Anda di halaman 1dari 6

Editorial

Keterbatasan Metode Diagnostik


Patologi Anatomik dalam Bidang Transplantasi
Ginjal di Indonesia

Meilania Saraswati,* Ni Made Hustrini,** Yoel Purnama***

*Departemen Patologi Anatomik- Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo/
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia- Jakarta
**Divisi Ginjal Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam-
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo- Jakarta
*** Dokter Umum Rumah Sakit Boven Digoel – Tanah Merah- Papua

Pendahuluan dan dialisis peritoneal. Idealnya, hemodialisis


dan dialisis peritoneal merupakan terapi tran-
Penyakit ginjal kronis (PGK) merupa- sisi bagi pasien PGK stadium akhir sampai
kan masalah kesehatan global karena jumlah terlaksana proses transplantasi ginjal.4 Pada
penderita yang terus meningkat. Menurut beberapa kasus, transplantasi ginjal bahkan
studi Global Burden of Disease tahun 2018, dapat dilakukan sebagai terapi pre-emptif.
penyakit ginjal kronis menduduki urutan ke- Namun, karena keterbatasan donor dan berb-
12 sebagai penyebab kematian.1 Berdasarkan agai kendala lain, maka tidak seluruh pasien
data dari Riskesdas tahun 2018, prevalensi gagal ginjal dapat melakukan transplantasi
penyakit ginjal kronik di Indonesia adalah ginjal dan pada akhirnya menjalani dialisis
1,8-6,4 kasus per 1000 penduduk, meningkat sepanjang hidupnya.
dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 2,0 Transplantasi ginjal pertama kali di
kasus per 1000 penduduk.2 Sedangkan, data Indonesia dilakukan di Rumah Sakit Cip-
Indonesian Renal Registry tahun 2018 menun- to Mangunkusumo Jakarta tahun 1977
jukkan bahwa kasus penyakit ginjal kronik dipelopori oleh Almarhum Prof. Sidabutar di
stadium akhir semakin meningkat tiap tahun, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakar-
yaitu menjadi 66 433 kasus baru yang men- ta.5,6 Tokoh-tokoh pencangkokan ginjal perta-
jalani hemodialisis dan 132 142 kasus pasien ma kali di Indonesia yaitu dr. Irawan Santoso;
aktif menjalani hemodialisis.3 Prof. Dr. dr. Djoko Rahardjo, SpB, SpU(K),
Transplantasi ginjal adalah pengambi- dr. David Manuputty Sp.B, Sp.U (K); dr. Ro-
lan ginjal dari donor yang kemudian dicang- chani, Sp.U (K); dan Prof. dr. R. P. Sidabutar,
kokkan ke tubuh orang lain yang mengala- Sp.PD-KGH serta dibantu oleh Prof. Kazuo
mi gagal ginjal. Saat ini, transplantasi ginjal Ota, seorang Professor berkebangsaan Je-
merupakan pilihan yang paling ideal pada ga- pang dari Tokyo.7 Sebelumnya, pada tahun
gal ginjal kronik stadium akhir yang mampu 1975, dr. Cipto Soemartono, dr. Titus, yang
meningkatkan kualitas hidup.4 Selain trans- merupakan seorang dokter hewan, dan Prof.
plantasi ginjal, dua modalitas utama terapi Djamaluddin melakukan percobaan trans-
pengganti ginjal yang lain adalah hemodialisis plantasi pada anjing dan kambing.7 Trans-

