Oleh:
Fuja Novitra
15175015
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua
pengintegrasian ICT ke dalam pembelajaran. Saat ini, pemanfaatan ICT dalam pembelajaran
sudah dilaksanakan secara luas, baik sebagai bahan ajar maupun sebagai media pembelajaran.
Pemanfaatan ICT
Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan dengan menggunakan ICT. Beberapa bahan
ajar yang dikembangkan menggunakan ICT diantaranya adalah bahan ajar dalam power
point, bahan dalam bentuk CD, bahan ajar berbasis web, dan sebagainya. Penggunaan ICT di
dalam bahan ajar dapat menghasilkan suatu bahan ajar yang interaktif.
UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bab III tentang Prinsip Profesionalitas
menyebutkan bahwa guru selain dituntut memiliki kualifikasi akademik, latar belakang
pendidikan, serta kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, juga dituntut
untuk mengembangkan keprofesionalannya secara berkelanjutan. Salah satu kompetensi yang
perlu dimiliki para guru dalam mengembangkan keprofesionalannya adalah melakukan
pengembangan bahan ajar,
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka kegiatan pengembangan bahan ajar
perlu dilakukan seorang pendidik. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan suatu bahan ajar
berkualias yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan untuk meningkatkan
keprofesionalan seorang pendidik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka adapun rumusan masalah pada makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari bahan ajar ICT?
2. Apa manfaat bahan ajar ICT?
3. Apa saja jenis-jenis bahan ajar ICT?
4. Bagaimana cara mengembangkan bahan ajar ICT?
C. Tujuan Penulisan
Bedasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian bahan ajar ICT
2. Mengetahui manfaat bahan ajar ICT
3. Memahami jenis-jenis bahan ajar ICT
4. Memahami langkah-langkah pengembangan ICT
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan
istilah Information and Communication Technologies (ICT), adalah payung besar terminologi
yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi.
TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi
Informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,
manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data
dari perangkat yang satu ke lainnya. Teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah
dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi
mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,
manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah
adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak)
dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20.
Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi
lainnya. Hingga awal abad ke-21 TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum
terlihat titik jenuhnya. Tidak bisa dipungkiri komputer digunakan diberbagai bidang
pekerjaan, termasuk dalam dunia pendidikan. Pengenalan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), diharapkan dapat membuat perubahan pesat dalam kehidupan yang
mengalami penambahan dan perubahan dalam penggunaan beragam produk TIK. Kita bisa
mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara efisien dan efektif. TIK akan
memudahkan kita, mendapatkan ide dengan cepat dan bertukar pengalaman dari berbagai
kalangan.
Hardware atau perangkat keras adalah segala sesuatu peralatan teknologi yang berupa fisik.
Software atau perangkat lunak adalah sistem yang dapat menjalankan atau yang berjalan
dalam perangkat keras tersebut.Dengan demikian, semua yang berhubungan dengan
perangkat lunak dan perangkat keras dari komputer merupakan cakupan dari ICT.
teaching machine pada penerapan pembelajaran berprograma di era tahun 19501960an. Pengertian komputer pembelajaran dibagi menjadi 3 hal, yaitu :
a. Computer Assisted Learning (CAL).
b. Computer Based Training (CBT).
c. Computer Assisted Instruction (CAI)
Berdasarkan peran teknologi yang digunakan, Bahan Ajar Non-Cetak
dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, antara lain :
a. Technology Based Learning Material (Bahan Ajar berbasis Teknologi) yang
meliputi Bahan ajar dengar atau Audio Information Technologies (radio, audio
tape/kaset, piringan hitam, Audio Compact Disc, voice mail telephone, dan
sebagainya) dan Bahan ajar pandang dengar atau Video Information
Technologies (video tape, video text, video compact disc, film, dan sebagainya).
b. Computer Assisted Learning (CAL) material yaitu bahan ajar yang
menggunakan komputer sebagai alat bantu, misalnya penggunaan komputer
dalam menyampaikan Media Pembelajaran Presentasi (Presentation Slide),
penggunaan komputer dalam mengelola laboratorium bahasa, dan sebagainya
c. Computer Based Learning (CBL) material yaitu bahan ajar yang sepenuhnya
menggunakan komputer secara terintegrasi, misalnya Bahan ajar interaktif
(interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction),
compac disk (CD) multimedia, software pembelajaran interaktif, dan
sebagainya.
d. Information and Communication Technology (ICT) based learning material,
atau lebih dikenal dengan Bahan Ajar berbasis TIK/ICT, yaitu bahan ajar yang
memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan telah mengacu
pada Technology e-learning dan Data Information Technologies. Contoh :
Internet based tutorial, distance learning, e-library, bulletin board, e-book,
jurnal online, online module dan sebagainya).
ajar lain. Beberapa karakteristik Bahan Ajar berbasis TIK/ICT dapat dikemukakan
antara lain :
a. Memanfaatkan teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama
siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah
dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
b. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media ataupun teknologi jaringan
atau computer network).
c. Memanfaatkan teknologi multimedia, sehingga suasana pembelajaran menjadi
menarik, tidak membosankan dan pada akhirnya memotivasi siswa untuk belajar
mandiri
d. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di
komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana
saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
e. Memanfaatkan Pertukaran Data (Information sharing) yang secara interaktif
dapat dilihat setiap saat di komputer.
