Anda di halaman 1dari 19

PAPER

REPRODUKSI TUMBUHAN DAN HEWAN

Disusun Oleh :

Nama : Nia Silviani Br Brahmana

NIM : 190308056

Kelas : TEP B

Program Studi Keteknikan Pertanian

Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Medan

2021
BAB I

PENDAHULUAN

Reproduksi (perkembangbiakan) merupakan salah satu ciri makhluk


hidup. Dengan reproduksi maka makhluk hidup dapat mempertahankan
kelangsungan jenisnya (spesies) sehingga tidak punah. Organisme yang
mempunyai tingkat reproduksi tinggi memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila dibandingkan dengan
organisme yang mempunyai tingkat reproduksi rendah.

Proses reproduksi adalah proses pertumbuhan jumlah individu sebagai


akibat dihasilkannya keturunan melalui berbagai cara, sesuai dengan jenis
dan tingkat perkembangannya. Makin banyak hambatan yang dialami suatu
organisme didalam reproduksinya, makin sedikit jumlah individu itu didalam
populasinya. Ada beberapa hal
yang diperkirakan dapat menghambat proses reproduksi antara lain jumlah
keturunan relative sedikit, siklus reproduksi lama, situasi dan kondisi lingkungan
tidak sesuai, individu jantan x betina terpisah dan tidak memiliki kesempatan
untuk melakukan perkawinan atau terjadi kelainan pada alat reproduksi.
Kenyataan tersebut dapat menghambat pertumbuhan populasi organisme tertentu
sehingga dapat menghambat pertumbuhan populasi organisme tertentu sehingga
dapat menyebabkan kepunahan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reproduksi

Reproduksi adalah cara dasar mempertahankan diri yang dilakukan oleh


semua bentuk kehidupan; setiap individu organisme ada sebagai hasil dari suatu
proses reproduksi oleh pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi
menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.
2.2 Reproduksi Tumbuhan
2.2.1 Reproduksi Seksual ( Generatif )

Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu, biasanya dari


jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi manusia normal adalah contoh umum
reproduksi seksual. Secara umum, organisme yang lebih kompleks melakukan
reproduksi secara seksual, sedangkan organisme yang lebih sederhana, biasanya satu
sel, bereproduksi secara aseksual.

Proses reproduksi seksual yang memerlukan gamet jantan dan betina.


Reproduksi generatif terbagi menjadi dua, yaitu pada angiospermae dan
gymnospermae. Proses perkawinan tumbuhan berbiji diawali oleh proses
penyerbukan dan dilanjutkan dengan proses pembuahan.
a. Jenis – Jenis Penyerbukan
Berdasarkan serbuk sari
 Autogami atau penyerbukan sendiri. Autogami dapat terjadi bila serbuk sari
berasal dari bunga yang sama.
 Geitonogami atau penyerbukan tetangga, yaitu penyerbukan di mana serbuk
sari berasal dari bunga yang berlainan tetapi masih dalam satu individu.
 Alogami atau penyerbukan silang, yaitu penyerbukan di mana serbuk sari
berasal dari bunga individu lain tetapi masih dalam satu species/jenis.
 Bastar yaitu penyerbukan di mana serbuk sari dan putik berasal dari spesies
lain.

Terjadinya penyerbukan belum memberi jaminan akan terjadinya pembuahan,


karena buluh serbuk sari yang berasal dari serbuk sari dalam perkembangan
selanjutnya belum tentu dapat mencapai sel telur, yang letaknya di dalam bakal
buah jauh dari kepala putik. Pada beberapa jenis tumbuhan penyerbukannya
tidak mungkin terjadi secara autogami (penyerbukan mandiri). Hal ini antara lain
disebabkan oleh :