Korespondensi: Meilania Saraswati


E-mail: sardjana.meilania@gmail.com
151 J Indon Med Assoc, Volum: 72, Nomor: 4, Agustus - September 2022
Keterbatasan Metode Diagnostik Patalogi Anatomik dalam Bidang Transplantasi Ginjal di Indonesia

plantasi ginjal pada saat itu dikerjakan oleh ingga pusat-pusat transplantasi akan berkem-
ahli urologi dan bedah vaskular. Transplantasi bang dengan pesat.3,5,9
ginjal selanjutnya rutin dilakukan di RS Ciki- Perkembangan transplantasi ginjal
ni yang dipelopori oleh dr. David Manuputty di Indonesia sampai saat ini masih menemui
Sp.B, Sp.U(K). Sejak saat itu, cangkok ginjal beberapa permasalahan, antara lain: sumber
sepenuhnya dilakukan oleh ahli urologi.7 daya manusia (SDM) yang terbatas, keter-
Sebelum tahun 2011 pertumbuhan batasan donor, dukungan regulasi, belum ada
transplantasi ginjal di Indonesia sangat lam- transplant registry yang baik dan belum ada
bat. Terhitung dari tahun 2001–2010 hanya kesiapan untuk program transplantasi dari de-
berkisar 5 transplantasi ginjal tiap tahunnya. ceased donor, serta peningkatan kemampuan
Namun dalam tiga tahun terakhir ini (2012– fasilitas diagnostik termasuk patologi anato-
2014) angka transplantasi ginjal di Indonesia mik pada rumah sakit pusat transplantasi gin-
mulai meningkat menjadi 63 transplantasi jal.
setiap tahunnya.5,6 Perkembangan transplan- Pemeriksaan patologi anatomik biopsi
tasi ginjal di Indonesia terbilang masih jauh ginjal merupakan baku emas diagnosis penya-
tertinggal dibandingkan dengan negara maju kit-penyakit ginjal, serta monitoring kelain-
seperti Amerika Serikat yang melakukan an pasca-transplantasi dengan menggunakan
cangkok ginjal lebih dari 20 945 pada tahun skor Banff bahkan pada saat belum ditemu-
2017.8 Saat ini di Indonesia, rumah sakit Cipto kannya kelainan klinis yang bermakna pada
Mangunkusumo di Jakarta merupakan pusat ginjal transplan. Tulisan ini akan membahas
transplantasi ginjal yang paling aktif melaku- secara khusus terkait fasilitas diagnostik pa-
kan aktifitas transplantasi yaitu antara tahun tologi anatomik terkait biopsi ginjal dalam di-
2010 hingga 2020 sebanyak 786 transplantasi agnosis penyakit ginjal dan rejeksi transplan-
ginjal dengan rata-rata sekitar 47 sampai 125 tasi ginjal di Indonesia.
transplantasi pertahun. Rumah sakit pemerin-
tah di luar Jakarta yang juga melakukan trans- Peran Patologi Anatomi dalam Diagnosis
plantasi antara lain RS Karyadi Semarang, RS Penyakit Ginjal
Sardjito Yogyakarta, RS Sanglah Denpasar,
