Anda di halaman 1dari 947

• Agar lebih maksimal dalam menggunakan file ini, sebaiknya dibuka di

laptop dengan menggunakan software pdf.


• Apabila software pdf tersebut adalah tipe “foxit reader”, maka pada opsi
zoom, pilih “Fit Page”; alternatifnya, pilih “Zoom To”, lalu pilih ukuran2
lain yg lebih kecil (misalnya 77%).
• 2
• 2

• 2

• 2

• 2

• 2
• 2

• 2
• Lalu pada opsi halaman, pilih “Single Page” (lihat gambar dibawah).
• Maksud dari pengaturan ini adalah agar tampilan slide baru secara utuh
dapat terlihat pada saat scroll dari mouse digerakkan sedikit saja. Untuk
software pdf selain foxit reader, maka harus di-setting agar dapat meng-
hasilkan efek yg serupa.
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2
• 2

• 2
• 2
• 2
DASAR-DASAR TEKNOLOGI SISTEM PERMESINAN
PERKAPALAN

workshop AC condensers

Sewage Treatment Plant Boiler


Oil Purifiers

MAIN ENGINE

nks
Fuel & Lube Ta Water Productio
n
System
Modul 2: Teknologi dan Pengoperasian
Sistem-sistem Perpipaan Perkapalan

5
DAFTAR ISI

Ø Teknik Pengoperasian Sistem Bilga dan Ballast (Bilge and


Ballast System).
Ø Teknologi Sistem Pendinginan Mesin-mesin (Engines
Cooling System).
Ø Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System).
Ø Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System).
Ø Teknologi Sistem Udara Start (Starting Air System).
Ø Teknologi Sistem Perpipaan Domestik (Domestic Piping
System).
Ø Teknologi Sistem Sanitary Discharge.
Teknik Pengoperasian Sistem Bilga dan
Ballast (Bilge and Ballast System)
Fungsi-fungsi Sistem Bilga dan Ballast
Fungsi-fungsi Sistem Bilga dan Ballast

Fungsi Utama Sistem Bilga:

9
Fungsi-fungsi Sistem Bilga dan Ballast

Fungsi Utama Sistem Bilga:

1) Untuk mengeluarkan air yang masuk ke kapal dengan


debit yang tinggi pada saat terjadi kebocoran lambung
yang besar akibat peristiwa tubrukan (collision), kandas
(grounding), dan lain2.

10
Fungsi-fungsi Sistem Bilga dan Ballast

Fungsi Utama Sistem Bilga:

1) Untuk mengeluarkan air yang masuk ke kapal dengan


debit yang tinggi pada saat terjadi kebocoran lambung
yang besar akibat peristiwa tubrukan (collision), kandas
(grounding), dan lain2.

2) Untuk mengosongkan setiap genangan air yg terdapat di


kompartemen (ruangan) kedap air selain tangki2 ballast,
tangki2 bahan bakar, tangki2 minyak pelumas, dan
tangki2 air tawar, serta membuangnya keluar dari kapal.

11
Fungsi Utama Sistem Ballast:

12
Fungsi Utama Sistem Ballast:

1) Untuk mengalirkan air dari laut atau sungai, menuju ke


tangki ballast manapun yg sesuai, untuk mengatur trim
dari kapal tersebut.

13
Fungsi Utama Sistem Ballast:

1) Untuk mengalirkan air dari laut atau sungai, menuju ke


tangki ballast manapun yg sesuai, untuk mengatur trim
dari kapal tersebut.
2) Untuk mengalirkan air dari tangki ballast yg manapun yg
sesuai, menuju ke laut atau sungai, atau ke tangki ballast
lainnya yg manapun yg sesuai, untuk mengatur trim dari
kapal tersebut.

14
Fungsi Utama Sistem Ballast:

1) Untuk mengalirkan air dari laut atau sungai, menuju ke


tangki ballast manapun yg sesuai, untuk mengatur trim
dari kapal tersebut.
2) Untuk mengalirkan air dari tangki ballast yg manapun yg
sesuai, menuju ke laut atau sungai, atau ke tangki ballast
lainnya yg manapun yg sesuai, untuk mengatur trim dari
kapal tersebut.

Selain fungsi2 diatas, sistem bilga dan ballast juga bisa


digunakan untuk memadamkan kebakaran, membersihkan
lubang jangkar (hawse pipe), membersihkan sea chest, dan
menyuplai air pendingin darurat.

15
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast

16
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast

Di bagian ini, kita akan membahas mode2 operasi dari sistem


bilga dan ballast untuk sebuah kapal offshore support vessel
tipe standby safety vessel.

17
Gambar general arrangement dari sebuah kapal offshore support vessel tipe standby safety vessel.

18
19
FRAME SPACING 1500 MM APART FRAME SPACING 500 MM APART
FRAME SPACING 1000 MM APART

FRAME SPACING 1000 MM APART

20
21
MAIN DECK PLAN

22
MAIN DECK PLAN

23
24
25
BELOW MAIN DECK PLAN

26
Generator set (auxiliary engine) (P)
Main engine (P)

BELOW MAIN DECK PLAN


Main engine (S)
Generator set (auxiliary engine) (S)

27
BELOW MAIN DECK PLAN

28
29
BELOW MAIN DECK PLAN

30
31
32
BELOW MAIN DECK PLAN

33
NO.1 F.O. TK
BELOW

NO.1 F.O. TK
BELOW

34
BELOW MAIN DECK PLAN

35
36
37
38
Sistem Perpipaan Bilga & Ballast

39
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
41
42
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast

Di bagian ini, kita akan membahas mode2 operasi dari sistem


bilga dan ballast untuk sebuah kapal offshore support vessel
tipe standby safety vessel.

43
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast

Di bagian ini, kita akan membahas mode2 operasi dari sistem


bilga dan ballast untuk sebuah kapal offshore support vessel
tipe standby safety vessel.
Untuk sistem bilga dan ballast dari kapal standby safety
vessel tersebut, mode2 operasinya adalah sebagai berikut:

44
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast

Di bagian ini, kita akan membahas mode2 operasi dari sistem


bilga dan ballast untuk sebuah kapal offshore support vessel
tipe standby safety vessel.
Untuk sistem bilga dan ballast dari kapal standby safety
vessel tersebut, mode2 operasinya adalah sebagai berikut:
• Pengurasan genangan air di chain locker sump tank.

45
46
CHAIN LOCKER

47
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast

Di bagian ini, kita akan membahas mode2 operasi dari sistem


bilga dan ballast untuk sebuah kapal offshore support vessel
tipe standby safety vessel.
Untuk sistem bilga dan ballast dari kapal standby safety
vessel tersebut, mode2 operasinya adalah sebagai berikut:
• Pengurasan genangan air di chain locker sump tank.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1,

48
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast

Di bagian ini, kita akan membahas mode2 operasi dari sistem


bilga dan ballast untuk sebuah kapal offshore support vessel
tipe standby safety vessel.
Untuk sistem bilga dan ballast dari kapal standby safety
vessel tersebut, mode2 operasinya adalah sebagai berikut:
• Pengurasan genangan air di chain locker sump tank.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-13, BI-5, SS-9, BI-22, dan BI-9.

50
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Check valve, otomatis
membuka apabila nilai
tekanan di bagian inlet
valve itu lebih besar
daripada nilai tekanan
di bagian outletnya.

54
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast

Di bagian ini, kita akan membahas mode2 operasi dari sistem


bilga dan ballast untuk sebuah kapal offshore support vessel
tipe standby safety vessel.
Untuk sistem bilga dan ballast dari kapal standby safety
vessel tersebut, mode2 operasinya adalah sebagai berikut:
• Pengurasan genangan air di chain locker sump tank.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-13, BI-5, SS-9, BI-22, dan BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2,

55
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast

Di bagian ini, kita akan membahas mode2 operasi dari sistem


bilga dan ballast untuk sebuah kapal offshore support vessel
tipe standby safety vessel.
Untuk sistem bilga dan ballast dari kapal standby safety
vessel tersebut, mode2 operasinya adalah sebagai berikut:
• Pengurasan genangan air di chain locker sump tank.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-13, BI-5, SS-9, BI-22, dan BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-13, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.

57
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Check valve, otomatis
membuka apabila nilai
tekanan di bagian inlet
valve itu lebih besar
daripada nilai tekanan
di bagian outletnya.

61
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast

Di bagian ini, kita akan membahas mode2 operasi dari sistem


bilga dan ballast untuk sebuah kapal offshore support vessel
tipe standby safety vessel.
Untuk sistem bilga dan ballast dari kapal standby safety
vessel tersebut, mode2 operasinya adalah sebagai berikut:
• Pengurasan genangan air di chain locker sump tank.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-13, BI-5, SS-9, BI-22, dan BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-13, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.
• Pengurasan genangan air di bow thruster compartment.

62
Bow thruster
compartment

63
Bow thruster
compartment

64
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast

Di bagian ini, kita akan membahas mode2 operasi dari sistem


bilga dan ballast untuk sebuah kapal offshore support vessel
tipe standby safety vessel.
Untuk sistem bilga dan ballast dari kapal standby safety
vessel tersebut, mode2 operasinya adalah sebagai berikut:
• Pengurasan genangan air di chain locker sump tank.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-13, BI-5, SS-9, BI-22, dan BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-13, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.
• Pengurasan genangan air di bow thruster compartment.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-14, BI-5, SS-9, BI-22, dan BI-9.

65
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Check valve

69
Mode-mode Operasi Sistem Bilga & Ballast

Di bagian ini, kita akan membahas mode2 operasi dari sistem


bilga dan ballast untuk sebuah kapal offshore support vessel
tipe standby safety vessel.
Untuk sistem bilga dan ballast dari kapal standby safety
vessel tersebut, mode2 operasinya adalah sebagai berikut:
• Pengurasan genangan air di chain locker sump tank.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-13, BI-5, SS-9, BI-22, dan BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-13, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.
• Pengurasan genangan air di bow thruster compartment.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-14, BI-5, SS-9, BI-22, dan BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-14, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.
70
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Gambar Sistem Bilga dan Ballast di Engine Room dalam Bentuk yg Lebih Disederhanakan
Check valve

74
• Pengurasan genangan air di below main deck accommoda-
tion space.

75
Below main deck
accommodation space

76
BELOW MAIN DECK
ACCOMODATION SPACE

77
• Pengurasan genangan air di below main deck accommoda-
tion space.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-28, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.

78
82
• Pengurasan genangan air di below main deck accommoda-
tion space.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-28, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-28, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.

83
87
• Pengurasan genangan air di below main deck accommoda-
tion space.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-28, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-28, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.

• Pengurasan genangan air di forward engine room bilge.

88
Engine Room

89
Engine Room

90
Forward Engine
Room Bilge

91
• Pengurasan genangan air di below main deck accommoda-
tion space.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-28, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-28, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.

• Pengurasan genangan air di forward engine room bilge.


Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-7, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.

92
• Pengurasan genangan air di below main deck accommoda-
tion space.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-28, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-28, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.

• Pengurasan genangan air di forward engine room bilge.


Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-7, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-7, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.

95
• Pengurasan genangan air di aft engine room bilge.

98
Engine Room

99
Aft Engine
Room Bilge

100
• Pengurasan genangan air di aft engine room bilge.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-6, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.

101
• Pengurasan genangan air di aft engine room bilge.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-6, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-6, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.

104
• Pengurasan genangan air di aft engine room bilge.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-6, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-6, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.

• Pengurasan genangan air di engine room gangway.

107
Engine Room
Gangway

108
• Pengurasan genangan air di aft engine room bilge.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-6, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-6, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.

• Pengurasan genangan air di engine room gangway.


Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-26, BI-8, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.

109
• Pengurasan genangan air di aft engine room bilge.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-6, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-6, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, & BI-9.

• Pengurasan genangan air di engine room gangway.


Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-26, BI-8, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg di-
buka adalah BI-26, BI-8, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3, &
BI-9.

112
• Pengurasan genangan air di steering gear compartment.

115
Steering Gear
Compartment

116
• Pengurasan genangan air di steering gear compartment.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.

117
121
• Pengurasan genangan air di steering gear compartment.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3,
dan BI-9.

