• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• Lalu pada opsi halaman, pilih “Single Page” (lihat gambar dibawah).
• Maksud dari pengaturan ini adalah agar tampilan slide baru secara utuh
dapat terlihat pada saat scroll dari mouse digerakkan sedikit saja. Untuk
software pdf selain foxit reader, maka harus di-setting agar dapat meng-
hasilkan efek yg serupa.
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
DASAR-DASAR TEKNOLOGI SISTEM PERMESINAN
PERKAPALAN
workshop AC condensers
MAIN ENGINE
nks
Fuel & Lube Ta Water Productio
n
System
Modul 2: Teknologi dan Pengoperasian
Sistem-sistem Perpipaan Perkapalan
5
DAFTAR ISI
9
Fungsi-fungsi Sistem Bilga dan Ballast
10
Fungsi-fungsi Sistem Bilga dan Ballast
11
Fungsi Utama Sistem Ballast:
12
Fungsi Utama Sistem Ballast:
13
Fungsi Utama Sistem Ballast:
14
Fungsi Utama Sistem Ballast:
15
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast
16
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast
17
Gambar general arrangement dari sebuah kapal offshore support vessel tipe standby safety vessel.
18
19
FRAME SPACING 1500 MM APART FRAME SPACING 500 MM APART
FRAME SPACING 1000 MM APART
20
21
MAIN DECK PLAN
22
MAIN DECK PLAN
23
24
25
BELOW MAIN DECK PLAN
26
Generator set (auxiliary engine) (P)
Main engine (P)
27
BELOW MAIN DECK PLAN
28
29
BELOW MAIN DECK PLAN
30
31
32
BELOW MAIN DECK PLAN
33
NO.1 F.O. TK
BELOW
NO.1 F.O. TK
BELOW
34
BELOW MAIN DECK PLAN
35
36
37
38
Sistem Perpipaan Bilga & Ballast
39
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
41
42
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast
43
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast
44
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast
45
46
CHAIN LOCKER
47
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast
48
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast
50
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Check valve, otomatis
membuka apabila nilai
tekanan di bagian inlet
valve itu lebih besar
daripada nilai tekanan
di bagian outletnya.
54
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast
55
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast
57
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Check valve, otomatis
membuka apabila nilai
tekanan di bagian inlet
valve itu lebih besar
daripada nilai tekanan
di bagian outletnya.
61
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast
62
Bow thruster
compartment
63
Bow thruster
compartment
64
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast
65
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Check valve
69
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast
74
• Pengurasan genangan air di below main deck accommoda-
tion space.
75
Below main deck
accommodation space
76
BELOW MAIN DECK
ACCOMODATION SPACE
77
• Pengurasan genangan air di below main deck accommoda-
tion space.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-28, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
78
82
• Pengurasan genangan air di below main deck accommoda-
tion space.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-28, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-28, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.
83
87
• Pengurasan genangan air di below main deck accommoda-
tion space.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-28, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-28, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.
88
Engine Room
89
Engine Room
90
Forward Engine
Room Bilge
91
• Pengurasan genangan air di below main deck accommoda-
tion space.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-28, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-28, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.
92
• Pengurasan genangan air di below main deck accommoda-
tion space.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-28, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-28, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.
95
• Pengurasan genangan air di aft engine room bilge.
98
Engine Room
99
Aft Engine
Room Bilge
100
• Pengurasan genangan air di aft engine room bilge.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-6, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
101
• Pengurasan genangan air di aft engine room bilge.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-6, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-6, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.
104
• Pengurasan genangan air di aft engine room bilge.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-6, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-6, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.
107
Engine Room
Gangway
108
• Pengurasan genangan air di aft engine room bilge.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-6, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-6, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.
109
• Pengurasan genangan air di aft engine room bilge.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-6, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-6, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.
112
• Pengurasan genangan air di steering gear compartment.
115
Steering Gear
Compartment
116
• Pengurasan genangan air di steering gear compartment.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
117
121
• Pengurasan genangan air di steering gear compartment.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3,
dan BI-9.
122
126
CATATAN
127
CATATAN
128
CATATAN
Terbuka
CATATAN
Terbuka
Terbuka
CATATAN
131
CATATAN
132
CATATAN
133
CATATAN
134
CATATAN
Suc- Dis-
tion charge
135
CATATAN
137
CATATAN
138
CATATAN
139
CATATAN
140
CATATAN
141
CATATAN
142
CATATAN
143
CATATAN
144
CATATAN
145
CATATAN
146
CATATAN
148
CATATAN
149
CATATAN
150
CATATAN
151
CATATAN
Terbuka
Terbuka
CATATAN
Terbuka
Terbuka
• Pengurasan genangan air di steering gear compartment.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3,
dan BI-9.
155
156
• Pengurasan genangan air di steering gear compartment.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3,
dan BI-9.
157
• Pengurasan genangan air di steering gear compartment.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3,
dan BI-9.
158
162
• Pengeluaran air di forward F.W. ballast tank, chain locker
sump tank, bow thruster compartment, dan below main
deck accommodation space,
163
Below Main Deck Accommodation Space
Bow Thruster Compartment
Chain Locker
Forward F.W.
Ballast Tk.
164
• Pengeluaran air di forward F.W. ballast tank, chain locker
sump tank, bow thruster compartment, dan below main
deck accommodation space, karena adanya kebocoran
lambung yg besar akibat kandas (grounding) atau tubrukan
(collision).
165
• Pengeluaran air di forward F.W. ballast tank, chain locker
sump tank, bow thruster compartment, dan below main
deck accommodation space, karena adanya kebocoran
lambung yg besar akibat kandas (grounding) atau tubrukan
(collision).
Pompa yg digunakan: P1 dan P2.
Valve yg dibuka: BA-10, BI-23, BI-24, BI-13, BI-14, BI-7,
BI-5, SS-9, BI-22, BI-2, BA-7, BA-2, BI-3, SS-8, BI-21,
dan BI-1.
166
170
• Pengeluaran air di forward F.W. ballast tank, chain locker
sump tank, bow thruster compartment, dan below main
deck accommodation space, karena adanya kebocoran
lambung yg besar akibat kandas (grounding) atau tubrukan
(collision).
Pompa yg digunakan: P1 dan P2.
Valve yg dibuka: BA-10, BI-23, BI-24, BI-13, BI-14, BI-7,
BI-5, SS-9, BI-22, BI-2, BA-7, BA-2, BI-3, SS-8, BI-21,
dan BI-1.
171
• Pengeluaran air di forward F.W. ballast tank, chain locker
sump tank, bow thruster compartment, dan below main
deck accommodation space, karena adanya kebocoran
lambung yg besar akibat kandas (grounding) atau tubrukan
(collision).
Pompa yg digunakan: P1 dan P2.
Valve yg dibuka: BA-10, BI-23, BI-24, BI-13, BI-14, BI-7,
BI-5, SS-9, BI-22, BI-2, BA-7, BA-2, BI-3, SS-8, BI-21,
dan BI-1.
172
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
175
176
177
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
178
179
180
181
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
182
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
183
184
185
186
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
187
188
190
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
191
192
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).
195
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
196
197
198
199
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
200
201
203
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Starboard).
204
205
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Portside).
208
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
209
210
211
212
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
213
214
215
216
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Portside).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Portside).
217
218
219
220
CATATAN
221
CATATAN
CATATAN
223
CATATAN
224
CATATAN
226
CATATAN
NO 4
D.W./W.B. TK (P)
NO 4
D.W./W.B. TK (S)
227
CATATAN
228
CATATAN
229
CATATAN
230
CATATAN
231
CATATAN
232
CATATAN
NO 4
D.W./W.B. TK (P)
NO 4
D.W./W.B. TK (S)
233
CATATAN
234
CATATAN
236
CATATAN
237
CATATAN
238
CATATAN
240
CATATAN
241
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Portside).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Portside).
• Penyuplaian air pendingin mesin2 dalam keadaan darurat.