RS M. Djamil Padang, serta RS H. Adam Ma- Patologi transplantasi ginjal merupa-
lik Medan.5,6 Dari semua kasus transplanta- kan bagian integral dari penyakit ginjal me-
si ginjal yang sudah dilakukan di Indonesia, dis yang memerlukan biopsi untuk diagnosis,
sampai saat ini merupakan transplantasi dari prognosis dan/atau terapi yang tepat. Sering-
donor hidup. Perkembangan ke arah trans- kali, beberapa biopsi transplantasi dilakukan
plantasi dari donor jenasah saat ini sedang untuk memantau proses penyakit atau ke-
dipersiapkan. berhasilan terapi.10 Biopsi ginjal tetap men-
Dari kasus PGK stadium akhir di In- jadi standar emas ketika informasi diagnos-
donesia mayoritas (95%) menjalani terapi he- tik dan prognostik penting diperoleh setelah
modialisis rutin, hanya sedikit yang melaku- transplantasi ginjal. Metodologi biopsi telah
kan terapi transplantasi ginjal (1-2%) dan dirancang untuk menilai penerimaan organ
Continuous ambulatory peritoneal dialysis sebelum transplantasi dan untuk menilai dan
(2-3%).3,5,8 Saat ini BPJS telah menanggung memprediksi kinerja allograft ginjal setelah
seluruh pembiayaan terapi PGK stadium akh- implantasi. Sampel biopsi transplantasi gin-
ir mulai dari hemodialisis, dialisis peritoneal jal dianalisis dengan teknik tradisional dan
dan transplantasi ginjal.3,5,9 Terapi transplanta- modern yang sama seperti yang digunakan
si ginjal merupakan terapi terbaik bagi pen- untuk menilai sampel dari ginjal native (atau
derita PGK stadium akhir baik dari segi bi- non-transplan).11-6
aya, tingkat kesintasan maupun kualitas hidup Biopsi ginjal pratransplantasi ber-
dibandingkan metode terapi pengganti ginjal manfaat untuk menilai kualitas organ donor
yang lain.3,9 United States Renal Data System yang telah meninggal (deceased donor) dan,
(USRDS) melaporkan bahwa antara tahun kadang-kadang, untuk menyingkirkan kemu-
1994–1998 dan 1999–2003 angka survival ngkinan penyakit pada donor hidup. Selain
probability pasien transplantasi ginjal ada- itu, sampel biopsi organ donor menjadi base-
lah dua kali lebih tinggi dibandingkan pasien line acuan pembanding biopsi allograft ginjal
dengan metode dialisis.8 Gambaran harapan selanjutnya. Sebelum ginjal diterima untuk
hidup yang makin meningkat dibandingkan transplantasi, banyak variabel yang diper-
hemodialisis akan menjadi faktor utama yang timbangkan selain temuan biopsi, termasuk
mendorong pelaksanaan transplantasi ginjal usia dan ukuran tubuh donor dan penerima,
di Indonesia menjadi lebih banyak lagi, seh- kedekatan kecocokan donor-penerima, dan

