Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2021, 12(1), 27-45

MEMBANGUN CITRA POSITIF PERUSAHAAN MELALUI PENGUNGKAP­AN


LINGKUNGAN
1
Aditya Pandu Wicaksono, 2Rizky Windar Amelia, 3Desi Zulvina, 4Wulan Suci Rachmadani
1
Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang No.Km. 14,5, Yogyakarta 55584
2
Universitas Widya Dharma, Jl. Ki Hajar Dewantoro No.Desa, Klaten 57438
3
Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami No.36, Surakarta 57126
4
Universitas Negeri Semarang, Sekaran, Semarang 50229
Surel: aditya.pandu@uii.ac.id

Volume 12 Abstrak - Membangun Citra Positif Perusahaan melalui Pengungkap­


Nomor 1
Halaman 450-478
an Lingkungan
Malang, April 20201 Tujuan Utama - Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat
ISSN 2086-7603 pengungkapan lingkungan berdasarkan pada tiga skenario penelitian
e-ISSN 2089-5879 yaitu kepemilikan pemerintah, asing, dan operasi internasional.
Metode - Penelitian ini menerapkan metode deskriptif kualitatif dengan
Tanggal Masuk: membandingkan frekuensi pengungkapan lingkungan perusahaan di In­
29 November 2020 donesia. Tingkat pengungkapan lingkungan diukur menggunakan kate­
Tanggal Revisi: gori GRI.
24 Maret 2021 Temuan Utama - Penelitian ini menemukan bahwa adanya kepemilikan
Tanggal Diterima: pemerintah mendorong pengungkapan pada aspek lingkungan tertentu
30 April 2021 terutama pada aspek yang memberikan dampak citra positif perusa­
haan. Perusahaan dengan kepemilikan asing mengungkapkan aspek
lingkungan lebih banyak daripada yang tidak. Perusahaan dengan ope­
Kata kunci: rasi internasional mengungkapkan aspek lingkungan lebih banyak kare­
na perusahaan memiliki ruang lingkup stakeholder yang lebih luas.
kepemilikan asing, Implikasi Teori dan Kebijakan - Penelitian ini memberikan fakta bah­
kepemilikan pemerintah, wa ruang lingkup stakeholder yang luas menghasilkan pengungkapan
operasi internasional, lingkungan lebih banyak. Perusahaan perlu memahami kategori peng­
pengungkapan ungkapan yang diminta stakeholder.
lingkungan Kebaruan Penelitian - Penelitian ini menggunakan tiga skenario peneli­
tian mengenai pengungkapan lingkungan.
Mengutip ini sebagai: Abstract - Building Corporate Positive Image through Environmen-
Wicaksno, A. P., Ame­ tal Disclosure
lia, R. W., Zulvina, D., Main Purpose - This research was conducted to compare environmental
& Rachmadani, W. S. disclosure level according to three scenarios namely government owner-
(2021). Membangun Ci­ ship, foreign ownership, and international operation.
tra Positif Perusahaan Method - This research applied qualitative descriptive method by compar-
melalui Pengungkapan ing the frequency of environmental disclosure of Indonesian companies.
Lingkungan. Jurnal Akun- The level of environmental disclosure was measured using GRI categories.
tansi Multiparadigma, 12 Main Findings - This research found that companies having government
(1), 27-45. https://doi. ownership disclosed more aspect than the other one especially positive-im-
org/10.21776/ub.ja­ age-generated aspects. Companies with foreign ownership have the high-
mal.2021.12.1.02 er frequency in almost all environmental disclosure aspects than others.
Internationally operation companies disclosed more environmental aspect
because of the broader scope of companies’ stakeholders.
Theory and Practical Implications - This research provided the fact
that broader scope of stakeholders resulted more aspects disclosed by
companies. Companies need to understand the category(es) that demand-
ed by stakeholders.
Novelty – This research used three research scenarios about environmen-
tal disclosure.

27
28 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45

Berbagai dampak negatif dari opera­ konsisten karena pengklasifikasian stake-


sional bisnis telah terlihat dengan nyata di holder tergantung pada kondisi perusahaan
bumi kita seperti perubahan iklim (Comyns, dan bahkan antarpeneliti berbeda. Gunawan
2018; Finke et al., 2016; Kanyama et al., (2015) berargumen bahwa tingkatan stake-
2018), terancamnya eksistensi keanekara­ holder berbeda sehingga perlu untuk diper­
gaman hayati (Adler et al., 2018; Wolff, et lakukan berbeda pula. Semua stakeholder
al., 2017; Heniwati & Asni, 2019), persoalan yang termasuk kelompok sekunder dapat
limbah (Siskawati & Susilawati, 2017), dan menekan perusahaan untuk melakukan pe­
ketersediaan air bersih (Molinos-Senante et. ngungkapan (Wicaksono & Kholid, 2019).
al., 2017; Walker et al., 2019). Hal ini menye­ Villiers & Alexander (2014) berargumen
babkan perusahaan mendapatkan perhatian shareholder memiliki kekuatan yang sangat
serius dari berbagai stakeholder. Semua tipe kuat untuk mampu mempengaruhi prosedur
stakeholder, baik primer maupun sekunder, dan kebijakan internal perusahaan terma­
memiliki kesempatan untuk menekan peru­ suk hal pengungkapan. Sejak isu struktur
sahaan melakukan aktivitas tanggung jawab kepemilikan dengan kuat mempengaruhi
tertentu (Hossain & Alam, 2016; Nyahas et pengungkapan perusahaan, peneliti menguji
al., 2018). Dampak dari itu legitimasi peru­ lebih detail berdasarkan subjek kepemilikan
sahaan sangat mudah terancam jika nilai saham perusahaan seperti kepemilikan pe­
perusahaan tidak sejalan dengan nilai stake- merintah (Ismail et al., 2018) dan kepemilikan
holder (Bachmann & Ingenhoff, 2016). Peru­ asing (He & Loftus, 2014). Logika yang men­
sahaan perlu untuk menyesuaikan bahkan dasari adalah perusahaan dengan kepemi­
memenuhi apa yang stakeholder harapkan. likan pemerintah akan melakukan pengung­
Pengungkapan lingkungan menjadi sarana kapan dalam rangka memenuhi regulasi dari
untuk memenuhi permintaan stakeholder pemerintah sebagai regulator (Cahaya et al.,
dan mengurangi asimetri informasi seiring 2017). Selain itu, dengan adanya kepemi­
meningkatnya perhatian pada dampak pe­ likan asing, perusahaan akan melakukan
rusahaan terhadap lingkungan (Louie et al., pengungkapan sebagai bentuk akuntabilitas
2019). Pengungkapan merupakan produk dan transparansi informasi karena adanya
dari akuntansi yang menjadi bagian dari hak perbedaan geografis (Cai et al., 2019; Parker
manusia untuk mendapatkan informasi atas et al., 2015). Peneliti kemudian menambah­
performa tanggung jawab perusahaan (Ha­ kan aspek operasi internasional sebagai ba­
zelton, 2013). gian dari tekanan karena perusahaan akan
Di Indonesia pengungkapan atas tang­ memiliki ruang lingkup stakeholder lebih
gung jawab telah diatur oleh pemerintah luas sehingga pengungkapan diperlukan un­
melalui Undang-Undang No 40 Tahun 2007. tuk mengikuti dan memenuhi standar dan
Namun, peraturan tersebut belum memiliki kriteria pengungkapan lingkungan di nega­
bentuk standar pengungkapan sehingga isi ra operasi (Ijabadeniyi & Govender, 2019).
pengungkapan masih dibiarkan dan bergan­ Operasi internasional perusahaan baik se­
tung sepenuhnya dengan kebijakan perusa­ cara langsung maupun tidak langsung akan
haan (Cahaya et al., 2015). Dengan kata lain, memberikan dampak terhadap pihak-pihak
perusahaan wajib melaporkan aktivitas ke­ di dalam negara tersebut dan menjadi stake-
berlanjutannya tetapi isi laporan bergantung holder perusahaan. Perusahaan kemudian
pada ketertarikan perusahaan. Di sisi lain, perlu untuk memperhatikan ekspektasi me­
setiap stakeholder memiliki kekuatan dan reka dan informasi yang dibutuhkan dalam
tujuan yang berbeda-beda sehingga memak­ rangka menjaga hubungan baik perusahaan
sa perusahaan untuk menyediakan infor­ dengan stakeholder dan mempertahankan
masi yang dibutuhkannya. Menurut positive legitimasi perusahaan untuk beroperasi di
stakeholder theory perusahaan mempriori­ negaranya.
taskan kewajiban pelayanan kepada stake- Bendell et al. (2011) menemukan bah­
holder dengan kekuatan (po­wer) lebih tinggi wa pemerintah mempengaruhi perusahaan
(Clarkson, 1995). Ethical stakeholder theory untuk melakukan pengungkapan sosial
menjelaskan bahwa perusahaan menye­ lingkungan. Lebih lanjut, Ijabadeniyi & Go­
diakan informasi kepada seluruh stake- vender (2019) menemukan bahwa perusa­
holder-nya meskipun mereka tidak meng­ haan dengan adanya kebergantungan de­
gunakan informasi yang telah diberikan ngan pemerintah cenderung lebih tertekan
(Bella & Al-Fayoumi, 2016; Dobbs & Staden, sehingga pengungkapan menjadi media
2016). Hal ini terkesan subjektif dan tidak untuk menjawab tekanan. Sayangnya Lu
Wicaksono, Amelia, Zulvina, Rachmadani, Membangun Citra Positif Perusahaan melalui... 29

