27
28 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45
& Abeysekera (2014) dan Rangkuti et al. tekanan stakeholder khususnya pemerintah
(2019) menemukan kepemilikan pemerintah dan asing sebagai shareholder terhadap pen
bukanlah determinan utama dari pengung gungkapan lingkungan.
kapan yang dilakukan perusahaan. Dalam
konteks kepemilikan asing peneliti juga METODE
menemukan ketidakkonsistenan hasil me Penelitian ini mengaplikasikan metode
ngenai pengaruhnya terhadap pengungkap deskriptif kualitatif dengan membaca secara
an. He & Loftus (2014) menemukan bahwa cermat isi laporan keberlanjutan perusahaan
kepemilikan asing tidak memiliki hubung di Indonesia. Seperti tujuan penelitian ini
an dengan pengungkapan perusahaan. Is untuk menemukan fenomena di balik peng
mail et al. (2018) menemukan hasil yang ungkapan lingkungan perusahaan, analisis
berlawan an yaitu kepemilikan asing me isi ini dilakukan untuk menemukan kategori
rupakan faktor yang mendorong pengung lingkungan apa yang paling banyak diung
kapan karena semakin luasnya stakeholder kapkan oleh perusahaan. Kemudian kate
yang memiliki keunikan yang berbeda. Ber gori tersebut dicatat dan ditampilkan secara
kaitan dengan temuan tersebut Cahaya et deskriptif untuk dianalisis dan mencari alas
al. (2017) menguji operasi internasional ter an yang mungkin pada aspek yang banyak
hadap pengungkapan CSR dan menemukan dan sedikit diungkapkan. Oleh karena itu,
adanya pengaruh yang positif dan signifikan. penerapan metode kualitatif deskriptif ini
Ada nya inkonsistensi pengaruh tersebut tepat untuk digunakan karena menghasil
menimbulkan dugaan bahwa perusahaan kan fakta mengenai tingkat pengungkapan
melakukan pengungkapan tidak pada semua lingkungan perusahaan.
aspek tetapi hanya berfokus pada kategori Preslmayer et al. (2018) berargumenta
tertentu yang diharapkan oleh stakeholder. si bahwa tujuan penelitian deskriptif adalah
Untuk membuktikan dugaan itu, penelitian untuk meningkatkan keakuratan profil dari
ini dilakukan dengan cara mengupas secara kejadian, orang, dan situasi. Hal ini mung
deskriptif pengungkapan lingkungan peru kin belum banyak ditangkap oleh penelitian
sahaan dengan membagi perusahaan sampel dengan metode kuantitatif dan kualitatif
menjadi dua berdasarkan pada ada tidaknya dengan pendekatan fenomenologi. Peneli
kepemilikan pemerintah, kepemilikan asing, tian dengan metode kuantitatif menyediakan
dan operasi internasional. Setelah itu, mem prediksi hubungan antarvariabel diteliti
bandingkan pengungkapan dari dua kelom yang hasilnya berpotensi tidak konsisten
pok perusahaan pada tiga skenario tersebut antarpenelitian. Pada sisi yang lain, pene
untuk menjawab pertanyaan di atas. litian dengan pendekatan kualitatif melalui
Penelitian ini bertujuan untuk menge fenomenologi membahas fenomena tertentu
tahui tingkat pengungkapan lingkungan secara mendalam, tetapi ruang lingkup pe
perusahaan di Indonesia berdasarkan pada nelitian sempit dan hasilnya sulit untuk di
tiga skenario di atas. Selain itu, penelitian ini generalisasikan (Amos, 20018; Iyer & Jarvis,
juga mencari tahu alasan di balik pengung 2019).
kapan dari aspek lingkungan yang dominan Penelitan ini menggunakan laporan
dilakukan perusahaan berdasarkan pada pe keberlanjutan (sustainability report) yang
doman GRI. Penelitian ini memberikan tiga tersedia di database Global Reporting pada
kontribusi penting pada literatur. Pertama, alamat website https://database.globalre
penelitian ini memberikan fakta mengenai porting.org/search/. Laporan keberlanjutan
tingkat pengungkapan lingkungan perusa yang diambil adalah laporan dari seluruh
haan melalui proses komparasi perusahaan perusahaan Indonesia yang terdaftar di da
berdasarkan pada kepemilikan pemerintah, tabase tersebut. Penelitian ini menggunakan
asing, dan beroperasi secara internasional. laporan keberlanjutan tahun 2018 dengan
Kedua, penelitian ini memberikan bukti ten justifikasi bahwa laporan tersebut merupa
tang kategori lingkungan apa yang paling kan yang terbaru dan telah dipublikasikan
sering diungkapkan oleh setiap kelompok oleh perusahaan. Dalam rangka menjaga
perusahaan berdasarkan pada tiga skena konsistensi, laporan keberlanjutan yang
rio tersebut. Ketiga, penelitian ini memban diteliti merupakan laporan yang disusun
tu untuk meredakan inkonsistensi hasil dengan pedoman dari Global Reporting Initia-
penelitian sebelumnya mengenai pengaruh tives Standard versi keempat (GRI 4) kare
30 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45
na me rupakan panduan terbaru yang su kan. Penelitian ini juga mengabaikan porsi
dah banyak diaplikasikan oleh perusahaan kepemilikan asing pada suatu perusahaan.
di dunia. GRI 4, pada kategori lingkungan, Keempat, peneliti mencari tahu apakah pe
memiliki 12 aspek yang disarankan un rusahaan beroperasi secara internasional
tuk diungkapkan yaitu bahan, energi, air, atau tidak.
keaneka ragaman hayati, emisi, tumpahan Definisi operasi internasional meng
dan limbah, produk dan jasa, kepatuhan, ikuti argumentasi dari Ijabadeniyi & Goven
transportasi, asesmen lingkungan pada pe der (2019) yang menyebutkan bahwa peru
masok, dan pengaduan masalah lingkungan. sahaan memiliki penjualan luar negeri, anak
Dari penerapan kriteria tersebut diper perusahaan di luar negeri, atau cabang di
oleh 62 perusahaan yang laporan keberlan luar negeri. Dalam proses menentukan oper
jutannya menjadi objek penelitian. Kemu asi internasional perusahaan, penelitian ini
dian, penelitian dilakukan dalam beberapa tidak menggunakan kriteria batas minimum
tahapan. Pertama, peneliti membaca dengan pada jumlah penjualan luar negeri, anak pe
sksama laporan keberlanjutan setiap perusa rusahaan luar negeri, maupun cabang luar
haan untuk menemukan aspek dari kategori negeri. Penelitian ini menggunakan opera
lingkungan yang telah diungkapkan. Peneliti si internasional sebagai representatif dari
memberikan tanda (V) apabila perusahaan stakeholder luar negeri di mana perusahaan
mengungkapkan aspek lingkungan tertentu, beroperasi di luar negara asalnya.