J Indon Med Assoc, Volum: 72, Nomor: 4, Agustus - September 2022 152
Keterbatasan Metode Diagnostik Patalogi Anatomik dalam Bidang Transplantasi Ginjal di Indonesia

kemungkinan menemukan donor lain yang pemeriksaan mikroskop cahaya yaitu infiltrasi
cocok.11 Melakukan validasi dengan kriteria neutrofil di kapiler peritubulus dan glomer-
penerimaan donor merupakan tantangan, dan ulus, disertai dengan perdarahan konges-
akibatnya, sekitar 30% dari ginjal donor yang ti kapiler dan mikrotrombus fokal. Analisis
sudah meninggal dibuang oleh pusat trans- jaringan cangkok menggunakan mikroskop
plantasi AS. Banyak klinisi menganggap an- imunofluoresensi atau imunohistokimia juga
gka pembuangan ini terlalu tinggi, dan oleh menunjukkan endapan C4d linier di dinding
karena itu sejumlah peneliti berusaha untuk kapiler peritubular yang, selain DSA, mer-
memperbaikinya melalui analisis sampel bi- upakan kriteria diagnostik utama untuk re-
opsi donor untuk mengembangkan indikator jeksi hiperakut. Selain itu, pada transplantasi
prediksi kinerja transplantasi ginjal.11-16 dengan inkompatibilitas ABO, endapan IgM
Biopsi ginjal pasca transplantasi mer- sering terlihat pada kapiler peritubular.
upakan salah satu standar diagnosis yang Endapan C4d bisa saja fokal atau
memberikan prediktor prognosis fungsi serta bahkan tidak muncul pada tahap awal rejeksi
kesintasan graft melalui sistem skoring yang hiperakut. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
ditetapkan melalui konsensus Banff. Beberapa perfusi ginjal transplan yang buruk. Sebukan
institusi pelaku transplantasi ginjal melaku- keras neutrofil disertai endapan C4d di kapiler
kan biopsi rutin tanpa indikasi pasca trans- peributuler mendukung suatu rejeksi hipera-
plan untuk menilai kinerja graft. Selain biopsi kut. Jejas tubuler akut pada iskemia kadang-
rutin, ada beberapa indikasi klinis dilakukan kadang dapat disertai dengan peradangan,
biopsi pada ginjal transplan, antara lain pada bahkan disertai neutrofil, namun secara umum
periode segera pasca-transplantasi (≤3 hari tidak disertai ekspresi C4d di dinding kapiler
setelah implantasi), jika delayed graft func- peritubuler.11-16
tion yang mengakibatkan perlunya dialisis.
Tujuan biopsi pada kondisi tersebut adalah Skor Banff dalam Monitoring Rejeksi
untuk membedakan jejas tubuler akut (acute Transplan
tubular injury-ATI) akibat rejeksi hiperakut
maupun iskemia. Klasifikasi Banff secara luas digu-
Iskemia pascatransplan dapat disebab- nakan untuk menentukan kriteria diagnostik