242
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
243
244
EMERGENCY
COOLING
245
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
246
247
248
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Portside).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Portside).
• Penyuplaian air pendingin mesin2 dalam keadaan darurat.
• Pembersihan sea chest.
249
Pembersihan Sea Chest (Starboard)
250
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
251
252
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
255
256
257
Pembersihan Sea Chest (Portside)
259
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
260
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
264
266
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Portside).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Portside).
• Penyuplaian air pendingin mesin2 dalam keadaan darurat.
• Pembersihan sea chest.
• Pemadaman kebakaran di E/R.
268
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
dan Fire Hydrant 1
269
270
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
dan Fire Hydrant 2
272
273
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
dan Fire Hydrant 1 & Fire Hydrant 2
275
276
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
dan Fire Hydrant 1
278
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
dan Fire Hydrant 2
280
281
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
dan Fire Hydrant 1 & Fire Hydrant 2
283
284
• Pemadaman kebakaran di Main Deck.
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
287
288
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
292
293
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
• Pemadaman kebakaran di Main Deck.
• Pemadaman kebakaran di Navigation Bridge Deck.
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
300
301
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
304
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
306
307
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
310
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
• Pemadaman kebakaran di Main Deck.
• Pemadaman kebakaran di Navigation Bridge Deck.
• Pembersihan lubang jangkar (hawse pipe).
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
313
314
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
317
318
319
320
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
321
322
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
325
326
327
328
• Pemadaman kebakaran di Main Deck.
• Pemadaman kebakaran di Navigation Bridge Deck.
• Pembersihan lubang jangkar (hawse pipe).
• Pemadaman kebakaran di pelabuhan.
Di sisi bagian Starboard
330
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
331
332
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
INT’L SHORE
CONNECTION
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
335
336
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
INT’L SHORE
CONNECTION
Di sisi bagian Portside
339
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
340
341
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
INT’L SHORE
CONNECTION
343
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
344
345
INT’L SHORE
CONNECTION
FRM. ENGINE
ROOM
INT’L SHORE
CONNECTION
Sistem Bilga Berminyak dan Minyak Kotor
348
Sistem Bilga Berminyak dan Minyak Kotor
• Sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) sebenarnya adalah merupakan bagian dari sistem
bilga dan ballast.
349
Sistem Bilga Berminyak dan Minyak Kotor
• Sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) sebenarnya adalah merupakan bagian dari sistem
bilga dan ballast.
• Meskipun demikian, kadang2 sistem ini digambar secara
terpisah dari sistem bilga dan ballast, misalnya pada kapal
standby safety vessel diatas.
350
General Arrangement
351
MAKER SUPPLY
Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
352
LIST OF MATERIALS
353
Sistem Bilga Berminyak dan Minyak Kotor
• Sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) sebenarnya adalah merupakan bagian dari sistem
bilga dan ballast.
• Meskipun demikian, kadang2 sistem ini digambar secara
terpisah dari sistem bilga dan ballast, misalnya pada kapal
standby safety vessel diatas.
354
Sistem Bilga Berminyak dan Minyak Kotor
• Sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) sebenarnya adalah merupakan bagian dari sistem
bilga dan ballast.
• Meskipun demikian, kadang2 sistem ini digambar secara
terpisah dari sistem bilga dan ballast, misalnya pada kapal
standby safety vessel diatas.
• Sistem ini digunakan untuk memompa genangan air yg
bercampur minyak yg ada di kamar mesin, lalu meng-
alirkannya ke tangki bilga dasar ganda (double bottom bilge
tank).
355
MAKER SUPPLY
Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
356
Sistem Bilga Berminyak dan Minyak Kotor
• Sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) sebenarnya adalah merupakan bagian dari sistem
bilga dan ballast.
• Meskipun demikian, kadang2 sistem ini digambar secara
terpisah dari sistem bilga dan ballast, misalnya pada kapal
standby safety vessel diatas.
• Sistem ini digunakan untuk memompa genangan air yg
bercampur minyak yg ada di kamar mesin, lalu meng-
alirkannya ke tangki bilga dasar ganda (double bottom bilge
tank).
• Apabila cairan yg ada di tangki double bottom bilge tank itu
sudah mencapai ketinggian tertentu, maka cairan tersebut
bisa dipompa menuju oily water separator, yaitu alat yg
berfungsi untuk memisahkan minyak dari air yg akan dibuang
keluar dari kapal, yg mana minyak tersebut dialirkan ke tangki
dirty oil/sludge tank, sedangkan air yg sudah tidak
mengandung atau sedikit sekali mengandung minyak tersebut
dialirkan keluar dari kapal (overboard).
357
MAKER SUPPLY
Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
358
• Apabila tangki dirty oil/sludge tank itu sudah hampir penuh,
maka cairan yg ada didalamnya harus dikeluarkan. Dan
mengingat ini adalah cairan minyak kotor, maka cairan
tersebut tidak boleh langsung dibuang ke laut lepas, akan
tetapi harus disalurkan ke tangki penyimpanan minyak
kotor yg ada di pelabuhan, pada saat kapal tersebut sedang
berlabuh.
359
MAKER SUPPLY
Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
360
• Apabila tangki dirty oil/sludge tank itu sudah hampir penuh,
maka cairan yg ada didalamnya harus dikeluarkan. Dan
mengingat ini adalah cairan minyak kotor, maka cairan
tersebut tidak boleh langsung dibuang ke laut lepas, akan
tetapi harus disalurkan ke tangki penyimpanan minyak
kotor yg ada di pelabuhan, pada saat kapal tersebut sedang
berlabuh.
• Pada jalur pipa setelah oily water separator tersebut, dibuat
sebuah saluran ke udara bebas yg posisinya lebih tinggi
dari oily water separator,
361
MAKER SUPPLY
362
• Apabila tangki dirty oil/sludge tank itu sudah hampir penuh,
maka cairan yg ada didalamnya harus dikeluarkan. Dan
mengingat ini adalah cairan minyak kotor, maka cairan
tersebut tidak boleh langsung dibuang ke laut lepas, akan
tetapi harus disalurkan ke tangki penyimpanan minyak
kotor yg ada di pelabuhan, pada saat kapal tersebut sedang
berlabuh.
• Pada jalur pipa setelah oily water separator tersebut, dibuat
sebuah saluran ke udara bebas yg posisinya lebih tinggi
dari oily water separator, yg mana tujuannya adalah agar
apabila posisi saluran overboard lebih rendah dari oily
water separator, sedang oily water separator tersebut
sedang dalam keadaan error, maka cairan kotor yg masih
berada didalam oily water separator itu tidak bisa langsung
mengalir ke overboard, yg mana apabila hal itu terjadi
maka bisa menyebabkan pencemaran air, serta denda yg
tinggi dari pihak pelabuhan.
363
364
365
MAKER SUPPLY
Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
366
MAKER SUPPLY
Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
367
368
MAKER SUPPLY
Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
369
MAKER SUPPLY
Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
370
371
MAKER SUPPLY
Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
372
MAKER SUPPLY
Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
373
374
MAKER SUPPLY
Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
375
MAKER SUPPLY
Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
376
Teknologi Sistem Pendinginan Mesin-
mesin (Engines Cooling System)
DESKRIPSI UMUM DAN FUNGSI-FUNGSI DARI
SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN
DESKRIPSI UMUM DAN FUNGSI-FUNGSI DARI
SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN
Rangkaian 2
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler,
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler, yg mana
kedua cooler tersebut adalah juga terhubung ke sistem
pendinginan air laut (sea water cooling system).
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan
Air Laut (Sea Water Cooling System)
CATATAN
Fresh water
Fresh water outlet
inlet
CATATAN
Fresh water
Fresh water outlet
inlet
CATATAN
Fresh water
Fresh water outlet
inlet
CATATAN
fluida yg mendingin-
kan (lebih dingin).
fluida yg mendinginkan
(lebih dingin).
fluida yg didinginkan
(lebih panas).
fluida yg mendinginkan
(lebih dingin). fluida yg didinginkan
(lebih panas).