sedangkan tanda (X) jika tidak melakukan Data tersebut kemudian dikelola baik
pengungkapan aspek tertentu. Data ini di secara keseluruhan maupun membagi pe
peroleh dari halaman indeks GRI yang ada di rusahaan ke dalam dua kelompok berdasar
bagian akhir laporan keberlanjutan perusa kan pada setiap skenario yaitu kepemilikan
haan. Untuk memastikan keakuratan data, pemerintah, kepemilikan asing, dan opera
peneliti melakukan cek secara manual seti si internasional. Pertama, analisis dilaku
ap pengungkapan lingkungan perusahaan kan dengan cara melihat aspek lingkungan
di dalam laporan keberlanjutan dengan pe yang dominan diungkapkan oleh peru
doman pengungkapan lingkungan yang di sahaan sampel secara keseluruhan dan
rekomendasikan oleh GRI. mencari alasan mengapa aspek tersebut
Kedua, peneliti mencari informasi diungkapkan. Kedua, analisis dilakukan
tentang ada tidak nya pemerintah sebagai dengan membandingkan tingkat pengung
shareholder perusahaan. Informasi ini diper kapan lingkung an perusahaan berdasar
oleh dari berbagai sumber seperti laporan kan pada tiga skenario di atas. Analisis ini
keberlanjutan, laporan tahunan, website juga dilakukan dengan membandingkan
perusahaan, serta sumber lain yang dapat tingkat pengungkapan lingkungan pada
diandalkan. Penelitian tidak memberikan perusahaan dengan kepemilikan pemerin
perhatian pada seberapa besar porsi kepemi tah dan nonpemerintah, kepemilikan asing
likan pemerintah pada perusahaan tersebut. dan nonkepemilikan asing, dan perusahaan
Hal ini didasarkan pada peran pemerintah beroperasi secara internasional dan nasio
sebagai regulator dalam praktik pertanggu nal.
ngjawaban perusahaan di mana perusahaan Penelitian ini menyadari bahwa dalam
menjadi teregulasi untuk menampilkan proses analisis perbandingan di setiap ske
praktik pengungkapan pertanggungjawaban. nario jumlah perusahaan antarkelompok
Keberadaan peme rintah di dalam struktur akan berbeda atau tidak setara (misalnya
kepemilikan perusahaan dianggap memu jumlah perusahaan nonkepemilikan peme
dahkan pemerintah untuk mengawasi prak rintah lebih banyak daripada kepemilikan
tik pertanggungjawaban suatu perusahaan pemerintah). Untuk menciptakan perban
meskipun struktur kepemilikan perusahaan dingan yang adil, penelitian ini perlu untuk
tidak terkonsentrasi pada pemerintah. menyatarakan jumlah perusahaan di setiap
Ketiga, peneliti mencari informasi ten kelompok dengan mengalikan jumlah peru
tang ada tidaknya investor asing baik indi sahaan di kelompok yang lebih kecil untuk
vidu maupun institusi sebagai shareholder memiliki jumlah yang sama dengan kelom
perusahaan. Sama seperti kepemilikan pe pok lain. Kemudian, jumlah perusahaan
merintah, informasi diambil dari ber bagai yang melakukan pengungkapan pada setiap
sumber baik dari laporan keberlanjut an, aspek lingkungan pada kelompok dengan
laporan tahunan, website perusahaan, jumlah sampel lebih kecil juga dikalikan
maupun sumber lain yang dapat diandal dengan nilai pada saat menyetarakan jum
Wicaksono, Amelia, Zulvina, Rachmadani, Membangun Citra Positif Perusahaan melalui... 31
lah sampel di setiap kelompok (Lihat Tabel kebaikan bersama baik perusahaan maupun
2, Tabel 3, dan Tabel 4). Langkah ini akan stakeholder. Cabang ini menjelaskan bahwa
memberikan bukti secara deskriptif perbe perusahaan memberikan informasi kepa
daan tingkat pengungkapan lingkungan an da semua stakeholder meskipun informasi
tarkelompok perusahaan dan mengapa pe tersebut tidak digunakan oleh mereka (Bella
rusahaan melakukan pengungkapan ketika & Al-Fayoumi, 2016; Dobbs & Staden, 2016).
adanya pemerintah dan asing di struktur Cabang positive dari teori stakeholder mem
kepemilikan dan perusahaan beroperasi se perbolehkan manajer untuk memilih dan
cara internasional yang merupakan stake- menentukan kelompok penting yang akan
holder dari perusahaan. mendapatkan perhatian dari perusahaan
dan dianggap sebagai stakeholder primer.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan
Pengungkapan perusahaan didorong tidak bergantung pada stakeholder sekunder
oleh adanya pengaruh dan tekanan dari untuk dapat bertahan hidup.
stakeholder untuk memberikan perhatian Ethical theory stakeholder dianggap pa
pada dampak negatif operasi perusahaan ling banyak diadopsi oleh perusahaan kare
terhadap lingkungan. Selain itu, pengung na fokus pada stakeholder yang menentukan
kapan perusahaan juga dilakukan untuk keberlangsungan perusahaan (Lu & Abeyse
menyediakan informasi kepada stakehold- kera, 2014). Namun, tidak disadari bahwa
er tentang aktivitas pertanggungjawaban stakeholder sekunder juga memiliki kekuat
yang telah dilakukan dan bermanfaat un an untuk mempengaruhi perusahaan dan
tuk mempertahankan hubungan baik den dapat menyebabkan kerusakan signifikan
gan stakeholder-nya. Clarkson (1995) men bagi perusahaan. Media, sebagai contoh, se
definisikan stakeholder sebagai orang atau cara tidak langsung dapat menggiring opini
kelompok yang memiliki kepemilikan, hak, publik tentang perusahaan melalui berita
atau ketertarikan pada perusahaan dan ak negatif yang dipublikasikan ke masyarakat.
tivitasnya di masa lalu, sekarang, dan masa Masyarakat kemudian memiliki persepsi
depan. Dari definisi itu terdapat dua kelom negatif terhadap perusahaan yang menye
pok stakeholder yaitu primer dan sekunder. babkan citra perusahaan menjadi tidak
Stakeholder primer diartikan sebagai kelom baik. Fenomena seperti ini menggambarkan
pok yang sangat penting karena perusahaan bahwa setiap kelompok stakeholder memiliki
tidak dapat bertahan tanpa keberadaan cara yang berbeda mempengaruhi dan me
mereka. Stakeholder primer umumnya berisi minta perhatian dari perusahaan. Oleh kare
pemegang saham, investor, karyawan, pe na itu, perusahaan lebih baik untuk tidak
masok, pelanggan, pemerintah, dan komu hanya fokus pada stakeholder yang dianggap
nitas yang menyediakan infrastruktur dan kunci tetapi juga pada semua stakeholder
pasar (Nielsen & Thomsen, 2018). Stake- karena setiap stakeholder memiliki kemam
holder sekunder didefinisikan sebagai pihak puan mempengaruhi perusahaan dengan
yang mempengaruhi atau terpengaruh oleh caranya sendiri.