122
126
CATATAN

• Pada saat mengoperasikan sistem bilga untuk menguras


genangan air yg ada didekat bagian ujung dari sebuah pipa
bilga, maka SDNR valve yg dibuka haruslah hanya yg
terhubung ke bagian tersebut, dengan kata lain semua
SDNR valve yg lain harus ditutup.

127
CATATAN

• Pada saat mengoperasikan sistem bilga untuk menguras


genangan air yg ada didekat bagian ujung dari sebuah pipa
bilga, maka SDNR valve yg dibuka haruslah hanya yg
terhubung ke bagian tersebut, dengan kata lain semua
SDNR valve yg lain harus ditutup.
• Apabila selain SDNR valve yg terhubung ke bagian tersebut,
ada SDNR valve lain yg dibuka, sedang di ujung pipa yg
terhubung ke SDNR valve yg lain itu tidak terdapat genang-
an air, maka genangan air yg ingin kita kuras tersebut tidak
akan bisa dipompa.

128
CATATAN

Terbuka
CATATAN

Terbuka

Terbuka
CATATAN

• Pada saat mengoperasikan sistem bilga untuk menguras


genangan air yg ada didekat bagian ujung dari sebuah pipa
bilga, maka SDNR valve yg dibuka haruslah hanya yg
terhubung ke bagian tersebut, dengan kata lain semua
SDNR valve yg lain harus ditutup.
• Apabila selain SDNR valve yg terhubung ke bagian tersebut,
ada SDNR valve lain yg dibuka, sedang di ujung pipa yg
terhubung ke SDNR valve yg lain itu tidak terdapat genang-
an air, maka genangan air yg ingin kita kuras tersebut tidak
akan bisa dipompa.
• Untuk memahami mengapa hal ini bisa terjadi, kita perlu
mengingat kembali tentang prinsip operasi dari pompa.

131
CATATAN

• Pada saat mengoperasikan sistem bilga untuk menguras


genangan air yg ada didekat bagian ujung dari sebuah pipa
bilga, maka SDNR valve yg dibuka haruslah hanya yg
terhubung ke bagian tersebut, dengan kata lain semua
SDNR valve yg lain harus ditutup.
• Apabila selain SDNR valve yg terhubung ke bagian tersebut,
ada SDNR valve lain yg dibuka, sedang di ujung pipa yg
terhubung ke SDNR valve yg lain itu tidak terdapat genang-
an air, maka genangan air yg ingin kita kuras tersebut tidak
akan bisa dipompa.
• Untuk memahami mengapa hal ini bisa terjadi, kita perlu
mengingat kembali tentang prinsip operasi dari pompa.
• Untuk memindahkan cairan dari source ke sink dengan
menggunakan pompa,

132
CATATAN

133
CATATAN

• Pada saat mengoperasikan sistem bilga untuk menguras


genangan air yg ada didekat bagian ujung dari sebuah pipa
bilga, maka SDNR valve yg dibuka haruslah hanya yg
terhubung ke bagian tersebut, dengan kata lain semua
SDNR valve yg lain harus ditutup.
• Apabila selain SDNR valve yg terhubung ke bagian tersebut,
ada SDNR valve lain yg dibuka, sedang di ujung pipa yg
terhubung ke SDNR valve yg lain itu tidak terdapat genang-
an air, maka genangan air yg ingin kita kuras tersebut tidak
akan bisa dipompa.
• Untuk memahami mengapa hal ini bisa terjadi, kita perlu
mengingat kembali tentang prinsip operasi dari pompa.
• Untuk memindahkan cairan dari source ke sink dengan
menggunakan pompa, hal itu dilakukan dengan pertama-
tama memindahkan udara yg ada di pipa suction ke bagian
discharge dengan menggunakan pompa tersebut,

134
CATATAN

Suc- Dis-
tion charge

135
CATATAN

• Pada saat mengoperasikan sistem bilga untuk menguras


genangan air yg ada didekat bagian ujung dari sebuah pipa
bilga, maka SDNR valve yg dibuka haruslah hanya yg
terhubung ke bagian tersebut, dengan kata lain semua
SDNR valve yg lain harus ditutup.
• Apabila selain SDNR valve yg terhubung ke bagian tersebut,
ada SDNR valve lain yg dibuka, sedang di ujung pipa yg
terhubung ke SDNR valve yg lain itu tidak terdapat genang-
an air, maka genangan air yg ingin kita kuras tersebut tidak
akan bisa dipompa.
• Untuk memahami mengapa hal ini bisa terjadi, kita perlu
mengingat kembali tentang prinsip operasi dari pompa.
• Untuk memindahkan cairan dari source ke sink dengan
menggunakan pompa, hal itu dilakukan dengan pertama-
tama memindahkan udara yg ada di pipa suction ke bagian
discharge dengan menggunakan pompa tersebut, sehingga
pipa suction itu menjadi hampir sepenuhnya hampa udara.
136
CATATAN

137
CATATAN

• Karena tekanan di reservoir / source, yg mana nilainya


sama dengan tekanan udara atmosfir (1,013 x 105 Pa),
sekarang jauh lebih besar dari tekanan di dalam pipa
suction, yg sekarang nilainya hampir mendekati nol,

138
CATATAN

139
CATATAN

• Karena tekanan di reservoir / source, yg mana nilainya


sama dengan tekanan udara atmosfir (1,013 x 105 Pa),
sekarang jauh lebih besar dari tekanan di dalam pipa
suction, yg sekarang nilainya hampir mendekati nol, maka
air akan mengalir dari reservoir yg tekanannya lebih tinggi
ke jalur pipa suction yg tekanannya lebih rendah, dan
seterusnya sampai ke pompa

140
CATATAN

141
CATATAN

• Karena tekanan di reservoir / source, yg mana nilainya


sama dengan tekanan udara atmosfir (1,013 x 105 Pa),
sekarang jauh lebih besar dari tekanan di dalam pipa
suction, yg sekarang nilainya hampir mendekati nol, maka
air akan mengalir dari reservoir yg tekanannya lebih tinggi
ke jalur pipa suction yg tekanannya lebih rendah, dan
seterusnya sampai ke pompa (ingat bahwa air adalah selalu
mengalir dari tempat yg bertekanan lebih tinggi ke tempat
yg bertekanan lebih rendah).

142
CATATAN

• Karena tekanan di reservoir / source, yg mana nilainya


sama dengan tekanan udara atmosfir (1,013 x 105 Pa),
sekarang jauh lebih besar dari tekanan di dalam pipa
suction, yg sekarang nilainya hampir mendekati nol, maka
air akan mengalir dari reservoir yg tekanannya lebih tinggi
ke jalur pipa suction yg tekanannya lebih rendah, dan
seterusnya sampai ke pompa (ingat bahwa air adalah selalu
mengalir dari tempat yg bertekanan lebih tinggi ke tempat
yg bertekanan lebih rendah).
• Secara sederhana, bisa dikatakan bahwa pada peristiwa
diatas, udara yang terdapat pada reservoir tersebut telah
mendorong air di reservoir ke pompa melalui jalur
perpipaan suction.

143
CATATAN

144
CATATAN

• Karena tekanan di reservoir / source, yg mana nilainya


sama dengan tekanan udara atmosfir (1,013 x 105 Pa),
sekarang jauh lebih besar dari tekanan di dalam pipa
suction, yg sekarang nilainya hampir mendekati nol, maka
air akan mengalir dari reservoir yg tekanannya lebih tinggi
ke jalur pipa suction yg tekanannya lebih rendah, dan
seterusnya sampai ke pompa (ingat bahwa air adalah selalu
mengalir dari tempat yg bertekanan lebih tinggi ke tempat
yg bertekanan lebih rendah).
• Secara sederhana, bisa dikatakan bahwa pada peristiwa
diatas, udara yang terdapat pada reservoir tersebut telah
mendorong air di reservoir ke pompa melalui jalur
perpipaan suction.
• Setelah air itu sampai di pompa, maka bagian2 yg berputar
di dalam pompa tersebut akan mendorong air untuk
bergerak ke tandon atas melalui jalur pipa discharge.

145
CATATAN

146
CATATAN

• Karena tekanan di reservoir / source, yg mana nilainya


sama dengan tekanan udara atmosfir (1,013 x 105 Pa),
sekarang jauh lebih besar dari tekanan di dalam pipa
suction, yg sekarang nilainya hampir mendekati nol, maka
air akan mengalir dari reservoir yg tekanannya lebih tinggi
ke jalur pipa suction yg tekanannya lebih rendah, dan
seterusnya sampai ke pompa (ingat bahwa air adalah selalu
mengalir dari tempat yg bertekanan lebih tinggi ke tempat
yg bertekanan lebih rendah).
• Secara sederhana, bisa dikatakan bahwa pada peristiwa
diatas, udara yang terdapat pada reservoir tersebut telah
mendorong air di reservoir ke pompa melalui jalur
perpipaan suction.
• Setelah air itu sampai di pompa, maka bagian2 yg berputar
di dalam pompa tersebut akan mendorong air untuk
bergerak ke tandon atas melalui jalur pipa discharge.
• Proses diatas terus berlangsung sampai ketinggian air di
tandon atas mencapai nilai yg diinginkan, dan aliran arus
listrik ke pompa tersebut lalu bisa dihentikan.
147
CATATAN

148
CATATAN

• Dari penjelasan diatas, bisa diketahui bahwa agar cairan yg


ada di sebuah reservoir bisa bergerak menuju pompa,
maka udara yg ada di jalur pipa suction harus dikosongkan
terlebih dahulu, dan reservoir itu juga harus terhubung ke
udara luar melalui pipa ventilasi (di bidang perkapalan,
pipa2 seperti ini sering disebut dengan istilah air pipe (pipa
udara)).

149
CATATAN

150
CATATAN

• Dari penjelasan diatas, bisa diketahui bahwa agar cairan yg


ada di sebuah reservoir bisa bergerak menuju pompa,
maka udara yg ada di jalur pipa suction harus dikosongkan
terlebih dahulu, dan reservoir itu juga harus terhubung ke
udara luar melalui pipa ventilasi (di bidang perkapalan,
pipa2 seperti ini sering disebut dengan istilah air pipe (pipa
udara)).
• Oleh karenanya, apabila pada saat akan menguras
genangan air yg ada didekat bagian ujung dari sebuah pipa
bilga, ada SDNR valve lain yg dibuka selain SDNR valve yg
terhubung ke bagian yg ingin dikuras tersebut, sementara
di ujung pipa yg terhubung ke SDNR valve yg lain itu tidak
terdapat genangan air, maka genangan air yg ingin kita
kuras tersebut tidak akan bisa dipompa.

151
CATATAN

Terbuka

Terbuka
CATATAN

• Dari penjelasan diatas, bisa diketahui bahwa agar cairan yg


ada di sebuah reservoir bisa bergerak menuju pompa,
maka udara yg ada di jalur pipa suction harus dikosongkan
terlebih dahulu, dan reservoir itu juga harus terhubung ke
udara luar melalui pipa ventilasi (di bidang perkapalan,
pipa2 seperti ini sering disebut dengan istilah air pipe (pipa
udara)).
• Oleh karenanya, apabila pada saat akan menguras
genangan air yg ada didekat bagian ujung dari sebuah pipa
bilga, ada SDNR valve lain yg dibuka selain SDNR valve yg
terhubung ke bagian yg ingin dikuras tersebut, sementara
di ujung pipa yg terhubung ke SDNR valve yg lain itu tidak
terdapat genangan air, maka genangan air yg ingin kita
kuras tersebut tidak akan bisa dipompa.
• Penyebab dari hal ini adalah karena udara pada bagian
suction dari sistem bilga tersebut tidak mungkin
dikosongkan, karena masih ada jalur pipa lain yg
terhubung ke udara luar.
153
CATATAN

Terbuka

Terbuka
• Pengurasan genangan air di steering gear compartment.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3,
dan BI-9.

• Pengeluaran air di forward F.W. ballast tank, chain locker


sump tank, dan bow thruster compartment,

155
156
• Pengurasan genangan air di steering gear compartment.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3,
dan BI-9.

• Pengeluaran air di forward F.W. ballast tank, chain locker


sump tank, dan bow thruster compartment, karena adanya
kebocoran lambung yg besar akibat kandas (grounding)
atau tubrukan (collision).

157
• Pengurasan genangan air di steering gear compartment.
Apabila pompa yg digunakan adalah P1, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-5, SS-9, BI-22, & BI-9.
Apabila pompa yg digunakan adalah P2, maka valve yg
dibuka adalah BI-27, BI-8, BI-3, SS-8, BI-21, FM-2, FM-3,
dan BI-9.