 Dioseus (berumah dua), artinya alat kelamin jantan dan alat kelamin betina
terdapat pada individu yang berbeda. Misalnya: melinjo dan salak.
 Dikogami, bila putik dan serbuk sari suatu bunga masaknya tidak bersamaan.
Dikogami dapat dibedakan atas:
 Protandri, bila serbuk sari suatu bunga masak lebih dulu dari pada putiknya.
Contohnya: bunga jagung, seledri, dan bawang Bombay
 Protogini, bila putik suatu bunga masak lebih dulu dari serbuk sarinya.
Contohnya: bunga kubis, bunga coklat, dan alpukat.
 Herkogami, ialah bentuk bunga yang sedemikian rupa, sehingga serbuk sari
dari bunga tersebut tidak dapat jatuh pada kepala putiknya, kecuali dengan
bantuan manusia atau hewan. Contoh: Anggrek, Vanili, dan lain sebagainya.
 Heterostili, ialah bunga yang mempunyai benang sari dan tangkai putik tidak
sama panjang. Contoh: tumbuhan familia Rubiaceae (kopi, kina, kaca piring,
dan lain sebagainya).
b. Penyebab sampainya serbuk sari pada tujuan
Penyerbukan dapat terjadi dengan berbagai perantara :
1) Perantara angin disebut anemogami, dapat terjadi bila butir serbuknya
amat ringan, kecil dan kering.Contoh : pada pinus, damar, rumput-
rumputan.
2) Perantara air disebut hidrogami.Contoh : pada tanaman air.
3) Perantara hewan disebut zoogami. Contoh lebah dan kupu-kupu.
4) Penyerbukan dengan perantara manusia disebut antropogami.Contoh :
penyerbukan vanilli di Indonesia.
c. Jenis – Jenis Pembuahan
1. Pembuahan tunggal .

Penyerbukan pada tumbuhan biji terbuka (gymnospermae) adalah


menempelnya serbuk sari ke mikrofil (liang bakal biji). Dan terjadi pembuahan
tunggal. Alat reproduksi gymnospermae berupa strobilus jantan dan strobilus
betina. Proses penyerbukan pada gymnospermae umumnya dibantu oleh angin.
Contoh tumbuhan berbiji terbuka ini antara lain : Melinjo, pinus, damar, pakis haji
dan cycas.
2. Pembuahan ganda

Penyerbukan pada tumbuhan biji tertutup (angiospermae).

serbuk sari → menempel pada kepala putik → membentuk buluh serbuk (2


inti, inti vegetatif dan inti generatif) berjalan ke arah mikropil (pintu kandung
lembaga) → inti generatif membelah → 2 inti sperma → sampai di mikropil,
inti vegetatif mati → satu inti sperma membuahi sel telur → embrio. Satu
inti sperma lain membuahi inti kandung lembaga → endosperma (makanan
cadangan bagi embrio).

Karena pembuahannya berlangsung dua kali maka pembuahan pada


Angiospermae disebut pembuahan ganda. Alat perkembangbiakan
angiospermae adalah bunga.

2.2.3 Reproduksi Aseksual ( Vegetatif )


Reproduksi Vegetatif adalah cara reproduksi makhluk hidup secara
aseksual (tanpa) adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina). Reproduksi
Vegetatif bisa terjadi secara alami maupun buatan.
1. Vegetatif Alami

Vegetatif Alami adalah reproduksi aseksual yang terjadi tanpa campur tangan
pihak lain seperti manusia. Vegetatif alami terbagi menjadi beberapa macam,
antara lain:

1) Umbi Lapis , adalah tumbuhnya tunas pada sela-sela lapisan umbi.