perusahaan tetapi tidak terlibat dalam tran Dilihat dari sudut pandang teori insti
saksi dengan perusahaan dan bukan fak tusional perusahaan melakukan aktivitas
tor penentu keberlangsungan perusahaan. pertanggungjawaban dan pengungkapan
Stakeholder sekunder biasanya berisi media karena mendapatkan tekanan baik dari di
dan kelompok ketertarikan lain yang memi namika sosial maupun dalam diri peru
liki kemampuan untuk memobilisasi opini sahaan sendiri (DiMaggio & Powell, 1983;
publik (Lock & Schulz-Knappe, 2019). Rudyanto, 2019). Perusahaan perlu untuk
Berdasarkan teori stakeholder terdapat berinteraksi dengan lingkungan dengan cara
perdebatan dalam literatur mengenai apa yang dapat diterima oleh berbagai konsti
kah perusahaan perlu untuk memperlaku tuen sejauh aturan kelembagaan dimasuk
kan semua kelompok stakeholder secara adil kan dalam organisasi sebagai sarana untuk
atau hanya pada beberapa kelompok yang mendapatkan legitimasi, sumber daya dan
dianggap sebagai stakeholder kunci. Per stabilitas serta untuk meningkatkan pros
debatan ini memunculkan dua cabang dari pek kelangsungan hidup (Lu et al., 2015).
teori stakeholder yaitu cabang ethical dan Hal ini mendorong perusahaan untuk dapat
positive. Cabang ethical dari teori stakehold- beradaptasi dengan lingkungan sekitar de
er menekankan perusahaan untuk memper ngan menyesuaikan bentuk perusahaan se
lakukan semua stakeholder secara adil demi suai dengan lingkungannya. Kondisi terse
32 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45
but menimbulkan tekanan kelembagaan dang-Undang No. 40 Tahun 2007 dan Pera
pada perusahaan untuk melakukan prak turan OJK No 51/POJK.03/2017. Meskipun
tik tertentu (Cahaya et al., 2017). Manajer regulasi pelaporan CSR telah diterbitkan,
mengungkapan tanggung jawab lingkungan saat ini belum ada pedoman pelaporan CSR
dalam rangka untuk memberikan respon yang memandu perusahaan dalam me
atas tekanan yang diterima. nyusun laporan tersebut. Oleh karena itu,
Dalam teori institusional ini pengung isi dan format dari laporan keberlanjutan
kapan informasi tidak hanya didorong oleh yang disusun oleh perusahaan tidak ter
permintaan sosial atau stakeholder tetapi standar dan terkesan sangat subjektif kare
juga sumber permintaan atau tekanan lain na mengikuti kepentingan dari perusahaan
(Cahaya et al., 2017). DiMaggio & Powell itu sendiri.
(1983) menjelaskan bahwa organisasi akan Untuk menyusun laporan keberlanjut
mengalami homogenisasi ketika mengha an atau CSR, perusahaan diperbolehkan
dapi kondisi yang sama yang dikenal dengan untuk secara mandiri mencari pedoman
istilah isomorphism. Isomorphism terdiri dari pelaporan tersebut. Saat ini terdapat pe
tiga pilar yaitu coercive, mimetic, dan norma- doman pelaporan tanggung jawab sosial dan
tive. Melalui coercive perusahaan mendapat lingkungan yang telah diadopsi oleh seba
kan tekanan dari stakeholder tempat peru gian besar perusahaan di dunia yaitu stan
sahaan bergantung. Mimetic adalah situasi dar yang diterbitkan oleh Global Reporting
di mana organisasi meniru perusahaan lain Initiatives (GRI). Pedoman GRI ini mencakup
untuk mendapatkan sesuatu yang berkaitan triple bottom line dalam keberlanjutan yaitu
dengan legitimasi. Normative adalah tekanan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Selain itu,
yang muncul dari norma kelompok un GRI juga menyediakan panduan pelapor
tuk melakukan praktik tertentu untuk me an untuk governance. Dalam menentukan
menuhi tuntutan profesionalisme (Lu et al., konten pelaporan, pedoman ini mensyarat
2015). Praktik pengungkapan lingkung an kan perusahaan untuk melibatkan para
perusahaan merupakan luaran dari tekanan stakeholder dan menjelaskan bagaimana
tersebut dalam rangka merespon tekanan perusahaan menanggapi ekspektasi me
stakeholder, praktik organisasi lain, dan reka. Selain itu, perusahaan juga diharap
profesionalisme. kan untuk menyajikan kinerja perusahaan
Praktik pengungkapan pertanggung yang mencakup kinerja ekonomi, sosial, dan
jawaban lingkungan pada umumnya dimo lingkungan.
tivasi oleh pemeliharaan dan peningkatan Penelitian ini fokus pada upaya untuk
kontrak sosial yang telah diperoleh. Untuk mencari tahu tingkat praktik pengungkap
mencapai ini perusahaan harus menyelaras an kategori lingkungan dan alasan di balik
kan nilai perusahaan dengan nilai dari para pengungkapan. Kategori lingkungan da
stakeholder. Kegagalan dalam proses ini lam GRI terdiri dari 12 aspek pengungkap
akan berdampak pada pencabutan kontrak an lingkungan dengan penjelasan singkat
sosial yang telah diberikan ke perusahaan. sebagai berikut. Pertama adalah material,
Ini menunjukan bahwa keberlangsungan yang menitikberatkan pada pelaporan mate
perusahaan ditentukan oleh persepsi dari rial terbarukan, tidak terbarukan, dan daur
masyarakat luas. Jika perusahaan dianggap ulang, yang digunakan dalam produksi.
melanggar kontrak sosial dan masyarakat Energi, yang mencakup sumber dan inten
tidak puas karena perusahaan beroperasi sitas penggunaan energi beserta penguran
dengan tidak benar maka perusahaan akan gannya. Air, yang melaporkan jumlah peng
diminta untuk berhenti beroperasi. Oleh ambilan air, daur ulang, dan dampaknya.