CATATAN
Contoh gambar process flow diagram dari sistem pendinginan air tawar
(fresh water cooling system) yg dilengkapi dengan evaporator.
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler, yg mana
kedua cooler tersebut adalah juga terhubung ke sistem
pendinginan air laut (sea water cooling system).
• Selain digunakan untuk mendinginkan air tawar, air laut
tersebut juga berfungsi untuk mendinginkan minyak
pelumas (lubricating oil), udara masukan (charge air), uap
air pada evaporator, serta mesin2 dan peralatan2 lain.
• Evaporator (sering juga disebut dengan istilah distiller)
adalah peralatan yg berfungsi untuk mengubah air laut
menjadi air tawar, dengan memanfaatkan energi panas yg
terdapat di air tawar yg keluar dari bagian jacket pada
main engine, atau energi panas yg terdapat di uap (steam)
yg dihasilkan oleh boiler.
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler, yg mana
kedua cooler tersebut adalah juga terhubung ke sistem
pendinginan air laut (sea water cooling system).
• Selain digunakan untuk mendinginkan air tawar, air laut
tersebut juga berfungsi untuk mendinginkan minyak
pelumas (lubricating oil), udara masukan (charge air), uap
air pada evaporator, serta mesin2 dan peralatan2 lain.
• Evaporator (sering juga disebut dengan istilah distiller)
adalah peralatan yg berfungsi untuk mengubah air laut
menjadi air tawar, dengan memanfaatkan energi panas yg
terdapat di air tawar yg keluar dari bagian jacket pada
main engine, atau energi panas yg terdapat di uap (steam)
yg dihasilkan oleh boiler.
• Ada 2 tipe evaporator, yaitu boiling process evaporator dan
flash process evaporator; di modul ini, kita hanya akan
membahas evaporator tipe boiling process evaporator.
• Didalam boiling process evaporator tersebut, massa jenis atau
kerapatan (density) dari udara yg ada didalamnya lebih kecil
daripada kerapatan udara normal atau udara yg ada diluar
tangki, hal ini karena udara yg ada didalam tangki evaporator
tersebut dipompa keluar dari tangki.
• Didalam boiling process evaporator tersebut, massa jenis atau
kerapatan (density) dari udara yg ada didalamnya lebih kecil
daripada kerapatan udara normal atau udara yg ada diluar
tangki, hal ini karena udara yg ada didalam tangki evaporator
tersebut dipompa keluar dari tangki.
• Apabila kerapatan udara (bobot udara tiap meter kubik) di
dalam tangki evaporator lebih rendah dari kerapatan udara
normal, maka nilai tekanan udara di dalam tangki tersebut
juga akan lebih rendah dari nilai tekanan udara normal.
• Didalam boiling process evaporator tersebut, massa jenis atau
kerapatan (density) dari udara yg ada didalamnya lebih kecil
daripada kerapatan udara normal atau udara yg ada diluar
tangki, hal ini karena udara yg ada didalam tangki evaporator
tersebut dipompa keluar dari tangki.
• Apabila kerapatan udara (bobot udara tiap meter kubik) di
dalam tangki evaporator lebih rendah dari kerapatan udara
normal, maka nilai tekanan udara di dalam tangki tersebut
juga akan lebih rendah dari nilai tekanan udara normal.
• Tekanan udara normal yg standar memiliki nilai sebesar 1 atm
atau 1,013 x 105 N/m2, sehingga nilai tekanan udara didalam
tangki evaporator tersebut juga akan lebih rendah dari nilai ini.
• Didalam boiling process evaporator tersebut, massa jenis atau
kerapatan (density) dari udara yg ada didalamnya lebih kecil
daripada kerapatan udara normal atau udara yg ada diluar
tangki, hal ini karena udara yg ada didalam tangki evaporator
tersebut dipompa keluar dari tangki.
• Apabila kerapatan udara (bobot udara tiap meter kubik) di
dalam tangki evaporator lebih rendah dari kerapatan udara
normal, maka nilai tekanan udara di dalam tangki tersebut
juga akan lebih rendah dari nilai tekanan udara normal.
• Tekanan udara normal yg standar memiliki nilai sebesar 1 atm
atau 1,013 x 105 N/m2, sehingga nilai tekanan udara didalam
tangki evaporator tersebut juga akan lebih rendah dari nilai ini.
• Apabila tekanan udara di sebuah ruangan menurun, maka titik
didih dari cairan yg ada diruangan itu juga akan menurun,
atau dengan kata lain, cairan itu bisa menguap pada suhu yg
lebih rendah;
• Didalam boiling process evaporator tersebut, massa jenis atau
kerapatan (density) dari udara yg ada didalamnya lebih kecil
daripada kerapatan udara normal atau udara yg ada diluar
tangki, hal ini karena udara yg ada didalam tangki evaporator
tersebut dipompa keluar dari tangki.
• Apabila kerapatan udara (bobot udara tiap meter kubik) di
dalam tangki evaporator lebih rendah dari kerapatan udara
normal, maka nilai tekanan udara di dalam tangki tersebut
juga akan lebih rendah dari nilai tekanan udara normal.
• Tekanan udara normal yg standar memiliki nilai sebesar 1 atm
atau 1,013 x 105 N/m2, sehingga nilai tekanan udara didalam
tangki evaporator tersebut juga akan lebih rendah dari nilai ini.
• Apabila tekanan udara di sebuah ruangan menurun, maka titik
didih dari cairan yg ada diruangan itu juga akan menurun,
atau dengan kata lain, cairan itu bisa menguap pada suhu yg
lebih rendah; sebagai contoh, untuk air tawar, ia akan
mendidih pada suhu 100°C ketika tekanan udara di tempat itu
adalah 1 atm atau 101,33 kN/m2,
Nilai-nilai tekanan jenuh (saturation pressure) dari air tawar pada suhu-
suhu yang bervariasi (Referensi: Y. A. Cengel, J. M. Cimbala (2006), Fluid
Mechanics Fundamentals and Applications, The McGraw-Hill Companies,
Inc).
• Didalam boiling process evaporator tersebut, massa jenis atau
kerapatan (density) dari udara yg ada didalamnya lebih kecil
daripada kerapatan udara normal atau udara yg ada diluar
tangki, hal ini karena udara yg ada didalam tangki evaporator
tersebut dipompa keluar dari tangki.
• Apabila kerapatan udara (bobot udara tiap meter kubik) di
dalam tangki evaporator lebih rendah dari kerapatan udara
normal, maka nilai tekanan udara di dalam tangki tersebut
juga akan lebih rendah dari nilai tekanan udara normal.
• Tekanan udara normal yg standar memiliki nilai sebesar 1 atm
atau 1,013 x 105 N/m2, sehingga nilai tekanan udara didalam
tangki evaporator tersebut juga akan lebih rendah dari nilai ini.
• Apabila tekanan udara di sebuah ruangan menurun, maka titik
didih dari cairan yg ada diruangan itu juga akan menurun,
atau dengan kata lain, cairan itu bisa menguap pada suhu yg
lebih rendah; sebagai contoh, untuk air tawar, ia akan
mendidih pada suhu 100°C ketika tekanan udara di tempat itu
adalah 1 atm atau 101,33 kN/m2, akan tetapi apabila tekanan
udaranya diturunkan menjadi 1,2276 kN/m2, maka air tawar
itu akan bisa mendidih walaupun suhunya hanya 10°C.
Nilai-nilai tekanan jenuh (saturation pressure) dari air tawar pada suhu-
suhu yang bervariasi (Referensi: Y. A. Cengel, J. M. Cimbala (2006), Fluid
Mechanics Fundamentals and Applications, The McGraw-Hill Companies,
Inc).
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar;
Nilai-nilai tekanan jenuh (saturation pressure) dari air tawar pada suhu-
suhu yang bervariasi (Referensi: Y. A. Cengel, J. M. Cimbala (2006), Fluid
Mechanics Fundamentals and Applications, The McGraw-Hill Companies,
Inc).
