Anda di halaman 1dari 35

BAHAN AJAR BIOLOGI X

REPRODUKSI PADA TUMBUHAN DAN HEWAN


PROGRAM KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURAL

DI SUSUN OLEH:
RENI DWIYANTI, S.Pd.Si

SMKN 14 PANDEGLANG
2023
Materi Pokok Reproduksi Tumbuhan dan Hewan

Materi pokok Sistem Reproduksi Tumbuhan dan Hewan terbagi ke dalam beberapa submateri
berikut.

1. Reproduksi pada Tumbuhan

 Reproduksi Tumbuhan Angiospermae

 Reproduksi Tumbuhan Gymnospermae

 Reproduksi Tumbuhan Paku

 Reproduksi Tumbuhan Lumut

 Teknologi Reproduksi pada Tumbuhan

2. Reproduksi Pada Hewan

 Reproduksi Aseksual Pada Hewan

 Reproduksi Seksual Pada Hewan

 Siklus Hidup Hewan

 Teknologi Reproduksi pada Hewan

3. Kelangsungan Hidup Hewan dan Tumbuhan

 Adaptasi

 Seleksi Alam

Kompetensi Dasar

Berikut ini adalah kompetensi dasar materi Sistem Reproduksi Tumbuhan dan Hewan

3.7 Memahami proses reproduksi pada tumbuhan dan hewan


4.7 Menunjukan proses reproduksi pada tumbuhan dan hewan
Uraian Materi

Setiap makhluk hidup akan melakukan perkembangbiakan untuk memperbanyak dan juga
melestarikan keturunannya.

Perkembangbiakan dibedakan menjadi dua, yaitu perkembangbiakan


generatif dan perkembangbiakan vegetatif.

Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan yang dilakukan melalui proses pembuahan


(fertilisasi), yaitu peleburan sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina. Hasil pembuahan tersebut
akan menghasilkan keturunan baru yang sama dengan induknya.

Perkembangbiakan vegetatif merupakan perkembangbiakan yang tidak disertai dengan proses


pembuahan dan menghasilkan individu baru.
Reproduksi pada Tumbuhan

Perkembangbiakan generatif tumbuhan adalah perkembangbiakan secara seksual (kawin) yang


dilakukan oleh tumbuhan berbiji.

Proses perkembangbiakan generatif tumbuhan diawali dari penyerbukan, kemudian pembuahan


atau fertilisasi.

Perkembangbiakan tumbuhan biji melibatkan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina dalam
bentuk penyerbukan.

Penyerbukan merupakan peristiwa jatuhnya serbuka sari pada kepala putik dan pembuahan
merupakan proses peleburan gamet betina dan gamet jantan. Proses reproduksi tumbuhan berbiji
ditandai dengan munculnya bunga.

Perkembangbiakan vegetatif buatan tumbuhan adalah perkembangbiakan secara tidak kawin


(aseksual) pada tumbuhan yang dilakukan melalui campur tangan manusia.

Tujuan perkembangbiakan vegetatif buatan ini adalah untuk mendapatkan tumbuhan yang memiliki
mutu tinggi, antara lain dari buahnya yang banyak, akarnya yang kuat, dan ketahanan terhadap
penyakit.

Reproduksi pada Hewan

Hewan tingkat tinggi melakukan perkembangbiakan secara generatif, sedangkan hewan tingkat
rendah melakukan perkembangbiakan dengan cara vegetatif.

Perkembangbiakan generatif pada hewan dapat dibedakan menjadi tiga macam,


yaitu Ovipar (bertelur), Vivipar (melahirkan), dan Ovovivipar (bertelur dan melahirkan). Masing-
masing perkembangbiakan tersebut memiliki ciri yang membedakan satu dengan lainnya.

Perkembangbiakan vegetatif pada hewan merupakan perkembangbiakan untuk menghasilkan


individu baru yang tidak disertai dengan proses pembuahan (peleburan sel kelamin jantan dan sel
kelamin betina). Perkembangbiakan vegetatif banyak dilakukan oleh hewan tingkat rendah.

Perkembangbiakan vegetatif pada hewan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu pertunasan,
fragmentasi, dan membelah diri.

REPRODUKSI TUMBUHAN ANGIOSPERMAE

Beberapa tumbuhan dapat bereproduksi dengan cara berbeda. Tumbuhan dapat bereproduksi
dengan menggunakan bagian tumbuhan, seperti akar, batang, atau pun daun.

Cara reproduksi tumbuhan dengan menggunakan bagian tumbuhan disebut reproduksi secara
vegetatif.

Reproduksi tumbuhan secara vegetatif disebut juga reproduksi aseksual karena tumbuhan dapat
menghasilkan individu baru tanpa melibatkan proses fertilisasi.

Tumbuhan dapat melakukan reproduksi aseksual karena tumbuhan memiliki sel-sel yang memiliki
kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel penyusun jaringan dan organ tumbuhan
yang disebut sel meristem.
Keturunan yang dihasilkan dari reproduksi aseksual memiliki sifat atau karakter yang sama dengan
sifat induk.

Tanaman mangga, rambutan, kelapa, padi, dan jagung merupakan contoh dari kelompok tumbuhan
Angiospermae.

Tumbuhan Angiospermae atau tumbuhan biji tertutup adalah tumbuhan yang memiliki ciri bakal biji
berada dalam bakal buah (ovarium).

Bakal buah adalah bagian putik yang membesar yang tersusun oleh daun buah (karpel). Bakal buah
selanjutnya akan berkembang menjadi buah dan bakal biji berkembang menjadi biji.

Tumbuhan biji tertutup sangat penting bagi kehidupan manusia maupun hewan, karena tumbuhan
inilah yang menyediakan hampir semua bahan makanan yang berasal dari tumbuhan. Tumbuhan
Angiospermae mengalami reproduksi aseksual dan reproduksi seksual.

1. Reproduksi Aseksual Alami

Berikut ini adalah berbagai macam cara reproduksi aseksual alami.

a) Rhizoma

Pada batang terdapat ruas dan buku dan di buku inilahtempat tumbuhnya tunas yang akan
berkembang menjadi tumbuhan baru. Beberapa tumbuhan bereproduksi dengan tunas pada batang
yang ada di dalam tanah.

Ruas dan Buku pada Batang Lengkuas

Batang yang ada di dalam tanah disebut rhizoma. Beberapa contoh tumbuhan yang reproduksi
dengan rhizoma adalah jahe, kunyit, lengkuas, dan temulawak.

b) Stolon

Pada rumput dan beberapa tanaman lain misalnya stroberi dan pegagan terdapat batang yang
menjalar di atas tanah. Batang tumbuhan yang menjalar di atas tanah disebut stolon (geragih).

Stolon pada Stroberi

Tunas dapat tumbuh pada buku dari stolon. Saat tunas terpisah dari tanaman induk, tunas sudah
mampu tumbuh menjadi individu baru.

c) Umbi Lapis

Umbi lapis terdapat pada bawang merah. Dinamakan umbi lapis karena memperlihatkan susunan
berlapis-lapis yang terdiri atas daun yang menebal, lunak dan berdaging dan batang yang berupa
bagian kecil pada bagian bawah umbi lapis yang disebut dengan cakram.

Umbi Lapis pada Bawang Merah

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa umbi lapis (bulbus) merupakan modifikasi dari batang dan
daun.

Pada tumbuhan yang bereproduksi dengan umbi lapis, terdapat kuncup samping. Kuncup samping
yang tumbuh biasanya merupakan umbi lapis kecil-kecil, berkelompok di sekitar umbi induknya.