& Abeysekera (2014) dan Rangkuti et al. tekanan stakeholder khususnya pemerintah
(2019) menemukan kepemilikan pemerintah dan asing sebagai shareholder terhadap pen­
bukanlah determinan utama dari pengung­ gungkapan lingkungan.
kapan yang dilakukan perusahaan. Dalam
konteks kepemilikan asing peneliti juga METODE
menemukan ketidakkonsistenan hasil me­ Penelitian ini mengaplikasikan metode
ngenai pengaruhnya terhadap pengungkap­ deskriptif kualitatif dengan membaca secara
an. He & Loftus (2014) menemukan bahwa cermat isi laporan keberlanjutan perusahaan
kepemilikan asing tidak memiliki hubung­ di Indonesia. Seperti tujuan penelitian ini
an dengan pengungkapan perusahaan. Is­ untuk menemukan fenomena di balik peng­
mail et al. (2018) menemukan hasil yang ungkapan lingkungan perusahaan, analisis
berlawan­ an yaitu kepemilikan asing me­ isi ini dilakukan untuk menemukan kategori
rupakan faktor yang mendorong pengung­ lingkungan apa yang paling banyak diung­
kapan karena semakin luasnya stakeholder kapkan oleh perusahaan. Kemudian kate­
yang memiliki keunikan yang berbeda. Ber­ gori tersebut dicatat dan ditampilkan secara
kaitan dengan temuan tersebut Cahaya et deskriptif untuk dianalisis dan mencari alas­
al. (2017) meng­uji operasi internasional ter­ an yang mungkin pada aspek yang banyak
hadap peng­ungkapan CSR dan menemukan dan sedikit diungkapkan. Oleh karena itu,
adanya pengaruh yang positif dan signifikan. penerapan metode kualitatif deskriptif ini
Ada­ nya inkonsistensi pengaruh tersebut tepat untuk digunakan karena menghasil­
menimbulkan dugaan bahwa perusahaan kan fakta mengenai tingkat pengungkapan
melakukan pengungkapan tidak pada semua lingkungan perusahaan.
aspek tetapi hanya berfokus pada kategori Preslmayer et al. (2018) berargumenta­
tertentu yang diharapkan oleh stakeholder. si bahwa tujuan penelitian deskriptif adalah
Untuk membuktikan dugaan itu, penelitian untuk meningkatkan keakuratan profil dari
ini dilakukan dengan cara mengupas secara kejadian, orang, dan situasi. Hal ini mung­
deskriptif pengungkapan lingkungan peru­ kin belum banyak ditangkap oleh penelitian
sahaan dengan membagi perusahaan sampel dengan metode kuantitatif dan kualitatif
menjadi dua berdasarkan pada ada tidaknya dengan pendekatan fenomenologi. Peneli­
kepemilikan pemerintah, kepemilikan asing, tian dengan metode kuantitatif menyediakan
dan operasi internasional. Setelah itu, mem­ prediksi hubungan antarvariabel diteliti
bandingkan pengungkapan dari dua kelom­ yang hasilnya berpotensi tidak konsisten
pok perusahaan pada tiga skenario tersebut antarpenelitian. Pada sisi yang lain, pene­
untuk menjawab pertanyaan di atas. litian dengan pendekatan kualitatif melalui
Penelitian ini bertujuan untuk menge­ feno­menologi membahas fenomena tertentu
tahui tingkat pengungkapan lingkungan secara mendalam, tetapi ruang lingkup pe­
perusahaan di Indonesia berdasarkan pada nelitian sempit dan hasilnya sulit untuk di­
tiga skenario di atas. Selain itu, penelitian ini generalisasikan (Amos, 20018; Iyer & Jarvis,
juga mencari tahu alasan di balik pengung­ 2019).
kapan dari aspek lingkungan yang dominan Penelitan ini menggunakan laporan
dilakukan perusahaan berdasarkan pada pe­ keberlanjutan (sustainability report) yang
doman GRI. Penelitian ini memberikan tiga tersedia di database Global Reporting pada
kontribusi penting pada literatur. Pertama, alamat website https://database.globalre­
penelitian ini memberikan fakta mengenai porting.org/search/. Laporan keberlanjutan
tingkat pengungkapan lingkungan perusa­ yang diambil adalah laporan dari seluruh
haan melalui proses komparasi perusahaan perusahaan Indonesia yang terdaftar di da­
berdasarkan pada kepemilikan pemerintah, tabase tersebut. Penelitian ini menggunakan
asing, dan beroperasi secara internasio­nal. lapor­an keberlanjutan tahun 2018 dengan
Kedua, penelitian ini memberikan bukti ten­ justifikasi bahwa laporan tersebut merupa­
tang kategori lingkungan apa yang paling kan yang terbaru dan telah dipublikasikan
sering diungkapkan oleh setiap kelompok oleh perusahaan. Dalam rangka menjaga
perusahaan berdasarkan pada tiga skena­ konsistensi, laporan keberlanjutan yang
rio tersebut. Ketiga, penelitian ini memban­ diteliti merupakan laporan yang disusun
tu untuk meredakan inkonsistensi hasil dengan pedoman dari Global Reporting Initia-
penelitian sebelumnya mengenai pengaruh tives Standard versi keempat (GRI 4) kare­
30 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45

na me­ rupakan panduan terbaru yang su­ kan. Penelitian ini juga mengabaikan porsi
dah ba­nyak diaplikasikan oleh perusahaan kepemilikan asing pada suatu perusahaan.
di dunia. GRI 4, pada kategori lingkungan, Keempat, peneliti mencari tahu apakah pe­
memiliki 12 aspek yang disarankan un­ rusahaan beroperasi secara internasional
tuk diungkapkan yaitu bahan, energi, air, atau tidak.
keaneka­ ragaman hayati, emisi, tumpahan Definisi operasi internasional meng­
dan limbah, produk dan jasa, kepatuhan, ikuti argumentasi dari Ijabadeniyi & Goven­
transportasi, asesmen lingkungan pada pe­ der (2019) yang menyebutkan bahwa peru­
masok, dan pengaduan masalah lingkungan. sahaan memiliki penjualan luar negeri, anak
Dari penerapan kriteria tersebut diper­ perusahaan di luar negeri, atau cabang di
oleh 62 perusahaan yang laporan keberlan­ luar negeri. Dalam proses menentukan oper­
jutannya menjadi objek penelitian. Kemu­ asi internasional perusahaan, penelitian ini
dian, penelitian dilakukan dalam beberapa tidak menggunakan kriteria batas minimum
tahapan. Pertama, peneliti membaca dengan pada jumlah penjualan luar negeri, anak pe­
sksama laporan keberlanjutan setiap perusa­ rusahaan luar negeri, maupun cabang luar
haan untuk menemukan aspek dari kategori negeri. Penelitian ini menggunakan opera­
lingkungan yang telah diungkapkan. Peneliti si internasional sebagai representatif dari
memberikan tanda (V) apabila perusahaan stakeholder luar negeri di mana perusahaan
mengungkapkan aspek lingkungan tertentu, beroperasi di luar negara asalnya.
sedangkan tanda (X) jika tidak melakukan Data tersebut kemudian dikelola baik
pengungkapan aspek tertentu. Data ini di­ secara keseluruhan maupun membagi pe­
peroleh dari halaman indeks GRI yang ada di rusahaan ke dalam dua kelompok berdasar­
bagian akhir laporan keberlanjutan perusa­ kan pada setiap skenario yaitu kepemilikan
haan. Untuk memastikan ke­akuratan data, pemerintah, kepemilikan asing, dan opera­
peneliti melakukan cek secara manual seti­ si internasional. Pertama, analisis dilaku­
ap pengungkapan lingkungan perusahaan kan dengan cara melihat aspek lingkungan
di dalam laporan keberlanjutan dengan pe­ yang dominan diungkapkan oleh peru­
doman pengungkapan lingkungan yang di­ sahaan sampel secara keseluruhan dan
rekomendasikan oleh GRI. mencari alasan mengapa aspek tersebut
Kedua, peneliti mencari informasi diungkapkan. Kedua, analisis dilakukan
tentang ada tidak­ nya pemerintah sebagai dengan membandingkan tingkat pengung­
shareholder perusahaan. Informasi ini diper­ kapan lingkung­ an perusahaan berdasar­
oleh dari ber­bagai sumber seperti laporan kan pada tiga skenario di atas. Analisis ini
keberlanjut­an, laporan tahunan, website juga dilakukan dengan membandingkan
perusahaan, serta sumber lain yang dapat tingkat pengungkapan lingkungan pada
diandalkan. Penelitian tidak memberikan perusahaan dengan kepemilikan pemerin­
perhatian pada seberapa besar porsi kepemi­ tah dan nonpemerintah, kepemilikan asing
likan pemerintah pada perusahaan tersebut. dan nonkepemilikan asing, dan perusahaan
Hal ini didasarkan pada peran pemerintah beroperasi secara internasional dan nasio­
sebagai regulator dalam praktik pertanggu­ nal.
ngjawaban perusahaan di mana perusahaan Penelitian ini menyadari bahwa dalam
menjadi teregulasi untuk menampilkan proses analisis perbandingan di setiap ske­
praktik pengungkapan pertanggungjawaban. nario jumlah perusahaan antarkelompok
Keberadaan peme­ rintah di dalam struktur akan berbeda atau tidak setara (misalnya
kepemilikan perusahaan dianggap memu­ jumlah perusahaan nonkepemilikan peme­
dahkan pemerintah untuk mengawasi prak­ rintah lebih banyak daripada kepemilikan
tik pertanggungjawaban suatu perusahaan pemerintah). Untuk menciptakan perban­
meskipun struktur kepemilikan perusahaan dingan yang adil, penelitian ini perlu untuk
tidak terkonsentrasi pada pemerintah. menyatarakan jumlah perusahaan di setiap
Ketiga, peneliti mencari informasi ten­ kelompok dengan mengalikan jumlah peru­
tang ada tidaknya investor asing baik indi­ sahaan di kelompok yang lebih kecil untuk
vidu maupun institusi sebagai shareholder memiliki jumlah yang sama dengan kelom­
perusahaan. Sama seperti kepemilikan pe­ pok lain. Kemudian, jumlah perusahaan
merintah, informasi diambil dari ber­ bagai yang melakukan pengungkapan pada setiap
sumber baik dari laporan keberlanjut­ an, aspek lingkungan pada kelompok dengan
laporan tahunan, website perusahaan, jumlah sampel lebih kecil juga dikalikan
maupun sumber lain yang dapat diandal­ dengan nilai pada saat menyetarakan jum­
Wicaksono, Amelia, Zulvina, Rachmadani, Membangun Citra Positif Perusahaan melalui... 31