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
Nilai-nilai tekanan jenuh (saturation pressure) dari air tawar pada suhu-
suhu yang bervariasi (Referensi: Y. A. Cengel, J. M. Cimbala (2006), Fluid
Mechanics Fundamentals and Applications, The McGraw-Hill Companies,
Inc).
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
• Pada boiling process evaporator, air laut masuk ke dalam tangki
evaporator melalui saluran inlet (seawater feed),
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
• Pada boiling process evaporator, air laut masuk ke dalam tangki
evaporator melalui saluran inlet (seawater feed), lalu setelah
berada didalamnya ia dipanaskan oleh pipa2 di heater nest,
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
• Pada boiling process evaporator, air laut masuk ke dalam tangki
evaporator melalui saluran inlet (seawater feed), lalu setelah
berada didalamnya ia dipanaskan oleh pipa2 di heater nest, yg
mana pipa2 itu dialiri dengan air tawar pendingin bagian jacket
dari main engine yg baru keluar dari main engine tersebut,
Evaporator
Contoh gambar process flow diagram dari sistem pendinginan air tawar
(fresh water cooling system) yg dilengkapi dengan evaporator.
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
• Pada boiling process evaporator, air laut masuk ke dalam tangki
evaporator melalui saluran inlet (seawater feed), lalu setelah
berada didalamnya ia dipanaskan oleh pipa2 di heater nest, yg
mana pipa2 itu dialiri dengan air tawar pendingin bagian jacket
dari main engine yg baru keluar dari main engine tersebut,
sehingga suhunya cukup panas (sekitar 60°C).
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
• Pada boiling process evaporator, air laut masuk ke dalam tangki
evaporator melalui saluran inlet (seawater feed), lalu setelah
berada didalamnya ia dipanaskan oleh pipa2 di heater nest, yg
mana pipa2 itu dialiri dengan air tawar pendingin bagian jacket
dari main engine yg baru keluar dari main engine tersebut,
sehingga suhunya cukup panas (sekitar 60°C).
• Pipa2 heater nest dengan suhu sekitar 60°C ini sudah cukup
untuk menguapkan air laut,
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
• Pada boiling process evaporator, air laut masuk ke dalam tangki
evaporator melalui saluran inlet (seawater feed), lalu setelah
berada didalamnya ia dipanaskan oleh pipa2 di heater nest, yg
mana pipa2 itu dialiri dengan air tawar pendingin bagian jacket
dari main engine yg baru keluar dari main engine tersebut,
sehingga suhunya cukup panas (sekitar 60°C).
• Pipa2 heater nest dengan suhu sekitar 60°C ini sudah cukup
untuk menguapkan air laut, hal ini karena tekanan udara di-
dalam evaporator itu sudah dibuat cukup rendah (sekitar 20 kPa).
Nilai-nilai tekanan jenuh (saturation pressure) dari air tawar pada suhu-
suhu yang bervariasi (Referensi: Y. A. Cengel, J. M. Cimbala (2006), Fluid
Mechanics Fundamentals and Applications, The McGraw-Hill Companies,
Inc).
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister,
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Uap air yg bergerak keatas ini lalu melewati condenser nest,
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Uap air yg bergerak keatas ini lalu melewati condenser nest,
yg mana adalah terdiri dari pipa2 kecil yg dialiri oleh air dingin
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Uap air yg bergerak keatas ini lalu melewati condenser nest,
yg mana adalah terdiri dari pipa2 kecil yg dialiri oleh air dingin
(bisa berupa air laut yg diambil dari sea chest,
Contoh gambar process flow diagram dari sistem pendinginan
air laut (sea-water cooling system).
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Uap air yg bergerak keatas ini lalu melewati condenser nest,
yg mana adalah terdiri dari pipa2 kecil yg dialiri oleh air dingin
(bisa berupa air laut yg diambil dari sea chest, atau pada
sistem pendinginan sentral adalah air tawar pendingin mesin2
yg baru saja didinginkan oleh central cooler).
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Uap air yg bergerak keatas ini lalu melewati condenser nest,
yg mana adalah terdiri dari pipa2 kecil yg dialiri oleh air dingin
(bisa berupa air laut yg diambil dari sea chest, atau pada
sistem pendinginan sentral adalah air tawar pendingin mesin2
yg baru saja didinginkan oleh central cooler).
• Di condenser nest, energi panas yg ada di uap air laut itu akan
berpindah ke air dingin yg mengalir didalam pipa2 condenser
nest tersebut.
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Uap air yg bergerak keatas ini lalu melewati condenser nest,
yg mana adalah terdiri dari pipa2 kecil yg dialiri oleh air dingin
(bisa berupa air laut yg diambil dari sea chest, atau pada
sistem pendinginan sentral adalah air tawar pendingin mesin2
yg baru saja didinginkan oleh central cooler).
• Di condenser nest, energi panas yg ada di uap air laut itu akan
berpindah ke air dingin yg mengalir didalam pipa2 condenser
nest tersebut. Sebagai akibatnya, suhu uap air itu akan
menurun, dan pada saat suhu uap air itu sudah menurun
sampai suhu tertentu, ia akan mengembun menjadi air lagi,
namun saat ini sudah berupa air tawar.
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Pada gambar evaporator tipe boiling process ini juga
ditunjukkan saluran untuk mengeluarkan udara dari tangki
evaporator, yg mana hal ini diperlukan untuk menurunkan
tekanan udara yg ada didalam tangki tersebut.
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Pada gambar evaporator tipe boiling process ini juga
ditunjukkan saluran untuk mengeluarkan udara dari tangki
evaporator, yg mana hal ini diperlukan untuk menurunkan
tekanan udara yg ada didalam tangki tersebut.
Ø Untuk dari kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg gambar
rencana umum (general arrangement)-nya telah ditunjuk-
kan didepan,
General Arrangement
514
to Fwd
Bearing
to Fwd
Bearing
Gambar sistem pendinginan mesin2 dari kapal standby safety vessel yg gambar GA-nya ditunjukkan diatas.
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Pada gambar evaporator tipe boiling process ini juga
ditunjukkan saluran untuk mengeluarkan udara dari tangki
evaporator, yg mana hal ini diperlukan untuk menurunkan
tekanan udara yg ada didalam tangki tersebut.
Ø Untuk sistem pendinginan mesin2 dari kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg gambar
rencana umum (general arrangement)-nya telah ditunjuk-
kan didepan,
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Pada gambar evaporator tipe boiling process ini juga
ditunjukkan saluran untuk mengeluarkan udara dari tangki
evaporator, yg mana hal ini diperlukan untuk menurunkan
tekanan udara yg ada didalam tangki tersebut.
Ø Untuk sistem pendinginan mesin2 dari kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg gambar
rencana umum (general arrangement)-nya telah ditunjuk-
kan didepan, mode2 operasinya secara umum hanya ada
dua, yaitu mode operasi normal dan mode operasi darurat.
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Pada gambar evaporator tipe boiling process ini juga
ditunjukkan saluran untuk mengeluarkan udara dari tangki
evaporator, yg mana hal ini diperlukan untuk menurunkan
tekanan udara yg ada didalam tangki tersebut.
Ø Untuk sistem pendinginan mesin2 dari kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg gambar
rencana umum (general arrangement)-nya telah ditunjuk-
kan didepan, mode2 operasinya secara umum hanya ada
dua, yaitu mode operasi normal dan mode operasi darurat.
Ø Untuk mode operasi normal dari sistem pendinginan
mesin2 tersebut,
to Fwd
Bearing
to Fwd
Bearing
Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
pompa air laut
pendingin
pompa air laut
pendingin
to Fwd
Bearing
to Fwd
Bearing
Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Pada gambar evaporator tipe boiling process ini juga
ditunjukkan saluran untuk mengeluarkan udara dari tangki
evaporator, yg mana hal ini diperlukan untuk menurunkan
tekanan udara yg ada didalam tangki tersebut.