kan oleh masalah teknis terkait prosedur bedah untuk berbagai bentuk rejeksi berdasarkan
seperti trombosis vaskular akut, kegagalan morfologi yang ditemukan pada pemeriksaan
anastomosis vaskular atau ureter (kebocoran patologi anatomik biopsi ginjal. Klasifikasi
atau dehiscence); dan hematoma perinefrik Banff untuk patologi transplantasi pertama
atau pengumpulan cairan. Walaupun pemer- kali diterbitkan pada tahun 1993, memiliki
iksaan biopsi ginjal sering dianggap kurang beberapa keuntungan penting: 1) membantu
berperan untuk mendiagnosis komplikasi ek- memfasilitasi komunikasi yang efektif antara
strarenal, namun dapat ditemukan gambaran dokter transplantasi, dokter bedah, dan dokter
yang mendukung seperti perdarahan, nekro- patologi; 2) menilai efek obat imunosupresif
sis korteks dan infark (akibat komplikasi di baru dalam uji klinis multisenter internasion-
pembuluh darah utama), dan pelebaran salu- al; dan 3) penelitian transplantasi, selain untuk
ran pengumpul/duktus koligentes, edema dan diagnosis. Klasifikasi Banff terbaru memiliki
peradangan ringan (akibat kebocoran urin, enam kategori yaitu kategori 1) biopsi normal
limfokel atau obstruksi). Komplikasi vasku- atau perubahan non-spesifik; kategori 2) peru-
lar dan mekanik tersebut paling baik dideteksi bahan yang diperantarai antibodi. Kategori 3)
dengan pencitraan noninvasif, seperti ultraso- mencurigakan (borderline) untuk rejeksi akut
nografi Doppler dupleks, MRI, dan CT can, yang diperantarai sel T. Kategori 4) Reaksi
yang dapat menilai aliran dan saluran pem- penolakan/rejeksi oleh sistem imun yang di-
buluh darah serta hematoma/pengumpulan mediasi sel T. Kategori 5) fibrosis interstisial
cairan di perinefrik. Setelah komplikasi terse- dan atrofi tubulus. Kategori 6) perubahan lain
but dapat disingkirkan, maka biopsi ginjal al- yang bukan akibat rejeksi graft. Penetapan
lograft akan berperan penting dalam membuat kategori rejeksi (atau bukan rejeksi) dilaku-
diagnosis pasti penyebab disfungsi graft.11 kan menggunakan sistem skoring morfologi
Rejeksi hiperakut umumnya terjadi struktur mikro dan ultrastruktur biopsi ginjal
ketika kadar antibodi spesifik donor (donor melalui pemeriksaan mikroskop cahaya dan
specific antibody-DSA) yang sudah ada se- mikroskop elektron, serta ada/tidak endapan
belumnya cukup untuk menyebabkan reaksi C4d (dan endapan imun lain) pada pemerik-
rejeksi segera setelah anastomosis. Rejeksi saan imunofluoresensi/ imunohistokimia.17,18
hiperakut memiliki gambaran yang khas pada

