Anda di halaman 1dari 5

Konsorsium Komunitas PENABULU - STPI

Jln. H. Saidi III. No 15, Cipete Selatan


Kec. Cilandak, Jakarta Selatan. 12410
Telephone: (+6221) 765888
Email: secretariat@penabulu-stpi.id

SIARAN PERS
PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI

Outlook Tuberculosis 2022:


Optimalisasi Investasi untuk Akselerasi Eliminasi TBC, Selamatkan Indonesia dari TBC.

BILANGAN KOMITMEN PENANGGULANGAN TBC DAN PELIBATAN KOMUNITAS UNTUK


OPTIMALISASI INVESTASI SELAMATKAN JIWA

Jakarta, 23 Maret 2022 – Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan kasus Tuberkulosis
(TBC) terbanyak di dunia (2021), dan hal ini menjadikan beban ekonomi bagi Negara. Pada
tingkat global, terdapat kebutuhan mendesak untuk menginvestasikan sumber daya agar
dapat mengakhiri TBC. Hal ini menjadi agenda dalam peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia
(HTBS) 2022 melalui tema Invest to End TB, Save Lives.

Tahun 2022 menjadi momentum penting bagi Indonesia dalam penanggulangan TBC dengan
latar belakang (1) tercapainya komitmen yang disematkan pada UN High-Level Meetings
(UNHLM) on TB sejak tahun 2018; (2) peluang diplomasi investasi penanggulangan TBC di
G20 dan (3) tindak lanjut implementasi Peraturan Presiden 67/2021 tentang penanggulangan
TBC.

Dalam konteks penanggulangan TBC di Indonesia, telah terjalin kerjasama antar pihak
pemerintah, organisasi masyarakat sipil (OMS), akademisi dan swasta. Sebagai OMS, PR
Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI (PR PB-STPI) memaknai HTBS dengan melakukan
advokasi melalui kegiatan Outlook Tuberculosis 2022: Optimalisasi Investasi untuk
Akselerasi Eliminasi TBC, Selamatkan Indonesia dari TBC. Berlangsung melalui Webinar
pada 23 Maret, Outlook TBC 2022 menjadi ruang aspirasi bagi komunitas untuk mendapatkan
acuan perkembangan strategi pemerintah dalam menanggulangi TBC serta mempersiapkan
strategi untuk bermitra dan mengadvokasikannya kepada jejaring lintas sektor

Diawali dengan keynote speaker dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), oleh Dr. dr. Maxi
Rein Rondonuwu, DHSM, MARS (Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit)
menyampaikan bahwa penanggulangan TBC berkaitan erat dengan arah transformasi
kesehatan dalam G20. Pemerintah berupaya untuk melibatkan semua pihak agar dapat
berperan dalam upaya skrining dan deteksi serta mengalokasikan anggaran dalam memenuhi
kebutuhan pasien TBC. Lebih lanjut, beliau menjelaskan pentingnya penguatan kemitraan
bersama komunitas untuk dapat bersama mengoptimalkan akselerasi dan pemenuhan
tujuan, “pendampingan dari komunitas sangat berdampak pada keberhasilan pengobatan,”
tegasnya.

Pernyataan yang disampaikan oleh Dirjen P2P Kemenkes menjadi pemicu diskusi untuk panel
pertama yakni “Peluang Indonesia untuk Berkolaborasi dalam Memenuhi Komitmen UNHLM

Page 1 of 5
Konsorsium Komunitas PENABULU - STPI
Jln. H. Saidi III. No 15, Cipete Selatan
Kec. Cilandak, Jakarta Selatan. 12410
Telephone: (+6221) 765888
Email: secretariat@penabulu-stpi.id

TBC 2022”. Diskusi tersebut dipimpin oleh dr. Nurul Nadia Luntungan, MPH (Authorized
Signatory PR Konsorsium Penabulu-STPI) dan menghadirkan 5 narasumber ahli.
Sejalan dengan hal tersebut, dr. Donald Pardede, MPPM (Dewan Penasehat STPI)
menekankan kembali bahwa terdapat rekognisi peran komunitas dalam mengoptimalkan
strategi kunci dan peta jalan mencapai tujuan eliminasi TBC. Bapak Donald kembali
mengingatkan bahwa target Indonesia untuk eliminasi TBC bukan hal yang mudah, namun
tetap harus optimis dalam mengurangi penularan TBC. Khususnya pada 7 komitmen UNHLM
yang menjadi acuan eliminasi TBC, diantaranya (1) negara harus memenuhi dalam diagnosis
dan pengobatan; (2) negara harus hadir dalam pengobatan TBC; (3) negara harus hadir dalam
mendukung pendanaan yang berkesinambungan; (4) negara harus hadir dalam mengakhiri
stigma TBC; (5) negara memastikan ketersediaan vaksin; (6) negara memfasilitasi
pengembangan kerangka multisektoral dan (7) Negara melaporkan kemajuan penanganan
TBC.