lah sampel di setiap kelompok (Lihat Tabel kebaikan bersama baik perusahaan maupun
2, Tabel 3, dan Tabel 4). Langkah ini akan stakeholder. Cabang ini menjelaskan bahwa
memberikan bukti secara deskriptif perbe­ perusahaan memberikan informasi kepa­
daan tingkat pengungkapan lingkungan an­ da semua stakeholder meskipun informasi
tarkelompok perusahaan dan mengapa pe­ tersebut tidak digunakan oleh mereka (Bella
rusahaan melakukan pengungkapan ketika & Al-Fayoumi, 2016; Dobbs & Staden, 2016).
adanya pemerintah dan asing di struktur Cabang positive dari teori stakeholder mem­
kepemilikan dan perusahaan beroperasi se­ perbolehkan manajer untuk memilih dan
cara internasional yang merupakan stake- menentukan kelompok penting yang akan
holder dari perusahaan. mendapatkan perhatian dari perusahaan
dan dianggap sebagai stakeholder primer.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan
Pengungkapan perusahaan didorong tidak bergantung pada stakeholder sekunder
oleh adanya pengaruh dan tekanan dari untuk dapat bertahan hidup.
stakeholder untuk memberikan perhatian Ethical theory stakeholder dianggap pa­
pada dampak negatif operasi perusahaan ling banyak diadopsi oleh perusahaan kare­
terhadap lingkungan. Selain itu, pengung­ na fokus pada stakeholder yang menentukan
kapan perusahaan juga dilakukan untuk keberlangsungan perusahaan (Lu & Abeyse­
menyediakan informasi kepada stakehold- kera, 2014). Namun, tidak disadari bahwa
er tentang aktivitas pertanggungjawaban stakeholder sekunder juga memiliki kekuat­
yang telah dilakukan dan bermanfaat un­ an untuk mempengaruhi perusahaan dan
tuk mempertahankan hubungan baik den­ dapat menyebabkan kerusakan signifikan
gan stakeholder-nya. Clarkson (1995) men­ bagi perusahaan. Media, sebagai contoh, se­
definisikan stakeholder sebagai orang atau cara tidak langsung dapat menggiring opini
kelompok yang memiliki kepemilikan, hak, publik tentang perusahaan melalui berita
atau ketertarikan pada perusahaan dan ak­ negatif yang dipublikasikan ke masyarakat.
tivitasnya di masa lalu, sekarang, dan masa Masyarakat kemudian memiliki persepsi
depan. Dari definisi itu terdapat dua kelom­ negatif terhadap perusahaan yang menye­
pok stakeholder yaitu primer dan sekunder. babkan citra perusahaan menjadi tidak
Stakeholder primer diartikan sebagai kelom­ baik. Fenomena seperti ini menggambarkan
pok yang sangat penting karena perusahaan bahwa setiap kelompok stakeholder memiliki
tidak dapat bertahan tanpa keberadaan cara yang berbeda mempengaruhi dan me­
mereka. Stakeholder primer umumnya berisi minta perhatian dari perusahaan. Oleh kare­
pemegang saham, investor, karyawan, pe­ na itu, perusahaan lebih baik untuk tidak
masok, pelanggan, pemerintah, dan komu­ hanya fokus pada stakeholder yang dianggap
nitas yang menyediakan infrastruktur dan kunci tetapi juga pada semua stakeholder
pasar (Nielsen & Thomsen, 2018). Stake- karena setiap stakeholder memiliki kemam­
holder sekunder didefinisikan sebagai pihak puan mempengaruhi perusahaan dengan
yang mempengaruhi atau terpengaruh oleh caranya sendiri.
perusahaan tetapi tidak terlibat dalam tran­ Dilihat dari sudut pandang teori insti­
saksi dengan perusahaan dan bukan fak­ tusional perusahaan melakukan aktivitas
tor penentu keberlangsungan perusahaan. pertanggungjawaban dan pengungkapan
Stakeholder sekunder biasanya berisi media karena mendapatkan tekanan baik dari di­
dan kelompok ketertarikan lain yang memi­ namika sosial maupun dalam diri peru­
liki kemampuan untuk memobilisasi opini sahaan sendiri (DiMaggio & Powell, 1983;
publik (Lock & Schulz-Knappe, 2019). Rudyanto, 2019). Perusahaan perlu untuk
Berdasarkan teori stakeholder terdapat berinteraksi dengan lingkungan dengan cara
perdebatan dalam literatur mengenai apa­ yang dapat diterima oleh berbagai konsti­
kah perusahaan perlu untuk memperlaku­ tuen sejauh aturan kelembagaan dimasuk­
kan semua kelompok stakeholder secara adil kan dalam organisasi sebagai sarana untuk
atau hanya pada beberapa kelompok yang mendapatkan legitimasi, sumber daya dan
dianggap sebagai stakeholder kunci. Per­ stabilitas serta untuk meningkatkan pros­­­­­­­­
debatan ini memunculkan dua cabang dari pek kelangsungan hidup (Lu et al., 2015).
teori stakeholder yaitu cabang ethical dan Hal ini mendorong perusahaan untuk dapat
positive. Cabang ethical dari teori stakehold- beradaptasi dengan lingkungan sekitar de­
er menekankan perusahaan untuk memper­ ngan menyesuaikan bentuk perusahaan se­
lakukan semua stakeholder secara adil demi suai dengan lingkungannya. Kondisi terse­
32 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45

but menimbulkan tekanan kelembagaan dang-Undang No. 40 Tahun 2007 dan Pera­
pada perusahaan untuk melakukan prak­ turan OJK No 51/POJK.03/2017. Meskipun
tik tertentu (Cahaya et al., 2017). Manajer regulasi pelaporan CSR telah diterbitkan,
meng­ungkapan tanggung jawab lingkungan saat ini belum ada pedoman pelaporan CSR
dalam rangka untuk memberikan respon yang memandu perusahaan dalam me­
atas tekanan yang diterima. nyusun laporan tersebut. Oleh karena itu,
Dalam teori institusional ini pengung­ isi dan format dari laporan keberlanjutan
kapan informasi tidak hanya didorong oleh yang disusun oleh perusahaan tidak ter­
permintaan sosial atau stakeholder tetapi standar dan terkesan sangat subjektif kare­
juga sumber permintaan atau tekanan lain na mengikuti kepentingan dari perusahaan
(Cahaya et al., 2017). DiMaggio & Powell itu sendiri.
(1983) menjelaskan bahwa organisasi akan Untuk menyusun laporan keberlanjut­
mengalami homogenisasi ketika mengha­ an atau CSR, perusahaan diperbolehkan
dap­i kondisi yang sama yang dikenal de­ngan untuk secara mandiri mencari pedoman
istilah isomorphism. Isomorphism terdiri dari pelaporan tersebut. Saat ini terdapat pe­
tiga pilar yaitu coercive, mimetic, dan norma- doman pelaporan tanggung jawab sosial dan
tive. Melalui coercive perusahaan mendapat­ lingkungan yang telah diadopsi oleh seba­
kan tekanan dari stakeholder tempat peru­ gian besar perusahaan di dunia yaitu stan­
sahaan bergantung. Mimetic adalah situasi dar yang diterbitkan oleh Global Reporting
di mana organisasi meniru perusahaan lain Initiatives (GRI). Pedoman GRI ini mencakup
untuk mendapatkan sesuatu yang berkaitan triple bottom line dalam keberlanjut­an ya­itu
dengan legitimasi. Normative adalah tekanan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Selain itu,
yang muncul dari norma kelompok un­ GRI juga menyediakan panduan pelapor­
tuk melakukan praktik tertentu untuk me­ an untuk governance. Dalam menentukan
menuhi tuntutan profesionalisme (Lu et al., konten pelaporan, pedoman ini mensyarat­
2015). Praktik pengungkapan lingkung­ an kan perusahaan untuk melibatkan para
perusahaan merupakan luaran dari tekanan stakeholder dan menjelaskan bagaimana
tersebut dalam rangka merespon tekanan perusahaan menanggapi ekspektasi me­
stakeholder, praktik organisasi lain, dan reka. Selain itu, perusahaan juga diharap­
profesionalisme. kan untuk me­nyajikan kinerja perusahaan
Praktik pengungkapan pertanggung­ yang menca­kup kinerja ekonomi, sosial, dan
jawaban lingkungan pada umumnya dimo­ lingkungan.
tivasi oleh pemeliharaan dan peningkatan Penelitian ini fokus pada upaya untuk
kontrak sosial yang telah diperoleh. Untuk mencari tahu tingkat praktik pengungkap­
mencapai ini perusahaan harus menyelaras­ an kategori lingkungan dan alasan di balik
kan nilai perusahaan dengan nilai dari para pengungkapan. Kategori lingkungan da­
stakeholder. Kegagalan dalam proses ini lam GRI terdiri dari 12 aspek pengungkap­
akan berdampak pada pencabutan kontrak an lingkungan dengan penjelasan singkat
sosial yang telah diberikan ke perusahaan. sebagai berikut. Pertama adalah material,
Ini menunjukan bahwa keberlangsungan yang menitikberatkan pada pelaporan mate­
perusahaan ditentukan oleh persepsi dari rial terbarukan, tidak terbarukan, dan daur
masyarakat luas. Jika perusahaan dianggap ulang, yang digunakan dalam produksi.
melanggar kontrak sosial dan masyarakat Energi, yang mencakup sumber dan inten­
tidak puas karena perusahaan beroperasi sitas penggunaan energi beserta penguran­
dengan tidak benar maka perusahaan akan gannya. Air, yang melaporkan jumlah peng­
diminta untuk berhenti beroperasi. Oleh ambilan air, daur ulang, dan dampaknya.
karena itu, perusahaan perlu untuk me­ Keanekaragaman hayati, yang menjelaskan
mahami nilai stakeholder dan perusahaan dampak keberadaan perusahaan pada eko­
menyesuaikan nilainya untuk memperta­ sistem flora dan fauna. Emisi, yang berisi
hankan dan meningkatkan legitimasi (Dee­ indikator terkait gas rumah kaca. Efluen
gan, 2019; Parker et al., 2015). dan limbah, yang berisi jumlah limbah dan
Pedoman pengungkapan pertanggung­ tumpahan yang dihasilkan. Produk dan
jawaban lingkungan. Pemerintah Indonesia jasa, menekankan pada mitigasi produk dan
telah mensyaratkan perusahaan-perusa­ jasa terhadap lingkungan. Kepatuhan, me­
haan di Indonesia untuk memiliki aktivitas nilai sanksi moneter dan nonmoneter dari
tanggung jawab perusahaan dan dilaporkan ketidakpatuhan. Transportasi, menitikbe­
kepada publik seperti yang diatur dalam Un­ ratkan pada dampak lingkungan dari aktivi­
Wicaksono, Amelia, Zulvina, Rachmadani, Membangun Citra Positif Perusahaan melalui... 33

Tabel 1. Jumlah Pengungkapan Perusahaan di Setiap Aspek Lingkungan

Aspek/Indikator Frekuensi1 Persentase (%)2


Lingkungan
Bahan 34 54,84
Energi 58 93,55
Air 47 75,81
Keanekaragaman Hayati 32 51,61
Emisi 47 75,81
Tumpahan dan Limbah 49 79,03
Produk dan Jasa 4 6,45
Kepatuhan 28 45,16
Transportasi 1 1,61
Lain-lain 0 0
Asesmen Pemasok atas 13 20,97
Lingkungan
Pengaduan Lingkungan 4 6,45

Keterangan:
1
Total perusahaan yang mengungkapkan setiap aspek lingkungan di tahun 2018.
2
Frekuensi dibagi total perusahaan yang diteliti yaitu 62 perusahaan dikali 100%.

tas pengangkutan. Lain-lain, berisi tentang perti energi yang terbarukan maupun tidak
pengeluaran dan investasi lingkungan. Ases­ terbarukan. Selain itu, perusahaan diminta
men pemasok terhadap lingkungan menca­ untuk melaporkan pengurangan konsumsi
kup pertanggungjawaban lingkungan pada energi dalam satu periode.
proses rantai pasokan. Terakhir adalah me­ Energi diketahui sebagai sumber tena­
kanisme pengaduan lingkungan yang me­ ga untuk proses operasional dan produksi
rupakan pelaporan atas jumlah pengaduan suatu perusahaan (Warren & Jack, 2018).
lingkungan dan penanganannya. Energi pada umumnya berasal dari ener­
Kategori lingkungan yang paling gi fosil seperti batu bara dan minyak bumi
banyak diungkapkan. Pembahasan dimu­ yang diperoleh melalui aktivitas pertam­
lai dengan melihat frekuensi kategori dari bangan. Selain itu, pemanfaatan energi fosil
aspek lingkungan yang diungkapkan dan juga berkontribusi pada penambahan emisi
mencari alasan yang mungkin dari aspek karbon di udara. Hal ini memperlihatkan
lingkungan yang dominan dilakukan oleh bahwa energi menjadi aspek yang dapat
perusahaan. Tabel 1 menyajikan perusa­ dikatakan sangat sensitif karena dari proses
haan yang melakukan pengungkapan pada perolehan hingga pemanfaatannya memiliki
setiap aspek lingkungan yang ada di GRI. dampak yang serius terhadap lingkungan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian be­ Perolehan energi dari proses pertambangan
sar perusahaan telah melakukan pengung­ mengancam bentang alam bumi dan peman­
kapan lingkungan pada aspek-aspek sensitif faatannya menghasilkan emisi karbon yang
yang memberikan dampak nyata terhadap mengancam manusia melalui penurunan
kerusakan lingkungan. Energi merupakan kualitas udara (Xue, 2020). Selain itu, energi
aspek yang paling banyak diungkapkan oleh dari fosil merupakan energi tidak terbaru­
perusahaan yang diikuti oleh tumpahan dan kan yang berarti ketersediaannya terancam
limbah, air, dan emisi. Fakta ini menunjuk­ bahkan dimungkinkan terjadi kelangkaan.
kan bahwa perusahaan-perusahaan di Indo­ Alasan lain yang mungkin dalam peng­
nesia telah memikirkan dan mengimplemen­ ungkapan energi adalah adanya dorongan
tasikan manajemen energi sebagai upaya dari Pemerintah melalui Peraturan Pemerin­
untuk konservasi terutama pada energi ter­ tah No. 70 Tahun 2009. Peraturan tersebut
barukan. Pedoman GRI pada aspek energi meminta semua pihak turut aktif melaku­
mensyaratkan perusahaan untuk mengung­ kan konservasi ener­gi mulai dari pemerintah
kapkan jumlah energi yang dikonsumsi se­ pusat, pemerintah daerah provinsi, peme­
34 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45