Ø Untuk sistem pendinginan mesin2 dari kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg gambar
rencana umum (general arrangement)-nya telah ditunjuk-
kan didepan, mode2 operasinya secara umum hanya ada
dua, yaitu mode operasi normal dan mode operasi darurat.
Ø Untuk mode operasi normal dari sistem pendinginan
mesin2 tersebut, hal itu digunakan untuk menjalankan
fungsi2 berikut:
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
to Fwd
Bearing
to Fwd
Bearing
Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
b) Mendinginkan kotak2 roda gigi reduksi (reduction
gear boxes).
to Fwd
Bearing
to Fwd
Bearing
Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
b) Mendinginkan kotak2 roda gigi reduksi (reduction
gear boxes).
c) Mendinginkan motor2 diesel penggerak genset.
to Fwd
Bearing
to Fwd
Bearing
Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
b) Mendinginkan kotak2 roda gigi reduksi (reduction
gear boxes).
c) Mendinginkan motor2 diesel penggerak genset.
d) Melumasi forward bearing (bantalan depan) dengan
air laut.
to Fwd
Bearing
to Fwd
Bearing
Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
ENGINE ROOM
POROS ANTARA (INTER-
MEDIATE SHAFT)
F.O. TANK
PROPELLER, DIAMETER SEA WATER
LUBRICATION SEAL
MAKSIMAL : 1100 mm (DILENGKAPI
DENGAN PIPA
MASUKAN AIR LAUT)
to Fwd
Bearing
Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
b) Mendinginkan kotak2 roda gigi reduksi (reduction
gear boxes).
c) Mendinginkan motor2 diesel penggerak genset.
d) Melumasi forward bearing (bantalan depan) dengan
air laut. Air laut yg digunakan untuk melumasi
forward bearing ini lalu dialirkan keluar dari kapal
tersebut melalui stern tube (tabung buritan).
e) Mendinginkan fluida refrigeran yg sedang berada di
kondenser2.
to Fwd
Bearing
Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
b) Mendinginkan kotak2 roda gigi reduksi (reduction
gear boxes).
c) Mendinginkan motor2 diesel penggerak genset.
d) Melumasi forward bearing (bantalan depan) dengan
air laut. Air laut yg digunakan untuk melumasi
forward bearing ini lalu dialirkan keluar dari kapal
tersebut melalui stern tube (tabung buritan).
e) Mendinginkan fluida refrigeran yg sedang berada di
kondenser2.
to Fwd
Bearing
Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser
to Fwd
Bearing
to Fwd
Bearing
Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser ada yg mengalami kerusakan, maka tugasnya
harus bisa digantikan oleh pompa bilga atau pompa ballast.
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
to Fwd
Bearing
to Fwd
Bearing
Aliran air laut di sistem pendinginan mesin2 dari sebuah kapal standby safety vessel pada saat
air pendingin mesin2nya disuplai oleh sistem bilga dan ballast, kecuali kedua mesin2 gen-set.
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
556
to Fwd
Bearing
to Fwd
Bearing
Aliran air laut di sistem pendinginan mesin2 dari sebuah kapal standby safety vessel pada saat
air pendingin mesin2nya disuplai oleh sistem bilga dan ballast, kecuali kedua mesin2 gen-set.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser ada yg mengalami kerusakan, maka tugasnya
harus bisa digantikan oleh pompa bilga atau pompa ballast.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser ada yg mengalami kerusakan, maka tugasnya
harus bisa digantikan oleh pompa bilga atau pompa ballast.
Ø Hal ini agar fungsi2 dari pompa2 yg sedang mengalami
kerusakan tersebut tetap bisa terlaksana dengan baik.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser ada yg mengalami kerusakan, maka tugasnya
harus bisa digantikan oleh pompa bilga atau pompa ballast.
Ø Hal ini agar fungsi2 dari pompa2 yg sedang mengalami
kerusakan tersebut tetap bisa terlaksana dengan baik.
Ø Berikutnya, untuk mode operasi darurat dari sistem
pendinginan mesin2 di kapal standby safety vessel diatas,
seperti namanya, ia adalah digunakan dalam keadaan darurat,
yaitu keadaan dimana air laut dalam jumlah yg besar masuk
ke sebuah kapal sebagai akibat dari terjadinya kebocoran
pada lambung dan/atau sistem perpipaan dari kapal tersebut.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser ada yg mengalami kerusakan, maka tugasnya
harus bisa digantikan oleh pompa bilga atau pompa ballast.
Ø Hal ini agar fungsi2 dari pompa2 yg sedang mengalami
kerusakan tersebut tetap bisa terlaksana dengan baik.
Ø Berikutnya, untuk mode operasi darurat dari sistem
pendinginan mesin2 di kapal standby safety vessel diatas,
seperti namanya, ia adalah digunakan dalam keadaan darurat,
yaitu keadaan dimana air laut dalam jumlah yg besar masuk
ke sebuah kapal sebagai akibat dari terjadinya kebocoran
pada lambung dan/atau sistem perpipaan dari kapal tersebut.
Ø Oleh karenanya, dalam keadaan tersebut air laut itu harus
dikeluarkan dari dalam kapal dalam jumlah yg sebanyak
mungkin.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser ada yg mengalami kerusakan, maka tugasnya
harus bisa digantikan oleh pompa bilga atau pompa ballast.
Ø Hal ini agar fungsi2 dari pompa2 yg sedang mengalami
kerusakan tersebut tetap bisa terlaksana dengan baik.
Ø Berikutnya, untuk mode operasi darurat dari sistem
pendinginan mesin2 di kapal standby safety vessel diatas,
seperti namanya, ia adalah digunakan dalam keadaan darurat,
yaitu keadaan dimana air laut dalam jumlah yg besar masuk
ke sebuah kapal sebagai akibat dari terjadinya kebocoran
pada lambung dan/atau sistem perpipaan dari kapal tersebut.
Ø Oleh karenanya, dalam keadaan tersebut air laut itu harus
dikeluarkan dari dalam kapal dalam jumlah yg sebanyak
mungkin.
Ø Sistem yg paling bertanggung jawab untuk melakukan tugas
itu adalah sistem bilga dan ballast.
Ø Akan tetapi, apabila sistem bilga dan ballast itu bermasalah
sehingga tidak bisa beroperasi secara normal atau tidak bisa
beroperasi sama sekali, maka kita harus menggunakan sistem
pendinginan mesin2 untuk membantu atau menggantikan
tugas dari sistem bilga dan ballast tersebut.
EMERGENCY
BILGE SUCTION
to Fwd
Bearing
to Fwd
Bearing
Aliran air laut pada mode operasi darurat di sistem pendinginan mesin2 dari sebuah kapal standby safety vessel.
Ø Akan tetapi, apabila sistem bilga dan ballast itu bermasalah
sehingga tidak bisa beroperasi secara normal atau tidak bisa
beroperasi sama sekali, maka kita harus menggunakan sistem
pendinginan mesin2 untuk membantu atau menggantikan
tugas dari sistem bilga dan ballast tersebut.
Ø Selain itu, apabila kebocoran tersebut terlalu besar sehingga
jumlah air laut yg masuk ke kapal terlalu banyak, maka sistem
pendinginan mesin2 juga harus dioperasikan untuk membantu
sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut tersebut.
CATATAN
Contoh gambar 2 dimensi dari pompa bilga darurat (emergency bilge pump).
CATATAN
A. Keadaan awal sebelum cairan dipompa; jalur pipa suction masih terisi penuh
dengan udara, sehingga tekanannya adalah sekitar 1 atm.
CATATAN
Tahap-tahap Operasi pada Pompa Displasemen :
C. Air mengalir dari tandon yg tekanannya lebih besar (1 atm) ke pipa suction yg
tekanannya jauh lebih kecil (<< 1 atm); ingat bahwa air selalu mengalir dari
tempat yg tekanannya lebih besar ke tempat yg tekanannya lebih kecil.