Dalam kerangka perspektif komunitas, maka peluang optimalisasi penanggulangan TBC


dapat dilakukan dengan adanya tindak lanjut Perpres 67/2021 melalui target dan strategi
serta pemenuhan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Selain itu, penting untuk
adanya dukungan kebijakan Pemda dalam pemenuhan standar pelayanan minimum (SPM)
bidang kesehatan dan harmonisasinya dengan peran komunitas. Terakhir, penting untuk
dapat mengadvokasikan komitmen pendanaan selayaknya tema HTBS 2022 untuk
melakukan investasi untuk program TBC. Tercatat pada 2021, kebutuhan anggaran untuk
penanggulangan TBC adalah 9,5 T dan alokasi yang tersedia hanya 2,8 T.

Di lain sisi, berdasarkan Global TB Report (2021) diketahui bahwa target TB Global masih
dibawah capaian, khususnya pada rendahnya angka orang yang didiagnosis dan dilaporkan.
Oleh karena itu, pada penyampaiian paparannya, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama mengatakan
bahwa pemimpin Negara perlu melakukan langkah pendanaan triple dan quadruple untuk
dapat menyelamatkan jiwa dan mengakhiri TBC. Jika merujuk pada target tujuan
pembangunan berkelanjutan dan target UNHLM, maka Indonesia perlu melakukan peninjauan
target serta peningkatan upaya. Lebih lanjut, Prof Tjandra menyampaikan adanya peluang
momentum presidensi G20 dalam upaya penanggulangan TBC di Indonesia. “Pada G20, TBC
perlu dilihat sebagai investasi geopolitik dimana negara-negara yang tergabung di G20
merepresentasikan dari 50% kasus TBC di dunia.” Ujar Prof Tjandra.

Dengan begitu, tahun 2022 di tataran global, Indonesia memiliki bilangan komitmen UNHLM
yang perlu dipenuhi dan peluang pembaharuan komitmen politis pada G20. Selanjutnya
Pemerintah Indonesia juga perlu mengoperasionalisasikan serta merealisasikan bilangan
komitmen yang tercantum pada mandat Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021 (Perpres
67/2021) tentang penanggulangan TBC.

Outlook TBC 2022 menghadirkan 3 Kementerian yang menjadi penanggung jawab pemenuhan
bilangan komitmen di tahun 2022, diantaranya adalah Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kementerian Kesehatan dan

Page 2 of 5
Konsorsium Komunitas PENABULU - STPI
Jln. H. Saidi III. No 15, Cipete Selatan
Kec. Cilandak, Jakarta Selatan. 12410
Telephone: (+6221) 765888
Email: secretariat@penabulu-stpi.id

Kementerian Dalam Negeri. Mewakili Kemenko PMK, dr Nancy D Anggraeni M. Epid (Asisten
Deputi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit, Kemenko PMK) menyampaikan bahwa
amanat Perpres 67/2021 telah diupayakan melalui pembentukan wadah kemitraan di tingkat
nasional yang disahkan dengan Keputusan Menteri Kemenko PMK nomor 40/2021.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan peran masyarakat dan mitra dalam percepatan
penanggulangan TBC dengan fokus utama pada upaya promotif, preventif dan rehabilitatif.
Wadah kemitraan tersebut telah menyusun rancangan konsep Program Terpadu Kemitraan
Penanggulangan TBC untuk Masyarakat Indonesia (PROTEKSI). Pada konsep ini terlihat
peluang besar keterlibatan OMS dalam menjalankan perannya sebagai komunitas. Tidak
hanya itu, pasal 28 Perpres 67/2021 juga menyebutkan bahwa secara taktis perlu dibentuk
Tim Percepatan TBC di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Dengan begitu, pihak komunitas
dapat ikut serta secara bermakna dalam tim percepatan tersebut. Hal ini sejalan dengan
penyampaian informasi dari Bapak Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes (Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular, Kemenkes) “Kemenkes mengharapkan agar komunitas dapat
terlibat aktif menjadi salah satu unsur dalam tim percepatan penanggulangan TBC dan dapat
berkoordinasi dengan Dinkes untuk meningkatkan keterlibatan pasien TBC, mantan pasien dan
dmelakukan pendampingan pengobatan pasien TBC.”