Bagian ini dinamakan siung atau anak umbi lapis. Jika siung tersebut dipisahkan dari induknya, maka
akan menghasilkan tumbuhan baru.
d) Umbi Batang

Jika diamati dengan seksama, pada permukaan kentang, akan terlihat mata tunas (kuncup). Pada
kondisi yang sesuai untuk pertumbuhannya dari mata tunas ini akan terbentuk tunas dan
menghasilkan tumbuhan baru.

Kuncup pada Kentang

Kentang merupakan salah satu contoh tumbuhan yang mengalami pembengkakan pada batang di
dalam tanah dan berisi cadangan makanan. Batang yang demikian disebut dengan umbi batang.

Umbi batang selain berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan juga berfungsi untuk
reproduksi. Tanaman ubi jalar juga dapat berkembangbiak dengan menggunakan umbi batang.

e) Kuncup Adventif Daun

Daun Cocor Bebek

Bagaimana daun dapat menghasilkan individu baru? Pada bagian tepi daun terdapat sel yang selalu
membelah (sel meristem).

Pada bagian daun yang demikian da pat membentuk kuncup. Kuncup merupa kan calon tunas yang
terdiri atas calon batang beserta calon daun.

Kuncup yang terdapat pada tepi daun disebut kuncup adventif daun atau tunas liar pada tepi daun.
Contoh tumbuhan yang reproduksi dengan kuncup adventif daun adalah cocor bebek.

2. Reproduksi Aseksual Buatan

Reproduksi aseksual juga dapat dilakukan dengan bantuan manusia. Berikut ini adalah berbagai
macam kegiatan yang dapat dilakukan manusia untuk membantu reproduksi tanaman.

a) Cangkok

Cangkok dapat dilakukan dengan mengelupas kulit suatu tangkai tanaman berkayu, kemudian
dibalut dengan tanah dan dibungkus dengan sabut kelapa atau plastik, sehingga tumbuh akar.

Apabila bagian kulit yang terkelupas telah tumbuh akar, maka tangkai dapat dipotong dan ditanam
di tanah.

Tanaman yang dihasilkan dari cangkok memiliki sifat seperti induk dan cepat berbuah. Akan tetapi,
perakaran tanaman ini kurang kuat. Cangkok dapat dilakukan pada tanaman berkayu seperti
mangga, rambutan, kelengkeng dan jeruk.

b) Merunduk

Merunduk dapat dilakukan dengan membenamkan tangkai tanaman ke tanah, sehingga bagian yang
tertanam dalam tanah tumbuh akar.

Apabila sudah tumbuh akar maka tanaman dapat dipisahkan dari induk. Merunduk dapat dilakukan
pada tanaman yang memiliki cabang batang yang panjang dan lentur, misalnya bunga Alamanda.

c) Menyambung (enten)

Cara reproduksi menyambung (enten) adalah dengan memotong suatu batang tanaman lalu
disambung dengan batang tanaman lain yang sejenis yang berbeda sifat.
Pada satu pohon tanaman hasil enten dapat menghasilkan dua atau lebih buah atau bunga dengan
sifat yang berbeda, misalnya tanaman terong hijau disambung dengan terong ungu, maka dalam
satu tanaman dapat menghasilkan terong hijau dan terong ungu.

Tanaman bunga kertas (Bougainvillea) adalah salah tanaman yang sering disambung agar dalam satu
tanaman terdapat beberapa warna bunga.

Misalnya pada suatu cabang batang tanaman bunga kertas yang berwarna merah disambung dengan
potongan cabang batang tanaman bunga kertas berwarna ungu dan pada cabang lain disambung
dengan cabang batang yang memiliki bunga berwana putih.

Dengan demikian, akan dihasilkan tanaman bunga kertas yang memiliki bunga beraneka warna
dalam satu tanaman.

d) Menempel (okulasi)

Cara reproduksi menempel (okulasi) dapat dilakukan dengan menempelkan mata tunas yang ada
pada kulit tanaman pada batang tanaman lain yang sejenis.

Teknik okulasi atau menempel sering digunakan oleh petani untuk mendapatkan tanaman “unggul”
dari dua atau lebih tanaman yang sejenis.

Misalnya untuk menghasilkan buah jeruk dengan sifat unggul antara jenis pohon jeruk batang kuat
tetapi jeruknya kecil dan masam dan jenis pohon jeruk yang pohonnya tidak terlalu kuat tetapi
jeruknya besar dan manis.

Mata tunas pohon jeruk dengan hasil buah besar dan manis ditempelkan pada batang pohon jeruk
yang batangnya kuat.

Oleh karena itu, akan dapat dihasilkan pohon jeruk yang berbatang kuat dengan buah yang besar
dan manis.

Pohon jeruk yang masih muda tetapi mampu menghasilkan buah dalam jumlah banyak dan rasa
yang manis dapat dihasilkan melalui teknik okulasi.

e) Setek

Setek adalah cara reproduksi vegetatif dengan memotong (memisahkan dari induk) suatu bagian
tanaman dan kemudian ditanam untuk menghasilkan individu baru.

Misalnya untuk menanam ketela pohon atau bunga mawar dapat menggunakan batangnya atau
disebut setek batang.

Setek Batang Singkong

Tanaman cocor bebek dapat diperbanyak dengan menggunakan setek daun. Tanaman sukun dapat
diperbanyak dengan menggunakan setek akar.

Petani juga menggunakan teknik setek untuk menanam tebu, rumput gajah untuk pakan ternak, dan
pohon seruni.

Reproduksi Seksual pada Tumbuhan Angiospermae

Pada reproduksi seksual, digunakan sel kelamin yaitu sel sperma dan sel telur dan proses fertilisasi
untuk menghasilkan biji. Biji dapat tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan baru.
1. Penyerbukan (Polinasi)

Sel kelamin jantan pada bunga terdapat pada buluh serbuk sari. Serbuk sari dihasilkan dalam kepala
sari. Sel kelamin betina terdapat pada bakal biji. Lebah dan hewan lain tertarik pada bunga karena
warna dari mahkota bunga dan madu yang dihasilkan oleh bunga.

Terdapat hubungan yang saling menguntungkan antara lebah atau hewan lain dengan bunga. Lebah
dan hewan lain ternyata dapat membantu bunga untuk melakukan penyerbukan.

Pada tumbuhan, proses fertilisasi atau pembuahan diawali dengan peristiwa polinasi atau
penyerbukan.

Lebah membantu bunga dalam peristiwa penyerbukan. Serbuk sari melekat pada kaki lebah. Saat
lebah berpindah, serbuk sari yang melekat pada kaki lebah dapat melekat pada kepala putik. Proses
menempelnya serbuk sari ke kepala putik disebut penyerbukan (polinasi).

Berikut ini beberapa perantara yang dapat membantu penyerbukan dan istilahnya.

a) Angin (Anemogami)

Jagung

Tanaman jagung dan padi memiliki bunga yang kecil dan tangkai bunga yang mudah bergoyang
apabila tertiup angin.

Tanaman dengan bunga yang berukuran kecil, jumlah bunga banyak dan ringan, serta tidak
menghasilkan nektar atau bau merupakan beberapa ciri tanaman yang penyerbukannya dibantu
oleh angin. Penyerbukan yang dibantun oleh angin disebut anemogami.

b) Serangga (Entomogami)

Penyerbukan dengan Bantuan Lebah

Bunga matahari memiliki warna yang menarik dan cerah misalnya kuning, dan menghasilkan nektar.