karena itu, perusahaan perlu untuk me Keanekaragaman hayati, yang menjelaskan
mahami nilai stakeholder dan perusahaan dampak keberadaan perusahaan pada eko
menyesuaikan nilainya untuk memperta sistem flora dan fauna. Emisi, yang berisi
hankan dan meningkatkan legitimasi (Dee indikator terkait gas rumah kaca. Efluen
gan, 2019; Parker et al., 2015). dan limbah, yang berisi jumlah limbah dan
Pedoman pengungkapan pertanggung tumpahan yang dihasilkan. Produk dan
jawaban lingkungan. Pemerintah Indonesia jasa, menekankan pada mitigasi produk dan
telah mensyaratkan perusahaan-perusa jasa terhadap lingkungan. Kepatuhan, me
haan di Indonesia untuk memiliki aktivitas nilai sanksi moneter dan nonmoneter dari
tanggung jawab perusahaan dan dilaporkan ketidakpatuhan. Transportasi, menitikbe
kepada publik seperti yang diatur dalam Un ratkan pada dampak lingkungan dari aktivi
Wicaksono, Amelia, Zulvina, Rachmadani, Membangun Citra Positif Perusahaan melalui... 33
Keterangan:
1
Total perusahaan yang mengungkapkan setiap aspek lingkungan di tahun 2018.
2
Frekuensi dibagi total perusahaan yang diteliti yaitu 62 perusahaan dikali 100%.
tas pengangkutan. Lain-lain, berisi tentang perti energi yang terbarukan maupun tidak
pengeluaran dan investasi lingkungan. Ases terbarukan. Selain itu, perusahaan diminta
men pemasok terhadap lingkungan menca untuk melaporkan pengurangan konsumsi
kup pertanggungjawaban lingkungan pada energi dalam satu periode.
proses rantai pasokan. Terakhir adalah me Energi diketahui sebagai sumber tena
kanisme pengaduan lingkungan yang me ga untuk proses operasional dan produksi
rupakan pelaporan atas jumlah pengaduan suatu perusahaan (Warren & Jack, 2018).
lingkungan dan penanganannya. Energi pada umumnya berasal dari ener
Kategori lingkungan yang paling gi fosil seperti batu bara dan minyak bumi
banyak diungkapkan. Pembahasan dimu yang diperoleh melalui aktivitas pertam
lai dengan melihat frekuensi kategori dari bangan. Selain itu, pemanfaatan energi fosil
aspek lingkungan yang diungkapkan dan juga berkontribusi pada penambahan emisi
mencari alasan yang mungkin dari aspek karbon di udara. Hal ini memperlihatkan
lingkungan yang dominan dilakukan oleh bahwa energi menjadi aspek yang dapat
perusahaan. Tabel 1 menyajikan perusa dikatakan sangat sensitif karena dari proses
haan yang melakukan pengungkapan pada perolehan hingga pemanfaatannya memiliki
setiap aspek lingkungan yang ada di GRI. dampak yang serius terhadap lingkungan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian be Perolehan energi dari proses pertambangan
sar perusahaan telah melakukan pengung mengancam bentang alam bumi dan peman
kapan lingkungan pada aspek-aspek sensitif faatannya menghasilkan emisi karbon yang
yang memberikan dampak nyata terhadap mengancam manusia melalui penurunan
kerusakan lingkungan. Energi merupakan kualitas udara (Xue, 2020). Selain itu, energi
aspek yang paling banyak diungkapkan oleh dari fosil merupakan energi tidak terbaru
perusahaan yang diikuti oleh tumpahan dan kan yang berarti ketersediaannya terancam
limbah, air, dan emisi. Fakta ini menunjuk bahkan dimungkinkan terjadi kelangkaan.
kan bahwa perusahaan-perusahaan di Indo Alasan lain yang mungkin dalam peng
nesia telah memikirkan dan mengimplemen ungkapan energi adalah adanya dorongan
tasikan manajemen energi sebagai upaya dari Pemerintah melalui Peraturan Pemerin
untuk konservasi terutama pada energi ter tah No. 70 Tahun 2009. Peraturan tersebut
barukan. Pedoman GRI pada aspek energi meminta semua pihak turut aktif melaku
mensyaratkan perusahaan untuk mengung kan konservasi energi mulai dari pemerintah
kapkan jumlah energi yang dikonsumsi se pusat, pemerintah daerah provinsi, peme
34 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45
sensitivitas rendah. Hal ini karena setiap pe Indonesia dengan adanya Undang-Undang
rusahaan menggunakan air dalam jumlah No. 40 Tahun 2007 dan Peraturan OJK No.
yang besar sehingga perusahaan merupakan 51/POJK.03/2017 mendorong perusahaan
salah satu kontributor yang mempercepat untuk memiliki program dan aktivitas CSR
kelangkaan air. bahkan hingga ke pengungkapan ataupun
Perbandingan pengungkapan peru- laporan CSR. Ini mengindikasikan bahwa
sahaan dengan kepemilikan pemerintah pengungkapan dan pelaporan CSR tidak se
dengan nonkepemilikan pemerintah. Pe mata-mata bergantung pada ada tidaknya
nelitian sebelumnya telah melakukan peng kepemilikan pemerintah sebagai pemegang
ujian yang dilakukan untuk memahami saham. Pengungkapan dan pelaporan CSR
pengaruh kepemilikan pemerintah terha menjadi media komunikasi antara perusa
dap pengungkapan lingkungan ataupun so haan dengan semua stakeholder-nya (Xue,
sial. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 2020).
inkonsistensi hubungan antara kedua vari Hasil perbandingan berdasarkan pe
abel tersebut. Jika demikian, meninggalkan ngategorian sampel ke dalam dua kelompok
sebuah kebingungan bagaimana sebenarnya berdasarkan ada tidaknya kepemilikan pe
keberadaan pemerintah sebagai pemegang merintah (Tabel 2) menunjukkan bahwa se
saham, apakah memberikan pengaruh ter cara umum tidak ada kelompok yang men
hadap pengungkapan atau tidak. Penelitian dominasi pada semua aspek pengungkapan
He & Loftus (2014) misalnya, menemukan lingkungan. Perusahaan tanpa kepemilikan
bahwa adanya kepemilikan pemerintah pemerintah lebih banyak melakukan peng
mendorong adanya pengungkapan. Temuan ungkapan pada aspek bahan, keanekara
ini dapat mengisyaratkan bahwa pengung gaman hayati, tumpahan dan limbah, trans
kapan cenderung dominan dilakukan oleh portasi, asesmen pemasok atas lingkungan,
perusahaan dengan kepemilikan peme dan pengaduan lingkungan. Sementara itu,
rintah sedangkan nonkepemilikan peme perusahaan dengan kepemilikan pemerintah
rintah tidak melakukan pengungkapan. Di lebih banyak mengungkapkan aspek energi,
36 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45
air, emisi, produk dan jasa, dan kepatuh Pengungkapan dari aspek penggunaan
an. Hal ini disebabkan setiap perusahaan sumber daya alam dan kepatuhan adalah
bebas untuk memilih aspek apa yang akan wajar adanya. Perusahaan dengan kepemi
diungkapkan. Mengacu kepada stakehold- likan pemerintah tentu akan melakukan
er theory, perusahaan tidak wajib untuk pengungkapan pada aspek tersebut karena
melakukan pengungkapan pada semua as pemerintah memiliki peraturan-peraturan
pek melainkan mengungkapkan pada aspek tanggung jawab lingkungan (Undang-Un
yang dipandang perlu khususnya memenuhi dang No. 40 Tahun 2007, Peraturan OJK No.