rintah daerah kabupaten/kota, pengusaha, Sebuah hasil menarik ditemukan bah­


dan masyarakat. Peraturan tersebut men­ wa perusahaan banyak melakukan peng­
jelaskan secara detail setiap tanggung jawab ungkapan terhadap air. Air merupakan
setiap pihak dalam upaya konservasi energi. kebutuhan dasar untuk keberlangsungan
Pengusaha termasuk industri memiliki tang­ kehidupan manusia dan makhluk hidup
gung jawab untuk melaksanakan konserva­ lainnya yang hidup di bumi. Selain itu, air
si energi pada setiap tahapan pelaksanaan juga dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai
usaha. Selain itu, industri juga bertanggung bahan baku untuk proses produksi ataupun
jawab untuk menggunakan teknologi yang untuk penunjang operasional perkantoran
efisien energi serta menghasilka produk (Christ 2014; Taghian et al., 2015). Air se­
dan/atau jasa yang hemat energi. Berdasar­ ringkali dianggap sebagai sumber daya alam
kan peraturan ini jelas bahwa pemerintah yang tidak terbatas karena kemudahannya
mendorong perusahaan untuk memper­ untuk ditemukan. Oleh karena itu, perlin­
hatikan konservasi energi dengan melaku­ dungan terhadap ketersediaan air tidak se­
kan pengurangan ener­ gi yang digunakan. besar sumber daya alam lainnya (Wicaksono
Peng­ungkapan yang dilakukan perusahaan et al. 2020).
pada aspek energi sebagai upaya untuk me­ Pada sisi yang lain, terdapat fakta bah­
menuhi apa yang diminta oleh pemerintah. wa ketersediaan air khususnya di bumi ha­
Pemerintah sebagai salah satu stakeholder nya sedikit dan secara perla­han menuju ke­
mempunyai kekuat­an yang besar terutama langkaan air. Dari total air di bumi hampir
dalam membuat peraturan atau regulasi. 97% air adalah di laut dan 3% adalah air
Melalui pengungkapan, perusahaan telah bersih (Fogel & Palmer, 2014). Ini menun­
menginformasikan kepada pemerintah bah­ jukkan bahwa ketersediaan air bersih sa­
wa perusahaan telah melakukan apa yang ngat kecil dan rentan untuk langka apabila
diharapkan pemerintah. Implikasi dari pe­ terjadi eksploitasi air dalam jumlah besar.
ngungkapan ini adalah legitimasi perusa­ Kelangkaan air ini disebabkan oleh berbagai
haan tetap terjaga sekaligus dalam rangka macam faktor seperti pertumbuhan populasi
kepatuhan terhadap peraturan atau regulasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang
(Deggan, 2019; Lu & Abeysekera, 2014). menghasilkan permintaan yang lebih be­
Kategori pengungkapan tertinggi beri­ sar terhadap air (Lauesen, 2016; Vinnari &
kutnya adalah tumpahan dan limbah. Lim­ Laine, 2013). Selain itu, adanya perubahan
bah merupakan residu dari operasional iklim di bumi juga berkontribusi terhadap
perusahaan yang dapat mengganggu ke­ percepatan kelangkaan air.
seimbangan lingkungan seperti pencema­ Pengungkapan pertanggungjawaban
ran air yang mengurangi kualitas air untuk terhadap air ini memberikan sinyal bahwa
keberlangsungan makhluk hidup. Limbah air sudah mendapatkan banyak perhatian
merupakan aspek yang banyak mendapat­ dari perusahaan untuk menjaga keterse­
kan perhatian dari masyarakat karena diaannya di bumi. Perusahaan menyadari
ma­ syarakat di sekitar lokasi operasional bahwa air merupakan kebutuhan dasar bagi
sangat dekat dengan limbah dan bahkan kehidupan semua makhluk hidup sehingga
merasakan dampak langsung dari limbah pertanggungjawaban atas air perlu untuk
perusahaan. Selain itu, masyarakat dalam dilakukan melalui manajemen penggunaan
ancaman ke­ sehatan yang serius sehingga air. Selain itu, perusahaan mungkin meneri­
mereka menuntut untuk pengelolaan limbah ma berbagai tekanan dari stakeholder untuk
yang memadai dari perusahaan. Di Indone­ melakukan pertanggungjawaban air karena
sia terdapat fakta bahwa masyarakat sangat menipisnya ketersediaan air akan menga­
aktif melakukan aksi protes ke perusahaan kibatkan penurunan kualitas hidup manu­
untuk mengelola limbah dengan baik. Jika sia dan makhluk lainnya. Penggunaan air
tidak, masyarakat sebagai stakeholder akan adalah baik untuk kehidupan dan ekonomi,
berupaya untuk mencabut legitimasi peru­ tetapi menjaga ketersediaan air merupa­
sahaan karena dampak negatif yang dira­ kan hal yang penting untuk kesejahteraan
sakan masyarakat (Dosinta & Brata, 2020). masyakrakat. Stakeholder memberikan
Oleh karena itu, pengungkapan soal limbah tekanan untuk melakukan pertanggung­
dilakukan khususnya untuk meminimalisa­ jawaban air tidak hanya untuk perusahaan
si konflik atau isu negatif dari masyarakat yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap air
(Deegan, 2019). tetapi juga perusahaan-perusahaan dengan
Wicaksono, Amelia, Zulvina, Rachmadani, Membangun Citra Positif Perusahaan melalui... 35

Tabel 2. Perbandingan Pengungkapan Perusahaan dengan Kepemilikan Pemerintah


dan Nonkepemilikan Pemerintah

Aspek/Indikator Lingkungan Frekuensi3 Perbandingan (1:1,5)4


NKP1 KP2 NKP1 KP2
Bahan 22 12 22 18
Energi 33 25 33 37
Air 28 19 28 29
Keanekaragaman Hayati 21 11 21 17
Emisi 27 20 27 30
Tumpahan dan Limbah 31 18 31 27
Produk dan Jasa 2 2 2 3
Kepatuhan 15 13 15 20
Transportasi 1 0 1 0
Lain-lain 0 0 0 0
Asesmen Pemasok atas Lingkungan 11 1 11 2
Pengaduan Lingkungan 14 0 14 0
Keterangan:
1
NKP adalah perusahaan tanpa adanya kepemilikan pemerintah sebagai pemegang saham.
2
KP adalah perusahaan dengan adanya kepemlikan pemerintah sebagai pemegang saham.
3
Frekuensi pengungkapan aspek lingkungan dari NKP (n=37) dan KP (n=25).
4
Perbandingan diterapkan untuk mengukur tingkat pengungkapan dengan membuat
persepsi kesetaraan jumlah perusahaan di setiap kelompok. Frekuensi NKP sebagai dasar
sehingga nilai perbandingan NKP sama dengan frekuensinya, sedangkan nilai perbanding-
an KP diperoleh dari frekuensi KP dikali 1,5.

sensitivitas rendah. Hal ini karena setiap pe­ Indonesia dengan adanya Undang-Undang
rusahaan menggunakan air dalam jumlah No. 40 Tahun 2007 dan Peraturan OJK No.
yang besar sehingga perusahaan merupakan 51/POJK.03/2017 mendorong perusahaan
salah satu kontributor yang mempercepat untuk memiliki program dan aktivitas CSR
kelangkaan air. bahkan hingga ke pengungkapan ataupun
Perbandingan pengungkapan peru- laporan CSR. Ini mengindikasikan bahwa
sahaan dengan kepemilikan pemerintah pengungkapan dan pelaporan CSR tidak se­
dengan nonkepemilikan pemerintah. Pe­ mata-mata bergantung pada ada tidaknya
nelitian sebelumnya telah melakukan peng­ kepemilikan pemerintah sebagai pemegang
ujian yang dilakukan untuk memahami saham. Pengungkapan dan pelaporan CSR
pengaruh kepemilikan pemerintah terha­ menjadi media komunikasi antara perusa­
dap pengungkapan lingkungan ataupun so­ haan dengan semua stakeholder-nya (Xue,
sial. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 2020).
inkonsistensi hubungan antara kedua vari­ Hasil perbandingan berdasarkan pe­
abel tersebut. Jika demikian, meninggalkan ngategorian sampel ke dalam dua kelompok
sebuah kebingungan bagaimana sebenarnya berdasarkan ada tidaknya kepemilikan pe­
keberadaan pemerintah sebagai pemegang merintah (Tabel 2) menunjukkan bahwa se­
saham, apakah memberikan pengaruh ter­ cara umum tidak ada kelompok yang men­
hadap pengungkapan atau tidak. Penelitian dominasi pada semua aspek pengungkapan
He & Loftus (2014) misalnya, menemukan lingkungan. Perusahaan tanpa kepemilikan
bahwa adanya kepemilikan pemerintah pemerintah lebih banyak melakukan peng­
mendorong adanya pengungkapan. Temuan ungkapan pada aspek bahan, keanekara­
ini dapat mengisyaratkan bahwa pengung­ gaman hayati, tumpahan dan limbah, trans­
kapan cenderung dominan dilakukan oleh portasi, asesmen pemasok atas lingkungan,
perusahaan dengan kepemilikan peme­ dan pengaduan lingkungan. Sementara itu,
rintah sedangkan nonkepemilikan peme­ perusahaan dengan kepemilikan pemerintah
rintah tidak melakukan pengungkapan. Di lebih banyak mengungkapkan aspek energi,
36 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45