Adapun Keunggulan Terkini yang dimiliki oleh Bahan Ajar berbasis TIK/ICT
dapat dirangkum sebagai berikut :
a. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif serta
mempunyai ketertarikan pada materi yang sedang dibahas .
b. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar sewaktu-waktu karena bahan ajar
dapat tersimpan di komputer.
c. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadual melalui jaringan, sehingga keduanya bisa saling menilai
sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
d. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi
secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan
berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan
waktu.
e. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi dan berinteraksi melalui
fasilitas-fasilitas internet yang dapat dilakukan secara kelompok atau group.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak (Berbasis ICT) dengan model 4D
Rancangan pengembangan bahan menurut pengembangan model Four-D seperti yang
dikemukakan oleh Thiagarajan (Triyanto, 2010: 94) yang terdiri atas empat tahap, yaitu
pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develope), dan penyebaran
(dissemination).
1. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan penelitian diawali dengan perencanaan bahan ajar cetak.
Adapun langkah-langkah pengembangan bahan ajar cetak digambarkan pada Gambar.
11
Pembelajaran fisika
Define
Analisis Analisis
pesertaKurikulum
didikAnalisis materi
Design
Validasi ahli
Prototipe Awal
Valid
Revisi
Prototipe Akhir
Develop
Ya
Uji Coba Lapangan
Dissemination
13
3) Memilih jenis materi yang sesuai dengan KI dan KD yang harus dikuasai peserta
didik.
4) Berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Artinya, konsep hirarki kebutuhan yang
diungkapkan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di level rendah
harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum
kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.
5) Berorientasi pada perkembangan peserta didik.
6) Masalah absolescence yang menyangkut validitas dan signifikansi isi kurikulum.
Absolescence menjadi
persoalan
dalam
kaitan
pesatnya
perkembangan
IPTEK. Absolescence tersebut dapat terjadi pada fakta, konsep dasar, dan teoriteori di mana fakta diorganisasi dan diinterpretasi.
7) Materi mesti konsisten. Jika KD yang harus dikuasai peserta didik ada 2 macam,
maka materi yang harus diajarkan juga meliputi 2 macam atau lebih.
Jadi analisis materi meliputi identifikasi, rincian dan susunan sistematis konsepkonsep untuk menyusun setiap bagian bahan ajar cetak. Konsep pelajaran yang
digunakan dalam penelitian pengembangan bahan ajar cetak sesuai dengan kurikulum
2013.
b. Tahap Perancangan (Design)
Sebelum bahan ajar cetak dikembangkan, maka dilakukan perencanaan terlebih
dulu. Pada tahap perancangan dibuat kisi-kisi untuk instrumen penilaian validasi,
efektifitas, dan praktikalitas bahan ajar cetak. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar. Pada tahap ini
dilakukan 2 fase yaitu penilaian ahli dan uji pengembangan. Fase penilaian ahli dilakukan
penilaian oleh para ahli dan praktisi untuk memperoleh bahan ajar modul yang valid.
Kemudian fase kedua yaitu uji pengembangan meliputi praktikalitas dan efektifitas.
Langkah-langkahnya dijelaskan sebagai berikut.
1)
Tahap validasi
Kata valid berarti tepat, sahih, benar, dan absah. Pada fase ini dilakukan
kegiatan validasi terhadap bahan ajar. Untuk mengetahui apakah bahan ajar modul
tersebut valid atau tidak maka dilakukan validasi. Validasi dilakukan oleh pakar atau
praktisi. Selanjutnya hasil dari validasi dianalisis untuk digunakan sebagai landasan
penyempurnaan atau revisi perangkat awal pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh bahan ajar yang valid.
14
Validasi yang dilakukan terhadap bahan ajar cetak ini meliputi empat validasi,
yaitu:
a) Validasi isi, yaitu apakah bahan ajar cetak yang disusun sesuai dengan pemilihan
kompetensi pokok.
b) Validasi konstruk, yaitu kesesuaian komponen-komponen bahan ajar cetak dengan
unsur-unsur pengembangan yang sudah ditetapkan.
c) Validasi bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang sesuai dengan EYD.
2)
Tahap praktikalitas
Praktikalitas adalah tingkat keterpakaian prototipe penggunaan bahan ajar cetak
oleh peserta didik dan guru, yaitu melaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang
telah direvisi berdasarkan penilaian validator. Disini dilakukan uji coba produk yang
bertujuan untuk mendapatkan tingkat kepraktisan dari bahan ajar yang dikembangkan.