kebutuhan informasi dari stakeholder pri 51/POJK.03/2017, Peraturan Pemerintah
mer. No. 70 Tahun 2009) dan semangat keber
Melihat hasil perbandingan lanjutan melalui 3R (reduce, reuse, recycle).
pengungkapan pada Tabel 2, penelitian ini Meskipun semangat 3R ditekankan untuk
berargumen bahwa adanya kepemilikan pe menekan jumlah sampah tetapi juga me
merintah tidak selalu menjadi pendorong lingkupi aspek penggunaan sumber daya
pengungkapan lingkungan. Faktanya, peru yang harus diminimalkan untuk menjaga
sahaan tanpa kepemilikan pemerintah tetap ketersediaan sumber daya alam sekaligus
melakukan pengungkapan lingkungan. Na perlindungan lingkungan. Selain itu, pe
mun, melihat secara rinci setiap aspek dari rusahaan dengan kepemilikan pemerintah
pengungkapan lingkungan, perusahaan lebih aktif untuk melakukan pengungkapan
dengan kepemilikan pemerintah cenderung dalam aspek kepatuhan. Aspek kepatuhan
memiliki perilaku untuk mempertahankan memiliki makna seberapa jauh perusahaan
nama baik (image) perusahaan. Memperta patuh terhadap regulasi lingkungan. Peru
hankan nama baik perusahaan tidak sela sahaan dengan kepemilikan ke pemerintah
lu dengan melakukan pengungkapan seba mengungkapkan aspek ini lebih banyak
nyak-banyaknya tetapi juga dapat dilakukan karena ingin menunjukkan bahwa perusa
dengan tidak melakukan pengungkapan. Pe haan telah patuh terhadap peraturan. Selain
rusahaan akan melakukan pengungkapan itu, pengungkapan aspek ini juga menunjuk
ketika ingin mendapatkan reaksi positif dari kan bahwa pemerintah sebagai pemegang
stakeholder khususnya ketika stakeholder saham telah memainkan perannya dengan
diterpa isu negatif tentang lingkungan (Islam baik untuk membawa perusahaan melaku
& Islam, 2011; Rangkuti et al, 2019). Di sisi kan pertanggungjawaban seperti apa yang
lain, perusahaan dengan performa lingkung telah diatur sendiri oleh pemerintah.
an yang buruk cen derung akan menutupi Biasanya perusahaan dengan kepemi
sehingga pengungkapan tidak dilakukan. likan pemerintah berada dalam penga
Penelitian ini kemudian berargumen wasan dan tekanan dari stakehlolder yang
bahwa adanya kepemilikan saham dari pe terdampak baik langsung maupun tidak
merintah di dalam sebuah perusahaan langsung. Perusahaan yang dimiliki oleh pe
mempengaruhi perilaku manajemen untuk merintah diketahui lebih banyak mengung
melakukan dan tidak melakukan pengung kapkan pada kategori energi dan air yang
kapan lingkungan. Pada umumnya pemerin mana dampak negatif perusahaan dari dua
tah memiliki kendali untuk mengatur mana kategori tersebut sangat dekat kaitannya
jemen perusahaan karena besarnya jumlah dengan masyarakat. Kedua kategori tersebut
saham yang dimiliki dan tergolong sebagai merupakan sumbar daya yang sudah seha
pemegang saham pengendali. Hal ini jelas rusnya dikendalikan oleh pemerintah un
bahwa pengungkapan yang dilakukan pe tuk kesejahteraan masyarakat luas. Melalui
rusahaan merefleksikan wajah pemerintah pengungkapan perusahaan secara tidak
yang sewajarnya mendukung keberlanjut langsung mencerminkan muka pemerintah
an lingkungan melalui berbagai program. untuk mengendalikan pemanfaatan dan
Fakta dari Tabel 2 perusahaan dengan ketersediaan sumber daya tersebut. Energi
kepemilikan pemerintah lebih banyak me dianggap sebagai sumber daya yang dihasil
ngungkapkan pada pemanfaatan sumber kan dari proses pertambangan yang diketa
daya alam (energi, air, emisi) dan kepatuhan hui memberikan dampak negatif terhadap
(terhadap regulasi). Di sisi lain, perusahaan bumi dan masyarakat di samping belum
dengan kepemilikan pemerintah cenderung maksimalnya produksi energi dari bahan
diam ketika diminta untuk melakukan peng yang ramah lingkungan. Pemerintah sebagai
ungkapan mengenai asesmen pemasok dan penjamin dan bertanggung jawab atas hal
keluhan. ini mendorong perusahaan untuk melaku
Wicaksono, Amelia, Zulvina, Rachmadani, Membangun Citra Positif Perusahaan melalui... 37
Keterangan:
1
NKA adalah perusahaan tanpa adanya kepemilikan asing sebagai pemegang saham.
2
KA adalah perusahaan dengan adanya kepemlikan pemerintah asing pemegang saham.
3
Frekuensi pengungkapan aspek lingkungan dari NKA (n=40) dan KA (n=22).