CATATAN
Tahap-tahap Operasi pada Pompa Displasemen :
Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction,
CATATAN
SEA CHEST
pompa
bilga
pompa katup2 injeksi
ballast air laut untuk katup2 sea
pompa bilga chest (selalu
membuka
dalam kondi-
si normal)
pompa
bilga
pompa katup2 injeksi
ballast air laut untuk katup2 sea
pompa ballast chest (selalu
membuka
dalam kondi-
si normal)
Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction, lalu setelah itu membuka keran udara (air cock) yg
terdapat di pompa
pompa pompa CATATAN
ballast bilga SEA CHEST
Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction, lalu setelah itu membuka keran udara (air cock) yg
terdapat di pompa atau di penyaring (strainer) yg terletak
tepat sebelum pompa.
CATATAN
SEA CHEST
penyaring
(strainer)
penyaring
(strainer)
Contoh dari penyaring (strainer) yg dilengkapi dengan keran udara (air cock).
CATATAN
Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction, lalu setelah itu membuka keran udara (air cock) yg
terdapat di pompa atau di penyaring (strainer) yg terletak
tepat sebelum pompa.
Ø Hal ini akan membuat air laut itu mengalir masuk ke jalur per-
pipaan suction tersebut, lalu mendorong udara di pipa suction
untuk keluar melalui keran udara, sehingga apabila udara itu
sudah dikeluarkan dari pipa suction, maka air laut itu akan
mengisi seluruh pipa suction tersebut.
CATATAN
SEA CHEST
pompa
bilga
pompa katup2 injeksi
ballast air laut untuk katup2 sea
pompa bilga chest (selalu
membuka
dalam kondi-
si normal)
pompa
bilga
pompa
ballast
pompa
bilga
pompa katup2 injeksi
ballast air laut untuk katup2 sea
pompa ballast chest (selalu
membuka
dalam kondi-
si normal)
pompa
bilga
pompa
ballast
Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction, lalu setelah itu membuka keran udara (air cock) yg
terdapat di pompa atau di penyaring (strainer) yg terletak
tepat sebelum pompa.
Ø Hal ini akan membuat air laut itu mengalir masuk ke jalur per-
pipaan suction tersebut, lalu mendorong udara di pipa suction
untuk keluar melalui keran udara, sehingga apabila udara itu
sudah dikeluarkan dari pipa suction, maka air laut itu akan
mengisi seluruh pipa suction tersebut.
CATATAN
Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction, lalu setelah itu membuka keran udara (air cock) yg
terdapat di pompa atau di penyaring (strainer) yg terletak
tepat sebelum pompa.
Ø Hal ini akan membuat air laut itu mengalir masuk ke jalur per-
pipaan suction tersebut, lalu mendorong udara di pipa suction
untuk keluar melalui keran udara, sehingga apabila udara itu
sudah dikeluarkan dari pipa suction, maka air laut itu akan
mengisi seluruh pipa suction tersebut.
Ø Perlu dicatat bahwa apabila katup2 injeksi air laut dibuka - dan
keran udara yg terdapat di pompa atau di penyaring juga
sudah dibuka - maka air laut itu akan bisa masuk dan mengisi
seluruh pipa2 suction karena posisi dari pipa2 itu adalah lebih
rendah dari permukaan air laut.
CATATAN
CATATAN
Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction, lalu setelah itu membuka keran udara (air cock) yg
terdapat di pompa atau di penyaring (strainer) yg terletak
tepat sebelum pompa.
Ø Hal ini akan membuat air laut itu mengalir masuk ke jalur per-
pipaan suction tersebut, lalu mendorong udara di pipa suction
untuk keluar melalui keran udara, sehingga apabila udara itu
sudah dikeluarkan dari pipa suction, maka air laut itu akan
mengisi seluruh pipa suction tersebut.
Ø Perlu dicatat bahwa apabila katup2 injeksi air laut dibuka - dan
keran udara yg terdapat di pompa atau di penyaring juga
sudah dibuka - maka air laut itu akan bisa masuk dan mengisi
seluruh pipa2 suction karena posisi dari pipa2 itu adalah lebih
rendah dari permukaan air laut.
Ø Akan tetapi apabila keran udara yg terdapat di pompa atau di
penyaring itu belum dibuka, maka air laut itu tidak akan bisa
mengisi seluruh pipa2 suction karena di pipa2 suction tersebut
masih terdapat udara.
CATATAN
Centrifugal
pump
Pipa discharge
CATATAN
Centrifugal
pump
Pipa discharge
CATATAN
SEA CHEST
pompa
bilga
pompa
ballast
SDNR valve
Centrifugal
pump
Pipa discharge
CATATAN
Centrifugal
pump
Pipa discharge
612
CATATAN
SEA CHEST
pompa
bilga
pompa
ballast
Contoh dari penyaring (strainer) yg dilengkapi dengan keran udara (air cock).
CATATAN
Pompa tidak akan bisa berfungsi apabila udara dalam jumlah yg besar
bisa mengalir masuk ke pipa suction.
CATATAN
pompa
bilga pressure
gauge
pompa
ballast compound
gauge
Centrifugal
pump
Pipa discharge
622
CATATAN
pompa
bilga pressure
gauge
pompa
ballast compound
gauge
pompa
bilga
pompa
ballast
DINYALAKAN
DINYALAKAN
DINYALAKAN
DINYALAKAN
pompa
bilga
pompa
ballast
DIRECT
BILGE
contoh ujung
pipa bilga
pompa
bilga
pompa
ballast
DIRECT
BILGE
contoh ujung
pipa bilga
pompa
bilga
pompa
ballast
DIRECT
BILGE
contoh ujung
pipa bilga
Ø Apabila jumlah air laut yg masuk itu terlalu banyak, dan kita
bermaksud menggunakan sistem pendinginan mesin2 untuk
membantu sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut
tersebut, maka hal itu bisa langsung dilakukan dengan cara
membuka katup yg terhubung ke emergency bilge suction
EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION
katup yang terhu-
bung ke emergen-
cy bilge suction
Ø Apabila jumlah air laut yg masuk itu terlalu banyak, dan kita
bermaksud menggunakan sistem pendinginan mesin2 untuk
membantu sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut
tersebut, maka hal itu bisa langsung dilakukan dengan cara
membuka katup yg terhubung ke emergency bilge suction dan
juga dua spectacle flange yg terdapat di sistem itu.
EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION
SPECTACLE
FLANGE
Ø Apabila jumlah air laut yg masuk itu terlalu banyak, dan kita
bermaksud menggunakan sistem pendinginan mesin2 untuk
membantu sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut
tersebut, maka hal itu bisa langsung dilakukan dengan cara
membuka katup yg terhubung ke emergency bilge suction dan
juga dua spectacle flange yg terdapat di sistem itu.
Ø Hal ini akan langsung membuat air laut yg ada di sekitar emer-
gency bilge suction itu mengalir keluar dari kapal melalui setiap
saluran overboard discharge di sistem pendinginan mesin2.
EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION
Ø Apabila jumlah air laut yg masuk itu terlalu banyak, dan kita
bermaksud menggunakan sistem pendinginan mesin2 untuk
membantu sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut
tersebut, maka hal itu bisa langsung dilakukan dengan cara
membuka katup yg terhubung ke emergency bilge suction dan
juga dua spectacle flange yg terdapat di sistem itu.
Ø Hal ini akan langsung membuat air laut yg ada di sekitar emer-
gency bilge suction itu mengalir keluar dari kapal melalui setiap
saluran overboard discharge di sistem pendinginan mesin2.
Ø Perlu dicatat bahwa sebelum digunakan untuk tujuan tersebut,
pompa2 air laut pendingin yg terdapat di sistem itu tidak perlu
dipancing terlebih dahulu; hal ini karena seluruh pompa2 itu
normalnya sudah dalam keadaan beroperasi.
EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION
MODE OPERASI
NORMAL
Ø Apabila jumlah air laut yg masuk itu terlalu banyak, dan kita
bermaksud menggunakan sistem pendinginan mesin2 untuk
membantu sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut
tersebut, maka hal itu bisa langsung dilakukan dengan cara
membuka katup yg terhubung ke emergency bilge suction dan
juga dua spectacle flange yg terdapat di sistem itu.
Ø Hal ini akan langsung membuat air laut yg ada di sekitar emer-
gency bilge suction itu mengalir keluar dari kapal melalui setiap
saluran overboard discharge di sistem pendinginan mesin2.
Ø Perlu dicatat bahwa sebelum digunakan untuk tujuan tersebut,
pompa2 air laut pendingin yg terdapat di sistem itu tidak perlu
dipancing terlebih dahulu; hal ini karena seluruh pompa2 itu
normalnya sudah dalam keadaan beroperasi.
Ø Apabila seluruh langkah2 diatas sudah dilakukan, maka katup2
sea chest harus ditutup;
EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION
ditutup
ditutup
Ø Apabila jumlah air laut yg masuk itu terlalu banyak, dan kita
bermaksud menggunakan sistem pendinginan mesin2 untuk
membantu sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut
tersebut, maka hal itu bisa langsung dilakukan dengan cara
membuka katup yg terhubung ke emergency bilge suction dan
juga dua spectacle flange yg terdapat di sistem itu.
Ø Hal ini akan langsung membuat air laut yg ada di sekitar emer-
gency bilge suction itu mengalir keluar dari kapal melalui setiap
saluran overboard discharge di sistem pendinginan mesin2.
Ø Perlu dicatat bahwa sebelum digunakan untuk tujuan tersebut,
pompa2 air laut pendingin yg terdapat di sistem itu tidak perlu
dipancing terlebih dahulu; hal ini karena seluruh pompa2 itu
normalnya sudah dalam keadaan beroperasi.
Ø Apabila seluruh langkah2 diatas sudah dilakukan, maka katup2
sea chest harus ditutup; hal ini agar sistem pendinginan mesin2
itu dan juga sistem bilga dan ballast hanya mengalirkan air laut
dari emergency bilge suction dan dari ujung2 pipa bilga saja
- dan tidak dari sea chest - sehingga jumlah air laut yg dialirkan
dari dalam kapal ke laut lepas bisa lebih banyak.
EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION
ditutup
ditutup
ditutup
pompa
bilga
pompa
ballast ditutup
DIRECT
BILGE
ditutup
pompa
bilga
pompa
ballast ditutup
DIRECT
BILGE
ditutup
688
• Demikian pula sebaliknya, apabila sebuah peralatan yg
menghasilkan energi panas didinginkan dengan air yg
suhunya lebih rendah dari yg seharusnya, maka bagian2 yg
mengalami kontak dengan air pendingin itu akan bisa
mengalami tegangan termal (thermal stress) yg cukup
besar akibat penyusutan yg tidak merata, sehingga bisa
menyebabkan bagian2 tersebut mengalami keretakan atau
bahkan kepecahan.
Ø Untuk kapal2 dengan ukuran2 utama (principal dimensions)
yg sama, panjang pipa2 yg dibutuhkan untuk sistem
pendinginan yg jalur perpipaan air tawar suhu tinggi dan
jalur perpipaan air tawar suhu rendahnya didinginkan
dengan hanya menggunakan satu set cooler
689
• Demikian pula sebaliknya, apabila sebuah peralatan yg
menghasilkan energi panas didinginkan dengan air yg
suhunya lebih rendah dari yg seharusnya, maka bagian2 yg
mengalami kontak dengan air pendingin itu akan bisa
mengalami tegangan termal (thermal stress) yg cukup
besar akibat penyusutan yg tidak merata, sehingga bisa
menyebabkan bagian2 tersebut mengalami keretakan atau
bahkan kepecahan.
Ø Untuk kapal2 dengan ukuran2 utama (principal dimensions)
yg sama, panjang pipa2 yg dibutuhkan untuk sistem
pendinginan yg jalur perpipaan air tawar suhu tinggi dan
jalur perpipaan air tawar suhu rendahnya didinginkan
dengan hanya menggunakan satu set cooler
691
• Demikian pula sebaliknya, apabila sebuah peralatan yg
menghasilkan energi panas didinginkan dengan air yg
suhunya lebih rendah dari yg seharusnya, maka bagian2 yg
mengalami kontak dengan air pendingin itu akan bisa
mengalami tegangan termal (thermal stress) yg cukup
besar akibat penyusutan yg tidak merata, sehingga bisa
menyebabkan bagian2 tersebut mengalami keretakan atau
bahkan kepecahan.
Ø Untuk kapal2 dengan ukuran2 utama (principal dimensions)
yg sama, panjang pipa2 yg dibutuhkan untuk sistem
pendinginan yg jalur perpipaan air tawar suhu tinggi dan
jalur perpipaan air tawar suhu rendahnya didinginkan
dengan hanya menggunakan satu set cooler kemungkinan
besar akan lebih pendek daripada panjang pipa2 yg
terdapat di sistem pendinginan yg jalur perpipaan air tawar
suhu tinggi dan jalur perpipaan air tawar suhu rendahnya
didinginkan dengan menggunakan kumpulan cooler-cooler
yg terpisah.
692
• Ini adalah hal yg sangat penting untuk sistem2 perpipaan yg
terdapat di kapal, karena selain biaya pembuatannya lebih
murah, sistem perpipaan yg panjang jalur perpipaannya lebih
pendek tersebut juga akan memiliki bobot yg lebih ringan,
serta kebutuhan ruang yg lebih sedikit.
• Ini adalah hal yg sangat penting untuk sistem2 perpipaan yg
terdapat di kapal, karena selain biaya pembuatannya lebih
murah, sistem perpipaan yg panjang jalur perpipaannya lebih
pendek tersebut juga akan memiliki bobot yg lebih ringan,
serta kebutuhan ruang yg lebih sedikit.
Ø Perlu dicatat bahwa meskipun pada sistem pendinginan sentral
yg hanya menggunakan satu set cooler tersebut,
• Ini adalah hal yg sangat penting untuk sistem2 perpipaan yg
terdapat di kapal, karena selain biaya pembuatannya lebih
murah, sistem perpipaan yg panjang jalur perpipaannya lebih
pendek tersebut juga akan memiliki bobot yg lebih ringan,
serta kebutuhan ruang yg lebih sedikit.
Ø Perlu dicatat bahwa meskipun pada sistem pendinginan sentral
yg hanya menggunakan satu set cooler tersebut, air tawar yg
didinginkan oleh air laut di sistem itu hanyalah air tawar yg
bersuhu rendah, akan tetapi sistem ini juga bisa mendinginkan
air tawar yg bersuhu tinggi di sistem tersebut.
• Ini adalah hal yg sangat penting untuk sistem2 perpipaan yg
terdapat di kapal, karena selain biaya pembuatannya lebih
murah, sistem perpipaan yg panjang jalur perpipaannya lebih
pendek tersebut juga akan memiliki bobot yg lebih ringan,
serta kebutuhan ruang yg lebih sedikit.
Ø Perlu dicatat bahwa meskipun pada sistem pendinginan sentral
yg hanya menggunakan satu set cooler tersebut, air tawar yg
didinginkan oleh air laut di sistem itu hanyalah air tawar yg
bersuhu rendah, akan tetapi sistem ini juga bisa mendinginkan
air tawar yg bersuhu tinggi di sistem tersebut.
Ø Agar bisa melakukan hal ini, maka sistem pendinginan sentral
yg hanya menggunakan satu set cooler tersebut harus meng-
gunakan alat yg disebut diverter valve, yg mana dilengkapi
dengan peralatan pengendali otomatis untuk membuka atau
menutup salah satu butterfly valve-nya.
Butterfly
valve A
Butterfly
valve B
703
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
704
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
705
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
706
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
707
Contoh gambar
penampang me-
lintang dari sebuah
motor desel 4-Tak
untuk penggerak
Gudgeon pin
utama kapal.