Ciri yang dimiliki bunga matahari dan bunga yang memiliki ciri serupa sangat menarik bagi serangga,
seperti lebah, untuk hinggap dan menghisap nektar.

Umumnya serbuk sari yang dihasilkan lengket sehingga mudah melekat pada kaki serangga. Dengan
demikian, serangga ikut memindahkan serbuk sari ke putik. Penyerbukan yang terjadi dengan
bantuan serangga disebut entomogami.

Nektar atau madu yang dihasilkan bunga mengandung berbagai karbohidrat, seperti sukrosa,
fruktosa, dan glukosa, hingga mencapai 87%.

Selain itu, nektar juga mengandung asam amino, asam organik, vitamin, senyawa aromatik, dan juga
mineral.

Lebah atau serangga mencari madu sebagai sumber energi untuk disimpan sebagai cadangan
makanan.

c) Burung (Ornitogami)

Tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh burung umumnya memiliki ukuran bunga yang besar,
berwarna merah cerah, tidak berbau, menghasilkan nektar dalam jumlah cukup banyak, dan
mahkota bunga berbentuk terompet, misalnya bunga cangkring atau dadap (Erythrina variegata).
Penyerbukan dengan Bantuan Burung

Ukuran bunga yang besar berguna untuk menahan berat dari burung. Tetapi tidak semua jenis
burung dapat membantu penyerbukan.

Contoh burung yang dapat membantu penyerbukan adalah burung isap madu dan burung kolibri.

d) Kelelawar (Kiropterogami)

Penyerbukan dengan Bantuan Kelelawar

Ciri-ciri bunga yang penyerbukannya dibantu oleh kelelawar adalah menghasilkan nektar, memiliki
warna yang menarik, menghasilkan bau, dan mekar pada malam hari, misalnya yaitu tanaman
kaktus.

e) Manusia (Antropogami)

Manusia Membantu Penyerbukan Bunga Anggrek

Tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh manusia biasanya merupakan bunga yang berumah
dua, artinya dalam pohon hanya terdapat bunga jantan atau bunga betina saja.

Ada pula tanaman yang serbuk sarinya sulit untuk bertemu dengan putik, sehingga sulit untuk
melakukan penyerbukan sendiri, misalnya bunga vanili dan anggrek.

2. Pembuahan (Fertilisasi)

Serbuk sari memiliki inti vegetatif dan inti generatif. Setelah serbuk sari melekat pada kepala putik
(stigma) yang sesuai (berasal dari tumbuhan yang sejenis), maka serbuk sari akan menyerap air dan
berkecambah membentuk buluh serbuk sari.

Buluh serbuk sari tumbuh dan bergerak menuju bakal buah melalui tangkai putik. Inti sel di dalam
buluh serbuk sari akan membelah menjadi dua.

Proses pembuahan

Dua inti sel generatif tersebut akan berkembang menjadi dua inti sel sperma. Satu inti vegetatif di
dalam serbuk sari berperan menjadi penuntun gerak tumbuh buluh serbuk sari ke bakal biji.

Satu inti sel sperma membuahi inti sel telur (ovum) membentuk zigot (calon individu baru), dan satu
inti sel sperma yang lain membuahi inti kandung lembaga sekunder membentuk endosperma atau
cadangan makanan. Pada proses ini terjadi dua kali pembuahan maka disebut dengan pembuahan
ganda.

Ketika serbuk sari yang tidak sesuai (tidak berasal dari tumbuhan yang sejenis) melekat pada kepala
putik (stigma) maka serbuk sari tidak akan berkecambah membentuk buluh serbuk sari sehingga
proses pembuahan atau fertilisasi tidak dapat terjadi.

Bagaimana ini dapat terjadi? Ternyata serbuk sari yang berasal dari tumbuhan lain tidak dapat
melekat dengan kuat pada kepala putik.

Gaya tarik-menarik antara molekul yang berbeda atau gaya adhesinya pada serbuk sari dengan
kepala putik pada tumbuhan yang berbeda jenis sangat lemah.

Gaya adhesi yang lemah menyebabkan serbuk sari mudah lepas dari kepala putik. Selain itu, pada
permukaan serbuk sari terdapat senyawa kimia berupa lipid (lemak) dan protein termasuk enzim.
Senyawa kimia ini akan bereaksi dengan senyawa kimia pada kepala putik. Jika serbuk sari tidak
cocok, maka reaksi kimia yang terjadi akan menghambat metabolisme dari serbuk sari sehingga
serbuk sari tidak dapat berkecambah membentuk buluh serbuk sari.

3. Penyebaran Biji

Pada saat kita menjumpai tumbuhan yang tempat tumbuh induknya berjauhan dengan tempat
tumbuh anaknya, maka tumbuhan tersebut telah melakukan penyebaran biji.

Setelah terjadi pembuahan, bakal biji akan berkembang menjadi biji. Pada Angiospermae, biji
diselubungi oleh buah yang telah berkembang dari bakal buah (ovarium).

Buah juga dapat membantu dalam penyebaran biji. Penyebaran biji yang jauh dari induk akan
meningkatkan peluang biji untuk tumbuh dan berkembang dengan baik menjadi individu baru.

Hal ini dikarenakan biji yang tumbuh pada suatu area yang dekat dengan induk, akan berkompetisi
dengan induk untuk mendapatkan cahaya, air, dan nutrisi. Proses penyebaran biji dapat terjadi
secara alami atau dengan bantuan manusia.

Terdapat banyak bahan perantara yang dapat membantu tanaman untuk menyebarkan biji. Berikut
ini akan dibahas berbagai cara penyebaran biji dan istilah untuk masing-masing perantara.

a) Anemokori

Proses penyebaran biji dengan bantuan angin disebut anemokori (anemo=angin). Ciri tumbuhan
yang penyebarannya dengan cara ini adalah bijinya kecil, ringan, dan bersayap.

Contohnya adalah biji bunga Dandelion. Biji yang ringan dan kecil tidak terlalu dipengaruhi oleh gaya
gravitasi bumi.

Bunga Dandelion

Keberadaan sayap pada biji membantu biji mudah terbawa angin. Arah gerak biji mengikuti arah
gerak angin.

b) Hidrokori

Proses penyebaran biji dengan bantuan air disebut hidrokori (hidro=air). Ciri tumbuhan yang
penyebarannya dengan cara ini adalah hidupnya di dekat daerah perairan, misalnya di pantai atau
pun tumbuhan yang hidup di air. Contohnya adalah pohon kelapa dan bakau.

Biji kelapa tergolong biji tumbuhan yang berukuran besar, dapat mencapai ukuran diameter 15 cm.

Biji kelapa diselubungi oleh buah yang terdiri atas tempurung kelapa, sabut kelapa, dan kulit kelapa.

Tunas Kelapa

Meskipun berukuran besar, buah dan biji kelapa dapat mengapung di air dan dapat mengalir
mengikuti arus air. Kelapa dapat mengapung di air karena sabut buah kelapa memiliki banyak rongga
udara.

Pada saat berada di air, sabut kelapa memiliki prinsip kerja seperti pelampung, sehingga kelapa
dapat terapung.

c) Zookori

Burung Memakan Biji


Proses penyebaran biji dengan bantuan hewan disebut zookori (zoo=hewan). Penyebaran ini dibagi
menjadi empat, yaitu entomokori, kiropterokori, ornitokori, dan mammokori.