153 J Indon Med Assoc, Volum: 72, Nomor: 4, Agustus - September 2022
Keterbatasan Metode Diagnostik Patalogi Anatomik dalam Bidang Transplantasi Ginjal di Indonesia

Keterbatasan Fasilitas Diagnostik Patologi disebabkan oleh nefritis herediter, nefropati


Anatomik di Indonesia. IgA, nefritis lupus, maupun glomerulonefri-
tis pasca infeksi). Mikroskop elektron dapat
Gambaran penyakit utama allograft memfasilitasi deteksi beberapa kelainan da-
ginjal dapat menunjukkan pola yang berubah lam satu biopsi kecil sediaan glomerulus.11-16
dari waktu ke waktu, bergantung fase pato- Terdapat kelemahan pemanfaatan
genesis penyakit. Sebagai contoh, Polyoma- mikroskop elektron bila dibandingkan
virus nephropathy pada tahap akhir mungkin mikroskop cahaya. Ukuran sampel untuk
tidak menunjukkan gambaran inklusi virus, mikroskop elektron jauh lebih kecil diband-
dan dapat disalahartikan sebagai fibrosis in- ingkan sampel pada mikroskop cahaya. Seh-
terstisial dengan atrofi tubulus yang tidak ingga, meskipun ahli patologi ginjal berhasil
spesifik, kecuali telah dilakukan pengambilan mendapatkan glomerulus dalam sampel jarin-
biopsi sebelumnya dan telah menunjukkan in- gan yang difiksasi dengan baik dalam buffer
klusi. Terlebih lagi, perlu diingat bahwa ada glutaraldehid dan tertanam dalam resin epok-
keterbatasan volume jaringan ginjal biopsi si, masih terdapat kemungkinan ketidakber-
sehingga dapat saja lesi-lesi yang fokal (ha- hasilan penegakkan diagnosis. Umumnya,
nya melibatkan <50% area ginjal) tidak ter- pemeriksaan mikroskop elektron sangat mem-
cakup dalam jaringan biopsi. Selain itu, dapat bantu untuk lesi yang bersifat difus (mengenai
ditemukan lebih dari satu gambaran penyakit >50% glomerulus). Untuk lesi yang bersifat
pada biopsi ginjal yang diambil pada cangkok fokal, pemeriksaan mikroskop elektron masih
yang telah lama, misalnya terdapat komponen dapat membantu, karena seringkali disertai
toksisitas imunosupresan seperti inhibitor morfologi ultrastruktur yang difus, seperti ef-
kalsineurin, penyakit donor (arteriosklerosis), facement podosit maupun endapan kompleks
dan rejeksi kronis; kadang-kadang disertai re- imun. Bahkan, sampel yang tidak mengand-
laps dari penyakit penyebab gagal ginjalnya. ung glomerulus pun dapat bermanfaat melalui
Dokter spesialis patologi anatomik bersama pemeriksaan kompartemen tubulointersti-
dengan klinisi perlu berdiskusi bersama un- sial dan vaskular; misalnya, pasien dengan
tuk menentukan proses patologis utama yang endapan immunoglobulin rantai ringan (light
ada dan memutuskan perawatan mana yang chain) ataupun endapan amiloidosis, sering-
mungkin bermanfaat. Jelas, proses ini dapat kali menunjukkan lesi ekstraglomerular. Pada
dipermudah dengan tes diagnostik yang lebih kondisi-kondisi tertentu, ketika bahan pemer-
mutakhir.11 iksaan mikroskop elektron kurang memadai,
maka dapat dilakukan pemrosesan khusus dari
Mikroskop Elektron spesimen blok parafin untuk menjadi sampel
mikroskop elektron, sehingga dapat diperoleh
Mikroskop elektron mampu men- morfologi ultrastruktur untuk penegakkan di-
gidentifikasi sebagian besar kelainan glomer- agnosis. Demikian besar peran pemeriksaan
ulus, termasuk endapan imun dan non-imun mikroskop elektron sehingga metode pemer-
yang berbahaya, kerusakan sel epitel atau iksaan tersebut masih terus digunakan dan
endotel, defek intrinsik atau didapat pada menjadi salah satu dari tiga pilar penegakan
membran basal, dan perkembangan berbagai diagnosis pasti penyakit ginjal di bidang pa-
badan inklusi (termasuk virus) di dalam sel. tologi anatomik.11-16
Melalui mikroskop elektron, ahli patologi
tidak perlu memiliki praduga apa pun ten- Prosedur Diagnostik dan Komplikasi
tang apa yang akan dia lihat untuk memandu Transplantasi
penyelidikan; dan tidak memerlukan pulasan
khusus histokimia maupun imunohistokimia. Kesintasan graft merupakan tolok ukur
Hans Gelderblom menggambarkan morfologi dalam keberhasilan transplantasi ginjal.5,9 Se-
ultrastruktur yang dihasilkan mikroskop elek- bagaimana telah disampaikan sebelumnya,
tron sebagai “suatu pandangan terbuka” dari biopsi ginjal rutin, atau protokol berperan
suatu “pemandangan diagnostik”. Keunggu- dalam memprediksi kesintasan graft. Contoh
lan lain mikroskop elektron adalah memungk- biopsi protokol adalah pengambilan sampel
inkan seseorang untuk “menjawab pertanyaan biopsi saat reperfusi (bulan 0), satu bulan pas-
yang tidak diajukan”. Sebagai contoh, ketika ca-transplan, 3 bulan pasca-transplan dan 6
diperlukan penegakan diagnosis pasti dari bulan pasca-transplan tanpa memperhatikan
suatu kondisi klinis tertentu yang memberi- hasil pemeriksaan laboratorium. Perubahan
kan beberapa kemungkinan diagnosis banding gambaran morfologi secara patologi anatomik
(misalnya, hematuria berulang yang mungkin biopsi ginjal tersebut menjadi dasar predik-