Contohnya seperti bawang merah, bawang bombay
2) Umbi Batang, yang beralih fungsi sebagai tempat penimbunan makanan
dengan calon tunas-tunas kecil yang berada disekitarnya yang dapat
tumbuh menjadi tanaman baru.Contoh seperti Kentang, UbI.
3) Geragih batang yang menjalar secara terus- menerus di mana pada ruas
batang dapat muncul tunas-tunas baru. Misalnya seperti tanaman rumput
teki, arbei, kangkung, strawbery dll.
4) Akar Tinggal, tunas yang muncul pada batang tumbuhan yang tumbuh
secara mendatar di tanah. Contohnya keladi, alang-alang, jahe,dll.
5) Spora, cara tumbuhan paku,lumut dan jamur berkembang biak dengan
membentuk spora tempat tunas baru akan muncul.
6) Tunas, tumbuhan anakan yang muncul di samping tumbuhan induknya.
Contohnya yakni seperti pohon pisang, bambu, tebu, dan lain
sebagainya
7) Tunas Adventif, tunas yang tumbuh pada bagian-bagian tertentu
seperti pada akar, daun, dsb. Contoh tanaman bertunas adventif
adalah seperti pohon cemara, cocor bebek kesemek, sukun.
2. Vegetatif Buatan

Vegetatif Buatan adalah reproduksi aseksual yang terjadi karena bantuan


pihak lain seperti manusia. Vegetatif buatan terbagi menjadi beberapa macam,
antara lain:

1) Mencangkok, hanya bisa dilakukan pada tumbuhan yang berkambium


(dikotil). Contoh: jeruk, mangga, belimbing, dan jati.
2) Menyambung atau mengenten, dengan tujuan menyambung dua jenis
tanaman yang berbeda sifatnya, biasanya dilakukan pada pucuk
tanaman. Contoh: singkong karet dengan singkong biasa.
3) Menempel atau okulasi, yaitu menggabungkan dua jenis tanaman
yang berbeda sifatnya dengan menggunakan lapisan kulitnya (pada
mata tunas). Contoh: jeruk bali dengan jeruk limau.
4) Stek, yaitu cara memperbanyak tanaman dengan
menggunakan potongan-potongan dari bagian tubuh tanaman,
baik akar, batang, atau daun. Contoh: tebu, tanaman bunga, dan
singkong.
5) Merunduk, yaitu membengkokkan cabang atau ranting tanaman
ke bawah. Contoh: alamanda dan apel.
2.3 Reproduksi Hewan
Reproduksi hewan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu secara vegetative
dan generative. Perkembanganbiakan vegetatif terjadi tanpa peleburan sel kelamin
jantan dan betina. Perkembangbiakan vegetatif biasanya terjadi pada hewan tingkat
rendah atau tidak bertulang belakang ( Avertebrata ). Perkembangbiakan generative
pada umumnya terjadi pada hewan tingkat tinggi atau hewan bertulang belakang (
Vertebrata ). Perkembangbiakan tersebut melibatkan alat kelamin jantan dan alat
kelamin betina dan ditandai oleh adanya peristiwa pembuahan ( Fertilisasi ).
2.3.1 Reproduksi Aseksual/ Vegetatif :
1. Fragmentasi yaitu pemisahan salah satu bagian tubuh yang kemudian dapat
tumbuh dan berkembang menjadi individu baru. Contohnya planaria sp dan
Asterias sp.
2. Budding/tunas/gemmulae yaitu pembentukan tonjolan pada salah satu bagian
tubuh hewan dan dapat berkembang menjadi individu baru. Contohnya pada
hewan Acropora sp dan Euspongia sp.
3. Fisi yaitu pembelahan sel pada sel induk dan hasilnya akan berkembang
menjadi individu baru. Dibedakan menjadi 2 yaitu pembelahan biner,