4
Perbandingan diterapkan untuk mengukur tingkat pengungkapan dengan membuat
persepsi kesetaraan jumlah perusahaan di setiap kelompok. Frekuensi NKA sebagai dasar
sehingga nilai perbandingan NKA sama dengan frekuensinya, sedangkan nilai perbanding-
an KA diperoleh dari frekuensi KA dikali 1,8.
standar CSR dan pengungkapan yang ting terhadap sosial dan lingkungan sehingga
gi akan memberikan perhatian yang lebih pertanggungjawaban terhadap energi harus
terhadap CSR dan pengungkapan. Dyck et dilakukan pertama kali. Selain itu, temuan
al. (2019) berargumentasi bahwa pemegang ini memberikan gambaran bahwa isu ener
saham asing akan menanamkan norma so gi ini merupakan isu global karena kontri
sial yang diyakininya ke perusahaan luar businya dalam menghasilkan berbagai ma
negeri mereka melakukan investasi. Hal ini cam kerusakan lingkungan dan ancaman
mengindikasikan bahwa pemegang a sing bagi masyarakat. Pemegang saham asing
dari negara yang memiliki norma sosial ting menyadari dampak negatif dari penggunaan
gi akan memberikan pengaruh kepada per energi terutama yang bersumber dari fo
forma sosial dan lingkungan perusahaan sil dan hasil tambang sehingga perusahaan
ketika investor asing tersebut berasal dari perlu untuk mengelola pemanfaatan energi
negara yang menjunjung tinggi isu sosial dan dalam proses bisnis perusahaan. Ancaman
lingkungan. Oh et al. (2011) menambahkan yang nyata dari pemanfaatan energi adalah
bahwa gaya praktik manajemen barat (West- adanya pemanasan global yang mengubah
ern-style management practices) memiliki iklim bumi dan telah menjadi perhatian dari
tingkat CSR lebih tinggi yang diimplementa masyarakat global. Pemanfaatan atas ener
sikan di perusahaan di Asia. Perusahaan di gi ini juga tidak terlepas dari emisi yang
Indonesia, berdasarkan Tabel 3, mengung merupakan residu dari penggunaan energi
kapkan lebih banyak aspek lingkungan un yang berkontribusi pada perubahan iklim.
tuk menyelaraskan nilai perusahaan dengan Isu emisi juga mendapatkan perhatian dari
nilai pemegang saham asing yang memiliki pemegang saham asing yang ditunjukkan
standar CSR dan pengungkapan yang tinggi. dengan tingginya pengungkapan emisi oleh
Permintaan pengungkapan yang lebih perusahaan dengan kepemilikan asing.
dari pemegang saham asing beralasan kare Perusahaan nonkepemilikan asing
na mereka membutuhkan informasi untuk mengungkapkan lebih banyak pertanggung
mengurangi potensi terjadi asimetri informa jawaban air daripada perusahaan kepemi
si antara perusahaan dengan investor asing likan asing. Hal ini mengisyaratkan bahwa
(Dhaliwal et al., 2011) karena merupakan terjadi pemisahan konsentrasi pengungkap
bentuk transparansi perusahaan. Pemegang an pertanggungjawaban antara perusahaan
saham asing membutuhkan pengungkapan kepemilikan dan nonkepemilikan asing. Pe
itu untuk membantu melihat prospek pe rusahaan nonkepemilikan asing lebih me
rusahaan di masa depan. Kemudian, peng nekankan kategori pertanggungjawaban
ungkapan digunakan untuk membantu in yang dekat dengan masyarakat misalnya
vestor asing dalam kegiatan pengawasan air. Air diketahui sebagai kebutuhan dasar
perusahaan. Permintaan pengungkapan untuk kehidupan masyarakat sehingga per
yang lebih tinggi oleh investor asing karena tanggungjawaban terhadap air dapat dika
adanya kesulitan dan biaya yang lebih tinggi takan tepat untuk menunjukkan kepedulian
untuk memperoleh informasi karena jarak le perusahaan terhadap masyarakat bahkan
tak geografis (Cai et al., 2019). Pengungkap stakeholder-nya dalam ruang lingkup yang
an perusahaan juga dijadikan dasar untuk lebih luas.
pembuatan keputusan peningkatan jumlah Perbandingan pengungkapan perusa-
investasi dari investor asing (Elberry & Hus haan dengan operasi internasional dengan
sainey, 2020; Zhong & Gao, 2017). Keun nonoperasi internasional. Untuk menam
tungan untuk perusahaan adalah tingginya bah pangsa pasar dan memaksimalkan laba,
permintaan pengungkapan oleh pemegang perusahaan memutuskan untuk beroperasi
saham asing dapat memberikan tambahan secara internasional. Dampak dari interna
peluang dalam menarik investor asing atau sionalisasi ini adalah perusahaan memili
pun domestik (Yu & Zheng, 2020) yang tentu ki stakeholder yang lebih luas tidak hanya
berdampak semakin tingginya permintaan dari negara asal perusahaan tersebut tetapi
informasi dan pengungkapan. juga stakeholder dari negara lain tempat pe
Perusahaan dengan kepemilikan asing rusahaan beroperasi. Hal ini memberikan
melakukan lebih banyak pengungkapan tekanan lebih banyak ke perusahaan un
pada aspek energi. Fakta ini menunjukan tuk menampilkan aktivitas CSR dan peng
bahwa pemegang saham asing mengang ungkapannya. Cahaya et al. (2017) dengan
gap bahwa isu energi adalah isu yang paling menggunakan sampel perusahaan di In
penting yang memberikan dampak nega tif donesia menemukan bahwa perusahaan
40 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45
Keterangan:
1
NOI adalah perusahaan tanpa adanya operasi internasional.
2
OI adalah perusahaan dengan adanya operasi internasional.
3
Frekuensi pengungkapan aspek lingkungan dari NOI (n=34) dan OI (n=28).
4
Perbandingan diterapkan untuk mengukur tingkat pengungkapan dengan membuat
persepsi kesetaraan jumlah perusahaan di setiap kelompok. Frekuensi NOI sebagai dasar
sehingga nilai perbandingan NOI sama dengan frekuensinya, sedangkan nilai perbanding-
an OI diperoleh dari frekuensi OI dikali 1,2.
hulu, perusahaan Indonesia dengan operasi ke dalam perusahaan. Pada aspek operasi
internasional juga merasakan hal yang sama internasional, perusahaan de ngan operasi
yaitu perusahaan harus mengikuti peratur internasional mengungkapkan lebih banyak
an atau regulasi setempat dan menyelaras aspek daripada yang tidak. Hal ini disebab
kan nilai dengan budaya negara operasi. kan perusahaan mendapatkan tekanan dari
Pengungkapan lingkungan dianggap sebagai stakeholder yang lebih luas tidak hanya dari
pemenuhan etika yang harus dilakukan pe negara asal tetapi juga dari negara tempat
rusahaan harus untuk melakukannya. operasi. Perusahaan, dengan demikian,
memiliki jumlah stakeholder yang lebih ba
SIMPULAN nyak dan luas se hingga permin taan infor
Penelitian ini menemukan bahwa pe masi akan bervariasi. Selain itu, perusahaan
rusahaan dengan kepemilikan pemerintah juga harus mengikuti peraturan, nilai, dan
cenderung mengungkapkan aspek yang budaya negara operasi untuk mempertahan
sensitif untuk bertanggung jawab pada lan legitimasinya di arena internasional.