• Pengeluaran air di forward F.W. ballast tank, chain locker


sump tank, dan bow thruster compartment, karena adanya
kebocoran lambung yg besar akibat kandas (grounding)
atau tubrukan (collision).
Pompa yg digunakan: P1 dan P2.
Valve yg dibuka: BA-10, BI-23, BI-24, BI-13, BI-14, BI-5,
SS-9, BI-22, BI-2, BA-7, BA-2, BI-3, SS-8, BI-21, dan
BI-1.

158
162
• Pengeluaran air di forward F.W. ballast tank, chain locker
sump tank, bow thruster compartment, dan below main
deck accommodation space,

163
Below Main Deck Accommodation Space
Bow Thruster Compartment
Chain Locker
Forward F.W.
Ballast Tk.

164
• Pengeluaran air di forward F.W. ballast tank, chain locker
sump tank, bow thruster compartment, dan below main
deck accommodation space, karena adanya kebocoran
lambung yg besar akibat kandas (grounding) atau tubrukan
(collision).

165
• Pengeluaran air di forward F.W. ballast tank, chain locker
sump tank, bow thruster compartment, dan below main
deck accommodation space, karena adanya kebocoran
lambung yg besar akibat kandas (grounding) atau tubrukan
(collision).
Pompa yg digunakan: P1 dan P2.
Valve yg dibuka: BA-10, BI-23, BI-24, BI-13, BI-14, BI-7,
BI-5, SS-9, BI-22, BI-2, BA-7, BA-2, BI-3, SS-8, BI-21,
dan BI-1.

166
170
• Pengeluaran air di forward F.W. ballast tank, chain locker
sump tank, bow thruster compartment, dan below main
deck accommodation space, karena adanya kebocoran
lambung yg besar akibat kandas (grounding) atau tubrukan
(collision).
Pompa yg digunakan: P1 dan P2.
Valve yg dibuka: BA-10, BI-23, BI-24, BI-13, BI-14, BI-7,
BI-5, SS-9, BI-22, BI-2, BA-7, BA-2, BI-3, SS-8, BI-21,
dan BI-1.

• Pengeluaran air di engine room, karena adanya kebocoran


yg besar di pelat lambung atau di sistem perpipaan.

171
• Pengeluaran air di forward F.W. ballast tank, chain locker
sump tank, bow thruster compartment, dan below main
deck accommodation space, karena adanya kebocoran
lambung yg besar akibat kandas (grounding) atau tubrukan
(collision).
Pompa yg digunakan: P1 dan P2.
Valve yg dibuka: BA-10, BI-23, BI-24, BI-13, BI-14, BI-7,
BI-5, SS-9, BI-22, BI-2, BA-7, BA-2, BI-3, SS-8, BI-21,
dan BI-1.

• Pengeluaran air di engine room, karena adanya kebocoran


yg besar di pelat lambung atau di sistem perpipaan.
Pompa yg digunakan: P1 dan P2.
Valve yg dibuka: BI-6, BI-7, BI-3, SS-8, BI-21, BI-1, BI-
4, SS-9, BI-22, dan BI-2.

172
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.

175
176
177
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.

178
179
180
181
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.

182
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)

183
184
185
186
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)

187
188
190
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.

191
192
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).

195
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)

196
197
198
199
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)

200
201
203
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Starboard).

204
205
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Portside).

208
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)

209
210
211
212
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)

213
214
215
216
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Portside).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Portside).

217
218
219
220
CATATAN

• Untuk sistem bilga dan ballast dari kapal Standby Safety


Vessel diatas, air ballast di tangki ballast depan tidak bisa
langsung dipompa ke tangki ballast belakang, demikian
pula sebaliknya.

221
CATATAN
CATATAN

• Untuk sistem bilga dan ballast dari kapal Standby Safety


Vessel diatas, air ballast di tangki ballast depan tidak bisa
langsung dipompa ke tangki ballast belakang, demikian
pula sebaliknya.
• Hal ini menyebabkan pada saat kapal tersebut berada
dalam keadaan trim (misalnya trim haluan), dan ingin
dibuat menjadi even keel, maka hal itu dilakukan dengan
cara mengurangi air ballast di tangki ballast depan terlebih
dahulu, baru setelah itu menambah air ballast di tangki
ballast belakang.

223
CATATAN

• Untuk sistem bilga dan ballast dari kapal Standby Safety


Vessel diatas, air ballast di tangki ballast depan tidak bisa
langsung dipompa ke tangki ballast belakang, demikian
pula sebaliknya.
• Hal ini menyebabkan pada saat kapal tersebut berada
dalam keadaan trim (misalnya trim haluan), dan ingin
dibuat menjadi even keel, maka hal itu dilakukan dengan
cara mengurangi air ballast di tangki ballast depan terlebih
dahulu, baru setelah itu menambah air ballast di tangki
ballast belakang.
• Akan tetapi untuk kapal2 yg cukup panjang, air ballast di
tangki ballast depan tersebut bisa dipompa secara langsung
ke tangki ballast belakang, dan demikian pula sebaliknya,
sehingga proses pengubahan dari keadaan trim menjadi
even keel (atau sebaliknya) bisa berlangsung lebih cepat.

224
CATATAN

• Untuk sistem bilga dan ballast dari kapal Standby Safety


Vessel diatas, air ballast di tangki ballast depan tidak bisa
langsung dipompa ke tangki ballast belakang, demikian
pula sebaliknya.
• Hal ini menyebabkan pada saat kapal tersebut berada
dalam keadaan trim (misalnya trim haluan), dan ingin
dibuat menjadi even keel, maka hal itu dilakukan dengan
cara mengurangi air ballast di tangki ballast depan terlebih
dahulu, baru setelah itu menambah air ballast di tangki
ballast belakang.
• Akan tetapi untuk kapal2 yg cukup panjang, air ballast di
tangki ballast depan tersebut bisa dipompa secara langsung
ke tangki ballast belakang, dan demikian pula sebaliknya,
sehingga proses pengubahan dari keadaan trim menjadi
even keel (atau sebaliknya) bisa berlangsung lebih cepat.
• Contoh dari hal ini adalah sistem ballast yg terdapat pada
sebuah kapal Offshore Support Vessel tipe Anchor Handling
Tug Supply Vessel (AHTS) dengan Length Overall 60 m.
225
CATATAN

Contoh pemindahan air ballast dari tangki2


ballast belakang (No 4 DW/WB Tk (S&P))
ke tangki ballast depan (Fore peak DW/
WB Tk) di kapal Offshore Support Vessel tipe
Anchor Handling Tug Supply Vessel (AHTS).

226
CATATAN
NO 4
D.W./W.B. TK (P)

D.W. : Drill Water


W.B. : Water Ballast

NO 4
D.W./W.B. TK (S)

227
CATATAN

TO NO 4 D.W./W.B. TK TO FORE PEAK


(S & P) D.W./W.B. TK

D.W. : Drill Water W.B. : Water Ballast

228
CATATAN

Contoh pemindahan air ballast dari tangki


ballast depan (Fore peak DW/WB Tk) ke
tangki2 ballast belakang (No 4 DW/WB Tk
(S&P)) di kapal Offshore Support Vessel tipe
Anchor Handling Tug Supply Vessel (AHTS).

229
CATATAN

TO NO 4 D.W./W.B. TK TO FORE PEAK


(S & P) D.W./W.B. TK

D.W. : Drill Water W.B. : Water Ballast

230
CATATAN

TO NO 4 D.W./W.B. TK TO FORE PEAK


(S & P) D.W./W.B. TK

D.W. : Drill Water W.B. : Water Ballast

231
CATATAN

TO NO 4 D.W./W.B. TK TO FORE PEAK


(S & P) D.W./W.B. TK

D.W. : Drill Water W.B. : Water Ballast

232
CATATAN
NO 4
D.W./W.B. TK (P)

NO 4
D.W./W.B. TK (S)

233
CATATAN

• Untuk kapal2 yg pendek, antara tangki ballast yg depan dengan


tangki ballast yg belakang tidak harus diberi hubungan langsung
karena untuk kapal2 tersebut jarang terjadi trim - yaitu selisih
antara nilai sarat di FP dengan nilai sarat di AP - yg nilainya
cukup besar.

234
CATATAN

Ø Rumus trim untuk trim buritan:

Ø Rumus trim untuk trim haluan:


CATATAN

• Untuk kapal2 yg pendek, antara tangki ballast yg depan dengan


tangki ballast yg belakang tidak harus diberi hubungan langsung
karena untuk kapal2 tersebut jarang terjadi trim - yaitu selisih
antara nilai sarat di FP dengan nilai sarat di AP - yg nilainya
cukup besar.
• Hal ini mengingat nilai yg ditimbulkan karena adanya
perbedaan antara bobot kapal di bagian haluan dengan bobot
kapal di bagian buritan untuk kapal2 yg pendek tersebut tidak
terlalu besar (ingat bahwa momen adalah gaya dikali lengan).

236
CATATAN

• Untuk kapal2 yg pendek, antara tangki ballast yg depan dengan


tangki ballast yg belakang tidak harus diberi hubungan langsung
karena untuk kapal2 tersebut jarang terjadi trim - yaitu selisih
antara nilai sarat di FP dengan nilai sarat di AP - yg nilainya
cukup besar.
• Hal ini mengingat nilai yg ditimbulkan karena adanya
perbedaan antara bobot kapal di bagian haluan dengan bobot
kapal di bagian buritan untuk kapal2 yg pendek tersebut tidak
terlalu besar (ingat bahwa momen adalah gaya dikali lengan).
• Selain itu, penting untuk dicatat bahwa antara tangki ballast yg
starboard dengan tangki ballast yg portside tidak boleh diberi
hubungan langsung; tujuannya adalah agar air ballast itu tidak
bisa langsung dipindahkan dari tangki ballast yg starboard ke
tangki ballast yg portside, atau sebaliknya.

237
CATATAN

• Untuk kapal2 yg pendek, antara tangki ballast yg depan dengan


tangki ballast yg belakang tidak harus diberi hubungan langsung
karena untuk kapal2 tersebut jarang terjadi trim - yaitu selisih
antara nilai sarat di FP dengan nilai sarat di AP - yg nilainya
cukup besar.
• Hal ini mengingat nilai yg ditimbulkan karena adanya
perbedaan antara bobot kapal di bagian haluan dengan bobot
kapal di bagian buritan untuk kapal2 yg pendek tersebut tidak
terlalu besar (ingat bahwa momen adalah gaya dikali lengan).
• Selain itu, penting untuk dicatat bahwa antara tangki ballast yg
starboard dengan tangki ballast yg portside tidak boleh diberi
hubungan langsung; tujuannya adalah agar air ballast itu tidak
bisa langsung dipindahkan dari tangki ballast yg starboard ke
tangki ballast yg portside, atau sebaliknya.
• Apabila hal ini bisa dilakukan, dan operator lupa mematikan
pompa ballast pada saat memindahkan air ballast dari tangki
ballast yg starboard ke tangki ballast yg portside - atau
sebaliknya - maka air ballast di sebuah tangki ballast (misalnya
yg starboard) akan berpindah ke tangki ballast yg sebelahnya
(misalnya yg portside) sampai air ballast di tangki ballast yg
starboard itu habis;

238
CATATAN

• Untuk kapal2 yg pendek, antara tangki ballast yg depan dengan


tangki ballast yg belakang tidak harus diberi hubungan langsung
karena untuk kapal2 tersebut jarang terjadi trim - yaitu selisih
antara nilai sarat di FP dengan nilai sarat di AP - yg nilainya
cukup besar.
• Hal ini mengingat nilai yg ditimbulkan karena adanya
perbedaan antara bobot kapal di bagian haluan dengan bobot
kapal di bagian buritan untuk kapal2 yg pendek tersebut tidak
terlalu besar (ingat bahwa momen adalah gaya dikali lengan).
• Selain itu, penting untuk dicatat bahwa antara tangki ballast yg
starboard dengan tangki ballast yg portside tidak boleh diberi
hubungan langsung; tujuannya adalah agar air ballast itu tidak
bisa langsung dipindahkan dari tangki ballast yg starboard ke
tangki ballast yg portside, atau sebaliknya.
• Apabila hal ini bisa dilakukan, dan operator lupa mematikan
pompa ballast pada saat memindahkan air ballast dari tangki
ballast yg starboard ke tangki ballast yg portside - atau
sebaliknya - maka air ballast di sebuah tangki ballast (misalnya
yg starboard) akan berpindah ke tangki ballast yg sebelahnya
(misalnya yg portside) sampai air ballast di tangki ballast yg
starboard itu habis; hal ini karena air ballast di tangki ballast yg
starboard itu terus-menerus mengalir ke tangki ballast yg
portside dan lalu keluar ke laut lepas melalui pipa udara (air
pipe) ketika tangki ballast yg portside itu sudah penuh. 239
CATATAN

• Sebagai akibatnya, kapal tersebut bisa mengalami kemiringan


pada sudut yg terlalu besar, sehingga bisa jadi akan terbalik.