air, emisi, produk dan jasa, dan kepatuh­ Pengungkapan dari aspek penggunaan
an. Hal ini disebabkan setiap perusahaan sumber daya alam dan kepatuhan adalah
bebas untuk memilih aspek apa yang akan wajar adanya. Perusahaan dengan kepemi­
diungkapkan. Mengacu kepada stakehold- likan pemerintah tentu akan melakukan
er theory, perusahaan tidak wajib untuk pengungkapan pada aspek tersebut karena
melakukan pengungkapan pada semua as­ pemerintah memiliki peraturan-peraturan
pek melain­kan mengungkapkan pada aspek tanggung jawab lingkungan (Undang-Un­
yang dipandang perlu khususnya memenuhi dang No. 40 Tahun 2007, Peraturan OJK No.
kebutuhan informasi dari stakeholder pri­ 51/POJK.03/2017, Peraturan Pemerintah
mer. No. 70 Tahun 2009) dan semangat keber­
Melihat hasil perbandingan lanjutan melalui 3R (reduce, reuse, recycle).
pengungkap­an pada Tabel 2, penelitian ini Meskipun semangat 3R ditekankan untuk
berargumen bahwa adanya kepemilikan pe­ menekan jumlah sampah tetapi juga me­
merintah tidak selalu menjadi pendorong lingkupi aspek penggunaan sumber daya
pengungkap­an lingkungan. Faktanya, peru­ yang harus diminimalkan untuk menjaga
sahaan tanpa kepemilikan pemerintah tetap ketersediaan sumber daya alam sekaligus
melakukan pengungkapan lingkungan. Na­ perlindungan lingkungan. Selain itu, pe­
mun, melihat secara rinci setiap aspek dari rusahaan dengan kepemilikan pemerintah
pengungkapan lingkungan, perusahaan lebih aktif untuk melakukan pengungkapan
dengan kepemilikan pemerintah cenderung dalam aspek kepatuhan. Aspek kepatuhan
memiliki perilaku untuk mempertahankan memiliki makna seberapa jauh perusahaan
nama baik (image) perusahaan. Memperta­ patuh terhadap regulasi lingkungan. Peru­
hankan nama baik perusahaan tidak sela­ sahaan dengan kepemilikan ke pemerintah
lu dengan melakukan pengungkapan seba­ mengungkapkan aspek ini lebih banyak
nyak-banyaknya tetapi juga dapat dilakukan karena ingin menunjukkan bahwa perusa­
dengan tidak melakukan pengungkapan. Pe­ haan telah patuh terhadap peraturan. Selain
rusahaan akan melakukan pengungkapan itu, pengungkapan aspek ini juga menunjuk­
ketika ingin mendapatkan reaksi positif dari kan bahwa pemerintah sebagai pemegang
stakeholder khususnya ketika stakeholder saham telah memainkan perannya dengan
diterpa isu negatif tentang lingkungan (Islam baik untuk membawa perusahaan melaku­
& Islam, 2011; Rangkuti et al, 2019). Di sisi kan pertanggungjawaban seperti apa yang
lain, perusahaan de­ngan performa lingkung­ telah diatur sendiri oleh pemerintah.
an yang buruk cen­ derung akan menutupi Biasanya perusahaan dengan kepemi­
sehingga pengungkapan tidak dilakukan. likan pemerintah berada dalam penga­
Penelitian ini kemudian berargumen wasan dan tekanan dari stakehlolder yang
bahwa adanya kepemilikan saham dari pe­ terdampak baik langsung maupun tidak
merintah di dalam sebuah perusahaan langsung. Perusahaan yang dimiliki oleh pe­
mempengaruhi perilaku manajemen untuk merintah diketahui lebih banyak mengung­
melakukan dan tidak melakukan pengung­ kapkan pada kategori energi dan air yang
kapan lingkungan. Pada umumnya pemerin­ mana dampak negatif perusahaan dari dua
tah memiliki kendali untuk mengatur mana­ kategori tersebut sangat dekat kaitannya
jemen perusahaan karena besarnya jumlah dengan masyarakat. Kedua kategori tersebut
saham yang dimiliki dan tergolong sebagai merupakan sumbar daya yang sudah seha­
pemegang saham pengendali. Hal ini jelas rusnya dikendalikan oleh pemerintah un­
bahwa pengungkapan yang dilakukan pe­ tuk kesejahteraan masyarakat luas. Melalui
rusahaan merefleksikan wajah pemerintah pengungkapan perusahaan secara tidak
yang sewajarnya mendukung keberlanjut­ langsung mencerminkan muka pemerintah
an lingkungan melalui berbagai program. untuk mengendalikan pemanfaatan dan
Fakta dari Tabel 2 perusahaan dengan ketersediaan sumber daya tersebut. Energi
kepemilikan pemerintah lebih banyak me­ dianggap sebagai sumber daya yang dihasil­
ngungkapkan pada pemanfaatan sumber kan dari proses pertambangan yang diketa­
daya alam (energi, air, emisi) dan kepatuhan hui memberikan dampak negatif terhadap
(terhadap regulasi). Di sisi lain, perusahaan bumi dan masyarakat di samping belum
dengan kepemilikan pemerintah cenderung maksimalnya produksi energi dari bahan
diam ketika diminta untuk melakukan peng­ yang ramah lingkungan. Pemerintah sebagai
ungkapan mengenai asesmen pemasok dan penjamin dan bertanggung jawab atas hal
keluhan. ini mendorong perusahaan untuk melaku­
Wicaksono, Amelia, Zulvina, Rachmadani, Membangun Citra Positif Perusahaan melalui... 37

kan aktivitas pertanggungjawaban terhadap lam menentukan pemasok terlebih adanya


penggunaan energi. intervensi dari pemerintah sebagai peme­
Pada kategori air pemerintah memili­ gang saham pengendali. Pada aspek keluhan
ki kewajiban untuk menjaga ketersediaan lingkungan, perusahaan tidak mengungkap­
air yang pemanfaatannya ditujukan untuk kan jumlah keluhan karena pengungkapan
ke­sejahteraan sosial seperti yang tertulis ini menjadi cerminan bahwa perusahaan se­
dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 benarnya berada dalam performa lingkung­
Pasal 33. Dengan adanya nilai ini, perusa­ an yang tidak bagus. Banyaknya keluhan
haan yang dimiliki pemerintah berada da­ dapat diartikan sebagai sebuah ancaman
lam tekanan untuk menjaga ketersediaan bagi nama perusahaan terutama adanya pe­
air meskipun perusahaan memanfaatkan merintah dalam struktur pemegang saham.
air untuk ope­rasional bisnisnya. Selain itu, Hal ini mungkin jadi aspek yang dihindari
karena air adalah kebutuhan dasar manusia, untuk diketahui publik karena pemerintah
masyarakat dan kelompok stakeholder lain tidak menginginkan nama perusahaan yang
akan memberikan pengaruhnya ter­ hadap dimilikinya diterpa isu-isu negatif.
perusahaan untuk peduli terhadap keterse­ Pada dasarnya perusahaan melakukan
diaan air. Pemerintah kemudian mendorong pengungkapan pertanggungjawaban untuk
perusahaan untuk memberikan perhatian memberikan dan mempertahankan citra
kepada air sebagai salah satu upa­ya peme­ baik perusahaan sehingga akan mengung­
rintah untuk mejalankan tanggung jawab­ kapkan aspek yang bernada positif (Hafez,
nya dalam mencapai dan mempertahankan 2018). Penjelasan ini memberikan gamba­
kesejahteraan rakyat melalui regulasi seper­ ran adanya pemerintah sebagai pemegang
ti Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 dan saham mendorong pengungkapan lingkung­
Peraturan OJK No 51/POJK.03/2017. an tetapi hanya pada aspek-aspek tertentu
Perusahaan dengan kepemilikan pe­ saja. Hal ini disebabkan perusahaan terse­
merintah, di sisi lain, menutupi aspek peng­ but memilih aspek mana yang sesuai den­
ungkapan lingkungan ketika perusahaan gan peraturan dan regulasi dari pemerintah
dalam performa buruk. Tabel 2 menunjuk­ dan ingin menunjukkan kepatuhannya. Se­
kan bahwa perusahaan dengan kepemi­ lain itu, ada unsur mempertahankan nama
likan pemerintah tidak banyak melakukan baik perusahaan termasuk pemerintah jika
peng­ ungkapan pada asesmen pemasok perusahaan mengungkapkan aspek sensitif
atas lingkungan dan keluhan lingkungan. (mi­salnya, penggunaan sumber daya alam)
Penelitian ini tidak berfikir bahwa perusa­ yang diatur oleh regulasi pemerintah.
haan tidak melakukan asesmen lingkung­ Di sisi lain, perusahaan dengan kepemi­
an ter­hadap pemasok dan tidak menerima likan pemerintah cenderung tidak mengung­
keluhan. Pada dasarnya perusahaan yang kapkan aspek-aspek di luar aspek sensitif
berkelanjutan memperhatikan dampak seperti asesmen pemasok atas lingkungan,
lingkungan setiap proses bisnis termasuk dan keluhan lingkungan. Menariknya, tidak
rantai pasokan. Dalam hal keluhan, adanya diungkapkannya aspek tersebut memuncul­
perkembangan teknologi membuat penyam­ kan dugaan bahwa perusahaan sedang me­
paian keluhan dapat dengan mudah dilaku­ nutupi performa buruknya. Hal ini dikare­
kan seperti melalui e-mail dan sosial media. nakan asesmen pemasok atas lingkungan
Fenomena ini mengundang perhatian mere­ presentasikan kepedulian lingkungan
mengapa asesmen pemasok tidak diungkap­ perusahaan dalam rantai pasokan dan kelu­
kan di laporan perusahaan. Alasan poten­ han lingkungan yang menunjukkan pengelo­
sial yang muncul adalah perusahaan tidak laan dampak operasi perusahaan tidak baik.
memiliki cukup banyak pemasok sehingga Oleh karena itu, pengujian dengan variabel
apabila kriteria itu diterapkan, maka tidak kepemilikan pemerintah lebih baik memper­
ada pemasok sehingga proses produksi akan hatikan pada pengujian salah satu aspek
terganggu. Alasan lain mungkin adalah pe­ lingkungan (misalnya, Liesen et al., 2015).
rusahaan mencari keuntungan ekonomi dari Setiap aspek lingkungan ditanggapi berbeda
proses penawaran yang diberikan para pe­ oleh perusahaan terutama pada kepenting­
masok. Perusahaan cenderung mencari pe­ an mempertahankan nama baik.
masok dengan harga yang lebih murah tetapi Perbandingan pengungkapan peru-
mengabaikan asesmen lingkungan daripada sahaan dengan kepemilikan asing de­
yang lainnya. Cerita ini dapat juga menga­rah ngan nonkepemilikan asing. Peneliti dalam
pada proses ketidaknetralan perusahaan da­ memprediksi pengungkapan lingkungan pe­
38 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45

Tabel 3. Perbandingan Pengungkapan Perusahaan dengan Kepemilikan Asing dan


Nonkepemilikan Asing

Aspek/Indikator Lingkungan Frekuensi3 Perbandingan (1:1,8)4


NKA 1
KA 2
NKA1 KA2
Bahan 22 12 22 22
Energi 36 22 36 40
Air 31 16 31 29
Keanekaragaman Hayati 20 12 20 22
Emisi 29 18 29 32
Tumpahan dan Limbah 31 18 31 32
Produk dan Jasa 2 2 2 4
Kepatuhan 17 11 17 20
Transportasi 1 0 1 0
Lain-lain 0 0 0 0
Asesmen Pemasok atas Lingkungan 7 6 7 11
Pengaduan Lingkungan 3 1 3 2