contohnya pada bakteri dan pembelahan multiple pada virus
4. Sporulsi yaitu dengan dibentuknya spora pada sel induk dan akhirnya spora
akan berkembang menjadi individu baru. Contohnya pada Plasmodium sp.
5. Parthenogenesis yaitu terbentuknya individu baru melalui sel telur yg tanpa
dibuahi. Contohnya lebah madu jantan, semut jantan dan belalang.
6. Paedogenesis yaitu terbentuknya individu baru langsung dari larva/ nimpha.
Contohnya pada class trematode/ cacing hisap yaitu fasciola hepatica dan
clonorchis sinensis.
2.3.2 Reproduksi Seksual/Generatif :
1. Konjugasi yaitu persatuan antara dua individu yg belum mengalami spesialisi sex.
Terjadi persatuan inti (kariogami) dan sitoplasma (plasmogami). Contohnya pada
paramaecium sp.
2. Fusi yaitu persatuan/peleburan dua macam gamet yg belum dapat dibedakan
jenisnya. Dibedakan mejadi 3 macam yaitu :
 Isogami yaitu persatuan dua macam gamet yg memiliki bentuk dan
ukuran yg sama. Contohnya pada phylum protozoa.
 Anisogami yaitu persatuan dua macam gamet yg berbeda ukuran
dan bentuknya sama. Contohny chlamydomonas sp.
 Oogami yaitu persatuan dua macam gamet yg memiliki ukuran dan
bentuk yg tidak sama. Contohnya pada hydra sp.
2.3.3 Reproduksi Seksual pada Verebrata
1. Class Pisces yaitu dengan ovipar dan secara fertilisasi eksternal, ovovivipar
dan vivipar. Organa reproduksinya meliputi testis, vas deferens, lubang
urogenitalia untuk jantan dan betina adalah ovarium, oviduk dan lubang
urogenitalia.
2. Class Amphibia yaitu dengan fertilisasi eksternal. Organ reproduksinya
meliputi testis, vasa efferentia dan kloaka untuk jantan dan untuk betina yaitu
ovarium, oviduk dan kloaka.
3. Class Reptilia yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksinya meliputi
testis, hemipenis, vas deferens, epididymis dan kloaka. Untuk betina yaitu
ovarium, oviduk dan kloaka.
4. Class Aves yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksinya bagi yg
jantan yaitu testis, vas deferens dan kloaka. Untuk yg betina meliputi
ovarium kiri, oviduk, dan kloaka.
5. Class Mammalia yaitu dengan fertilisasi internal. Organ reproduksi jantan
meliputi penis, vas deferens, testis dan anus. Untuk yg betina meliputi
ovarium, oviduk, uterus dan anus. Memiliki sistem menstruasi yg disebut
dengan fase estrus serta tipe uterus yg kompleks termasuk kedalam
kelompok ini adalah manusia.
Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti
dengan
terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan
berkembang menjadi embrio. Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara
eksternal atau secara internal.
1. Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh
hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air.
Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi (katak).
2. Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di
dalam tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa
kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin betina.
Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial), misalnya
hewan dari kelompok reptil, aves dan Mamalia.

Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran
keturunannya, yaitu dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar.
1. Ovipar (Bertelur) merupakan embrio yang berkembang dalam telur dan
dilindungi oleh cangkang. Embrio mendapat makanan dari cadangan
makanan yang ada di dalam telur. Telur dikeluarkan dari tubuh induk
betina lalu dierami hingga menetas menjadi anak. Ovipar terjadi pada
burung dan beberapa jenis reptil.
2. Vivipar (Beranak) merupakan embrio yang berkembang dan
mendapatkan makanan dari dalam uterus (rahim) induk betina. Setelah
anak siap untuk dilahirkan, anak akan dikeluarkan dari vagina induk
betinanya. Contoh hewan vivipar adalah kelompok mamalia (hewan yang
menyusui), misalnya kelinci dan kucing.
3. Ovovivipar (Bertelur dan Beranak) merupakan embrio yang
berkembang di dalam telur, tetapi telur tersebut masih tersimpan di dalam
tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan
yang berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di dalam
tubuh induknya dan anak akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh
hewan ovovivipar adalah kelompok reptil (kadal) dan ikan hiu.
2.3.4 Sistem Reproduksi Pada Vertebrata
1. Pisces
Sistem genitalia jantan
a. Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga
abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yg kasar.
Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus.
b. Saluran reproduksi, pada elasmoranchi beberapa tubuus mesonefrus bagian
anterior akan mejadi ductus aferen dan menghubungkan testis dengan
mesonefrus, yg disebut dutus deferen. Posterior ductus aferen berdilatasi
membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma.
Dutus deferen akan bermuara di kloaka. Pada teleostei saluran dari sistem
ekskresi dan sistem reproduksi menuju kloaka secara terpisah.
Sistem genitalia betina
a. Ovarium pada elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada anterior
rongga abdomen. Pada saat dewasa yg berkembang hanya ovarium kanan.
Pada teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang.
b. Saluran reproduksi elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya
berfusi yg memiliki satu ostium yg dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Oviduk
sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya pada
uterus yg bermuara di kloaka. Pada teleostei punya oviduk pendek dan
berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu dan
bermuara pada satu lubang. Teleostei tidak memiliki kloaka.
Ikan merupakan kelompok hewan ovipar, ikan betina dan ikan jantan tidak
memiliki alat kelamin luar. Ikan betina tidak mengeluarkan telur yg bercangkang,
namun mengeluarkan ovum yg tidak akan berkembang lebih lanjut apabila tidak
dibuahi oleh sperma. Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk
melalui oviduk dan dikeluarkan mlalui kloaka. Saat akan bertelur, ikan betina akan
mencari tempat yg rimbun oleh tumbuhan air atau diantara bebatuan di dalam air.
Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga megeluarkan sperma dari testis yg
disalurkan melalui saluran urogenital ( saluran kemih sekaligus saluran sperma )
dan keluar melalui kloaka, sehingga trjadi fertilisasi di dalam air ( fertilisasi
eksternal ).
Peristiwa ini terus berlangsung sampai ratusan ovum yg dibuahi melekat pada
tumbuha air atau pada celah-celah batu. Telur-telur yg telah dibuahi akan menetas
dalam waktu 24-40 jam. Anak ikan yg baru menetas akan mendapat makanan
pertamanya dari sisa kuning telurnya, yg tampak sepertin gumpalan di dalam
prutnya yg masih jernih.
2. Amphibi
Sistem genitalia jantan
a. Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yg digantungkan oleh
mesorsium.
b. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga
abdomen.
Saluran reproduksi
Tubulus ginjal akan menjadi ductus aferen dan membawa spermatozoa dari testis
menuju ductus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa
spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis ( penyimpan sperma
sementara ). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musi kawin saja. Vasa
aferen merupakan saluran-saluran halus yg meninggalkan testis, berjalan ke
medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duckus wolf keluar dari dorsolateral
ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas
dijumpai.
Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan
lemak berwarna kuning ( korpus adiposum ). Baik ovarium maupun korpus
adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars
progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.
b. Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yg berkelok-kelok . oviduk
dimulai dengan bangunan yg mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya
yg disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakan
pelebaran yg disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di kloaka.
Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak
jantan dan katak betina tidak memilki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi
di luar tubuh. Pada saat kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan
ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan
menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke
dalam air. Setiap ovum yg dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur (membran
vitelin). Sebelumnya, ovum katak yg telah matang dan berjumlah sepasang
ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk.
Setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul
mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yg berjumlah sepasang dan
disalurkan ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu denga ureter.
Dari vas deferens sperma lalu bermuara di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi
eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga kelompok telur tersebut
berbentuk gumpalan telur. Gumpalan telur yg telah dibuahi kemudian berkembang
menjadi berudu. Berudu awal yg keluar dari gumpalan telur bernapas dengan
insang dan melekat pada tumbuha air dengan alat hisap.
Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan
herbivora. Berudu awal kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora
atau insektivora ( pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk
lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya
celah insang digantikan dengan anggota gerak depan.
Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorphosis.
Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani muncul ke
permukaaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak
bernapas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang
berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya
lenyap. Pada saat itulah metamorphosis katak selesai.
3. Reptil
Sistem Genitalia Jantan