240
CATATAN

• Sebagai akibatnya, kapal tersebut bisa mengalami kemiringan


pada sudut yg terlalu besar, sehingga bisa jadi akan terbalik.
• Oleh karenanya, apabila ingin mengubah suatu kapal dari
kondisi miring ke kondisi tegak dengan menggunakan air
ballast, maka hal itu harus dilakukan dengan mengeluarkan air
ballast dari salah satu tangki ballast terlebih dahulu (misalnya
yg starboard), dan setelah itu baru menambahkan air ballast
ke tangki ballast yg sebelahnya (misalnya yg portside).

241
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Portside).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Portside).
• Penyuplaian air pendingin mesin2 dalam keadaan darurat.

242
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)

243
244
EMERGENCY
COOLING

245
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)

246
247
248
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Portside).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Portside).
• Penyuplaian air pendingin mesin2 dalam keadaan darurat.
• Pembersihan sea chest.

249
Pembersihan Sea Chest (Starboard)

250
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)

251
252
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)

255
256
257
Pembersihan Sea Chest (Portside)

259
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)

260
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)

264
266
• Pengeluaran air di engine room gangway, karena adanya
kebocoran pada pelat lambung.
• Pengeluaran air di steering gear compartment, karena
adanya kebocoran yg besar pada pelat lambung.
• Pengisian air ballast ke Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengeluaran air ballast dari Fore Peak F.W. Ballast Tank.
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Starboard).
• Pengisian air ballast ke Aft Ballast Tank (Portside).
• Pengeluaran air ballast dari Aft Ballast Tank (Portside).
• Penyuplaian air pendingin mesin2 dalam keadaan darurat.
• Pembersihan sea chest.
• Pemadaman kebakaran di E/R.

268
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
dan Fire Hydrant 1

269
270
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
dan Fire Hydrant 2

272
273
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
dan Fire Hydrant 1 & Fire Hydrant 2

275
276
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
dan Fire Hydrant 1

278
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
dan Fire Hydrant 2

280
281
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
dan Fire Hydrant 1 & Fire Hydrant 2

283
284
• Pemadaman kebakaran di Main Deck.
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)

287
288
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)

292
293
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM
• Pemadaman kebakaran di Main Deck.
• Pemadaman kebakaran di Navigation Bridge Deck.
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)

300
301
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM
304
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)

306
307
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM
310
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM
• Pemadaman kebakaran di Main Deck.
• Pemadaman kebakaran di Navigation Bridge Deck.
• Pembersihan lubang jangkar (hawse pipe).
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)

313
314
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM
317
318
319
320
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)

321
322
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM
325
326
327
328
• Pemadaman kebakaran di Main Deck.
• Pemadaman kebakaran di Navigation Bridge Deck.
• Pembersihan lubang jangkar (hawse pipe).
• Pemadaman kebakaran di pelabuhan.
Di sisi bagian Starboard

330
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)

331
332
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM

INT’L SHORE
CONNECTION
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)

335
336
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM

INT’L SHORE
CONNECTION
Di sisi bagian Portside

339
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)

340
341
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM

INT’L SHORE
CONNECTION
343
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)

344
345
INT’L SHORE
CONNECTION

FRM. ENGINE
ROOM

INT’L SHORE
CONNECTION
Sistem Bilga Berminyak dan Minyak Kotor

348
Sistem Bilga Berminyak dan Minyak Kotor

• Sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) sebenarnya adalah merupakan bagian dari sistem
bilga dan ballast.

349
Sistem Bilga Berminyak dan Minyak Kotor

• Sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) sebenarnya adalah merupakan bagian dari sistem
bilga dan ballast.
• Meskipun demikian, kadang2 sistem ini digambar secara
terpisah dari sistem bilga dan ballast, misalnya pada kapal
standby safety vessel diatas.

350
General Arrangement

351
MAKER SUPPLY

Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
352
LIST OF MATERIALS

353
Sistem Bilga Berminyak dan Minyak Kotor

• Sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) sebenarnya adalah merupakan bagian dari sistem
bilga dan ballast.
• Meskipun demikian, kadang2 sistem ini digambar secara
terpisah dari sistem bilga dan ballast, misalnya pada kapal
standby safety vessel diatas.

354
Sistem Bilga Berminyak dan Minyak Kotor

• Sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) sebenarnya adalah merupakan bagian dari sistem
bilga dan ballast.
• Meskipun demikian, kadang2 sistem ini digambar secara
terpisah dari sistem bilga dan ballast, misalnya pada kapal
standby safety vessel diatas.
• Sistem ini digunakan untuk memompa genangan air yg
bercampur minyak yg ada di kamar mesin, lalu meng-
alirkannya ke tangki bilga dasar ganda (double bottom bilge
tank).

355
MAKER SUPPLY

Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
356
Sistem Bilga Berminyak dan Minyak Kotor

• Sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) sebenarnya adalah merupakan bagian dari sistem
bilga dan ballast.
• Meskipun demikian, kadang2 sistem ini digambar secara
terpisah dari sistem bilga dan ballast, misalnya pada kapal
standby safety vessel diatas.
• Sistem ini digunakan untuk memompa genangan air yg
bercampur minyak yg ada di kamar mesin, lalu meng-
alirkannya ke tangki bilga dasar ganda (double bottom bilge
tank).
• Apabila cairan yg ada di tangki double bottom bilge tank itu
sudah mencapai ketinggian tertentu, maka cairan tersebut
bisa dipompa menuju oily water separator, yaitu alat yg
berfungsi untuk memisahkan minyak dari air yg akan dibuang
keluar dari kapal, yg mana minyak tersebut dialirkan ke tangki
dirty oil/sludge tank, sedangkan air yg sudah tidak
mengandung atau sedikit sekali mengandung minyak tersebut
dialirkan keluar dari kapal (overboard).
357
MAKER SUPPLY

Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
358
• Apabila tangki dirty oil/sludge tank itu sudah hampir penuh,
maka cairan yg ada didalamnya harus dikeluarkan. Dan
mengingat ini adalah cairan minyak kotor, maka cairan
tersebut tidak boleh langsung dibuang ke laut lepas, akan
tetapi harus disalurkan ke tangki penyimpanan minyak
kotor yg ada di pelabuhan, pada saat kapal tersebut sedang
berlabuh.

359
MAKER SUPPLY

Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
360
• Apabila tangki dirty oil/sludge tank itu sudah hampir penuh,
maka cairan yg ada didalamnya harus dikeluarkan. Dan
mengingat ini adalah cairan minyak kotor, maka cairan
tersebut tidak boleh langsung dibuang ke laut lepas, akan
tetapi harus disalurkan ke tangki penyimpanan minyak
kotor yg ada di pelabuhan, pada saat kapal tersebut sedang
berlabuh.
• Pada jalur pipa setelah oily water separator tersebut, dibuat
sebuah saluran ke udara bebas yg posisinya lebih tinggi
dari oily water separator,

361
MAKER SUPPLY

362
• Apabila tangki dirty oil/sludge tank itu sudah hampir penuh,
maka cairan yg ada didalamnya harus dikeluarkan. Dan
mengingat ini adalah cairan minyak kotor, maka cairan
tersebut tidak boleh langsung dibuang ke laut lepas, akan
tetapi harus disalurkan ke tangki penyimpanan minyak
kotor yg ada di pelabuhan, pada saat kapal tersebut sedang
berlabuh.
• Pada jalur pipa setelah oily water separator tersebut, dibuat
sebuah saluran ke udara bebas yg posisinya lebih tinggi
dari oily water separator, yg mana tujuannya adalah agar
apabila posisi saluran overboard lebih rendah dari oily
water separator, sedang oily water separator tersebut
sedang dalam keadaan error, maka cairan kotor yg masih
berada didalam oily water separator itu tidak bisa langsung
mengalir ke overboard, yg mana apabila hal itu terjadi
maka bisa menyebabkan pencemaran air, serta denda yg
tinggi dari pihak pelabuhan.

363
364
365
MAKER SUPPLY

Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
366
MAKER SUPPLY

Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
367
368
MAKER SUPPLY

Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
369
MAKER SUPPLY

Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
370
371
MAKER SUPPLY

Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
372
MAKER SUPPLY

Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
373
374
MAKER SUPPLY

Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
375
MAKER SUPPLY

Contoh sistem bilga berminyak dan minyak kotor (oily bilge and dirty
oil system) dari sebuah kapal tipe standby safety vessel.
376
Teknologi Sistem Pendinginan Mesin-
mesin (Engines Cooling System)
DESKRIPSI UMUM DAN FUNGSI-FUNGSI DARI
SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN
DESKRIPSI UMUM DAN FUNGSI-FUNGSI DARI
SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN

• Di dalam sebuah kapal, sistem pendinginan mesin-mesin


(engines cooling system) digunakan untuk mendinginkan
bagian2 dari mesin2 yg terdapat didalam kapal tersebut,
misalnya mesin diesel penggerak utama, mesin diesel untuk
memutar generator listrik, dll.
DESKRIPSI UMUM DAN FUNGSI-FUNGSI DARI
SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN

• Di dalam sebuah kapal, sistem pendinginan mesin-mesin


(engines cooling system) digunakan untuk mendinginkan
bagian2 dari mesin2 yg terdapat didalam kapal tersebut,
misalnya mesin diesel penggerak utama, mesin diesel untuk
memutar generator listrik, dll.
• Mengingat mesin2 tersebut selalu menghasilkan energi panas,
maka apabila tidak didinginkan, mesin2 itu akan bisa
mengalami kerusakan dengan cepat.
DESKRIPSI UMUM DAN FUNGSI-FUNGSI DARI
SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN

• Di dalam sebuah kapal, sistem pendinginan mesin-mesin


(engines cooling system) digunakan untuk mendinginkan
bagian2 dari mesin2 yg terdapat didalam kapal tersebut,
misalnya mesin diesel penggerak utama, mesin diesel untuk
memutar generator listrik, dll.
• Mengingat mesin2 tersebut selalu menghasilkan energi panas,
maka apabila tidak didinginkan, mesin2 itu akan bisa
mengalami kerusakan dengan cepat.
• Dalam hal pendinginan mesin diesel penggerak utama - yg
mana ia adalah mesin yg digunakan untuk menggerakkan
kapal ke kecepatan yg diinginkan - sistem perpipaan pendingin
itu terdiri dari 2 rangkaian tertutup,
DESKRIPSI UMUM DAN FUNGSI-FUNGSI DARI
SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN

• Di dalam sebuah kapal, sistem pendinginan mesin-mesin


(engines cooling system) digunakan untuk mendinginkan
bagian2 dari mesin2 yg terdapat didalam kapal tersebut,
misalnya mesin diesel penggerak utama, mesin diesel untuk
memutar generator listrik, dll.
• Mengingat mesin2 tersebut selalu menghasilkan energi panas,
maka apabila tidak didinginkan, mesin2 itu akan bisa
mengalami kerusakan dengan cepat.
• Dalam hal pendinginan mesin diesel penggerak utama - yg
mana ia adalah mesin yg digunakan untuk menggerakkan
kapal ke kecepatan yg diinginkan - sistem perpipaan pendingin
itu terdiri dari 2 rangkaian tertutup, yaitu sistem pendinginan
air laut
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan
Air Laut (Sea Water Cooling System)
DESKRIPSI UMUM DAN FUNGSI-FUNGSI DARI
SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN

• Di dalam sebuah kapal, sistem pendinginan mesin-mesin


(engines cooling system) digunakan untuk mendinginkan
bagian2 dari mesin2 yg terdapat didalam kapal tersebut,
misalnya mesin diesel penggerak utama, mesin diesel untuk
memutar generator listrik, dll.
• Mengingat mesin2 tersebut selalu menghasilkan energi panas,
maka apabila tidak didinginkan, mesin2 itu akan bisa
mengalami kerusakan dengan cepat.
• Dalam hal pendinginan mesin diesel penggerak utama - yg
mana ia adalah mesin yg digunakan untuk menggerakkan
kapal ke kecepatan yg diinginkan - sistem perpipaan pendingin
itu terdiri dari 2 rangkaian tertutup, yaitu sistem pendinginan
air laut dan sistem pendinginan air tawar.
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
DESKRIPSI UMUM DAN FUNGSI-FUNGSI DARI
SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN

• Di dalam sebuah kapal, sistem pendinginan mesin-mesin


(engines cooling system) digunakan untuk mendinginkan
bagian2 dari mesin2 yg terdapat didalam kapal tersebut,
misalnya mesin diesel penggerak utama, mesin diesel untuk
memutar generator listrik, dll.
• Mengingat mesin2 tersebut selalu menghasilkan energi panas,
maka apabila tidak didinginkan, mesin2 itu akan bisa
mengalami kerusakan dengan cepat.
• Dalam hal pendinginan mesin diesel penggerak utama - yg
mana ia adalah mesin yg digunakan untuk menggerakkan
kapal ke kecepatan yg diinginkan - sistem perpipaan pendingin
itu terdiri dari 2 rangkaian tertutup, yaitu sistem pendinginan
air laut dan sistem pendinginan air tawar.
• Mengingat air laut adalah bersifat korosif (mudah menyebab-
kan korosi), maka air laut itu tidak digunakan untuk men-
dinginkan bagian2 mesin secara langsung, akan tetapi diguna-
kan untuk mendinginkan air tawar terlebih dahulu, lalu air
tawar inilah yg mendinginkan bagian2 dari mesin tersebut.
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan
Air Laut (Sea Water Cooling System)
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Pada gambar sistem pendinginan air tawar tersebut,
ditunjukkan bahwa sistem pendinginan air tawar adalah
digunakan untuk mendinginkan bagian jacket, piston, dan
turboblower dari mesin diesel penggerak utama.
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Pada gambar sistem pendinginan air tawar tersebut,
ditunjukkan bahwa sistem pendinginan air tawar adalah
digunakan untuk mendinginkan bagian jacket, piston, dan
turboblower dari mesin diesel penggerak utama.
• Turboblower (sering juga disebut turbocharger) tersebut
berfungsi untuk menggerakkan udara dari luar mesin ke
dalam silinder2 dari mesin itu,
Contoh Gambar
Process Flow
Diagram dari
Sistem Gas Buang
dan Pemasukan
Udara (Exhaust
Gas and Air
Intake System).
• Pada gambar sistem pendinginan air tawar tersebut,
ditunjukkan bahwa sistem pendinginan air tawar adalah
digunakan untuk mendinginkan bagian jacket, piston, dan
turboblower dari mesin diesel penggerak utama.
• Turboblower (sering juga disebut turbocharger) tersebut
berfungsi untuk menggerakkan udara dari luar mesin ke
dalam silinder2 dari mesin itu, dengan memanfaatkan
energi panas dan energi kinetik yg dimiliki oleh gas buang
(exhaust gas) yg keluar dari mesin diesel penggerak utama
(main engine).
Contoh Gambar
Process Flow
Diagram dari
Sistem Gas Buang
dan Pemasukan
Udara (Exhaust
Gas and Air
Intake System).
• Pada gambar sistem pendinginan air tawar tersebut,
ditunjukkan bahwa sistem pendinginan air tawar adalah
digunakan untuk mendinginkan bagian jacket, piston, dan
turboblower dari mesin diesel penggerak utama.
• Turboblower (sering juga disebut turbocharger) tersebut
berfungsi untuk menggerakkan udara dari luar mesin ke
dalam silinder2 dari mesin itu, dengan memanfaatkan
energi panas dan energi kinetik yg dimiliki oleh gas buang
(exhaust gas) yg keluar dari mesin diesel penggerak utama
(main engine).
• Pada turboblower, gas buang yg memiliki energi kinetik dan
energi panas yg sangat tinggi itu akan memutar turbine
(turbin), lalu turbin itu akan memutar compressor
(kompresor).
Contoh Gambar
Process Flow
Diagram dari
Sistem Gas Buang
dan Pemasukan
Udara (Exhaust
Gas and Air
Intake System).
• Pada gambar sistem pendinginan air tawar tersebut,
ditunjukkan bahwa sistem pendinginan air tawar adalah
digunakan untuk mendinginkan bagian jacket, piston, dan
turboblower dari mesin diesel penggerak utama.
• Turboblower (sering juga disebut turbocharger) tersebut
berfungsi untuk menggerakkan udara dari luar mesin ke
dalam silinder2 dari mesin itu, dengan memanfaatkan
energi panas dan energi kinetik yg dimiliki oleh gas buang
(exhaust gas) yg keluar dari mesin diesel penggerak utama
(main engine).
• Pada turboblower, gas buang yg memiliki energi kinetik dan
energi panas yg sangat tinggi itu akan memutar turbine
(turbin), lalu turbin itu akan memutar compressor
(kompresor).
• Kompresor adalah alat yg berfungsi untuk menggerakkan
udara, yg mana dalam hal ini, kompresor tersebut adalah
berfungsi untuk menggerakkan udara dari luar main engine
ke dalam silinder2 dari main engine tersebut, melewati
charge air cooler (pendingin udara masukan),
Contoh Gambar
Process Flow
Diagram dari
Sistem Gas Buang
dan Pemasukan
Udara (Exhaust
Gas and Air
Intake System).
• Pada gambar sistem pendinginan air tawar tersebut,
ditunjukkan bahwa sistem pendinginan air tawar adalah
digunakan untuk mendinginkan bagian jacket, piston, dan
turboblower dari mesin diesel penggerak utama.
• Turboblower (sering juga disebut turbocharger) tersebut
berfungsi untuk menggerakkan udara dari luar mesin ke
dalam silinder2 dari mesin itu, dengan memanfaatkan
energi panas dan energi kinetik yg dimiliki oleh gas buang
(exhaust gas) yg keluar dari mesin diesel penggerak utama
(main engine).
• Pada turboblower, gas buang yg memiliki energi kinetik dan
energi panas yg sangat tinggi itu akan memutar turbine
(turbin), lalu turbin itu akan memutar compressor
(kompresor).
• Kompresor adalah alat yg berfungsi untuk menggerakkan
udara, yg mana dalam hal ini, kompresor tersebut adalah
berfungsi untuk menggerakkan udara dari luar main engine
ke dalam silinder2 dari main engine tersebut, melewati
charge air cooler (pendingin udara masukan), yg mana
pada sistem itu adalah didinginkan dengan menggunakan
air laut,
Contoh Gambar
Process Flow
Diagram dari
Sistem Gas Buang
dan Pemasukan
Udara (Exhaust
Gas and Air
Intake System).
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan
Air Laut (Sea Water Cooling System)
• Pada gambar sistem pendinginan air tawar tersebut,
ditunjukkan bahwa sistem pendinginan air tawar adalah
digunakan untuk mendinginkan bagian jacket, piston, dan
turboblower dari mesin diesel penggerak utama.
• Turboblower (sering juga disebut turbocharger) tersebut
berfungsi untuk menggerakkan udara dari luar mesin ke
dalam silinder2 dari mesin itu, dengan memanfaatkan
energi panas dan energi kinetik yg dimiliki oleh gas buang
(exhaust gas) yg keluar dari mesin diesel penggerak utama
(main engine).
• Pada turboblower, gas buang yg memiliki energi kinetik dan
energi panas yg sangat tinggi itu akan memutar turbine
(turbin), lalu turbin itu akan memutar compressor
(kompresor).
• Kompresor adalah alat yg berfungsi untuk menggerakkan
udara, yg mana dalam hal ini, kompresor tersebut adalah
berfungsi untuk menggerakkan udara dari luar main engine
ke dalam silinder2 dari main engine tersebut, melewati
charge air cooler (pendingin udara masukan), yg mana
pada sistem itu adalah didinginkan dengan menggunakan
air laut, dan tidak seperti turboblower yg didinginkan
dengan menggunakan air tawar.
Contoh Gambar
Process Flow
Diagram dari
Sistem Gas Buang
dan Pemasukan
Udara (Exhaust
Gas and Air
Intake System).
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Udara yg akan memasuki main engine itu perlu didinginkan
agar massa jenisnya semakin besar, dengan kata lain,
massa udara dalam kg untuk setiap meter kubiknya adalah
semakin berat.
• Udara yg akan memasuki main engine itu perlu didinginkan
agar massa jenisnya semakin besar, dengan kata lain,
massa udara dalam kg untuk setiap meter kubiknya adalah
semakin berat.
• Apabila massa jenis udara semakin besar, maka kandungan
oksigen yg terdapat didalamnya juga akan semakin banyak,
yg mana hal ini akan menyebabkan proses pembakaran
didalam silinder main engine tersebut menjadi lebih baik,
atau dengan kata lain, jumlah energi mekanik yg dihasilkan
dari proses pembakaran bahan bakar untuk setiap liter
bahan bakar tersebut akan semakin besar.
• Udara yg akan memasuki main engine itu perlu didinginkan
agar massa jenisnya semakin besar, dengan kata lain,
massa udara dalam kg untuk setiap meter kubiknya adalah
semakin berat.
• Apabila massa jenis udara semakin besar, maka kandungan
oksigen yg terdapat didalamnya juga akan semakin banyak,
yg mana hal ini akan menyebabkan proses pembakaran
didalam silinder main engine tersebut menjadi lebih baik,
atau dengan kata lain, jumlah energi mekanik yg dihasilkan
dari proses pembakaran bahan bakar untuk setiap liter
bahan bakar tersebut akan semakin besar.
• Pada sistem gas buang dan pemasukan udara tersebut,
udara masukan (charge air) juga bisa disuplai oleh auxiliary
blower;
Contoh Gambar
Process Flow
Diagram dari
Sistem Gas Buang
dan Pemasukan
Udara (Exhaust
Gas and Air
Intake System).
• Udara yg akan memasuki main engine itu perlu didinginkan
agar massa jenisnya semakin besar, dengan kata lain,
massa udara dalam kg untuk setiap meter kubiknya adalah
semakin berat.
• Apabila massa jenis udara semakin besar, maka kandungan
oksigen yg terdapat didalamnya juga akan semakin banyak,
yg mana hal ini akan menyebabkan proses pembakaran
didalam silinder main engine tersebut menjadi lebih baik,
atau dengan kata lain, jumlah energi mekanik yg dihasilkan
dari proses pembakaran bahan bakar untuk setiap liter
bahan bakar tersebut akan semakin besar.
• Pada sistem gas buang dan pemasukan udara tersebut,
udara masukan (charge air) juga bisa disuplai oleh auxiliary
blower; hal ini sangat penting agar pada saat turboblower
mengalami kerusakan, motor diesel penggerak utama tetap
bisa beroperasi dengan menggunakan auxiliary blower
tersebut untuk memasukkan udara kedalam silinder2nya.
• Pada sistem pendinginan air tawar yg ditunjukkan diatas,
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Pada sistem pendinginan air tawar yg ditunjukkan diatas,
juga ditunjukkan adanya dua heater (pemanas),
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Pada sistem pendinginan air tawar yg ditunjukkan diatas,
juga ditunjukkan adanya dua heater (pemanas), yg mana
kedua heater tersebut berfungsi untuk memanaskan air tawar
yg disirkulasikan ke main engine sebelum starting, agar
bagian2 didalam main engine tersebut sudah memanas
sebelum ia di-start.
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Pada sistem pendinginan air tawar yg ditunjukkan diatas,
juga ditunjukkan adanya dua heater (pemanas), yg mana
kedua heater tersebut berfungsi untuk memanaskan air tawar
yg disirkulasikan ke main engine sebelum starting, agar
bagian2 didalam main engine tersebut sudah memanas
sebelum ia di-start.
• Pada sistem itu juga terdapat jacket water header tank,
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Pada sistem pendinginan air tawar yg ditunjukkan diatas,
juga ditunjukkan adanya dua heater (pemanas), yg mana
kedua heater tersebut berfungsi untuk memanaskan air tawar
yg disirkulasikan ke main engine sebelum starting, agar
bagian2 didalam main engine tersebut sudah memanas
sebelum ia di-start.
• Pada sistem itu juga terdapat jacket water header tank, yg
mana berfungsi untuk memfasilitasi pemuaian dan penguapan
air tawar yg menjadi memanas ketika digunakan untuk men-
dinginkan bagian jacket dari main engine;
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Pada sistem pendinginan air tawar yg ditunjukkan diatas,
juga ditunjukkan adanya dua heater (pemanas), yg mana
kedua heater tersebut berfungsi untuk memanaskan air tawar
yg disirkulasikan ke main engine sebelum starting, agar
bagian2 didalam main engine tersebut sudah memanas
sebelum ia di-start.
• Pada sistem itu juga terdapat jacket water header tank, yg
mana berfungsi untuk memfasilitasi pemuaian dan penguapan
air tawar yg menjadi memanas ketika digunakan untuk men-
dinginkan bagian jacket dari main engine; sebagian air tawar
yg menguap itu akan mengembun menjadi air tawar lagi saat
memasuki tangki jacket water header tank tersebut, dan
sebagian lagi akan keluar ke udara bebas melalui pipa ventilasi
yg terdapat pada tangki itu (pipa ventilasi ini tidak digambar).
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Pada sistem pendinginan air tawar yg ditunjukkan diatas,
juga ditunjukkan adanya dua heater (pemanas), yg mana
kedua heater tersebut berfungsi untuk memanaskan air tawar
yg disirkulasikan ke main engine sebelum starting, agar
bagian2 didalam main engine tersebut sudah memanas
sebelum ia di-start.
• Di sistem itu juga terdapat tangki jacket water header tank, yg
mana berfungsi untuk memfasilitasi pemuaian dan penguapan
air tawar yg menjadi memanas ketika digunakan untuk men-
dinginkan bagian jacket dari main engine; sebagian air tawar
yg menguap itu akan mengembun menjadi air tawar lagi saat
memasuki tangki jacket water header tank tersebut, dan
sebagian lagi akan keluar ke udara bebas melalui pipa ventilasi
yg terdapat pada tangki itu (pipa ventilasi ini tidak digambar).
• Mengingat jumlah air tawar yg bersirkulasi di sistem ini bisa
berkurang karena menguap dan mengalir ke udara luar, maka
perlu adanya penambahan air tawar lagi pada tangki tersebut
ketika jumlah air tawar yg terdapat di sistem itu sudah ber-
kurang ke nilai tertentu, yg mana hal ini bisa diketahui apabila
low level alarm yg terdapat pada tangki itu menyala.
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini
Rangkaian 1