Hal ini didukung dengan adanya peran sentral Kemendagri dalam Perpres 67/2021 untuk
memastikan implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan. Bapak R.
Budiono Subambang, ST, MPM (Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintah Daerah III,
Kementerian Dalam Negeri) menyampaikan bahwa Kemendagri telah menerbitkan
Permendagri No.59 tahun 2021 tentang penerapan SPM dimana didalamnya disebutkan
bahwa penemuan kasus menjadi kewajiban minimal pemerintah daerah yang harus 100%
dicapai. Permendagri tersebut menjadi instrumen yang akan digunakan untuk pelaksanaan
tugas sesuai amanat Perpres 67/2021. Selain itu, Kemendagri juga telah menyetujui adanya
penambahan nomeklatur baru untuk TBC yang diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan
penganggaran kegiatan pembiayaan rujukan orang terinfeksi TBC. Pelaksanaan SPM
Kesehatan wajib dilaporkan kepada Kemendagri berkenaan dengan Laporan dan Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD).

Diskusi pada panel pertama memberikan asupan informasi peluang keterlibatan komunitas
dengan mengupayakan advokasi serta kemitraan untuk mendukung penuh bilangan
komitmen penanggulangan TBC. Agar dapat memberikan gambaran terkait kontribusi
komunitas dan pengalaman kemitraan dengan Dinas Kesehatan, maka Outlook TBC 2022
dilanjutkan dengan diskusi panel 2 yang dimoderatori oleh Heny Akhmad MPA, MSc (National
Director Program PR PB-STPI).

Seyogyanya, peran komunitas yang tercantum pada pasal 29 Perpres 67/2021 telah
dilaksanakan secara komprehensif dengan prinsip kemitraan. Sudiyanto selaku Sub-Recipient
Manager (SRM) Inisiatif Lampung Sehat menyampaikan bahwa upaya advokasi kepada pihak
eksekutif dilakukan dengan mengupayakan dukungan sarana layanan, SDM dan alur
pelayanan. Sedangkan untuk legislatif, advokasi dilaksanakan dengan dukungan Perda serta

Page 3 of 5
Konsorsium Komunitas PENABULU - STPI
Jln. H. Saidi III. No 15, Cipete Selatan
Kec. Cilandak, Jakarta Selatan. 12410
Telephone: (+6221) 765888
Email: secretariat@penabulu-stpi.id

anggaran. Penting melakukan jejaring organisasi dengan perguruan tinggi, lembaga vertikal,
perbankan, serta organisasi yang memiliki keterkaitan dengan TBC. Tidak hanya itu, OMS yang
mengelola kader TBC menyampaikan bahwa komunitas memiliki kegigihan dalam penemuan
kasus dan case holding. Dalam proses pendampingan pasien TBC, Tri Lestari selaku SRM
YABHYSA Jawa Timur menyampaikan bahwa dalam proses pendampingan, kader seringkali
mendapatkan penolakan dari pasien untuk periksa dan berobat. Namun, dengan adanya
Perpres, hal tersebut menambah semangat kader dan eksistensinya sangat diakui. Yang
mana, kader mempersepsikan kegiatan penemuan kasus dan pendampingan pasien TBC
sebagai tugas negara. Selain itu, pelibatan kader menjadi salah satu kunci dalam melakukan
advokasi ke pemerintah desa terkait pelibatan dalam membantu meringankan beban pasien
TBC secara sosial dan ekonomi. Peran tim komunitas juga mengupayakan bantuan
psikososial bagi pasien dan menjadi pintu awal untuk mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Tidak hanya itu, dr. Christian Lambogia selaku Koordinator Program Sub-Sub Recipient
(SSR) PELKESI Manado menyampaikan bahwa pengalaman kemitraan dilakukan dengan cara
proses sosialisasi kepada pihak yang berpotensi seperti CSR dan lembaga filantropi. Untuk
penyuluhan dan kampanye TBC seringkali dilakukan dengan ceramah dan diskusi dengan
pendekatan kolaborasi melalui tokoh agama.