a. Testis berbentuk oval, relative kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah
sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Pada kadal dan ular, salah
satu testis terletak lebih ke depan daripada yg lain. Testis akan membesar saat
musim kawin.
b. Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi,
dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis
bergelung membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk duktus
aferen yg menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididymis.
Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan
reptile, duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui
satu lubang, yaitu sinus urogenital yg pendek.
Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya
benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral kolumna vertebralis.
b. Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka ke
rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di kloaka.
Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yg
berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian
posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang dapur.
Kelompok reptile seperti kadal,ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan
yg fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil
bersifat ovipar, namun ada juga reptile yg bersifat ovovivipar, seperti ular garter
dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk
betinanya. Namun makananya diperoleh dari cadangan makanan yg ada dalam
telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian
bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. reptile jantan menghasilkan sperma
di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yg langsung berhubungan
dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas
deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yg
dihubungkan oleh satu testis yg dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung
tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptile mengadakan kopulasi, hanya satu
hempenis saja yg dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.
Ovum reptil betina yg telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat
melalui oviduk, ovum yg telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yg tahan
air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan
basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yg hangat dan
ditinggalkan oleh induknya.
Hewan reptil seperti kadal,iguana laut, bebrapa ular dan kura-kura serta berbagai
jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka
akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.
4. Aves
Sistem Genitalia Jantan
a. Testis berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukaannya
licin, terletak di sebelah ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim
kawin ukurannya membesar. Disinal disimpan spermatozoa.
b. Saluran reproduksi, tubulus msonefrus membentuk duktus aferen dan
epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada
burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yg sangat panjang
membentuk sebuah gelendong yg disebut glomere. Dekat glomere bagian
posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yg
bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori. Duktus eferen berhubungan
dengan epididimis yg kecil kemudian menuju duktus deferen. Duktus deferen
tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium, selain pada burung elang, ovarium aves yg berkembang hanya yg
kiri, dan terletak di bagian dorsal rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi, oviduk yg berkembang hanya yg sebelah kiri, bentuknya
panjang, bergulung, dilekatkan pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan
dibagi menjadi beberapa bagian, bagian anterior adalah infun di bulu yg punya
bagian terbuuka yg mengarah ke rongga selom sebagai ostium yg dikelilingi
oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya adalah magnum yg akan mensekresikan
albumin, selanjutnya istmus yg mensekresikan membran sel telur dalam dan
luar. Uterus atau shell gland untuk menghasilkan cangkang kapur.
Kelompok burung merupakan hewan ovipar. Walaupun kelompok burung
tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal
ini dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma
masuk ke dalam oviduk. Ovum yg telah dibuahi akan bergerak mendekati
kloaka. saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yg telah dibuahi
sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk
akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung
menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak
burung yg baru menetas masih tetutup matanya dan belum dapat mencari
makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
5. Mamalia
Sistem Genitalia Jantan
a. Testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan terletak di dalam
skrotum, dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia. Ukuran
testis tergantung pada hewannya. Jika testis tidak turun ke skrotum disebut
Cryptorchydism yg menyebabkan sterilitas. Lintasan antara rongga abdomen
dan rongga skrotum disebut saluran inguinal.
b. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus berkembang menjadi duktus eferen
kemudian akan menuju epididimis. Epididimis terletak di sekeliling testis.
Epididimis anterior ( kaput epididimis ) lalu kea rah posterior korpus dan kauds
yg berbatasan dengan duktus deferen. Duktus wolf menjadi epididimis, duktus
deferen, dan vesikula seminalis.
Sistem Genitalia Betina
a. Ovarium berjumlah sepasang, merupakan organ yg kompak dan terletak di
dalam rongga pelvis.
b. Saluran reproduksi
Pada monotremata, oviduk hanya sebelah kiri yg berasal dari duktus muller.
Oviduk bagian posteriornya berdilatasi membentuk uterus yg mensekresikan
bungkus telur. Oviduk menuju ke sinis urogenital dan bermuara di kloaka.
pada mamalia yg lain duktus muller membentuk oviduk, uterus dan vagina.
Bagian anterior oviduk ( tuba falopi membentuk infundibulum yg terbuka
kearah rongga selom.
Ada 4 macam tipe uterus :
 Dupleks, uterus kanan dan kiri terpisah dan bermuara secara terisah ke
vagina.
 Bipartil, uterus kanan dan kiri bersatu yg bermuara ke vagina dengan
satu lubang.
 Bikornuat, bagian uterus kanan dan kiri lebih banyak yg bersatu
bermuara ke vagina dengan satu lubang.
 Simpleks, semua uterus bersatu sehingga hanya memiliki badan uterus.
Sperma yg telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus
dan oviduk untuk mencari ovum. Ovum yg telah dibuahi sperma akan
membentuk zigot yg selanjutnya akan menempel pada dinding uterus.
Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus. Selama proses
pertumbuhan dan perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan
banyak zat makanan dan oksigen yg diperoleh dari uterus induk dengan
perantara plasenta ( ari-ari ) dan tali pusar.