Keterangan:
1
NKA adalah perusahaan tanpa adanya kepemilikan asing sebagai pemegang saham.
2
KA adalah perusahaan dengan adanya kepemlikan pemerintah asing pemegang saham.
3
Frekuensi pengungkapan aspek lingkungan dari NKA (n=40) dan KA (n=22).
4
Perbandingan diterapkan untuk mengukur tingkat pengungkapan dengan membuat
persepsi kesetaraan jumlah perusahaan di setiap kelompok. Frekuensi NKA sebagai dasar
sehingga nilai perbandingan NKA sama dengan frekuensinya, sedangkan nilai perbanding­-
an KA diperoleh dari frekuensi KA dikali 1,8.

rusahaan menggunakan kepemilikan asing litian sebelumnya yang memprediksi ada­


sebagai variabel independen. Kepemilikan nya pengaruh kepemilikan asing terhadap
asing memberikan makna bahwa variasi tingkat pengungkapan (Ismail et al., 2018).
shareholder perusahaan menjadi lebih be­ Fakta ini menunjukkan bahwa pemegang
sar. Variasi shareholder tersebut akan meng­ saham asing memiliki komitmen untuk
hasilkan tuntutan dan permintaan informasi mewujudkan keberlanjutan lingkungan. Se­
yang lebih besar kepada perusahaan. Parker mangat dari sustainabile development goals
et al. (2015) berargumentasi bahwa peme­ (SDGs) yang memiliki cita-cita untuk mewu­
gang saham asing cenderung meminta peng­ judkan kehidupan dunia yang lebih baik di­
ungkapan dengan tingkatan tinggi karena terapkan oleh pemegang saham asing dalam
perbedaan letak geografis antara perusa­ menuntut perusahaan untuk melakukan pe­
haan dengan pemegang sahamnya. Ijabad­ ngungkapan lingkungan. Selain itu, karena
eniyi & Govender (2019) dan Ismail et al. persoalan letak geografis, pemegang saham
(2018) menemukan sebuah prediksi bahwa asing meminta semua informasi kepada pe­
adanya kepemilikan asing mendorong peng­ rusahaan termasuk informasi aktivitas CSR
ungkapan lingkungan. Namun, beberapa melalui pengungkapannya (Cai et al., 2019).
penelitian menemukan bahwa tidak ada Hal ini digunakan untuk memastikan bah­
pengaruh dari kepemilikan asing terhadap wa perusahaan telah melakukan tang­ gung
pengungkapan (He & Loftus, 2014). jawab terhadap lingkungan dengan baik
Penelitian ini menguji kepemilikan yang berarti bahwa legitimasi perusahaan
asing secara deskriptif dan hasilnya ter­ tetap terjaga dengan baik pula.
saji di dalam Tabel 3. Penelitian ini mene­ Dampak adanya kepemilikan asing
mukan bahwa perusahaan dengan adanya cenderung lebih mendorong adanya peng­
kepemilikan asing lebih banyak melakukan ungkapan karena nilai dan perhatiannya
pengungkapan dibandingkan dengan peru­ pada isu sosial lingkungan. Yu & Zheng
sahaan tanpa kepemilikan asing. Temuan (2020) berargumen bahwa pemegang saham
dalam pengujian ini sejalan dengan pene­ asing khususnya dari negara yang memiliki
Wicaksono, Amelia, Zulvina, Rachmadani, Membangun Citra Positif Perusahaan melalui... 39

standar CSR dan pengungkapan yang ting­ terhadap sosial dan lingkungan sehingga
gi akan memberikan perhatian yang lebih pertanggungjawaban terhadap energi harus
terhadap CSR dan pengungkapan. Dyck et dilakukan pertama kali. Selain itu, temuan
al. (2019) berargumentasi bahwa pemegang ini memberikan gambaran bahwa isu ener­
saham asing akan menanamkan norma so­ gi ini merupakan isu global karena kontri­
sial yang diyakininya ke perusahaan luar businya dalam menghasilkan berbagai ma­
negeri mereka melakukan investasi. Hal ini cam kerusakan lingkungan dan ancaman
mengindikasikan bahwa pemegang a­ sing bagi masyarakat. Pemegang saham asing
dari negara yang memiliki norma sosial ting­ menyadari dampak negatif dari penggunaan
gi akan memberikan pengaruh kepada per­ energi terutama yang bersumber dari fo­
forma sosial dan lingkungan perusahaan sil dan hasil tambang sehingga perusahaan
ketika investor asing tersebut berasal dari perlu untuk mengelola pemanfaatan energi
negara yang menjunjung tinggi isu sosial dan dalam proses bisnis perusahaan. Ancaman
lingkungan. Oh et al. (2011) menambahkan yang nyata dari pemanfaatan energi adalah
bahwa gaya praktik manajemen barat (West- adanya pemanasan global yang mengubah
ern-style management practices) memiliki iklim bumi dan telah menjadi perhatian dari
tingkat CSR lebih tinggi yang diimplementa­ masyarakat global. Pemanfaatan atas ener­
sikan di perusahaan di Asia. Perusahaan di gi ini juga tidak terlepas dari emisi yang
Indonesia, berdasarkan Tabel 3, mengung­ merupakan residu dari penggunaan energi
kapkan lebih banyak aspek lingkungan un­ yang berkontribusi pada perubahan iklim.
tuk menyelaraskan nilai perusahaan dengan Isu emisi juga mendapatkan perhatian dari
nilai pemegang saham asing yang memiliki pemegang saham asing yang ditunjukkan
standar CSR dan pengungkapan yang tinggi. dengan tingginya pengungkapan emisi oleh
Permintaan pengungkapan yang lebih perusahaan dengan kepemilikan asing.
dari pemegang saham asing beralasan kare­ Perusahaan nonkepemilikan asing
na mereka membutuhkan informasi untuk meng­ungkapkan lebih banyak pertanggung­
mengurangi potensi terjadi asimetri informa­ jawaban air daripada perusahaan kepemi­
si antara perusahaan dengan investor asing likan asing. Hal ini mengisyaratkan bahwa
(Dhaliwal et al., 2011) karena merupakan terjadi pemisahan konsentrasi pengungkap­
bentuk transparansi perusahaan. Pemegang an pertanggungjawaban antara perusahaan
saham asing membutuhkan pengungkap­an kepemilikan dan nonkepemilikan asing. Pe­
itu untuk membantu melihat prospek pe­ rusahaan nonkepemilikan asing lebih me­
rusahaan di masa depan. Kemudian, peng­ nekankan kategori pertanggungjawaban
ungkapan digunakan untuk membantu in­ yang dekat dengan masyarakat misalnya
vestor asing dalam kegiatan pengawasan air. Air diketahui sebagai kebutuhan dasar
perusahaan. Permintaan pengungkapan untuk kehidupan masyarakat sehingga per­
yang lebih tinggi oleh investor asing karena tanggungjawaban terhadap air dapat dika­
adanya kesulitan dan biaya yang lebih tinggi takan tepat untuk menunjukkan kepedulian
untuk memperoleh informasi karena jarak le­ perusahaan terhadap masyarakat bahkan
tak geografis (Cai et al., 2019). Pengungkap­ stakeholder-nya dalam ruang lingkup yang
an perusahaan juga dijadikan dasar untuk lebih luas.
pembuatan keputusan peningkatan jumlah Perbandingan pengungkapan perusa-
investasi dari investor asing (Elberry & Hus­ haan dengan operasi internasional dengan
sainey, 2020; Zhong & Gao, 2017). Keun­ nonoperasi internasional. Untuk menam­
tungan untuk perusahaan adalah tingginya bah pangsa pasar dan memaksimalkan laba,
permintaan pengungkapan oleh pemegang perusahaan memutuskan untuk beroperasi
saham asing dapat memberikan tambahan secara internasional. Dampak dari interna­
peluang dalam menarik investor asing atau­ sionalisasi ini adalah perusahaan memili­
pun domestik (Yu & Zheng, 2020) yang tentu ki stakeholder yang lebih luas tidak hanya
berdampak semakin tingginya permintaan dari negara asal perusahaan tersebut tetap­i
informasi dan pengungkapan. juga stakeholder dari negara lain tempat pe­
Perusahaan dengan kepemilikan asin­g rusahaan beroperasi. Hal ini memberikan
melakukan lebih banyak pengungkapan tekanan lebih banyak ke perusahaan un­
pada aspek energi. Fakta ini menunjukan tuk menampilkan aktivitas CSR dan peng­
bahwa pemegang saham asing mengang­ ungkapannya. Cahaya et al. (2017) dengan
gap bahwa isu energi adalah isu yang pa­ling menggunakan sampel perusahaan di In­
penting yang memberikan dampak nega­ tif donesia menemukan bahwa perusahaan
40 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45

Tabel 4. Perbandingan Pengungkapan Perusahaan dengan Operasi Internasional dan


Nonoperasi Internasional

Aspek/Indikator Lingkungan Frekuensi3 Perbandingan (1:1,2)4


NOI1 OI2 NOI1 OI2
Bahan 19 15 19 19
Energi 32 26 32 32
Air 27 20 27 24
Keanekaragaman Hayati 15 17 15 20
Emisi 24 23 24 28
Tumpahan dan Limbah 25 24 25 29
Produk dan Jasa 2 2 2 3
Kepatuhan 15 13 15 16
Transportasi 1 0 1 0
Lain-lain 0 0 0 0
Asesmen Pemasok atas Lingkungan 8 5 8 6
Pengaduan Lingkungan 4 0 4 0

Keterangan:
1
NOI adalah perusahaan tanpa adanya operasi internasional.
2
OI adalah perusahaan dengan adanya operasi internasional.
3
Frekuensi pengungkapan aspek lingkungan dari NOI (n=34) dan OI (n=28).
4
Perbandingan diterapkan untuk mengukur tingkat pengungkapan dengan membuat
persepsi kesetaraan jumlah perusahaan di setiap kelompok. Frekuensi NOI sebagai dasar
sehingga nilai perbandingan NOI sama dengan frekuensinya, sedangkan nilai perbanding-­
an OI diperoleh dari frekuensi OI dikali 1,2.

akan melakukan pengungkapan lebih ba­ memberikan informasi kepada stakeholder.