J Indon Med Assoc, Volum: 72, Nomor: 4, Agustus - September 2022 154
Keterbatasan Metode Diagnostik Patalogi Anatomik dalam Bidang Transplantasi Ginjal di Indonesia

si prognosis kesintasan graft serta evaluasi penting dalam diagnosis penyakit ginjal. Jum-
tata laksana pascatransplan. Biopsi protokol lah pusat layanan kesehatan dengan volume
belum dapat dijalankan di Indonesia karena spesimen, instrumentasi, dan keahlian teknis
berbagai hal, antara lain: keengganan pasien dan interpretatif yang cukup diperlukan untuk
terhadap prosedur biopsi, pembiayaan, ser- mendukung program diagnostik ginjal. Upa-
ta ketersediaan sarana/prasarana dan sumber ya agresif diperlukan untuk mempertahankan
daya manusia di bidang patologi anatomik. kualitas diagnositk dan penatalaksanaan tera-
Belum tersedia SpPA yang menginterpretasi pi pasien.
biopsi ginjal dan analis yang mampu menge- Mikroskop elektron memungkink-
lola biopsi ginjal dengan baik dalam jumlah an visualisasi langsung dari sebagian besar
yang cukup. Selain itu, kriteria Banff terbaru bentuk cedera glomerulus; dalam subset ke-
telah memasukkan morfologi ultrastruktur cil penyakit yang menghindari deteksi ul-
melalui pemeriksaan mikroskop elektron se- trastruktural, mikroskop elektron memiliki
bagai tanda efek reaksi tubuh pejamu terhadap peran penting dalam diagnosis banding dan
graft. Ketiadaan layanan mikroskop elektron kadang-kadang mendeteksi proses patologis
di rumah sakit membuat ketidakmampuan yang tumpang tindih. Pemeriksaan ultrastruk-
dalam mendiagnosis beberapa kriteria Banff tur dari spesimen kecil, suboptimal, atau tidak
dengan tepat. biasa, termasuk jaringan yang diproses ulang
Angka kesintasan graft pasca-trans- dari penelitian lain dan urin, dapat memberi-
plantasi ginjal di berbagai negara menun- kan informasi diagnostik penting ketika spesi-
jukkan hasil yang berbeda-beda, akibat fak- men yang ideal tidak tersedia. Resolusi tinggi
tor-faktor yang juga berbeda di tiap negara.5,9 yang diberikan oleh mikroskop elektron me-
Berbagai penelitian mengonfirmasi bahwa mungkinkan melihat lebih dekat fitur yang
faktor human leucocyte antigen (HLA) mis- terdeteksi oleh metode lain (atau dalam be-
match, rejeksi akut, jenis imunosupresan, usia berapa kasus tidak terlihat oleh mereka), me-
resipien, usia donor, jenis kelamin resipien, ngungkapkan lokasi yang tepat dan substruk-
lamanya dialisis sebelum transplantasi, nilai tur kelainan dan interaksinya dengan struktur
kreatinin pasca transplantasi, IgG CMV re- normal.
sipien, etiologi penyakit ginjal kronik, dan
rejeksi akut merupakan faktor yang berperan Daftar Pustaka
dalam memengaruhi kesintasan graft.5,9 Data
penelitian retrospektif Marbun dkk di Jakar- 1. James SL, Abate D, Abate KH, Abay
ta mengenai prognosis transplantasi ginjal SM, Abbafati C, Abbasi N, et al. Global,
memberikan informasi bahwa dari 754 orang regional, and national incidence, prev-
yang menjalani transplantasi ginjal, angka alence, and years lived with disability
harapan hidup selama 10 tahun adalah 74%, for 354 Diseases and Injuries for 195
all-cause survival 68% dan death-censored countries and territories, 1990-2017:
graft survival 81%. Faktor prognostik yang A systematic analysis for the Global
menurunkan angka harapan hidup pasien Burden of Disease Study 2017. Lancet.
transplantasi ginjal pada penelitian tersebut 2018;392(10159):1789–858.
adalah durasi pre-transplant dialisis lebih dari 2. Badan Penelitian dan Pengembangan
24 bulan, riwayat penyakit jantung, delayed Kesehatan Kementerian RI. Riset Kese-
graft function (DGF), infeksi post-transplant, hatan Dasar (Riskesdas) 2018. 2018;59–
dan rejeksi akut.20 Pemeriksaan pratransplan 62.
dan pascatransplan yang lebih komprehensif 3. PERNEFRI. 11th Report Of Indonesian
dan mutakhir seharusnya dapat memperbaiki Renal Registry 2018. Available from:
prognosis dan kesintasan graft. http.// www.indonesianrenalregistry.org.
id
Rekomendasi 4. Magee CC, Pascual M. Update in re-
nal transplantation. Archives of internal
Melalui tulisan ini, penulis mendorong medicine. 2004 Jul 12;164(13):1373-88.
perlunya implementasi Pedoman Nasional Pe- 5. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PER-
layanan Kedokteran (PNPK) mengenai trans- NEFRI). Konsensus Transplant. 2013.
plantasi ginjal, pengadaan sarana yang mengi- [Internet]. [cited 2022 Sep 14]. Available
kuti perkembangan teknologi dan medis di from: https://www.pernefri.org/
fasilitas transplantasi ginjal, pelatihan teknisi, 6. Mochtar CA, Alfarissi F, Soeroto AA,
serta fellowship patologi ginjal medis. Pe- Hamid AR, Wahyudi I, Marbun MB,
meriksaan ultrastruktur ginjal memiliki peran Rodjani A, Susalit E, Rasyid N. Mile-