2.3.5 Sistem Reproduksi Pada Invertebrata


1. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual pada hewan lebih jarang daripada tumbuhan. Biasan
ya reproduksi aseksual merupakan suatu alternatif dan bukan pengganti dari
reproduksi seksual. Beberapa invertebrata, misalnya jenis cacing pipih
(Planaria) berkembang biak dengan cara fragmentasi. Fragmentasi
merupakan pemutusan bagian tubuh. Setelah tumbuh mencapai ukuran yg
normal, planaria secara spontan terbagi-bagi menjadi beberapa bagian. Setiap
bagian berkembang menjadi dewasa dan proses tersebut akan terulang
kembali. Invertebrata lain melakukan reproduks aseksual dengan cara
pertunasan (budding). Pertunasan merupakan proses terbentuknya tunas kecil
dari tubuh induk.
Keturunan berkembang sebagai tunas pada badan induk. Pada beberapa
spesies, seperti pada obelia, tunas tersebut lepas dan hidup bebas. Pada
spesies lain, misalnya koral atau anemone laut, tunas tersebut tetap terikat
pada induk hingga menyebabkan terjadinya koloni koral. Pertunasan juga
dijumpai pada hewan parasite, contohnya cacing pita ( Taenia solium ).
Beberapa spesies invertebrata yg tingkatannya lebih tinggi berkembang
biak dengan cara parthenogenesis. Parthenogenesis merupakan telur yg
dihasilkan oleh hewan betina yg berkembang menjadi individu baru tanpa
dibuahi, contohnya serangga. Reproduksi secara parthenogenesis lebih cepat
daripada reproduksi secara aeksual.
2. Reproduksi Seksual
Sebagian besar invertebrata melakukan reproduksi secara seksual.
Reproduksi seksual dicirikan dengan penyatuan gamet (fertilisasi), yaitu
sperma dan ovum. Fertilisasi pada invertebrata sering dijumpai pada cacing
tanah yg bersifat hermafrodit (satu individu menghasilkan sperma dan
ovum). Meskipun hermafrodit, cacing tanah tidak dapat melakukan fertilisasi
sendiri, melainkan dengan pasangan cacing tanah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

· http://biosejati.wordpress.com/2011/11/16/reproduksi-
pada- tumbuhan/

· http://fembrisma.wordpress.com/science/sistem-
reproduksi/sistem- reproduksi-tumbuhan/

· http://biologimediacentre.com/reproduksi-generatif-
pada- tumbuhan/

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/10/31/sistem-
reproduksi-vertebrata/

http://darul-angkring.blogspot.com/2010/06/sistem-
reproduksi-pada-hewan.html

Anda mungkin juga menyukai