Tingkat kepraktisan penggunaan bahan ajar cetak oleh guru dapat dilihat dari daya
tarik penggunaan, proses pengembangan, kemudahan penggunaan, keberfungsian dan
kegunaan perangkat dalam proses pembelajaran, reliabilitas, dan nilai ekonomis dari
perangkat.
3)
Tahap efektifitas
Pada tahap ini dilakukan evaluasi apakah prototipe dapat digunakan dengan
harapan dan efektif untuk meningkatkan aktivitas dan kompetensipeserta didik. Aspek
efektifitas kompetensi yang diamati meliputi tingkat ketercapaian peserta didik pada
kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilandalam penyelesaian masalah
peseserta didik setelah proses pembelajaran. Sedangkan, aspek efektifitas berupa
aktivitas siswa diamati saat proses pembelajaran berlangsung oleh observer.
kelas, sedangkan uji efektivitas dilakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
pengembangan bahan ajar.
B. Matriks Pengembangan Bahan Ajar Non Cetak (Berbasis ICT) dengan model 4D
Jenis
Audio
Prosedur 4D
1. Melakukan analisis (Define)
a. Analisis awal akhir
b. Analisis karakteristik peserta didik
c. Analisis materi
d. Analisis tugas
e. Tujuan pembelajaran khusus
2. Melakukan desain (Design)
a. Membuat naskah audio
b. Pemilihan media (Kaset, piringan hitam, CD, radio,
harddisk, flasdisk, memory card)
c. Pemilihan format media audio (tergantung pada media
yang dipilih)
3. Melakukan pengembangan (Development)
a. Rancangan awal (produk audio sebelum divalidasi)
b. Penilaian ahli (ahli media dan ahli materi)
c. Uji pengembangan
4. Melakukan penyebarluasan (Determinate)
a. Pengujian efektivitas
b. Pengemasan
c. Penyebarluasan
Video
Visual
atau
b. Membuat storyboard
c. Pemilihan media (CD, harddisk, flasdisk, memory
card)
d. Pemilihan format media video (tergantung pada media
yang dipilih)
3. Melakukan pengembangan (Development)
a. Rancangan awal (shooting)
d. Penilaian ahli (ahli media dan ahli materi)
e. Uji pengembangan (vali-ditas dan praktikalitas)
4. Melakukan penyebarluasan (Disseminate)
d. Pengujian efektivitas
e. Pengemasan
Multime-dia
f. Penyebarluasan
1. Melakukan analisis (Define)
a. Analisis awal akhir
b. Analisis karakteristik peserta didik
c. Analisis materi
d. Analisis tugas
e. Tujuan pembelajaran khu-sus
2. Melakukan desain (Design)
a. Membuat storyboard
b. Pemilihan media (CD, web)
c. Pemilihan format media multimedia (tergantung pada
media yang dipilih)
3. Melakukan pengembangan (Development)
a. Rancangan awal (prototype)
b. Penilaian ahli (ahli media dan ahli materi)
c. Uji pengembangan (vali-ditas dan praktikalitas)
4. Melakukan penyebarluasan (Disseminate)
a. Pengujian efektivitas
b. Pengemasan
c. Penyebarluasan
Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat i dua strategi, yaitu:
1. Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru
Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru, diantaranya:
a. Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan
materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan
penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak,
baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global);
b. Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi
pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian
suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru
kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam
pula.
c. Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran
termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama
orang, nama lambang atau simbol, dsb.),
d. Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi
berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa
paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan,
menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan
konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan
bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk
mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes,
e. Strategi
penyampaian
materi
pembelajaran
prinsip,
termasuk
materi
pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema,
dsb.
f. Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa
dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham
atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkahlangkah mengerjakan suatu tugas secara urut.
2. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa
kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau
dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau
18
Menghafal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal
(remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase).
Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi
pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya
nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama
bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi
pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat
diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting
siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945,
definisi saham, dalil Archimides, dsb.
siswa perlu
menggunakan,
Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan
memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih
menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih
melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Bahan ajar non-cetak adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang dituangkan dalam
teknologi non-cetak.
2.
Pemanfaatan bahan ajar cetak dalam proses pembelajaran disuatu kelas dapat
dilakukan pada sistem pembelajaran individual maupun klasikal.
B. Saran
Guru harus senantiasa menjadi pembimbing dan pelatih yang baik bagi para peserta
didik serta guru harus selalu mempertimbangkan berapa banyak dari yang diajarkan itu masih
diingat kelak oleh subjek belajar. Oleh sebab itu, guru harus mampu memahami pemanfaatan
pengembangan bahan ajar sesuai dengan model pengembangannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Andi Prastowo. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif Menciptakan Metode
Pembelajaran Yang menarik dan Menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press.
Belawati, Tian. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
Direktorat Pembinaan SMA.2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas
Direktorat Pembinaan SMA. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Direktorat Jenderal
Managemen Pendidikan dasar dan Menengah: Depdiknas.
21