nyak ketika beroperasi secara internasio­nal. Semakin luas ruang lingkup stakeholder,
Temuan tersebut memberikan gambaran maka variasi permintaan juga beragam. Ber­
bahwa perusahaan cenderung mendapatkan dasarkan pada ethical stakheloder theory,
lebih besar tekanan internasional seperti perusahaan perlu untuk mengungkapkan
pemerintah negara lain, lembaga pemerhati informasi yang menjadi perhatian stake-
lingkungan, masyarakat, bahkan dari nilai holder baik primer maupun sekunder. De­
budaya negara setempat. ngan pengungkapan ini perusahaan dapat
Tabel 4 menampilkan frekuensi peng­ meningkatkan legitimasinya untuk bertahan
ungkapan lingkungan dari perusahaan de­ hidup lebih baik di arena internasional.
ngan operasi internasional dan tidak operasi Penelitian terdahulu menjelaskan bah­
internasional. Sejalan dengan Cahaya et al. wa tekanan yang dirasakan perusahaan juga
(2017), perusahaan dengan operasi inter­ datang dari nilai budaya dan sosial di negara
nasional cenderung mengungkapkan lebih tempat operasi (Garcia-Sanchez et al., 2016;
banyak daripada yang tidak memiliki operasi Smith et al., 2010). Negara yang memiliki bu­
internasional. Perusahaan tersebut melaku­ daya dan nilai yang tinggi terhadap keberlan­
kan pengungkapan lebih banyak pada as­ jutan cenderung akan memberikan perha­
pek-aspek yang sensitif terhadap lingkung­ tian dan pengaruh dalam aktivitas CSR dan
an dan masyarakat seperti emisi, limbah, pengungkapan. Felix et al. (2018) menemu­
dan keanekaragaman hayati. Perusahaan kan bahwa negara dengan stakeholder yang
nonoperasi internasional hanya unggul pada religius akan memberikan perhatian lebih
aspek air dari aspek sensitif yang tersedia. pada lingkungan. Sun et al. (2019) kemudian
Temuan ini menjelaskan bahwa perusahaan menyarankan untuk memberikan perhatian
Indonesia yang memiliki operasi internasio­ pada performa pertanggungjawaban sosial
nal mendapatkan tekanan yang besar un­ lingkungan jika perusahaan beroperasi pada
tuk melakukan pengungkapan. Perusahaan wilayah atau negara dengan budaya yang
mendapatkan banyak permintaan untuk ketat. Berdasarkan temuan penelitian teda­
Wicaksono, Amelia, Zulvina, Rachmadani, Membangun Citra Positif Perusahaan melalui... 41

hulu, perusahaan Indonesia dengan operasi ke dalam perusahaan. Pada aspek operasi
internasional juga merasakan hal yang sama internasional, perusahaan de­ ngan operasi
yaitu perusahaan harus mengikuti peratur­ internasional mengungkapkan lebih ba­nyak
an atau regulasi setempat dan menyelaras­ aspek daripada yang tidak. Hal ini disebab­
kan nilai dengan budaya negara operasi. kan perusahaan mendapatkan tekanan dari
Pengungkapan lingkungan dianggap sebagai stakeholder yang lebih luas tidak hanya dari
pemenuhan etika yang harus dilakukan pe­ negara asal tetapi juga dari negara tempat
rusahaan harus untuk melakukannya. operasi. Perusahaan, dengan demikian,
memiliki jumlah stakeholder yang lebih ba­
SIMPULAN nyak dan luas se­ hingga permin­ taan infor­
Penelitian ini menemukan bahwa pe­ masi akan bervariasi. Selain itu, perusahaan
rusahaan dengan kepemilikan pemerintah juga harus mengikuti peraturan, nilai, dan
cenderung mengungkapkan aspek yang budaya negara operasi untuk mempertahan­
sensitif untuk bertanggung jawab pada lan legitimasinya di arena internasional.
dampak lingkungan dari operasional pe­
rusahaan. Selain itu, perusahaan dengan UCAPAN TERIMA KASIH
kepemilikan pemerintah lebih banyak meng­ Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
ungkapkan aspek kepatuhan karena peru­ editor dan reviewer atas koentar dan saran
sahaan mencerminkan pemerintah yang yang sangat bernilai untuk meningkatkan
sudah seharusnya patuh terhadap regulasi kualitas artikel ini.
dari pemerintah itu sendiri. Di sisi lain, pe­
rusahaan kepemilikan pemerintah menu­ DAFTAR RUJUKAN
tupi aspek pengungkapan yang dianggap Adler, R., Mansi, & Pandey, R. (2018). Bio­
buruk yang merefleksikan performa buruk diversity and Threatened Species Re­
dari perusahaan dan pemerintah sebagai pi­ porting by the Top Fortune Global
hak yang berpengaruh di perusahaan. Peng­ Companies. Accounting, Auditing and
ungkapan pada aspek asesmen pemasok Accountability Journal, 31(3), 787–825.
atas lingkungan tidak banyak dilakukan https://doi.org/10.1108/AAAJ-03-
karena perusahaan mungkin tidak memiliki 2016-2490
pemasok lain. Fenomena ini dapat menim­ Amos, G. J. (2018). Researching Corpo­
bulkan kecurigaan pada proses pemilihan rate Social Responsibility in Develop­
pemasok yang mungkin didasari adanya ing-Countries Context: A Systematic
motif keuntungan ekonomi bahkan kemung­ Review of the Literature. International
kinan adanya kecurangan. Pengungkapan Journal of Law and Management, 60(2),
keluhan lingkungan tidak dilakukan karena 284-310. https://doi.org/10.1108/IJL­
menunjukkan performa yang buruk dari pe­ MA-04-2017-0093
rusahaan yang secara tidak langsung juga Bachmann, P., & Ingenhoff, D. (2016). Le­
menggambarkan image negatif pemerintah gitimacy through CSR Disclosures?
sebagai pemegang saham. The Advantage Outweighs the Disad­
Perbandingan pada perusahaan de­ngan vantages. Public Relations Review, 42,
kepemilikan asing dan operasi internasion­ 386–394. https://doi.org/10.1016/j.
al memberikan hasil yang sejalan de­ ngan pubrev.2016.02.008
penelitian sebelumnya bahwa keduanya Bella, V. D., & Al-Fayoumi, N. (2016). Percep­
memberikan dampak positif pada tingkat tion of Stakeholders on Corporate So­
pengungkapan. Perusahaan dengan kepemi­ cial Responsibility of Islamic Banks in
likan asing melakukan pengungkapan lebih Jordan. EuroMed Journal of Business,
ba­nyak dari­pada perusahaan tanpa kepemi­ 11(1), 30-56. https://doi.org/10.1108/
likan asing. Hal ini disebabkan investor EMJB-01-2015-0003
asin­
g meminta pengungkapan lebih ba­ Bendell, J., Miller, A., & Wortmann, K.
nyak karena kurangnya kemampuan untuk (2011). Public Policies for Scaling Cor­
meng­ awasi perusahaan dan ketidakmam­ porate Responsibility Standards: Ex­
puan mengawasi perusahaan akibat per­ panding Collaborative Governance for
bedaan letak geografis. Selain itu, investor Sustainable Development. Sustainabi­
asing cenderung memiliki komitmen pada lity Accounting, Management and Poli-
aspek sosial dan lingkungan karena nilai cy Journal, 2(2), 263-293. https://doi.
dan budaya dari investor asing ditanamkan org/10.1108/20408021111185411
42 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45

Cahaya, F. R., Porter, S., Tower, G., & Organizational Fields. American Socio-
Brown, A. (2015). The Indonesian Go­ logical Review, 48(2), 147–160. https://
vernment’s Coercive Pressure on La­ doi.org/10.2307/2095101
bour Disclosures: Conflicting Interests Dobbs, S., & Staden, C. V. (2016). Motiva­
or Government Ambivalence? Sustain- tions for Corporate Social and Envi­
ability Accounting, Management and Po­ ronmental Reporting: New Zealand
licy Journal, 6(4), 475–497. https://doi. Evidence. Sustainability Accounting,
org/10.1108/SAMPJ-09-2014-0051 Management and Policy Journal, 7(3),
Cahaya, F. R., Porter, S., Tower, G., & Brown, 449-472. https://doi.org/10.1108/
A. (2017). Coercive Pressures on Occu­ SAMPJ-08-2015-0070
pational Health and Safety Disclosures. Dosinta, N. F., & Brata, H. (2020). Politik
Journal of Accounting in Emerging Penamaan dalam Pelaporan Korpo­
Economies, 7(3), 318–336. https://doi. rat Pascaimplementasi Integrated Re­
org/10.1108/jaee-04-2015-0032 porting. Jurnal Akuntansi Multipara-
Cai, W., Lee, E., Xu, A. L., & Zeng, C. C. digma, 11(1), 138-158. https://doi.
(2019). Does Corporate Social Respon­ org/10.21776/ub.jamal.2020.11.1.09
sibility Disclosure Reduce the Informa­ Dyck, I. J. A., Lins, K. V., Roth, L., & Wag­
tion Disadvantage of Foreign Investors? ner, H. F. (2019). Do Institutional In­
Journal of International Accounting, vestors Drive Corporate Social Re­
Auditing and Taxation, 34, 12–29. sponsibility? International Evidence.
https://doi.org/10.1016/j.intaccaud­ Journal of Financial Economics, 131(3),
tax.2019.02.001 693–714. https://doi.org/10.2139/
Christ, K. L. (2014). Water Management Ac­ ssrn.2708589
counting and the Wine Supply Chain: Elberry, N., & Hussainey, K. (2020). Does
Empirical Evidence from Austra­ Corporate Investment Efficiency Affect
lia. British Accounting Review, 46(4), Corporate Disclosure Practices? Journal
379–396. https://doi.org/10.1016/j. of Applied Accounting Research, 21(2),
bar.2014.10.003 309–327. https://doi.org/10.1108/
Clarkson, M. B. E. (1995). A Stakehold­ JAAR-03-2019-0045
er Framework for Analyzing and Felix, R., Hinsch, C., Rauschnabel, P. A.,
Evaluating Corporate Social Perfor­ & Schlegelmilch, B. B. (2018). Reli­
mance. The Academy of Management giousness and Environmental Con­
Review, 20(1), 92–117. https://doi. cern: A Multilevel and Multi-Country
org/10.2307/258888 Analysis of the Role of Life Satisfaction
Comyns, B. (2018). Climate Change Report­ and Indulgence. Journal of Business
ing and Multinational Companies: In­ Research, 91, 304–312. https://doi.
sights from Institutional Theory and In­ org/10.1016/j.jbusres.2018.06.017
ternational Business. Accounting Forum, Finke, T., Gilchrist, A., & Mouzas, S. (2016).
42, 65–77. https://doi.org/10.1016/j. Why Companies Fail to Respond to Cli­
accfor.2017.07.003 mate Change: Collective Inaction as
Deegan, C. M. (2019). Legitimacy Theory: De­ an Outcome of Barriers to Interaction.
spite its Enduring Popularity and Con­ Industrial Marketing Management, 58,
tribution, Time is Right For a Necessary 94–101. https://doi.org/10.1016/j.
Makeover. Accounting, Auditing & Ac- indmarman.2016.05.018
countability Journal, 32(8), 2307–2329. Fogel, D. S., & Palmer, J. E. (2014). Water as
https://doi.org/10.1108/AAAJ-08- a Corporate Resource. Journal of Global
2018-3638 Responsibility, 5(1), 104–125. https://
Dhaliwal, D. S., Li, O. Z., Tsang, A., & Yang, doi.org/10.1108/jgr-02-2014-0007
Y. G. (2011). Voluntary Nonfinancial Garcia-Sanchez, I. M., Cuadrado-Balles­
Disclosure and the Cost of Equity Cap­ teros, B., & Frias-Aceituno, J. V. (2016).
ital: The Initiation of Corporate Social Impact of the Institutional Macro Con­
Responsibility Reporting. Accounting text on the Voluntary Disclosure of
Review, 86(1), 59–100. https://doi. CSR Information. Long Range Planning,
org/10.2308/accr.00000005 49, 15–35. https://doi.org/10.1016/j.
DiMaggio, P. J., & Powell, W. W. (1983). The lrp.2015.02.004
Iron Cage Revisited : Institutional Iso­ Gunawan, J. (2015). Corporate Social Disclo­
morphism and Collective Rationality in sures in Indonesia: Stakeholders’ Influ­
Wicaksono, Amelia, Zulvina, Rachmadani, Membangun Citra Positif Perusahaan melalui... 43

