beradaptasi dan
mengakulturasikan antarbudaya sesama mereka.
Penutup Perbedaan latar belakang budaya di LPMP Sumatera Utara antara
PNS asal Jawa dan PNS lokal pada awalnya mengalami masalah
dalam berinteraksi. PNS asal Jawa mengalami gegar budaya dalam
bekerja di LPMP Sumut karena memasuki tempat baru dengan
budaya yang baru dari tempat asalnya. PNS asal Jawa dan lokal
masing-masing memiliki pemaknaan sendiri-sendiri terhadap
sesamanya berdasarkan stereotipe yang selama ini mereka ketahui.
PNS asal Jawa dalam beberapa hal melepaskan latar budayanya dan
memilih untuk berbaur dengan budaya yang baru. PNS asal Jawa
perlahan berasimilasi dengan budaya lokal dalam hal bahasa dan
kebiasaan hidup seharihari berkaitan dengan pekerjaan di kantor.
Pembagian tugas pokok dan fungsi menurut struktur organisasi,
membuat PNS asal Jawa dan lokal berintegrasi dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya. Konflik dan jarak antara PNS asal
Jawa dan lokal terjadi berkaitan denganpemusatan pekerjaan penting
dan kekuasaan.Saat LPMP Sumut dipimpin Kepala berasal dari
Sumut, maka PNS asal Jawa merasaterpinggirkan karena pekerjaan
penting dan orang-orang dekat Kepala diambil dari PNS
berlatarbelakang suku batak. Demikian juga terjadi sebaliknya.
Ketika Kepala LPMP berasal dari Jawa, maka PNS lokal
mengesankan pekerjaan penting hanya diprioritaskan bagi PNS asal
Jawa. Dalam interaksinya, tidak ada peminggiran yang terjadi antara
PNS asal Jawa dengan PNS berasal dari Sumatera. Meski terdapat
beberapa perbedaan dan konflik, namun tidak sempat terjadi
pengucilan terhadap seseorang PNS karena latarbelakang budaya dan
suku.

Anda mungkin juga menyukai