Connecting rod
Crankcase
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
709
Contoh gambar
penampang me-
lintang dari sebuah
motor desel 4-Tak
untuk penggerak
Gudgeon pin
utama kapal.
Connecting rod
Crankcase
Sump
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
714
715
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
717
718
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
720
721
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
723
724
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
726
727
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
729
Piston
Piston rod
(always vertical)
Connecting rod
Crankshaft
Main bearing
Main bearing (top shell)
731
732
Top shell of
main bearing
733
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
734
Piston
Piston rod
(always vertical)
Connecting rod
Crankshaft
Main bearing
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
736
Piston
Piston rod
(always vertical)
Connecting rod
Bottom end bearing
Crankshaft
Main bearing
Gudgeon pin
Connecting rod
Crankcase
738
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
739
Piston
Piston rod
(always vertical)
Connecting rod
Bottom end bearing
Crankshaft
Main bearing
Gudgeon pin
Connecting rod
Crankcase
741
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
742
Piston
Piston rod
(always vertical)
Crosshead bearing
Connecting rod
Bottom end bearing
Crankshaft
Main bearing
744
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
745
Gudgeon pin
Connecting rod
Crankcase
746
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
747
Gudgeon pin
Connecting rod
Crankcase
Sump
748
749
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
751
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
752
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
753
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
754
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
755
Shell and tube cooler
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan
Air Laut (Sea Water Cooling System)
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
758
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
759
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
jalur pipa
air tawar.
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
761
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
762
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
764
CATATAN
770
CATATAN
773
CATATAN
782
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
783
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
785
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
787
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
Minyak pelumas yg
bercampur air laut
790
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
Minyak pelumas yg
bercampur air laut
791
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
793
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
794
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
796
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
800
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
802
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
804
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
805
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
807
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
809
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
811
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
815
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
816
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
817
818
819
820
821
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
822
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
823
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
824
825
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
826
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
827
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
828
Gambar general arrangement dari sebuah kapal offshore support vessel tipe standby safety vessel.
829
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
830
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
831
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
832
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
Gambar layout kamar mesin dari kapal offshore support vessel tipe standby safety
vessel yg gambar general arrangement-nya ditunjukkan dimuka.
834
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil
System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
836
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
837
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
838
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
839
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
12/6/2022 841
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
842
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
12/6/2022 843
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
844
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
846
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
847
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
849
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
851
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
853
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
855
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
857
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
859
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
(a) (b)
864
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
867
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
869
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
871
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
873
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
875
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
• Selain heavy oil daily service tank, sistem2 bahan bakar juga
bisa dilengkapi dengan diesel oil daily service tank, yg bisa
dihubungkan ke sistem itu melalui sebuah three-way valve.
879
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
• Selain heavy oil daily service tank, sistem2 bahan bakar juga
bisa dilengkapi dengan diesel oil daily service tank, yg bisa
dihubungkan ke sistem itu melalui sebuah three-way valve.
• Pada saat di-start dan pada saat manuver, motor2 diesel
penggerak utama bisa beroperasi dengan menggunakan diesel
oil atau bahkan campuran diesel oil dengan HFO, yg mana
proses pencampuran tersebut adalah terjadi di mixing tank.
881
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
• Selain heavy oil daily service tank, sistem2 bahan bakar juga
bisa dilengkapi dengan diesel oil daily service tank, yg bisa
dihubungkan ke sistem itu melalui sebuah three-way valve.
• Pada saat di-start dan pada saat manuver, motor2 diesel
penggerak utama bisa beroperasi dengan menggunakan diesel
oil atau bahkan campuran diesel oil dengan HFO, yg mana
proses pencampuran tersebut adalah terjadi di mixing tank.
• Selain itu, mixing tank tersebut juga berfungsi untuk
menampung bahan bakar yg disirkulasi ulang, dan juga
bertindak sebagai buffer (penyangga) atau reserve tank
(tangki cadangan), mengingat ia bisa menyuplai bahan bakar
pada saat daily service tank dalam keadaan kosong.
883
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
• Selain heavy oil daily service tank, sistem2 bahan bakar juga
bisa dilengkapi dengan diesel oil daily service tank, yg bisa
dihubungkan ke sistem itu melalui sebuah three-way valve.
• Pada saat di-start dan pada saat manuver, motor2 diesel
penggerak utama bisa beroperasi dengan menggunakan diesel
oil atau bahkan campuran diesel oil dengan HFO, yg mana
proses pencampuran tersebut adalah terjadi di mixing tank.
• Selain itu, mixing tank tersebut juga berfungsi untuk
menampung bahan bakar yg disirkulasi ulang, dan juga
bertindak sebagai buffer (penyangga) atau reserve tank
(tangki cadangan), mengingat ia bisa menyuplai bahan bakar
pada saat daily service tank dalam keadaan kosong.
• Sebagaimana telah disebutkan diatas, motor diesel untuk
penggerak utama (prime mover) kapal tidak selalu harus
berupa motor diesel 2-Tak kecepatan rendah, akan tetapi bisa
berupa motor diesel 4-Tak kecepatan sedang atau tinggi,
885
prime mover
Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Motor Diesel
4-Tak
Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
• Selain heavy oil daily service tank, sistem2 bahan bakar juga
bisa dilengkapi dengan diesel oil daily service tank, yg bisa
dihubungkan ke sistem itu melalui sebuah three-way valve.
• Pada saat di-start dan pada saat manuver, motor2 diesel
penggerak utama bisa beroperasi dengan menggunakan diesel
oil atau bahkan campuran diesel oil dengan HFO, yg mana
proses pencampuran tersebut adalah terjadi di mixing tank.
• Selain itu, mixing tank tersebut juga berfungsi untuk
menampung bahan bakar yg disirkulasi ulang, dan juga
bertindak sebagai buffer (penyangga) atau reserve tank
(tangki cadangan), mengingat ia bisa menyuplai bahan bakar
pada saat daily service tank dalam keadaan kosong.
• Sebagaimana telah disebutkan diatas, motor diesel untuk
penggerak utama (prime mover) kapal tidak selalu harus
berupa motor diesel 2-Tak kecepatan rendah, akan tetapi bisa
berupa motor diesel 4-Tak kecepatan sedang atau tinggi,
888
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
• Selain heavy oil daily service tank, sistem2 bahan bakar juga
bisa dilengkapi dengan diesel oil daily service tank, yg bisa
dihubungkan ke sistem itu melalui sebuah three-way valve.
• Pada saat di-start dan pada saat manuver, motor2 diesel
penggerak utama bisa beroperasi dengan menggunakan diesel
oil atau bahkan campuran diesel oil dengan HFO, yg mana
proses pencampuran tersebut adalah terjadi di mixing tank.
• Selain itu, mixing tank tersebut juga berfungsi untuk
menampung bahan bakar yg disirkulasi ulang, dan juga
bertindak sebagai buffer (penyangga) atau reserve tank
(tangki cadangan), mengingat ia bisa menyuplai bahan bakar
pada saat daily service tank dalam keadaan kosong.
• Sebagaimana telah disebutkan diatas, motor diesel untuk
penggerak utama (prime mover) kapal tidak selalu harus
berupa motor diesel 2-Tak kecepatan rendah, akan tetapi bisa
berupa motor diesel 4-Tak kecepatan sedang atau tinggi, yg
mana motor diesel 4-Tak tersebut biasanya hanya mengguna-
kan bahan bakar diesel oil, dan tidak menggunakan bahan
bakar HFO, sehingga sistem suplai bahan bakarnya akan jauh
lebih sederhana dibanding sistem suplai bahan bakar untuk
motor diesel 2-Tak kecepatan rendah.
889
Motor Diesel
4-Tak
Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
12/6/2022 912
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
12/6/2022 913
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
NO.2
Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
relief valve
Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
tertutup
tertutup
tertutup
Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
tertutup
tertutup relief valve
tertutup
Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
(a)
Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)