Entomokori adalah penyebaran biji dengan perantara serangga. Contohnya adalah wijen dan
tembakau.

Kiropterokori adalah penyebaran biji dengan perantara kelelawar. Contohnya adalah jambu biji dan
pepaya.

Ornitokori adalah penyebaran biji dengan perantara burung. Tumbuhan yang penyebarannya
dengan cara ini adalah tumbuhan yang buahnya menjadi makanan burung, tetapi bijinya tidak dapat
tercerna. Biji tersebut akan keluar dari tubuh burung bersamaan dengan kotoran burung. Contohnya
adalah beringin dan benalu.

Mammokori adalah penyebaran biji dengan perantara mamalia. Contohnya adalah hewan luwak
yang membantu dalam proses penyebaran biji kopi.

d) Antropokori

Proses penyebaran biji dengan bantuan manusia disebut antropokori (antro=manusia). Proses
penyebaran dengan cara ini dapat terjadi secara sengaja atau pun tidak sengaja.

Penyebaran biji yang secara tidak sengaja dilakukan oleh manusia sengaja apabila biji tumbuhan
tersebut memiliki struktur yang mudah melekat pada pakaian. Sebagai contohnya adalah rumput.

Biji yang Menempel pada Pakaian

Penyebaran biji dengan sengaja sering dilakukan manusia terutama pada bidang pertanian, yaitu
ketika menanam padi, jagung, dan tanaman lain.

4. Perkecambahan

Biji yang masih belum tumbuh merupakan biji yang berada pada keadaan dormansi biji. Dormansi
yaitu peristiwa dimana biji mengalami masa istirahat.

Berakhirnya masa dormansi biji adalah ketika biji mulai tumbuh menjadi tumbuhan baru yang
disebut dengan tahapan perkecambahan.

Lamanya masa dormansi biji setiap jenis tumbuhan berbeda-beda. Masa dormansi biji dapat diakhiri
dengan memberi perlakuan yang berbeda-beda. Tetapi perkecambahan berbagai macam biji
dipengaruhi oleh faktor yang hampir sama.

Organ dan Sistem Reproduksi Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)

Amongguru.com. Tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) adalah kelompok tumbuhan yang


bijinya tidak tertutup kulit buah.

Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani, gymnos yang artinya telanjang dan spermae yang berarti
biji.

Pada tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae), biji atau bakal biji selalu terlindungi oleh bakal
buah (ovarium), sehingga tidak akan tampak dari luar.

Sedangkan pada Gymnospermae, biji akan langsung terlihat atau tampak diantara daun-daun
penyusun strobilus (runjung).
Ciri-ciri Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)

 Bakal biji tidak terlindungi oleh daun buah.

 Berakar tunggang.

 Berdaun tebal, sempit, kaku seperti jarum.

 Batang tidak bercabang, berkayu, tumbuh tegak ke atas.

 Akar mengandung kambium dan memiliki kaliptra.

 Berkas pembuluh angkut belum berfungsi sepenuhnya baik, karena masih berupa tracheid.

 Batang mempunyai kambium dan floeterma (sarung tepung) yaitu endodermis yang
mengandung zat tepung.

 Alat kelamin terpisah, serbuk sari terdapat dalam strobilus jantan dan sel telur terdapat
dalam strobilus betina.

 Pembuahan tunggal, antara penyerbukan dan pembuahan memiliki selang waktu panjang.

 Pada umumnya perdu atau pohon, tidak ada yang berupa herba.

Contoh dari tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) adalah sebagai berikut.

1. Melinjo

2. Pinus
3. Pohon ginkgo

4. Pakis haji

Organ Reproduksi Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)

Tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) tidak memiliki bunga seperti


tumbuhan Angiospermae. Akan tetapi, tumbuhan Gymnospermae memiliki alat reproduksi seksual
yang disebut strobilus atau runjung.

Strobilus merupakan kumpulan sporofil, yaitu bagian daun yang berfungsi menghasilkan spora serta
sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.

Pada tumbuhan pinus dan melinjo, terdapat dua jenis strobilus dalam satu pohon, yaitu stobilus
jantan dan strobilus betina.

Sedangkan pada pakis haji, strobilus jantan dan strobilus betina terpisah atau tidak berada dalam
satu pohon.
Di dalam strobilus jantan, terdapat ruang-ruang spora atau mikrosporangia. Pada mikrosporangia,
sel-sel akan membelah secara meiosis dan menghasilkan spora jantan (mikrospora). Mikrospora
selanjutnya berkembang membentuk serbuk sari.

Pada strobilus betina, tersusun atas banyak megasporofil (daun penghasil megaspora). Masing-
masing megasporofil mengandung dua bakal biji dan tiap bakal biji mengandung kotak spora
(megasporangium).

Sel-sel dalam megasporangium akan mengalami pembelahan meiosis dan menghasilkan spora
betina (megaspora). Inti megaspora kemudian akan membelah secara mitosis membentuk sel telur.
Sistem Reproduksi Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)

Reproduksi tumbuhan Gymnospermae diawali dengan proses penyerbukan dan dilanjutkan dengan
pembuahan tunggal (tiap inti sperma membuahi satu sel telur).

Penyerbukan yang terjadi pada tumbuhan berbiji terbuka selalu dilakukan dengan anomogani
(penyerbukan yang dibantu oleh angin), dimana serbuk sari akan langsung jatuh pada bakal biji.

Gamet jantan akan membelah untuk menghasilkan serbuk sari bersel empat yang akan dilepaskan ke
udara.

Sementara itu, sel telur juga terbentuk pada strobilus betina. Sel telur ini berasal dari pembelahan
megaspora.

Setelah serbuk sari menempel pada strobilus betina, maka terjadi perkecambahan serbuk sari.
Serbuk sari selanjutnya membentuk buluh (tabung serbuk sari) dengan membawa inti sperma
menuju sel telur. Proses tersebut membutuhkan waktu hingga satu tahun lamanya.

Kemudian inti sperma akan bersatu dan melebur dengan sel telur sehingga terbentuklah zigot. Zigot
berkembang menjadi embrio dengan mengambil nutrisi dari endosperma. Pada saat itu, terbentuk
struktur tambahan berupa sayap tipis pada biji.

Selang satu tahun kemudian, kerucut betina akan melepaskan bijinya satu persatu dengan bantuan
angin.

Biji-biji yang bersayap tersebut akan terbang ke segala arah dan jika biji sampai pada lingkungan
yang sesuai, akan terjadi perkecambahan biji untuk membentuk tumbuhan baru.
Tumbuhan Gymnospermae juga dapat bereproduksi secara aseksual.
Tumbuhan Gymnospermae yang dapat bereproduksi secara aseksual, misalnya tumbuhan pakis haji
dan pinus.

Tumbuhan pakis haji dapat reproduksi dengan menggunakan tunas yang disebut bulbil. Tumbuhan
pinus dapat berkembangbiak dengan menggunakan tunas akar.

(a)
Strobilus Jantan dan Betina Pada Melinjo, (b) Tunas Akar pada
Pinus, (c) Bulbil pada Pakis Haji.

Organ dan Sistem Reproduksi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Amongguru.com. Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan kelompok tumbuhan yang tidak


berbiji, sudah memiliki jaringan pembuluh, dan sudah mempunyai batang, daun, serta akar
sederhana.

Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) seperti lumut. Metagenesis adalah
pergiliran keturunan yang melibatkan dua fase sekaligus, yaitu fase sporofit dan fase gametofit.