dampak lingkungan dari operasional pe
rusahaan. Selain itu, perusahaan dengan UCAPAN TERIMA KASIH
kepemilikan pemerintah lebih banyak meng Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
ungkapkan aspek kepatuhan karena peru editor dan reviewer atas koentar dan saran
sahaan mencerminkan pemerintah yang yang sangat bernilai untuk meningkatkan
sudah seharusnya patuh terhadap regulasi kualitas artikel ini.
dari pemerintah itu sendiri. Di sisi lain, pe
rusahaan kepemilikan pemerintah menu DAFTAR RUJUKAN
tupi aspek pengungkapan yang dianggap Adler, R., Mansi, & Pandey, R. (2018). Bio
buruk yang merefleksikan performa buruk diversity and Threatened Species Re
dari perusahaan dan pemerintah sebagai pi porting by the Top Fortune Global
hak yang berpengaruh di perusahaan. Peng Companies. Accounting, Auditing and
ungkapan pada aspek asesmen pemasok Accountability Journal, 31(3), 787–825.
atas lingkungan tidak banyak dilakukan https://doi.org/10.1108/AAAJ-03-
karena perusahaan mungkin tidak memiliki 2016-2490
pemasok lain. Fenomena ini dapat menim Amos, G. J. (2018). Researching Corpo
bulkan kecurigaan pada proses pemilihan rate Social Responsibility in Develop
pemasok yang mungkin didasari adanya ing-Countries Context: A Systematic
motif keuntungan ekonomi bahkan kemung Review of the Literature. International
kinan adanya kecurangan. Pengungkapan Journal of Law and Management, 60(2),
keluhan lingkungan tidak dilakukan karena 284-310. https://doi.org/10.1108/IJL
menunjukkan performa yang buruk dari pe MA-04-2017-0093
rusahaan yang secara tidak langsung juga Bachmann, P., & Ingenhoff, D. (2016). Le
menggambarkan image negatif pemerintah gitimacy through CSR Disclosures?
sebagai pemegang saham. The Advantage Outweighs the Disad
Perbandingan pada perusahaan dengan vantages. Public Relations Review, 42,
kepemilikan asing dan operasi internasion 386–394. https://doi.org/10.1016/j.
al memberikan hasil yang sejalan de ngan pubrev.2016.02.008
penelitian sebelumnya bahwa keduanya Bella, V. D., & Al-Fayoumi, N. (2016). Percep
memberikan dampak positif pada tingkat tion of Stakeholders on Corporate So
pengungkapan. Perusahaan dengan kepemi cial Responsibility of Islamic Banks in
likan asing melakukan pengungkapan lebih Jordan. EuroMed Journal of Business,
banyak daripada perusahaan tanpa kepemi 11(1), 30-56. https://doi.org/10.1108/
likan asing. Hal ini disebabkan investor EMJB-01-2015-0003
asin
g meminta pengungkapan lebih ba Bendell, J., Miller, A., & Wortmann, K.
nyak karena kurangnya kemampuan untuk (2011). Public Policies for Scaling Cor
meng awasi perusahaan dan ketidakmam porate Responsibility Standards: Ex
puan mengawasi perusahaan akibat per panding Collaborative Governance for
bedaan letak geografis. Selain itu, investor Sustainable Development. Sustainabi
asing cenderung memiliki komitmen pada lity Accounting, Management and Poli-
aspek sosial dan lingkungan karena nilai cy Journal, 2(2), 263-293. https://doi.
dan budaya dari investor asing ditanamkan org/10.1108/20408021111185411
42 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45
Cahaya, F. R., Porter, S., Tower, G., & Organizational Fields. American Socio-
Brown, A. (2015). The Indonesian Go logical Review, 48(2), 147–160. https://
vernment’s Coercive Pressure on La doi.org/10.2307/2095101
bour Disclosures: Conflicting Interests Dobbs, S., & Staden, C. V. (2016). Motiva
or Government Ambivalence? Sustain- tions for Corporate Social and Envi
ability Accounting, Management and Po ronmental Reporting: New Zealand
licy Journal, 6(4), 475–497. https://doi. Evidence. Sustainability Accounting,
org/10.1108/SAMPJ-09-2014-0051 Management and Policy Journal, 7(3),
Cahaya, F. R., Porter, S., Tower, G., & Brown, 449-472. https://doi.org/10.1108/
A. (2017). Coercive Pressures on Occu SAMPJ-08-2015-0070
pational Health and Safety Disclosures. Dosinta, N. F., & Brata, H. (2020). Politik
Journal of Accounting in Emerging Penamaan dalam Pelaporan Korpo
Economies, 7(3), 318–336. https://doi. rat Pascaimplementasi Integrated Re
org/10.1108/jaee-04-2015-0032 porting. Jurnal Akuntansi Multipara-
Cai, W., Lee, E., Xu, A. L., & Zeng, C. C. digma, 11(1), 138-158. https://doi.
(2019). Does Corporate Social Respon org/10.21776/ub.jamal.2020.11.1.09
sibility Disclosure Reduce the Informa Dyck, I. J. A., Lins, K. V., Roth, L., & Wag
tion Disadvantage of Foreign Investors? ner, H. F. (2019). Do Institutional In
Journal of International Accounting, vestors Drive Corporate Social Re
Auditing and Taxation, 34, 12–29. sponsibility? International Evidence.
https://doi.org/10.1016/j.intaccaud Journal of Financial Economics, 131(3),
tax.2019.02.001 693–714. https://doi.org/10.2139/
Christ, K. L. (2014). Water Management Ac ssrn.2708589
counting and the Wine Supply Chain: Elberry, N., & Hussainey, K. (2020). Does
Empirical Evidence from Austra Corporate Investment Efficiency Affect
lia. British Accounting Review, 46(4), Corporate Disclosure Practices? Journal
379–396. https://doi.org/10.1016/j. of Applied Accounting Research, 21(2),
bar.2014.10.003 309–327. https://doi.org/10.1108/
Clarkson, M. B. E. (1995). A Stakehold JAAR-03-2019-0045
er Framework for Analyzing and Felix, R., Hinsch, C., Rauschnabel, P. A.,
Evaluating Corporate Social Perfor & Schlegelmilch, B. B. (2018). Reli
mance. The Academy of Management giousness and Environmental Con
Review, 20(1), 92–117. https://doi. cern: A Multilevel and Multi-Country
org/10.2307/258888 Analysis of the Role of Life Satisfaction
Comyns, B. (2018). Climate Change Report and Indulgence. Journal of Business
ing and Multinational Companies: In Research, 91, 304–312. https://doi.
sights from Institutional Theory and In org/10.1016/j.jbusres.2018.06.017
ternational Business. Accounting Forum, Finke, T., Gilchrist, A., & Mouzas, S. (2016).