Rangkaian 2

Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler,
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan Air Tawar
(Fresh Water Cooling System)
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler, yg mana
kedua cooler tersebut adalah juga terhubung ke sistem
pendinginan air laut (sea water cooling system).
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan
Air Laut (Sea Water Cooling System)
CATATAN

• Cooler atau heat exchanger adalah alat untuk mendinginkan fluida


pada sistem perpipaan.
CATATAN

• Cooler atau heat exchanger adalah alat untuk mendinginkan fluida


pada sistem perpipaan; fluida yg didinginkan itu bisa berupa fluida
cair (misalnya air tawar) atau fluida gas (misalnya udara).
CATATAN

• Cooler atau heat exchanger adalah alat untuk mendinginkan fluida


pada sistem perpipaan; fluida yg didinginkan itu bisa berupa fluida
cair (misalnya air tawar) atau fluida gas (misalnya udara).
• Ada 2 macam cooler yg digunakan di sistem pendinginan mesin2,
yaitu:
CATATAN

• Cooler atau heat exchanger adalah alat untuk mendinginkan fluida


pada sistem perpipaan; fluida yg didinginkan itu bisa berupa fluida
cair (misalnya air tawar) atau fluida gas (misalnya udara).
• Ada 2 macam cooler yg digunakan di sistem pendinginan mesin2,
yaitu: - Shell and tube cooler,
CATATAN

Fresh water
Fresh water outlet
inlet
CATATAN

• Cooler atau heat exchanger adalah alat untuk mendinginkan fluida


pada sistem perpipaan; fluida yg didinginkan itu bisa berupa fluida
cair (misalnya air tawar) atau fluida gas (misalnya udara).
• Ada 2 macam cooler yg digunakan di sistem pendinginan mesin2,
yaitu: - Shell and tube cooler, dan
• yaitu: - Plate type cooler.
CATATAN
CATATAN

• Cooler atau heat exchanger adalah alat untuk mendinginkan fluida


pada sistem perpipaan; fluida yg didinginkan itu bisa berupa fluida
cair (misalnya air tawar) atau fluida gas (misalnya udara).
• Ada 2 macam cooler yg digunakan di sistem pendinginan mesin2,
yaitu: - Shell and tube cooler, dan
• yaitu: - Plate type cooler.
• Pada shell and tube cooler, energi panas mengalir dari fluida cair
yg ada diluar tubes (pipa2 kecil)
CATATAN

Fresh water
Fresh water outlet
inlet
CATATAN

• Cooler atau heat exchanger adalah alat untuk mendinginkan fluida


pada sistem perpipaan; fluida yg didinginkan itu bisa berupa fluida
cair (misalnya air tawar) atau fluida gas (misalnya udara).
• Ada 2 macam cooler yg digunakan di sistem pendinginan mesin2,
yaitu: - Shell and tube cooler, dan
• yaitu: - Plate type cooler.
• Pada shell and tube cooler, energi panas mengalir dari fluida cair
yg ada diluar tubes (pipa2 kecil) yg suhunya lebih panas (misalnya
air tawar pendingin mesin)
CATATAN

Fresh water Fresh water


inlet outlet
CATATAN

• Cooler atau heat exchanger adalah alat untuk mendinginkan fluida


pada sistem perpipaan; fluida yg didinginkan itu bisa berupa fluida
cair (misalnya air tawar) atau fluida gas (misalnya udara).
• Ada 2 macam cooler yg digunakan di sistem pendinginan mesin2,
yaitu: - Shell and tube cooler, dan
• yaitu: - Plate type cooler.
• Pada shell and tube cooler, energi panas mengalir dari fluida cair
yg ada diluar tubes (pipa2 kecil) yg suhunya lebih panas (misalnya
air tawar pendingin mesin) ke fluida cair yg ada didalam tubes yg
suhunya lebih dingin (misalnya air laut).
CATATAN

Fresh water
Fresh water outlet
inlet
CATATAN

• Cooler atau heat exchanger adalah alat untuk mendinginkan fluida


pada sistem perpipaan; fluida yg didinginkan itu bisa berupa fluida
cair (misalnya air tawar) atau fluida gas (misalnya udara).
• Ada 2 macam cooler yg digunakan di sistem pendinginan mesin2,
yaitu: - Shell and tube cooler, dan
• yaitu: - Plate type cooler.
• Pada shell and tube cooler, energi panas mengalir dari fluida cair
yg ada diluar tubes (pipa2 kecil) yg suhunya lebih panas (misalnya
air tawar pendingin mesin) ke fluida cair yg ada didalam tubes yg
suhunya lebih dingin (misalnya air laut). Ingat bahwa energi panas
selalu mengalir dari benda yg suhunya lebih panas ke benda yg
suhunya lebih dingin.
CATATAN

• Cooler atau heat exchanger adalah alat untuk mendinginkan fluida


pada sistem perpipaan; fluida yg didinginkan itu bisa berupa fluida
cair (misalnya air tawar) atau fluida gas (misalnya udara).
• Ada 2 macam cooler yg digunakan di sistem pendinginan mesin2,
yaitu: - Shell and tube cooler, dan
• yaitu: - Plate type cooler.
• Pada shell and tube cooler, energi panas mengalir dari fluida cair
yg ada diluar tubes (pipa2 kecil) yg suhunya lebih panas (misalnya
air tawar pendingin mesin) ke fluida cair yg ada didalam tubes yg
suhunya lebih dingin (misalnya air laut). Ingat bahwa energi panas
selalu mengalir dari benda yg suhunya lebih panas ke benda yg
suhunya lebih dingin. Sebagai akibatnya, suhu fluida cair yg ada
diluar tubes akan menurun atau menjadi lebih dingin, sedang suhu
fluida cair yg ada didalam tubes akan meningkat.
CATATAN

Fresh water Fresh water


inlet outlet
CATATAN

• Cooler atau heat exchanger adalah alat untuk mendinginkan fluida


pada sistem perpipaan; fluida yg didinginkan itu bisa berupa fluida
cair (misalnya air tawar) atau fluida gas (misalnya udara).
• Ada 2 macam cooler yg digunakan di sistem pendinginan mesin2,
yaitu: - Shell and tube cooler, dan
• yaitu: - Plate type cooler.
• Pada shell and tube cooler, energi panas mengalir dari fluida cair
yg ada diluar tubes (pipa2 kecil) yg suhunya lebih panas (misalnya
air tawar pendingin mesin) ke fluida cair yg ada didalam tubes yg
suhunya lebih dingin (misalnya air laut). Ingat bahwa energi panas
selalu mengalir dari benda yg suhunya lebih panas ke benda yg
suhunya lebih dingin. Sebagai akibatnya, suhu fluida cair yg ada
diluar tubes akan menurun atau menjadi lebih dingin, sedang suhu
fluida cair yg ada didalam tubes akan meningkat.
• Sementara itu pada plate type cooler, energi panas mengalir dari
fluida cair yg ada di sebuah ruang di cooler tersebut (yg suhunya
lebih panas), ke fluida cair lain yg ada di ruang sebelahnya (yg
suhunya lebih dingin).
CATATAN

fluida yg mendingin-
kan (lebih dingin).

fluida yg mendinginkan
(lebih dingin).
fluida yg didinginkan
(lebih panas).
fluida yg mendinginkan
(lebih dingin). fluida yg didinginkan
(lebih panas).
CATATAN

• Cooler atau heat exchanger adalah alat untuk mendinginkan fluida


pada sistem perpipaan; fluida yg didinginkan itu bisa berupa fluida
cair (misalnya air tawar) atau fluida gas (misalnya udara).
• Ada 2 macam cooler yg digunakan di sistem pendinginan mesin2,
yaitu: - Shell and tube cooler, dan
• yaitu: - Plate type cooler.
• Pada shell and tube cooler, energi panas mengalir dari fluida cair
yg ada diluar tubes (pipa2 kecil) yg suhunya lebih panas (misalnya
air tawar pendingin mesin) ke fluida cair yg ada didalam tubes yg
suhunya lebih dingin (misalnya air laut). Ingat bahwa energi panas
selalu mengalir dari benda yg suhunya lebih panas ke benda yg
suhunya lebih dingin. Sebagai akibatnya, suhu fluida cair yg ada
diluar tubes akan menurun atau menjadi lebih dingin, sedang suhu
fluida cair yg ada didalam tubes akan meningkat.
• Sementara itu pada plate type cooler, energi panas mengalir dari
fluida cair yg ada di sebuah ruang di cooler tersebut (yg suhunya
lebih panas), ke fluida cair lain yg ada di ruang sebelahnya (yg
suhunya lebih dingin). Plate type cooler ini hanya digunakan untuk
fluida2 yg bertekanan rendah, sedang untuk shell and tube cooler,
ia bisa digunakan untuk fluida2 yg bertekanan tinggi.
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler, yg mana
kedua cooler tersebut adalah juga terhubung ke sistem
pendinginan air laut (sea water cooling system).
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler, yg mana
kedua cooler tersebut adalah juga terhubung ke sistem
pendinginan air laut (sea water cooling system).
• Selain digunakan untuk mendinginkan air tawar, air laut
tersebut juga berfungsi untuk mendinginkan minyak
pelumas (lubricating oil),
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan
Air Laut (Sea Water Cooling System)
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Minyak
Pelumas (Lubricating Oil System).
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler, yg mana
kedua cooler tersebut adalah juga terhubung ke sistem
pendinginan air laut (sea water cooling system).
• Selain digunakan untuk mendinginkan air tawar, air laut
tersebut juga berfungsi untuk mendinginkan minyak
pelumas (lubricating oil), udara masukan (charge air)
Contoh gambar process flow diagram dari sistem pendinginan air laut
(sea water cooling system).
Contoh Gambar
Process Flow
Diagram dari
Sistem Gas Buang
dan Pemasukan
Udara (Exhaust
Gas and Air
Intake System).
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler, yg mana
kedua cooler tersebut adalah juga terhubung ke sistem
pendinginan air laut (sea water cooling system).
• Selain digunakan untuk mendinginkan air tawar, air laut
tersebut juga berfungsi untuk mendinginkan minyak
pelumas (lubricating oil), udara masukan (charge air), uap
air pada evaporator,
Contoh gambar process flow diagram untuk sistem pendinginan air laut
(sea water cooling system) yg dilengkapi dengan evaporator.
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler, yg mana
kedua cooler tersebut adalah juga terhubung ke sistem
pendinginan air laut (sea water cooling system).
• Selain digunakan untuk mendinginkan air tawar, air laut
tersebut juga berfungsi untuk mendinginkan minyak
pelumas (lubricating oil), udara masukan (charge air), uap
air pada evaporator, serta mesin2 dan peralatan2 lain.
Contoh gambar process flow diagram untuk sistem pendinginan air laut
(sea water cooling system) yg dilengkapi dengan evaporator.
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler, yg mana
kedua cooler tersebut adalah juga terhubung ke sistem
pendinginan air laut (sea water cooling system).
• Selain digunakan untuk mendinginkan air tawar, air laut
tersebut juga berfungsi untuk mendinginkan minyak
pelumas (lubricating oil), udara masukan (charge air), uap
air pada evaporator, serta mesin2 dan peralatan2 lain.
• Evaporator (sering juga disebut dengan istilah distiller)
adalah peralatan yg berfungsi untuk mengubah air laut
menjadi air tawar, dengan memanfaatkan energi panas yg
terdapat di air tawar yg keluar dari bagian jacket pada
main engine,
Evaporator