Sistem Reproduksi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Fase sporofit adalah ketika tumbuhan paku menghasilkan spora, sedangkan fase gametofit adalah
pada saat tumbuhan paku menghasil gamet (sel kelamin).
Fase gametofit tumbuhan paku bersifat haploid (n), sedangkan fase sporofit tumbuhan paku bersifat
diploid (2n).

Protalium akan menghasilkan anteridium (organ reproduksi jantan) yang menghasilkan sperma, juga
menghasilkan arkegonium (organ reproduksi betina) yang menghasilkan ovum atau sel telur.

Tumbuhan paku yang dapat kita amati berada dalam tahap sporofit, karena dapat menghasilkan
spora.

Jika kadar air pada kotak spora berkurang, kotak spora akan sobek dan mengeluarkan spora yang
ada di dalamnya.

Spora tersebar dan selanjutnya tumbuh menjadi protalium, jika lingkungannya sesuai untuk tumbuh.

Protalium menempel pada permukaan menggunakan rhizoid. Protalium berwarna hijau dan
mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan fotosintesis untuk berkembang.

Tahap gametofit dimulai ketika protalium tumbuh. Protalium akan berkembang dan menghasilkan
anteridium dan arkegonium.

Anteridium menghasilkan spora berflagel (berekor) dan arkegonium akan menghasilkan sel telur.

Anteridium dan arkegonium pada umumnya terdapat pada satu protalium. Kadar air yang tinggi
membantu sperma untuk bertemu dengan ovum, sehingga terjadi pembuahan dan menghasilkan
zigot.

Fertilisasi terjadi jika sperma yang dihasilkan oleh anteridium sampai pada sel telur yang dihasilkan
oleh arkegonium.

Meskipun memiliki flagel, sperma tumbuhan paku memerlukan air untuk pergerakannya. Zigot yang
tumbuh dan berkembang akan memulai tahap sporofit baru.

Reproduksi aseksual pada tumbuhan paku dilakukan dengan rhizoma. Rhizoma dapat tumbuh ke
segala arah dan membentuk koloni tumbuhan paku yang baru. Rhizoma adalah batang yang tumbuh
di dalam tanah.

Tumbuhan Paku Homospora dan Heterospora

Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku dibedakan menjadi tumbuhan paku homospora dan
tumbuhan paku heterospora.

Tumbuhan paku homospora menghasilkan satu jenis spora yang tumbuh menjadi protalium dan
dalam satu protalium itu dihasilkan sperma dan ovum. Pada paku homospora, sperma dan ovum
dihasilkan pada satu protalium yang sama.

Sedangkan tumbuhan paku heterospora akan menghasilkan dua jenis spora, megaspora, dan
mikrospora.

Megaspora tumbuh menjadi protalium betina yang menghasilkan ovum, dan mikrospora tumbuh
menjadi protalium betina yang menghasilkan sperma.

Pada tumbuhan paku heterospora, sperma dan ovum dihasilkan oleh protalium yang terpisah.
Organ dan Sistem Reproduksi Tumbuhan Lumut (Bryophyta)

Amongguru.com. Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan terestrial atau hidup di


daratan. Lumut dapat dengan mudah ditemukan pada tempat lembab dan teduh.

Bentuk tubuh lumut ada yang berupa lembaran dan ada juga yang mirip tumbuhan kecil. Akar
sederhana pada lumut disebut rizoid.

Rizoid tersebut berfungsi untuk menyerap air dan garam mineral, serta untuk melekat pada
habitatnya. Tumbuhan lumut hanya tumbuh memanjang dan tidak tumbuh membesar.

Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang masih sederhana, karena belum memiliki akar, batang,
dan daun yang sejati.

Secara umum lumut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu lumut hati, lumut tanduk, dan lumut daun.

(a) Lumut Hati; (b) Lumut Tanduk; (c) Lumut Daun

Organ Reproduksi Tumbuhan Lumut

Gametofit adalah bentuk tumbuhan lumut yang tapak hijau, berbentuk lembaran, dan membentuk
alat kelamin yang menghasilkan gamet.

Sel kelamin jantan dihasilkan oleh sel jantan yang disebut anteridium dan sel kelamin betina
dihasilkan oleh sel kelamin betina yang disebut arkegonium.

Lumut yang memiliki dua alat kelamin (anteridium dan arkegonium) disebut berumah satu
(monoesis) atau homotalus.
Sedangkan lumut yang hanya memiliki satu jenis alat kelamin disebut berumah dua (diesis) atau
heterotalus.

Sistem Reproduksi Tumbuhan Lumut

Di dalam siklus hidupnya, lumut akan mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) antara generasi
gametofit yang berkromosom haploid (n) dengan generasi sporofit yang berkromosom diploid (2n).

Tumbuhan Angiospermae, Gymnospermae, dan tumbuhan paku dapat dijumpai pada tahap sporofit.
Akan tetapi, tumbuhan lumut yang sering kita jumpai berada pada tahap gametofit.

Reproduksi seksual (generatif) tumbuhan lumut dimulai ketika spora berkecambah menghasilkan
protonema. Protonema kemudian tumbuh menjadi tumbuhan lumut.

Dari ujung batang berkembang organ reproduksi betina (arkegonium) dan organ reproduksi jantan
(anteridium).

Arkegonium menghasilkan sel telur atau ovum, sedangkan anteridium menghasilkan sperma yang
berflagela dua.

Sperma kemudian berenang untuk membuahi sel telur. Pembuahan akan dapat berlangsung dengan
baik apabila lingkungannya basah dan berair. Hasil pembuahan tersebut membentuk zigot.

Zigot selanjutnya tumbuh menjadi sporofit yang bersifat haploid (n). Pada saat sporofit masak (umur
3 – 6 bulan) akan membentuk tangkai panjang (seta).

Ujung seta berupa kapsul yang disebut dengan sporogonium. Di dalam sporogonium terdapat spora.

Ketika spora telah masak, kapsul pelindungnya akan pecah, sehingga spora dapat dibebaskan. Spora
yang dibebaskan tersebut akan berkecambah dan memulai siklus hidup lumut kembali.
Tumbuhan lumut mengalami reproduksi aseksual (vegetatif) melalui kuncup atau gemmae dan
melakukan fragmentasi.

Fragmentasi terjadi ketika tumbuhan lumut melepaskan sebagian tubuhnya untuk menjadi individu
baru.

Lumut Sebagai Tumbuhan Perintis

Meskipun tumbuhan lumut memerlukan kondisi yang lembab untuk tumbuh dan bereproduksi,
banyak jenis lumut yang dapat bertahan dalam kondisi yang kering dalam kurun waktu yang cukup
lama.

Mereka dapat tumbuh pada tanah yang tipis dan pada tanah di tempat tumbuhan lain tidak dapat
tumbuh. Spora dari lumut akan dibawa oleh angin.

Spora akan tumbuh menjadi tumbuhan baru jika ada air dan beberapa komponen pendukung
lainnya.

Sering kali lumut merupakan tumbuhan yang pertama kali tumbuh pada lingkungan yang sudah
rusak misalnya akibat aliran lava atau akibat kebakaran hutan. Oleh karena itu, lumut juga disebut
organisme pioner atau tumbuhan perintis.

Sebagai tumbuhan pioner, lumut akan tumbuh dan mati membentuk nutrisi tanah. Proses ini
bersamaan dengan pelapukan bebatuan akibat panas, angin (pelapukan fisika), dan zat kimia lain
seperti zat asam atau oksigen (pelapukan kimia) yang akhirnya membentuk tanah, sehingga pada
akhirnya tumbuhan lain dapat tumbuh pada daerah tersebut.