ence and Motivation. Social Responsi- Iyer, G. R., & Jarvis, L. (2019). CSR Adop­
bility Journal, 11(3), 535–552. https:// tion in the Multinational Hospitality
doi.org/10.1108/SRJ-04-2014-0048 Context: A Review of Representative
Hafez, M. (2018). Measuring the Impact of Research and Avenues for Future Re­
Corporate Social Responsibility Prac­ search. International Journal of Contem-
tices on Brand Equity in the Banking porary Hospitality Management, 31(6),
Industry in Bangladesh: The Medi­ 2376-2393. https://doi.org/10.1108/
ating Effect of Corporate Image and IJCHM-06-2018-0451
Brand Awareness. International Jour- Kanyama, A. C., Kanyama, K. C., Wester, M.,
nal of Bank Marketing, 36(5), 806–822. Snickare, L., & Söderberg, I. L. (2018).
https://doi.org/10.1108/IJBM-04- Climate Change Mitigation Efforts
2017-0072 Among Transportation and Manufac­
Hazelton, J. (2013). Accounting as a Human turing Companies: The Current State
Right: The Case of Water Information. of Efforts in Sweden According to Avail­
Accounting, Auditing & Accountability able Documentation. Journal of Cleaner
Journal, 26(2), 267–311. https://doi. Production, 196, 588–593. https://doi.
org/10.1108/09513571311303738 org/10.1016/j.jclepro.2018.06.007
He, C., & Loftus, J. (2014). Does Environ­ Lauesen, L. M. (2016). CSR Maturity and
mental Reporting Reflect Environmen­ Motivation in the Water Sector. Social
tal Performance? Evidence from Chi­ Responsibility Journal, 12(3), 506-522.
na. Pacific Accounting Review, 26(1–2), https://doi.org/10.1108/SRJ-05-
134–154. https://doi.org/10.1108/ 2015-0063
PAR-07-2013-0073 Liesen, A., Hoepner, A. G., Patten, D. M., &
Heniwati, E., & Asni, N. (2019). Intrinsic Figge, F. (2015). Does Stakeholder Pres­
Value dari Pelaporan Keanekaragaman sure Influence Corporate GHG Emis­
Hayati. Jurnal Akuntansi Multipara- sions Reporting? Empirical Evidence
digma, 10(2), 207-226. https://doi. from Europe. Accounting, Auditing and
org/10.18202/jamal.2019.08.10012 Accountability Journal, 28(7), 1047–
Hossain, M. M., & Alam, M. (2016). Corpo­ 1074. https://doi.org/10.1108/AAAJ-
rate Social Reporting (CSR) and Stake­ 12-2013-1547
holder Accountability in Bangladesh: Lock, I., & Schulz-Knappe, C. (2019). Credible
Perceptions of Less Economically Po­ Corporate Social Responsibility (CSR)
werful Stakeholders. International Jour- Communication Predicts Legitimacy:
nal of Accounting & Information Ma­ Evidence from an Experimental Study.
nagement, 24(4), 415-442. https://doi. Corporate Communications: An Interna-
org/10.1108/IJAIM-05-2016-0064 tional Journal, 24(1), 2-20. https://doi.
Ijabadeniyi, A., & Govender, J. P. (2019). org/10.1108/CCIJ-07-2018-0071
Coerced CSR: Lessons from Consumer Louie, J., Ahmed, K., & Ji, X. D. (2019). Vol­
Values and Purchasing Behavior. Cor- untary Disclosures Practices of Family
porate Communications: An Internation- Firms in Australia. Accounting Research
al Journal, 24(3), 515-531. https://doi. Journal, 32(2), 273–294. https://doi.
org/10.1108/CCIJ-10-2018-0110 org/10.1108/ARJ-04-2016-0042
Islam, M. A., & Islam, M. A. (2011). Envi­ Lu, Y., & Abeysekera, I. (2014). Stakeholders’
ronmental Incidents in a Developing Power, Corporate Characteristics, and
Country and Corporate Environmen­ Social And Environmental Disclosure:
tal Disclosures. Society and Business Evidence from China. Journal of Clean-
Review, 6(3), 229–248. https://doi. er Production, 64, 426–436. https://doi.
org/10.1108/17465681111170984 org/10.1016/j.jclepro.2013.10.005
Ismail, A. H., Rahman, A. A., & Hezabr, A. A. Lu, Y., Abeysekera, I., & Cortese, C. (2015).
(2018). Determinants of Corporate En­ Corporate Social Responsibility Re­
vironmental Disclosure Quality of Oil porting Quality, Board Characteristics
and Gas Industry in Developing Coun­ and Corporate Social Reputation: Ev­
tries. International Journal of Ethics and idence from China. Pacific Accounting
Systems, 34(4), 527-563. https://doi. Review, 27(1), 95-118. https://doi.
org/10.1108/IJOES-03-2018-0042 org/10.1108/PAR-10-2012-0053
44 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 1, April 2021, Hlm 27-45

Molinos-Senante, M., Maziotis, A., & Sa­ org/10.1016/j.jaccpubpol.2009.10.009


la-Garrido, R. (2017). Assessing The Siskawati, E., & Susilawati, M. (2017).
Productivity Change of Water Com­ Akuntabilitas Pengelolaan Limbah Ber­
panies in England and Wales: A Dy­ basis Mulat Sarira. Jurnal Akuntansi
namic Metafrontier Approach. Journal Multiparadigma, 8(3), 470-486. https://
of Environmental Management, 197, doi.org/10.18202/jamal.2017.12.7067
1–9. https://doi.org/10.1016/j.jen­ Sun, J., Yoo, S., Park, J., & Hayati, B. (2019).
vman.2017.03.023 Indulgence versus Restraint: The Mo­
Nyahas, S. I., Ntayi, J. M., Kamukama, N., & derating Role of Cultural Differences
Munene, J. (2018). Stakeholders Influ­ on the Relationship between Corporate
ence on Voluntary Disclosure Practic­ Social Performance and Corporate Fi­
es by Listed Companies in Nigeria: An nancial Performance. Journal of Global
Investigation of Managers’ Perception. Marketing, 32(2), 83–92. https://doi.or
International Journal of Law and Ma­ g/10.1080/08911762.2018.1464236
nagement, 60(2), 267–283. https://doi. Taghian, M., D’Souza, C., & Polonsky, M.
org/10.1108/IJLMA-05-2017-0110 (2015). A Stakeholder Approach to
Oh, W. Y., Chang, Y. K., & Martynov, A. Corporate Social Responsibility, Re­
(2011). The Effect of Ownership Struc­ putation and Business Performance.
ture on Corporate Social Responsibility: Social Responsibility Journal, 11(2),
Empirical Evidence from Korea. Jour- 340-363. https://doi.org/10.1108/
nal of Business Ethics, 104, 283–297. SRJ-06-2012-0068
https://doi.org/10.1007/s10551-011- Walker, N. L., Norton, A., Harris, I., Williams,
0912-z A. P., & Styles, D. (2019). Economic and
Parker, C. M., Bellucci, E., Zutshi, A., Tor­ Environmental Efficiency of UK and
lina, L., & Fraunholz, B. (2015). SME Ireland Water Companies: Influence of
Stakeholder Relationship Descriptions Exogenous Factors and Rurality. Jour-
in Website CSR Communications. So- nal of Environmental Management, 241,
cial Responsibility Journal, 11(2), 364- 363–373. https://doi.org/10.1016/j.
386. https://doi.org/10.1108/SRJ-09- jenvman.2019.03.093
2013-0114 Warren, L., & Jack, L. (2018). The Capital
Preslmayer, C., Kuttner, M., & Feldbau­ Budgeting Process and the Energy Tri­
er-Durstmüller, B. (2018). Uncovering lemma - A Strategic Conduct Analysis.
the Research Field of Corporate So­ The British Accounting Review, 50(5),
cial Responsibility in Family Firms: A 481-496. https://doi.org/10.1016/j.
Citation Analysis. Journal of Family bar.2018.04.005
Business Management, 8(2), 169-195. Wicaksono, A. P., & Kholid, M. N. (2019). Tu­
https://doi.org/10.1108/JFBM-10- juan Tersembunyi dalam Penggunaan
2017-0032 Social Reporting. Jurnal Akuntansi Mul-
Rangkuti, H., Yuliantoro, H., & Yefni, Y. tiparadigma, 10(1), 63–81. https://doi.
(2019). Lebih Penting Mana Sustainabil­ org/10.18202/jamal.2019.04.10004
ity Report atau Laba Bagi Perusahaan Wicaksono, B., Djuminah, & Honggowati, S.
Perkebunan? Jurnal Akuntansi Multi- (2020). Pengungkapan Air dalam Per­
paradigma, 10(2), 365-378. https://doi. spektif Agenda-Setting Theory. Jurnal
org/10.18202/jamal.2019.08.10021 Akuntansi Multiparadigma, 11(3), 600-
Rudyanto, A. (2019). Mimetic Isomorphism 612. https://doi.org/10.21776/ub.ja­
as a Reason for Preparing Sustainabil­ mal.2020.11.3.34
ity Report. Jurnal Akuntansi Multipar- Wolff, A., Gondran, N., & Brodhag, C. (2017).
adigma, 10(3), 433-447. https://doi. Detecting Unsustainable Pressures
org/10.21776/ub.jamal.2019.10.3.25 Exerted on Biodiversity by a Compa­
Smith, J. V. D. L., Adhikari, A., Tondkar, R. ny. Application to the Food Portfolio
H., & Andrews, R. L. (2010). The Im­ of A Retailer. Journal of Cleaner Pro-
pact of Corporate Social Disclosure on duction, 166, 784–797. https://doi.
Investment Behavior: A Cross-National org/10.1016/j.jclepro.2017.08.057
Study. Journal of Accounting and Pub- Villiers, C. D., & Alexander, D. (2014). The
lic Policy, 29, 177–192. https://doi. Institutionalisation of Corporate Social
Wicaksono, Amelia, Zulvina, Rachmadani, Membangun Citra Positif Perusahaan melalui... 45

Responsibility Reporting. British Ac- Production, 256, 120470. https://doi.


counting Review, 46, 198–212. https:// org/10.1016/j.jclepro.2020.120470
doi.org/10.1016/j.bar.2014.03.001 Yu, W., & Zheng, Y. (2020). Does CSR Report­
Vinnari, E., & Laine, M. (2013). Just a Pass­ ing Matter to Foreign Institutional In­
ing Fad? The Diffusion and Decline of vestors in China? Journal of Internation-
Environmental Reporting in the Finn­ al Accounting, Auditing and Taxation,
ish Water Sector. Accounting, Auditing 40, 100322. https://doi.org/10.1016/j.
& Accountability Journal, 26(7), 1107- intaccaudtax.2020.100322
1134. https://doi.org/10.1108/AAAJ- Zhong, M., & Gao, L. (2017). Does Corporate
04-2012-01002 Social Responsibility Disclosure Im­
Xue, Y. (2020). Empirical Research on prove Firm Investment Efficiency? Evi­
Household Carbon Emissions Cha­ dence from China. Review of Accounting
racteristics and Key Impact Factors and Finance, 16(3), 348–365. https://
in Mining A­ reas. Journal of Cleaner doi.org/10.1108/RAF-05-2014-0054

Anda mungkin juga menyukai