Adanya kemitraan yang baik antara pihak komunitas dan pemerintah daerah ditunjukkan
dengan manfaat dan dampak dari kemitraan tersebut. Hal ini disampaikan oleh drh. Berty
Murtiningsih, M.Kes yang merupakan Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan DIY “Dampak
kolaborasi adalah perluasan sosialisasi TBC, adanya peningkatan pendampingan pasien TBC,
peningkatan penemuan kasus TBC dan adanya konsistensi keberhasilan pengobatan TBC.”
Dengan prinsip menemukan sebanyak-banyaknya dan mengobati sebaik-baiknya, Dinkes DIY
juga melakukan inisiasi pembentukan Tim percepatan eliminasi TBC dengan pelibatan semua
OPD dan organisasi mitra TBC, termasuk pihak komunitas.

Outlook TBC 2022 ditutup dengan penyampaian dari Dr. Adang Bachtiar, MPH, DSc (Direktur
Center for Health Administration and Policy Studies FKM UI) terkait rekomendasi serta rencana
tindak lanjut yang perlu diupayakan oleh pemangku kepentingan. “Pertemuan ini menunjukkan
bahwa OMS telah melakukan peran sensitif dan spesifik untuk eliminasi TBC yang bermitra
dengan pemerintah,” jelasnya. Pada peran sensitif, OMS melakukan upaya edukasi,
pencegahan dan memperkuat ketahanan tanggap darurat. Sedangkan pada peran spesifik,
OMS melakukan upaya peningkatan akses pencarian pengobatan. Peran OMS terbukti efektif
sehingga keberdayaan perlu didukung. OMS yang efektif dalam perencanaan dan
penganggaran terbukti efisien dan berkelanjutan. Peran Kemenkes adalah kunci untuk
mendorong tatanan daerah dalam perencanaan dan penganggaran melalui Kerjasama
dengan Kemendagri termasuk menuju agenda G20. Di lain sisi, OMS dapat menjadi jembatan
dan saluran kepentingan vertikal, horizontal dan diagonal untuk perencanaan eliminasi TBC
yang sinkron pada semua sektor.

Adanya perpres TBC menunjukkan bahwa disease-oriented yang eksklusif telah berakhir dan
dilanjutkan dengan paradigma Health in All Policy. Diperlukan kepemimpinan yang kolaboratif

Page 4 of 5
Konsorsium Komunitas PENABULU - STPI
Jln. H. Saidi III. No 15, Cipete Selatan
Kec. Cilandak, Jakarta Selatan. 12410
Telephone: (+6221) 765888
Email: secretariat@penabulu-stpi.id

dengan budaya kerja keras berbasis bukti untuk mencapai resiliensi. Dengan adanya
pengarusutamaan eliminasi TBC, hal ini perlu dimanfaatkan sebagai peta jalan dari pusat dan
daerah. Untuk dapat mencapai hasil optimal maka perlu adanya sinergitas dan kolaborasi
antar pihak. Senada dengan pesan kunci dari Prof Tjandra yang menyampaikan bahwa
Perpres dapat menjadi peluang nasional untuk mencapai eliminasi TBC 2030 dengan
penekanan pada upaya multisektor, target per daerah dan perkembangan pencapaian
berkala. PR PB-STPI yang ikut berperan dalam penanggulangan TBC di 30 Provinsi dan 190
Kabupaten/Kota akan menjadikan diskusi pada Outlook TBC 2022 sebagai bahan advokasi
dan kemitraan untuk Optimalisasi Investasi untuk Akselerasi Eliminasi TBC, Selamatkan
Indonesia dari TBC.

—------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----
Tentang Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI adalah Principal Recipient (PR) Global Fund to Fight
against AIDS, Tuberculosis, and Malaria (GF) khususnya dalam program ‘Eliminasi
Tuberkulosis (TBC) di Indonesia’. Dalam program ini Konsorsium Komunitas Penabulu–STPI
bertujuan agar Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) & komunitas TBC dan TB/HIV mampu dan
berdaya dalam memberikan kontribusi terhadap upaya pencegahan dan pengendalian TBC
di Indonesia secara berkesinambungan.Program ini dilaksanakan di 30 provinsi dan 190
kota/kabupaten di Indonesia pada tahun 2021-2023.

Website Kami
TBC Komunitas - Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI

Narahubung:
Bunga Pelangi (Advocacy and Partnership Coordinator) |+62 856-9171-1100 |
bunga.pelangi@penabulu-stpi.id

Page 5 of 5

Anda mungkin juga menyukai