Beberapa lumut juga dapat membantu menyimpan nitrogen dalam tanah dan menyimpan air.
Kelompok lumut lainnya juga dapat digunakan sebagai obat hepatitis, seperti kelompok lumut hati
Marchantia polymorpha.

Beberapa kelompok dari lumut daun seperti Sphagnum yang sudah lapuk dapat digunakan sebagai
bahan bakar seperti batu bara.
Perkembangbiakan hewan

Perkembangbiakan pada hewan bertujuan untuk memperbanyak keturunan dan juga


melestarikannya.

Secara umum, perkembangbiakan pada hewan dibedakan menjadi dua, yaitu perkembangbiakan
generatif dan perkembangbiakan vegetatif. Pembahasan kali ini, akan menguraikan mengenai
perkembangbiakan vegetatatif pada hewan.

Sedangkan untuk pembahasan tentang perkembangbiakan generatif pada hewan secara lengkap
dapat Anda baca di sini.

Perkembangbiakan vegetatif pada hewan merupakan perkembangbiakan untuk menghasilkan


individu baru yang tidak disertai dengan proses pembuahan (peleburan sel kelamin jantan dan sel
kelamin betina). Perkembangbiakan vegetatif banyak dilakukan oleh hewan tingkat rendah.

Perkembangbiakan vegetatif pada hewan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu pertunasan,
fragmentasi, dan membelah diri.

1. Pertunasan

Pertunasan merupakan cara perkembangbiakan hewan yang dilakukan dengan membentuk tunas
pada tubuhnya.

Organisme baru yang terbentuk merupakan hasil kloning dari induknya sendiri dan secara genetik
memiliki susunan gen yang sama dengan organisme induk.

Hewan yang berkembang biak dengan cara pertunasan adalah hydra, porifera, dan coelenterata.

a. Hydra

Hydra merupakan hewan pemangsa yang hidup di air tawar bersuhu tropis. Hydra termasuk hewan
mikroskopis, sehingga hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop.

Tubuh hydra berbentuk tabung dengan panjang tubuh sekitar 10 milimeter. Pada saat ada gangguan,
tubuh hydra akan berkontraksi sehingga membentuk gumpalan kecil.

Perkembangbiakan hydra dimulai dengan munculnya tunas kecil pada hydra dewasa. Tunas kecil
tersebut akan bertumbuh dan berkembang menjadi organisme baru yang melekat pada hydra
dewasa sebagai induknya.
Setelah tunas yang menempel pada induknya tersebut dianggap sudah dewasa dan mampu
menangkap makanannya sendiri, maka tunas akan melepaskan diri untuk menjadi organisme baru.
Pada umumnya, tunas hydra yang baru berukuran 3/5 kali ukuran induknya.

b. Porifera

Porifera atau spons adalah hewan multiseluler seperti hydra. Pada umumnya, porifera merupakan
species hewan air yang hidup di laut dengan kedalaman delapan ribu meter dan tidak pernah
berpindah-pindah.

Hewan ini disebut porifera karena memiliki banyak pori pada tubuhnya, sehingga dapat dilewati oleh
air.

Air yang masuk ke dalam tubuh porifera akan dikeluarkan bersama limbah melalui oskulum yang ada
pada bagian tubuh atas hewan tersebut. Porifera tidak memiliki jaringan tubuh, organ, dan tidak
memiliki kesimetrisan tubuh.

Perkembangbiakan pada porifera dilakukan dengan membentuk sebuah kuncup dalam koloni.
Kuncup tersebut akan muncul dari pangkal kaki hewan ini.

Kuncup akan semakin membesar sehingga jika terjadi beberapa kuncup, maka akan terbentuklah
sebuah koloni.

Selain itu, potongan tubuhnya yang telah lepas akan sangat mudah tumbuh dan berkembang
menjadi porifera yang baru.

c. Coelenterata
Coelenterata berasal dari kata coelom dan enteron. Kata coelom mempunyai arti berongga dan
enteron yang berarti perut.

Hewan ini juga dapat diartikan sebagai hewan perut berongga, dan rongga tersebut disebut sebagai
rongga gastrovasculer.

Pada dasarnya, cara berkembangbiak coelenterata hampir sama saja dengan porifera, yaitu secara
aseksual dengan membentuk tunas atau kuncup yang melekat pada hewan induknya sehingga
tumbuh membesar menjadi individu yang baru.

2. Fragmentasi

Fragmentasi adalah cara berkembang biak pada hewan dengan teknik memutuskan bagian tubuhnya
atau memotong tubuhnya untuk membentuk organisme baru. Contoh hewan yang
melakukan fragmentasi adalah cacing pipih dan cacing pita.

a. Cacing pipih

Habitat dari cacing pipih adalah di laut, danau, dan juga sungai. Cacing pipih termasuk dalam
kelompok hewan platyhelminthes, sehingga sangat sensitif terhadap cahaya.

Hewan ini dapat berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual. Secara aseksual, cacing pipih
berkembang biak dengan cara pembelahan tubuh.

Akan tetapi, setiap hasil dari pembelahan akan meregenerasi bagian yang telah hilang. Sedangkan
secara seksual dapat dilakukan dengan cara kawin silang, meskipun hewan ini bersifat hermafrodit
b. Cacing pita

Cacing pita merupakan cacing berukuran sangat kecil, sehingga berisko dapat masuk ke dalam tubuh
manusia.

Pada saat manusia mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung telur cacing Taenia
solium (cacing pita babi), maka dapat menyebabkan cacing pita masuk ke dalam tubuhnya dan
berkembang.

Di dalam tubuh manusia, cacing pita sangat diuntungkan, karena mengambil sari-sari makanan pada
tubuh manusia.

Manusia selanjutnya menjadi pihak yang dirugikan, karena sari-sari makanan yang seharusnya
digunakan untuk metabolisme menjadi berkurang diserap oleh cacing pita tersebut.

Telur cacing pita yang masuk ke sistem pencernaan juga dapat menyebabkan infeksi usus. Lebih
berbahaya lagi jika saat telur cacing pita berhasil keluar dari saluran pencernaan, telur cacing pita
dapat memasuki organ lain dan menyebabkan infeksi.

3. Membelah Diri

Hewan yang berkembangbiak dengan cara membelah diri akan membagi tubuhnya menjadi dua
bagian yang sama. Perkembangbiakan dengan membelah diri dilakukan oleh hewan bersel satu.

Perkembangbiakan dengan cara membelah diri diawali inti sel hewan bersel satu akan membelah
diri menjadi dua bagian.

Pembelahan dua bagian diikuti dengan pembelahan cairan dan dinding sel yang akan menghasilkan
organisme baru.

Contoh hewan yang berkembangbiak dengan cara membelah diri adalah amoeba, protozoa,
dan paramecium.
a. Amoeba

Amoeba merupakan kelompok protista yang bergerak dengan pseudopodia (kaki semu). Amoeba
hidup di darat dan dapat juga ditemukan di air.

Amoeba dapat hidup di luar tubuh organisme lain atau dapat juga hidup di dalam tubuh organisme
lain.

Amoeba berkembang biak dengan cara membelah diri, sehingga dapat berkembangbiak secara
cepat.

Karena kecepatannya dalam berkembangbiak inilah, sehingga organisme ini mampu bertahan hidup
diberbagai jenis inangnya.

b. Protozoa

Kata “protozoa” berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos yang artinya pertama dan zoon yang berarti
hewan. Hewan ini bersifat mikroskopis dan hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop.