Contoh gambar process flow diagram dari sistem pendinginan air tawar
(fresh water cooling system) yg dilengkapi dengan evaporator.
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler, yg mana
kedua cooler tersebut adalah juga terhubung ke sistem
pendinginan air laut (sea water cooling system).
• Selain digunakan untuk mendinginkan air tawar, air laut
tersebut juga berfungsi untuk mendinginkan minyak
pelumas (lubricating oil), udara masukan (charge air), uap
air pada evaporator, serta mesin2 dan peralatan2 lain.
• Evaporator (sering juga disebut dengan istilah distiller)
adalah peralatan yg berfungsi untuk mengubah air laut
menjadi air tawar, dengan memanfaatkan energi panas yg
terdapat di air tawar yg keluar dari bagian jacket pada
main engine, atau energi panas yg terdapat di uap (steam)
yg dihasilkan oleh boiler.
• Air tawar yg bersirkulasi pada kedua rangkaian di sistem
pendinginan air tawar ini masing2 didinginkan oleh air laut
di jacket water cooler dan di piston water cooler, yg mana
kedua cooler tersebut adalah juga terhubung ke sistem
pendinginan air laut (sea water cooling system).
• Selain digunakan untuk mendinginkan air tawar, air laut
tersebut juga berfungsi untuk mendinginkan minyak
pelumas (lubricating oil), udara masukan (charge air), uap
air pada evaporator, serta mesin2 dan peralatan2 lain.
• Evaporator (sering juga disebut dengan istilah distiller)
adalah peralatan yg berfungsi untuk mengubah air laut
menjadi air tawar, dengan memanfaatkan energi panas yg
terdapat di air tawar yg keluar dari bagian jacket pada
main engine, atau energi panas yg terdapat di uap (steam)
yg dihasilkan oleh boiler.
• Ada 2 tipe evaporator, yaitu boiling process evaporator dan
flash process evaporator; di modul ini, kita hanya akan
membahas evaporator tipe boiling process evaporator.
• Didalam boiling process evaporator tersebut, massa jenis atau
kerapatan (density) dari udara yg ada didalamnya lebih kecil
daripada kerapatan udara normal atau udara yg ada diluar
tangki, hal ini karena udara yg ada didalam tangki evaporator
tersebut dipompa keluar dari tangki.
• Didalam boiling process evaporator tersebut, massa jenis atau
kerapatan (density) dari udara yg ada didalamnya lebih kecil
daripada kerapatan udara normal atau udara yg ada diluar
tangki, hal ini karena udara yg ada didalam tangki evaporator
tersebut dipompa keluar dari tangki.
• Apabila kerapatan udara (bobot udara tiap meter kubik) di
dalam tangki evaporator lebih rendah dari kerapatan udara
normal, maka nilai tekanan udara di dalam tangki tersebut
juga akan lebih rendah dari nilai tekanan udara normal.
• Didalam boiling process evaporator tersebut, massa jenis atau
kerapatan (density) dari udara yg ada didalamnya lebih kecil
daripada kerapatan udara normal atau udara yg ada diluar
tangki, hal ini karena udara yg ada didalam tangki evaporator
tersebut dipompa keluar dari tangki.
• Apabila kerapatan udara (bobot udara tiap meter kubik) di
dalam tangki evaporator lebih rendah dari kerapatan udara
normal, maka nilai tekanan udara di dalam tangki tersebut
juga akan lebih rendah dari nilai tekanan udara normal.
• Tekanan udara normal yg standar memiliki nilai sebesar 1 atm
atau 1,013 x 105 N/m2, sehingga nilai tekanan udara didalam
tangki evaporator tersebut juga akan lebih rendah dari nilai ini.
• Didalam boiling process evaporator tersebut, massa jenis atau
kerapatan (density) dari udara yg ada didalamnya lebih kecil
daripada kerapatan udara normal atau udara yg ada diluar
tangki, hal ini karena udara yg ada didalam tangki evaporator
tersebut dipompa keluar dari tangki.
• Apabila kerapatan udara (bobot udara tiap meter kubik) di
dalam tangki evaporator lebih rendah dari kerapatan udara
normal, maka nilai tekanan udara di dalam tangki tersebut
juga akan lebih rendah dari nilai tekanan udara normal.
• Tekanan udara normal yg standar memiliki nilai sebesar 1 atm
atau 1,013 x 105 N/m2, sehingga nilai tekanan udara didalam
tangki evaporator tersebut juga akan lebih rendah dari nilai ini.
• Apabila tekanan udara di sebuah ruangan menurun, maka titik
didih dari cairan yg ada diruangan itu juga akan menurun,
atau dengan kata lain, cairan itu bisa menguap pada suhu yg
lebih rendah;
• Didalam boiling process evaporator tersebut, massa jenis atau
kerapatan (density) dari udara yg ada didalamnya lebih kecil
daripada kerapatan udara normal atau udara yg ada diluar
tangki, hal ini karena udara yg ada didalam tangki evaporator
tersebut dipompa keluar dari tangki.
• Apabila kerapatan udara (bobot udara tiap meter kubik) di
dalam tangki evaporator lebih rendah dari kerapatan udara
normal, maka nilai tekanan udara di dalam tangki tersebut
juga akan lebih rendah dari nilai tekanan udara normal.
• Tekanan udara normal yg standar memiliki nilai sebesar 1 atm
atau 1,013 x 105 N/m2, sehingga nilai tekanan udara didalam
tangki evaporator tersebut juga akan lebih rendah dari nilai ini.
• Apabila tekanan udara di sebuah ruangan menurun, maka titik
didih dari cairan yg ada diruangan itu juga akan menurun,
atau dengan kata lain, cairan itu bisa menguap pada suhu yg
lebih rendah; sebagai contoh, untuk air tawar, ia akan
mendidih pada suhu 100°C ketika tekanan udara di tempat itu
adalah 1 atm atau 101,33 kN/m2,
Nilai-nilai tekanan jenuh (saturation pressure) dari air tawar pada suhu-
suhu yang bervariasi (Referensi: Y. A. Cengel, J. M. Cimbala (2006), Fluid
Mechanics Fundamentals and Applications, The McGraw-Hill Companies,
Inc).
• Didalam boiling process evaporator tersebut, massa jenis atau
kerapatan (density) dari udara yg ada didalamnya lebih kecil
daripada kerapatan udara normal atau udara yg ada diluar
tangki, hal ini karena udara yg ada didalam tangki evaporator
tersebut dipompa keluar dari tangki.
• Apabila kerapatan udara (bobot udara tiap meter kubik) di
dalam tangki evaporator lebih rendah dari kerapatan udara
normal, maka nilai tekanan udara di dalam tangki tersebut
juga akan lebih rendah dari nilai tekanan udara normal.
• Tekanan udara normal yg standar memiliki nilai sebesar 1 atm
atau 1,013 x 105 N/m2, sehingga nilai tekanan udara didalam
tangki evaporator tersebut juga akan lebih rendah dari nilai ini.
• Apabila tekanan udara di sebuah ruangan menurun, maka titik
didih dari cairan yg ada diruangan itu juga akan menurun,
atau dengan kata lain, cairan itu bisa menguap pada suhu yg
lebih rendah; sebagai contoh, untuk air tawar, ia akan
mendidih pada suhu 100°C ketika tekanan udara di tempat itu
adalah 1 atm atau 101,33 kN/m2, akan tetapi apabila tekanan
udaranya diturunkan menjadi 1,2276 kN/m2, maka air tawar
itu akan bisa mendidih walaupun suhunya hanya 10°C.
Nilai-nilai tekanan jenuh (saturation pressure) dari air tawar pada suhu-
suhu yang bervariasi (Referensi: Y. A. Cengel, J. M. Cimbala (2006), Fluid
Mechanics Fundamentals and Applications, The McGraw-Hill Companies,
Inc).
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar;
Nilai-nilai tekanan jenuh (saturation pressure) dari air tawar pada suhu-
suhu yang bervariasi (Referensi: Y. A. Cengel, J. M. Cimbala (2006), Fluid
Mechanics Fundamentals and Applications, The McGraw-Hill Companies,
Inc).
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
Nilai-nilai tekanan jenuh (saturation pressure) dari air tawar pada suhu-
suhu yang bervariasi (Referensi: Y. A. Cengel, J. M. Cimbala (2006), Fluid
Mechanics Fundamentals and Applications, The McGraw-Hill Companies,
Inc).
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
• Pada boiling process evaporator, air laut masuk ke dalam tangki
evaporator melalui saluran inlet (seawater feed),
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
• Pada boiling process evaporator, air laut masuk ke dalam tangki
evaporator melalui saluran inlet (seawater feed), lalu setelah
berada didalamnya ia dipanaskan oleh pipa2 di heater nest,
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
• Pada boiling process evaporator, air laut masuk ke dalam tangki
evaporator melalui saluran inlet (seawater feed), lalu setelah
berada didalamnya ia dipanaskan oleh pipa2 di heater nest, yg
mana pipa2 itu dialiri dengan air tawar pendingin bagian jacket
dari main engine yg baru keluar dari main engine tersebut,
Evaporator