42, 65–77. https://doi.org/10.1016/j. Why Companies Fail to Respond to Cli
accfor.2017.07.003 mate Change: Collective Inaction as
Deegan, C. M. (2019). Legitimacy Theory: De an Outcome of Barriers to Interaction.
spite its Enduring Popularity and Con Industrial Marketing Management, 58,
tribution, Time is Right For a Necessary 94–101. https://doi.org/10.1016/j.
Makeover. Accounting, Auditing & Ac- indmarman.2016.05.018
countability Journal, 32(8), 2307–2329. Fogel, D. S., & Palmer, J. E. (2014). Water as
https://doi.org/10.1108/AAAJ-08- a Corporate Resource. Journal of Global
2018-3638 Responsibility, 5(1), 104–125. https://
Dhaliwal, D. S., Li, O. Z., Tsang, A., & Yang, doi.org/10.1108/jgr-02-2014-0007
Y. G. (2011). Voluntary Nonfinancial Garcia-Sanchez, I. M., Cuadrado-Balles
Disclosure and the Cost of Equity Cap teros, B., & Frias-Aceituno, J. V. (2016).
ital: The Initiation of Corporate Social Impact of the Institutional Macro Con
Responsibility Reporting. Accounting text on the Voluntary Disclosure of
Review, 86(1), 59–100. https://doi. CSR Information. Long Range Planning,
org/10.2308/accr.00000005 49, 15–35. https://doi.org/10.1016/j.
DiMaggio, P. J., & Powell, W. W. (1983). The lrp.2015.02.004
Iron Cage Revisited : Institutional Iso Gunawan, J. (2015). Corporate Social Disclo
morphism and Collective Rationality in sures in Indonesia: Stakeholders’ Influ
Wicaksono, Amelia, Zulvina, Rachmadani, Membangun Citra Positif Perusahaan melalui... 43
ence and Motivation. Social Responsi- Iyer, G. R., & Jarvis, L. (2019). CSR Adop
bility Journal, 11(3), 535–552. https:// tion in the Multinational Hospitality
doi.org/10.1108/SRJ-04-2014-0048 Context: A Review of Representative
Hafez, M. (2018). Measuring the Impact of Research and Avenues for Future Re
Corporate Social Responsibility Prac search. International Journal of Contem-
tices on Brand Equity in the Banking porary Hospitality Management, 31(6),
Industry in Bangladesh: The Medi 2376-2393. https://doi.org/10.1108/
ating Effect of Corporate Image and IJCHM-06-2018-0451
Brand Awareness. International Jour- Kanyama, A. C., Kanyama, K. C., Wester, M.,
nal of Bank Marketing, 36(5), 806–822. Snickare, L., & Söderberg, I. L. (2018).
https://doi.org/10.1108/IJBM-04- Climate Change Mitigation Efforts
2017-0072 Among Transportation and Manufac
Hazelton, J. (2013). Accounting as a Human turing Companies: The Current State
Right: The Case of Water Information. of Efforts in Sweden According to Avail
Accounting, Auditing & Accountability able Documentation. Journal of Cleaner
Journal, 26(2), 267–311. https://doi. Production, 196, 588–593. https://doi.
org/10.1108/09513571311303738 org/10.1016/j.jclepro.2018.06.007
He, C., & Loftus, J. (2014). Does Environ Lauesen, L. M. (2016). CSR Maturity and
mental Reporting Reflect Environmen Motivation in the Water Sector. Social
tal Performance? Evidence from Chi Responsibility Journal, 12(3), 506-522.
na. Pacific Accounting Review, 26(1–2), https://doi.org/10.1108/SRJ-05-
134–154. https://doi.org/10.1108/ 2015-0063
PAR-07-2013-0073 Liesen, A., Hoepner, A. G., Patten, D. M., &
Heniwati, E., & Asni, N. (2019). Intrinsic Figge, F. (2015). Does Stakeholder Pres
Value dari Pelaporan Keanekaragaman sure Influence Corporate GHG Emis
Hayati. Jurnal Akuntansi Multipara- sions Reporting? Empirical Evidence
digma, 10(2), 207-226. https://doi. from Europe. Accounting, Auditing and
org/10.18202/jamal.2019.08.10012 Accountability Journal, 28(7), 1047–
Hossain, M. M., & Alam, M. (2016). Corpo 1074. https://doi.org/10.1108/AAAJ-
rate Social Reporting (CSR) and Stake 12-2013-1547
holder Accountability in Bangladesh: Lock, I., & Schulz-Knappe, C. (2019). Credible
Perceptions of Less Economically Po Corporate Social Responsibility (CSR)
werful Stakeholders. International Jour- Communication Predicts Legitimacy:
nal of Accounting & Information Ma Evidence from an Experimental Study.
nagement, 24(4), 415-442. https://doi. Corporate Communications: An Interna-
org/10.1108/IJAIM-05-2016-0064 tional Journal, 24(1), 2-20. https://doi.
Ijabadeniyi, A., & Govender, J. P. (2019). org/10.1108/CCIJ-07-2018-0071
Coerced CSR: Lessons from Consumer Louie, J., Ahmed, K., & Ji, X. D. (2019). Vol
Values and Purchasing Behavior. Cor- untary Disclosures Practices of Family
porate Communications: An Internation- Firms in Australia. Accounting Research
al Journal, 24(3), 515-531. https://doi. Journal, 32(2), 273–294. https://doi.
org/10.1108/CCIJ-10-2018-0110 org/10.1108/ARJ-04-2016-0042
Islam, M. A., & Islam, M. A. (2011). Envi Lu, Y., & Abeysekera, I. (2014). Stakeholders’
ronmental Incidents in a Developing Power, Corporate Characteristics, and
Country and Corporate Environmen Social And Environmental Disclosure:
tal Disclosures. Society and Business Evidence from China. Journal of Clean-
Review, 6(3), 229–248. https://doi. er Production, 64, 426–436. https://doi.
org/10.1108/17465681111170984 org/10.1016/j.jclepro.2013.10.005
Ismail, A. H., Rahman, A. A., & Hezabr, A. A. Lu, Y., Abeysekera, I., & Cortese, C. (2015).
(2018). Determinants of Corporate En Corporate Social Responsibility Re
vironmental Disclosure Quality of Oil porting Quality, Board Characteristics
and Gas Industry in Developing Coun and Corporate Social Reputation: Ev
tries. International Journal of Ethics and idence from China. Pacific Accounting
Systems, 34(4), 527-563. https://doi. Review, 27(1), 95-118. https://doi.
org/10.1108/IJOES-03-2018-0042 org/10.1108/PAR-10-2012-0053
44 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45