Protozoa dapat dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak memiliki dinding sel.
Protozoa juga berbeda dengan alga, karena protozoa tidak berklorofil.

Hewan ini juga dapat berkembangbiak dengan cepat karena kemampuannya dalam membelah diri.

c. Paramecium
Paramecium merupakan protista yang memiliki kemiripan dengan hewan, dimana hewan ini
mempunyai dua inti sekaligus dalam satu selnya.

Inti besar (makronulkeus) digunakan untuk mengawasi kegiatan metabolisme dan regenerasi, serta
inti sel (mikronukleus) digunakan untuk mengendalikan kegiatan reproduksi.

Paramecium bereproduksi secara aseksual (membelah diri dengan cara transversal), dan seksual
(secara konjugasi). Paramecium bergerak dengan menggetarkan silianya.

Hal ini akan terlihat jika menggunakan mikroskop. Mereka menangkap makanan dengan cara
menggetarkan silianya, maka terjadi aliran air keluar dan masuk mulut sel.

Macam-macam Perkembangbiakan Generatif pada Hewan, Contoh dan Gambarnya

Amongguru.com. Setiap makhluk hidup akan melakukan perkembangbiakan untuk memperbanyak


dan juga melestarikan keturunannya.

Perkembangbiakan dibedakan menjadi dua, yaitu perkembangbiakan


generatif dan perkembangbiakan vegetatif.

Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan yang dilakukan melalui proses pembuahan


(fertilisasi), yaitu peleburan sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina. Hasil pembuahan tersebut
akan menghasilkan keturunan baru yang sama dengan induknya.

Perkembangbiakan vegetatif merupakan perkembangbiakan yang tidak disertai dengan proses


pembuahan dan menghasilkan individu baru.

Pada pembahasan kali ini akan diuraikan mengenai perkembangbiakan generatif pada hewan.

Hewan tingkat tinggi melakukan perkembangbiakan generatif, sedangkan hewan tingkat rendah
melakukan perkembangbiakan dengan cara vegetatif.

Perkembangbiakan generatif pada hewan dapat dibedakan menjadi tiga macam,


yaitu Ovipar (bertelur), Vivipar (melahirkan), dan Ovovivipar (bertelur dan melahirkan). Masing-
masing perkembangbiakan tersebut memiliki ciri yang membedakan satu dengan lainnya.

Berikut ini penjelasan dari masing-masing perkembangbiakan generatif tersebut.

A. Ovipar (Bertelur)
Ovipar adalah perkembangbiakan pada hewan yang dilakukan dengan cara bertelur. Ovipar sendiri
berasal dari kata “ovum” yang berarti telur. Setelah bertelur, maka induk akan mengerami telur
tersebut dalam beberapa waktu sampai telur menetas.

Jadi, pertumbuhan dan perkembangan embrio hewan ovipar terjadi di luar tubuh induknya. Embrio
hewan ovipar akan dilindungi dengan cangkang telur. Telur yang dikeluarkan oleh hewan ovipar
dilengkapi dengan kuning telur atau yolk.

Fungsi dari kuning telur tersebut adalah dijadikan sebagai cadangan makanan untuk embrio yang
tumbuh di dalam telur tersebut.

Embrio yang tumbuh sempurna akan menetas dan keluar dari cangkang telur menjadi individu baru
yang sejenis.

Ciri umum dari hewan ovipar, sebagai berikut.

 Tidak mengalami masa mengandung

 Tidak memiliki kelenjar susu

 Tidak menyusui anaknya

 Tubuh ditumbuhi penuh bulu

 Tidak memiliki daun telinga

Berikut ini adalah contoh hewan yang berkembang biak dengan cara ovipar (bertelur).

1. Ayam

2. Bebek
3. Penyu

4. Ikan

5. Katak

Berikut ini proses perkembangbiakan yang terjadi pada hewan bertelur.

 Pertemuan sel kelamin jantan dan betina akan membentuk embrio di dalam cangkang telur.

 Embrio akan tumbuh berada di luar induknya, akan tetapi berada di dalam cangkang telur.

 Embrio yang ada di dalam cangkang telur memperoleh makanan dari kuning telur yang ada
di dalam telur tersebut.

 Embrio akan terus tumbuh dan berkembang menjadi individu baru.

 Embrio yang tumbuh di dalam cangkang telur akan membentuk tubuhnya sama dengan
indukannya.

 Embrio yang ditetaskan tidak memiliki daun telinga seperti hewan vivipar.

 Janin yang dikeluarkan oleh hewan ovipar juga tidak memiliki kelenjar susu sehingga individu
baru tersebut akan sama dengan induknya yang tidak bisa menyusui anaknya.

B. Vivipar (Melahirkan)

Vivipar (melahirkan) adalah perkembangbiakan pada hewan yang dilakukan dengan cara melahirkan
atau beranak.
Pada umumnya perkembangbiakan jenis ini banyak dilakukan oleh hewan mamalia atau hewan
menyusui.

Hewan yang berkembangbiak secara vivipar, pertama kali akan melakukan


proses fertilisasi (pembuahan). Fertilisasi adalah peristiwa peleburan sel kelamin jantan dan sel
kelamin betina.

Hasil pembuahan tersebut akan membentuk zigot yang kemudian berkembang menjadi embrio.

Embrio selanjutnya akan mengalami penyempurnaan bentuk fisik di dalam rahim induk dalam
bentuk janin, sampai pada saatnya dilahirkan.

Pertumbuhan janin pada hewan vivipar cenderung lambat, berbeda dengan pertumbuhan
janin hewan ovipar.

Ciri-ciri hewan yang berkembangbiak dengan cara vivipar (melahirkan) adalah sebagai berikut.

 Menyusui anaknya (mamalia).

 Mempunyai daun telinga.

 Tubuhnya ditutupi dengan bulu atau rambut.

 Induk mengandung keturunannya selama beberapa waktu.

 Mempunyai kelenjar susu.

Proses perkembangbiakan dengan cara melahirkan adalah sebagai berikut.

 Sel kelamin jantan (sperma) membuahi sel telur (ovum) yang ada di induk betina menjadi
zigot.

 Zigot akan berkembang menjadi embiro yang akan berubah menjadi bakal janain jewan di
dalam rahim induk betina.

 Selama di dalam rahim (masa mengandung), janin akan mendapatkan makanan dari induk
betinanya. Apa yang dimakan induk betina, juga akan dimakan oleh janin yang ada di dalam
kandungan yang disalurkan melalui plasenta.

 Setelah lahir,anak hewan akan memiliki sifat yang sama dengan induknya, termasuk bentuk
tubuhnya yang dilengkapi dengan alat indra.

 Induk hewan vivipar akan menyusui anak yang dilahirkannya selama beberapa bulan sampai
anakhewan tersebut dapat hidup secara mandiri.

Di bawah ini adalah beberapa contoh hewan yang berkembangbiak dengan cara vivipar
(melahirkan).

1. Sapi
2. Kerbau

3. Kelinci

4. Kuda
5. Harimau

6. Gajah

C. Ovovivipar (Bertelur dan Melahirkan)

Ovovivipar merupakan perkembangbiakan secara kawin yang dilakukan dengan cara bertelur
sekaligus melahirkan.

Tahapannya adalah embrio berkembang dalam telur di tubuh induknya sampai menetas, kemudian
hewan baru akan keluar dari tubuh induknya.