155 J Indon Med Assoc, Volum: 72, Nomor: 4, Agustus - September 2022
Keterbatasan Metode Diagnostik Patalogi Anatomik dalam Bidang Transplantasi Ginjal di Indonesia

stones of kidney transplantation in Indo- classification of kidney transplant pa-


nesia. Medical journal of Indonesia. 2017 thology. Kidney international. 1993 Aug
Nov 27;26(3):229-36. 1;44(2):411-22.
7. Profil dan Sejarah – Urologi RSCM [In- 18. Jeong HJ. Diagnosis of renal transplant
ternet]. [cited 2022 Sep 14]. Available rejection: Banff classification and be-
from: https://www.urologi-rscmfkui. yond. Kidney research and clinical prac-
com/?page_id=373 tice. 2020 Mar 31;39(1):17.
8. United States Renal Data System (US- 19. Nasution SH, Syarif S, Musyabiq S.
RDS). Percentages & counts of reported Penyakit Gagal Ginjal Kronis Stadium
ESRD patients: by treatment modality. 5 Berdasarkan Determinan Umur, Je-
2017. [Internet]. [cited 2022 Sep 14]. nis Kelamin, dan Diagnosa Etiologi di
Available from: https://www.usrds.org/ Indonesia Tahun 2018. Jurnal Kedok-
9. Septianto T. Kesintasan graft 5 tahun teran Universitas Lampung. 2020 Oct
pasca-transplantasi ginjal donor hidup di 1;4(2):157-60.
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan 20. Marbun MB, Susalit E, Susilowati U,
faktor-faktor yang memengaruhinya: Andina T. Long-term outcomes and prog-
The 5-year graft survival after transplan- nostic factors in kidney transplant recipi-
tation of living kidney donors at RSUPN ents in Jakarta, Indonesia: a cohort study.
dr. Cipto Mangunkusumo and the factors BMJ open. 2022 May 1;12(5):e059631.
that influence it.
10. Gaber L, Seshan S, Truong L. Renal
transplant pathology: review and update.
Pathology. 2014 Jan 1;46:S40.
11. Williams WW, Taheri D, Tolkoff-Rubin
N, Colvin RB. Clinical role of the renal
transplant biopsy. Nature Reviews Ne-
phrology. 2012 Feb;8(2):110-21.
12. Pavlisko EN, Howell DN. The contin-
ued vital role of electron microscopy in
the diagnosis of renal disease/dysfunc-
tion. Ultrastructural Pathology. 2013 Feb
1;37(1):1-8.
13. Howell DN, Herrera GA. Electron mi-
croscopy in renal pathology: overall
applications and guidelines for tissue,
collection, preparation, and stains. Ultra-
structural Pathology. 2021 Jan 2;45(1):1-
8.
14. Valente S, Comai G, Malvi D, Corradetti
V, La Manna G, Pasquinelli G. Recover-
ing histological sections for ultrastruc-
tural diagnosis of glomerular diseases
through the pop-off technique. Journal of
Nephrology. 2021 Dec;34(6):2085-92.
15. Herrera GA, Isaac J, Turbat-Herrera EA.
Role of electron microscopy in transplant
renal pathology. Ultrastructural patholo-
gy. 1997 Jan 1;21(6):481-98.
16. Howell DN, Gu X, Herrera GA. Orga-
nized deposits in the kidney and look-
alikes. Ultrastructural pathology. 2003
Jan 1;27(5):295-312.
17. Solez K, Axelsen RA, Benediktsson H,
Burdick JF, Cohen AH, Colvin RB, Cro-
ker BP, Droz D, Dunnill MS, Halloran PF,
Häyry P. International standardization of
criteria for the histologic diagnosis of re-
nal allograft rejection: the Banff working

J Indon Med Assoc, Volum: 72, Nomor: 4, Agustus - September 2022 156

Anda mungkin juga menyukai