Ciri-ciri hewan ovovivipar sebagai berikut.

 Telur menetas di dalam tubuh induknya

 Anak hewan dikeluarkan dengan cara melahirkan

 Cadangan makanan embrio berasal dari dalam telur

Hewan yang berkembang biak secara ovovivipar tidak memiliki ciri-ciri khusus. Perbedaan
hewan ovovivipar dengan hewan lain hanyalah pada bentuk perkembangbiakannya, yaitu dari
proses pembuahan hingga melahirkan. Secara fisik, hewan ovovivipar memiliki ciri-ciri seperti hewan
ovipar.

Proses perkembangbiakan pada hewan ovovivipar sebagai berikut.

 Terjadi pembuahan (fertilisas) yang ditandai dengan pertemuan sel kelamin jantan (sperma)
dan sel kelamin betina (ovum).

 Pembuahan yang dilakukan sel kelamin jantan terhadap sel kelamin betina akan
menghasilkan embrio yang berkembang di dalam tubuh induk betina.
 Embrio akan tumbuh dan berkembang di dalam cangkang telur. Makanan yang diperlukan
oleh bakal janin ada pada kuning telur, tidak dari induk betina.

 Saat tiba waktunya untuk dilahirkan, telur tersebut akan menetas. Setelah telur tersebut
menetas, anak hewan tersebut akan keluar dari tubuh induknya dan menjadi individu baru.

Berikut ini adalah contoh hewan yang melakukan perkembangbiakan secara ovovivipar (bertelur dan
melahirkan).

1. Ular

2. Kadal

3. Bunglon
4. Iguana

5. Kuda Laut

Siklus Hidup Hewan (Metamorfosis dan Metagenesis) Beserta Contohnya

Siklus Hidup Hewan (Metamorfosis dan Metagenesis) Beserta Contohnya

Amongguru.com. Seperti halnya manusia dan tumbuhan, hewan juga mengalami siklus hidup. Siklus
hidup hewan juga berbeda-beda.

Beberapa jenis hewan, siklus hidupnya ada yang mengalami metamorfosis dan ada pula yang
mengalami metagenesis.

Berikut penjelasan mengenai siklus hidup hewan (metamorfosis dan metagenesis) beserta
contohnya.

1. Metamorfosis

Metamorfosis adalah peristiwa perubahan bentuk tubuh secara bertahap yang dimulai dari larva
sampai dengan dewasa. Metamorfosis dapat terjadi pada serangga dan juga amfibi.

Beberapa hewan serangga dan amfibi mempunyai bentuk fisik yang berbeda saat mereka muda
hingga akhirnya menjadi hewan dewasa.

Berdasarkan tahapannya, metamorfosis dibedakan menjadi dua, yaitu metamorfosis sempurna dan
tidak sempurna.
Metamorfosis sempurna (Holometabola) adalah proses pertumbuhan pada hewan yang terjadi
dengan ditandai perubahan bentuk ketika muda hingga akhirnya menjadi dewasa Fase yang terjadi,
yaitu telur, larva, pupa, dan imago (dewasa).

Contoh hewan yang mengalami metamorfosis sempurna adalah katak, kupu-kupu, nyamuk, dan
lalat.

Metamorfosis tidak sempurna (Hemimetabola) merupakan proses pertumbuhan dan


perkembangan hewan hanya pada organ tertentu saja yang terjadi perubahan secara fisiologis. Fase
yang terjadi adalah telur, nimfa dan imago (hewan dewasa).

Contoh hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna adalah jangkrik, belalang, dan kecoa.

Berikut ini adalah contoh metamorfosis yang terjadi pada katak.

Pertumbuhan dan perkembangan katak diawali sejak terbentuk zigot. Zigot kemudian berkembang
menjadi embrio.

Sekitar satu minggu kemudian, terbentuklah larva yang sering disebut sebagai kecebong atau
berudu.

Pada awalnya kecebong bernapas dengan tiga insang luar, akan tetapi kemudian berganti menjadi
insang dalam.

Beberapa waktu kemudian akan terbentuk tutup insang dan kaki belakang. Setelah berumur tiga
bulan, berudu mengalami metamorfosis yang ditandai dengan terbentuknya paru-paru dan empat
kaki, hilangnya insang dari ekor, lalu menjadi katak.

2. Metagenesis

Metagenesis adalah pergiliran keturunan yang melibatkan dua fase sekaligus, yaitu fase generatif
(seksual) dan fase generatif (aseksual).

Fase generatif melalui pembuahan (peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina) dan fase
generatif melalui pembentukan spora.

Hewan yang mengalami metagenesis akan menjalani dua fase kehidupan, yaitu fase kehidupan yang
bereproduksi secara generatif, dan fase kehidupan yang bereproduksi secara
vegetatif. Metagenesis pada hewan dapat terjadi pada Ubur-ubur (Aurelia).
Di dalam siklus hidupnya, ubur-ubur mengalami dua pergiliran keturunan, yaitu fase polip yang
menetap di dasar perairan dan fase medusa yang dapat berenang dengan bebas.

Polip pada ubur-ubur merupakan generasi vegetatif yang berkembang biak secara aseksual dengan
cara membentuk kuncup.

Medusa merupakan generasi generatif yang berkembangbiak secara seksual melalui peleburan sel
kelamin (gamet) jantan dengan betina.

Teknologi Reproduksi Pada Hewan

Teknologi reproduksi pada hewan adalah upaya manusia untuk mengembangbiakkan hewan di luar
perkembangbiakan alaminya, dengan harapan bisa mengatasi masalah dalam perkembangbiakan.

Berikut ini adalah beberapa teknologi reproduksi pada hewan.

1. Inseminasi Buatan (Kawin Suntik)

Kawin suntik atau dikenal dengan istilah inseminasi buatan (IB) adalah proses memasukkan cairan
sperma (semen) dari sapi jantan yang unggul ke dalam saluran reproduksi sapi betina dengan
bantuan manusia.

Inseminasi buatan ini dilakukan dengan cara memasukkan sperma (semen) yang telah dibekukan
dengan menggunakan alat seperti suntikan.

Inseminasi buatan memiliki beberapa manfaat, antara lain efisiensi waktu, efisiensi biaya, dan juga
memperbaiki kualitas anakan sapi.
Perbaikan kualitas misalnya sebagai penghasil daging yang berkualitas (sapi potong). Sebagai contoh,
untuk menghasilkan anakan sapi dengan kualitas daging yang baik dan berjumlah banyak, diambil
sel-sel sperma dari sapi Brahman dari India untuk diinseminasikan pada sapi betina lokal.

2. Perkawinan silang

Perkawinan silang atau hibridisasi adalah mengawinkan dua jenis hewan yang berbeda varietasnya
dan memiliki sifat-sifat unggul.

Keuntungan dari teknologi perkawinan silang adalah dapat menghasilkan individu baru dengan
kualitas yang lebih baik, menghemat biaya, mempercepat produksi, dan memperpanjang usia.

3. Kloning

Kloning merupakan proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama yang identik, berasal
dari induk yang sama, memiliki jumlah anggota gen yang sama. karena diambil dari inti somatis
induknya.

Konsep kloning berdasarkan prinsip tentang setiap sel pada perencanaan hidup memiliki
kemampuan menjadi individu baru.

https://www.amongguru.com/materi-ipa-kelas-9-smp-kurikulum-2013-teknologi-reproduksi-hewan/

Anda mungkin juga menyukai