Contoh gambar process flow diagram dari sistem pendinginan air tawar
(fresh water cooling system) yg dilengkapi dengan evaporator.
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
• Pada boiling process evaporator, air laut masuk ke dalam tangki
evaporator melalui saluran inlet (seawater feed), lalu setelah
berada didalamnya ia dipanaskan oleh pipa2 di heater nest, yg
mana pipa2 itu dialiri dengan air tawar pendingin bagian jacket
dari main engine yg baru keluar dari main engine tersebut,
sehingga suhunya cukup panas (sekitar 60°C).
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
• Pada boiling process evaporator, air laut masuk ke dalam tangki
evaporator melalui saluran inlet (seawater feed), lalu setelah
berada didalamnya ia dipanaskan oleh pipa2 di heater nest, yg
mana pipa2 itu dialiri dengan air tawar pendingin bagian jacket
dari main engine yg baru keluar dari main engine tersebut,
sehingga suhunya cukup panas (sekitar 60°C).
• Pipa2 heater nest dengan suhu sekitar 60°C ini sudah cukup
untuk menguapkan air laut,
• Tabel diatas adalah nilai2 tekanan jenuh untuk air tawar; untuk
air laut, nilai2 tekanan jenuhnya tentu berbeda dengan nilai2
tekanan jenuh yg ditunjukkan di tabel tersebut.
• Meskipun demikian, tren perubahan nilai2 tekanan jenuh untuk
air laut juga sama dengan tren perubahan nilai2 tekanan jenuh
untuk air tawar, yaitu sebanding dengan perubahan suhu;
artinya apabila suhu air laut itu menurun, maka nilai tekanan
jenuhnya juga akan menurun, demikian pula sebaliknya.
• Pada boiling process evaporator, air laut masuk ke dalam tangki
evaporator melalui saluran inlet (seawater feed), lalu setelah
berada didalamnya ia dipanaskan oleh pipa2 di heater nest, yg
mana pipa2 itu dialiri dengan air tawar pendingin bagian jacket
dari main engine yg baru keluar dari main engine tersebut,
sehingga suhunya cukup panas (sekitar 60°C).
• Pipa2 heater nest dengan suhu sekitar 60°C ini sudah cukup
untuk menguapkan air laut, hal ini karena tekanan udara di-
dalam evaporator itu sudah dibuat cukup rendah (sekitar 20 kPa).
Nilai-nilai tekanan jenuh (saturation pressure) dari air tawar pada suhu-
suhu yang bervariasi (Referensi: Y. A. Cengel, J. M. Cimbala (2006), Fluid
Mechanics Fundamentals and Applications, The McGraw-Hill Companies,
Inc).
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister,
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Uap air yg bergerak keatas ini lalu melewati condenser nest,
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Uap air yg bergerak keatas ini lalu melewati condenser nest,
yg mana adalah terdiri dari pipa2 kecil yg dialiri oleh air dingin
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Uap air yg bergerak keatas ini lalu melewati condenser nest,
yg mana adalah terdiri dari pipa2 kecil yg dialiri oleh air dingin
(bisa berupa air laut yg diambil dari sea chest,
Contoh gambar process flow diagram dari sistem pendinginan
air laut (sea-water cooling system).
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Uap air yg bergerak keatas ini lalu melewati condenser nest,
yg mana adalah terdiri dari pipa2 kecil yg dialiri oleh air dingin
(bisa berupa air laut yg diambil dari sea chest, atau pada
sistem pendinginan sentral adalah air tawar pendingin mesin2
yg baru saja didinginkan oleh central cooler).
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Uap air yg bergerak keatas ini lalu melewati condenser nest,
yg mana adalah terdiri dari pipa2 kecil yg dialiri oleh air dingin
(bisa berupa air laut yg diambil dari sea chest, atau pada
sistem pendinginan sentral adalah air tawar pendingin mesin2
yg baru saja didinginkan oleh central cooler).
• Di condenser nest, energi panas yg ada di uap air laut itu akan
berpindah ke air dingin yg mengalir didalam pipa2 condenser
nest tersebut.
• Setelah air laut yg terdapat di dalam tangki evaporator itu
menguap, maka uap dari air laut itu lalu bergerak ke atas
melewati demister, yg mana pada bagian ini butiran2 air
dipisahkan dari uap air; artinya butiran2 air itu tertahan di
demister, dan jatuh ke bawah, sedangkan uap air - yg mana
sudah berupa uap dari air murni atau air yg tidak mengandung
garam dan zat2 terlarut lainnya - bisa terus bergerak ke atas.
• Uap air yg bergerak keatas ini lalu melewati condenser nest,
yg mana adalah terdiri dari pipa2 kecil yg dialiri oleh air dingin
(bisa berupa air laut yg diambil dari sea chest, atau pada
sistem pendinginan sentral adalah air tawar pendingin mesin2
yg baru saja didinginkan oleh central cooler).
• Di condenser nest, energi panas yg ada di uap air laut itu akan
berpindah ke air dingin yg mengalir didalam pipa2 condenser
nest tersebut. Sebagai akibatnya, suhu uap air itu akan
menurun, dan pada saat suhu uap air itu sudah menurun
sampai suhu tertentu, ia akan mengembun menjadi air lagi,
namun saat ini sudah berupa air tawar.
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Pada gambar evaporator tipe boiling process ini juga
ditunjukkan saluran untuk mengeluarkan udara dari tangki
evaporator, yg mana hal ini diperlukan untuk menurunkan
tekanan udara yg ada didalam tangki tersebut.
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Pada gambar evaporator tipe boiling process ini juga
ditunjukkan saluran untuk mengeluarkan udara dari tangki
evaporator, yg mana hal ini diperlukan untuk menurunkan
tekanan udara yg ada didalam tangki tersebut.
Ø Untuk dari kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg gambar
rencana umum (general arrangement)-nya telah ditunjuk-
kan didepan,
General Arrangement

514
to Fwd
Bearing

to Fwd
Bearing

Gambar sistem pendinginan mesin2 dari kapal standby safety vessel yg gambar GA-nya ditunjukkan diatas.
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Pada gambar evaporator tipe boiling process ini juga
ditunjukkan saluran untuk mengeluarkan udara dari tangki
evaporator, yg mana hal ini diperlukan untuk menurunkan
tekanan udara yg ada didalam tangki tersebut.
Ø Untuk sistem pendinginan mesin2 dari kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg gambar
rencana umum (general arrangement)-nya telah ditunjuk-
kan didepan,
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Pada gambar evaporator tipe boiling process ini juga
ditunjukkan saluran untuk mengeluarkan udara dari tangki
evaporator, yg mana hal ini diperlukan untuk menurunkan
tekanan udara yg ada didalam tangki tersebut.
Ø Untuk sistem pendinginan mesin2 dari kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg gambar
rencana umum (general arrangement)-nya telah ditunjuk-
kan didepan, mode2 operasinya secara umum hanya ada
dua, yaitu mode operasi normal dan mode operasi darurat.
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Pada gambar evaporator tipe boiling process ini juga
ditunjukkan saluran untuk mengeluarkan udara dari tangki
evaporator, yg mana hal ini diperlukan untuk menurunkan
tekanan udara yg ada didalam tangki tersebut.
Ø Untuk sistem pendinginan mesin2 dari kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg gambar
rencana umum (general arrangement)-nya telah ditunjuk-
kan didepan, mode2 operasinya secara umum hanya ada
dua, yaitu mode operasi normal dan mode operasi darurat.
Ø Untuk mode operasi normal dari sistem pendinginan
mesin2 tersebut,
to Fwd
Bearing

to Fwd
Bearing

Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
pompa air laut
pendingin
pompa air laut
pendingin

to Fwd
Bearing

pompa air laut pendingin

pompa air laut pendingin

to Fwd
Bearing

pompa air laut


pendingin

Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
• Air tawar yg dihasilkan dari proses distilasi ini lalu dialirkan
ke tangki2 air tawar.
• Pada gambar evaporator tipe boiling process ini juga
ditunjukkan saluran untuk mengeluarkan udara dari tangki
evaporator, yg mana hal ini diperlukan untuk menurunkan
tekanan udara yg ada didalam tangki tersebut.
Ø Untuk sistem pendinginan mesin2 dari kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg gambar
rencana umum (general arrangement)-nya telah ditunjuk-
kan didepan, mode2 operasinya secara umum hanya ada
dua, yaitu mode operasi normal dan mode operasi darurat.
Ø Untuk mode operasi normal dari sistem pendinginan
mesin2 tersebut, hal itu digunakan untuk menjalankan
fungsi2 berikut:
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
to Fwd
Bearing

to Fwd
Bearing

Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
b) Mendinginkan kotak2 roda gigi reduksi (reduction
gear boxes).
to Fwd
Bearing

to Fwd
Bearing

Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
b) Mendinginkan kotak2 roda gigi reduksi (reduction
gear boxes).
c) Mendinginkan motor2 diesel penggerak genset.
to Fwd
Bearing

to Fwd
Bearing

Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
b) Mendinginkan kotak2 roda gigi reduksi (reduction
gear boxes).
c) Mendinginkan motor2 diesel penggerak genset.
d) Melumasi forward bearing (bantalan depan) dengan
air laut.
to Fwd
Bearing

to Fwd
Bearing

Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
ENGINE ROOM
POROS ANTARA (INTER-
MEDIATE SHAFT)
F.O. TANK
PROPELLER, DIAMETER SEA WATER
LUBRICATION SEAL
MAKSIMAL : 1100 mm (DILENGKAPI
DENGAN PIPA
MASUKAN AIR LAUT)

BANTALAN POROS TABUNG BANTALAN


BELAKANG PROPELLER BURITAN DEPAN
(AFT BEARING) (PROPELLER (STERN (FORWARD
SHAFT / TAIL TUBE) BEARING)
SHAFT)
535
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
b) Mendinginkan kotak2 roda gigi reduksi (reduction
gear boxes).
c) Mendinginkan motor2 diesel penggerak genset.
d) Melumasi forward bearing (bantalan depan) dengan
air laut.
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
b) Mendinginkan kotak2 roda gigi reduksi (reduction
gear boxes).
c) Mendinginkan motor2 diesel penggerak genset.
d) Melumasi forward bearing (bantalan depan) dengan
air laut. Air laut yg digunakan untuk melumasi
forward bearing ini lalu dialirkan keluar dari kapal
tersebut melalui stern tube (tabung buritan).
ENGINE ROOM
POROS ANTARA (INTER-
MEDIATE SHAFT)
F.O. TANK
PROPELLER, DIAMETER SEA WATER
LUBRICATION SEAL
MAKSIMAL : 1100 mm (DILENGKAPI
DENGAN PIPA
MASUKAN AIR LAUT)

BANTALAN POROS TABUNG BANTALAN


BELAKANG PROPELLER BURITAN DEPAN
(AFT BEARING) (PROPELLER (STERN (FORWARD
SHAFT / TAIL TUBE) BEARING)
SHAFT)
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
b) Mendinginkan kotak2 roda gigi reduksi (reduction
gear boxes).
c) Mendinginkan motor2 diesel penggerak genset.
d) Melumasi forward bearing (bantalan depan) dengan
air laut. Air laut yg digunakan untuk melumasi
forward bearing ini lalu dialirkan keluar dari kapal
tersebut melalui stern tube (tabung buritan).
e) Mendinginkan fluida refrigeran yg sedang berada di
kondenser2.
to Fwd
Bearing

to Fwd
Bearing

Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
b) Mendinginkan kotak2 roda gigi reduksi (reduction
gear boxes).
c) Mendinginkan motor2 diesel penggerak genset.
d) Melumasi forward bearing (bantalan depan) dengan
air laut. Air laut yg digunakan untuk melumasi
forward bearing ini lalu dialirkan keluar dari kapal
tersebut melalui stern tube (tabung buritan).
e) Mendinginkan fluida refrigeran yg sedang berada di
kondenser2.

Ø Perlu dicatat bahwa dalam mode operasi normal, seluruh


fungsi2 diatas harus bisa dijalankan secara bersamaan;
to Fwd
Bearing

to Fwd
Bearing

Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
a) Mendinginkan mesin2 induk (main engines).
b) Mendinginkan kotak2 roda gigi reduksi (reduction
gear boxes).
c) Mendinginkan motor2 diesel penggerak genset.
d) Melumasi forward bearing (bantalan depan) dengan
air laut. Air laut yg digunakan untuk melumasi
forward bearing ini lalu dialirkan keluar dari kapal
tersebut melalui stern tube (tabung buritan).
e) Mendinginkan fluida refrigeran yg sedang berada di
kondenser2.

Ø Perlu dicatat bahwa dalam mode operasi normal, seluruh


fungsi2 diatas harus bisa dijalankan secara bersamaan;
hal ini karena seluruh fungsi2 itu secara umum harus bisa
selalu dijalankan di setiap saat selama kapal tersebut
sedang beroperasi.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine
to Fwd
Bearing

to Fwd
Bearing

Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser
to Fwd
Bearing

to Fwd
Bearing

Aliran air laut pada mode operasi normal dari sistem pendinginan mesin2 di sebuah kapal standby safety vessel.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser ada yg mengalami kerusakan, maka tugasnya
harus bisa digantikan oleh pompa bilga atau pompa ballast.
Dengan Menggunakan Pompa Bilga (P1)
to Fwd
Bearing

to Fwd
Bearing

Aliran air laut di sistem pendinginan mesin2 dari sebuah kapal standby safety vessel pada saat
air pendingin mesin2nya disuplai oleh sistem bilga dan ballast, kecuali kedua mesin2 gen-set.
Dengan Menggunakan Pompa Ballast (P2)
556
to Fwd
Bearing

to Fwd
Bearing

Aliran air laut di sistem pendinginan mesin2 dari sebuah kapal standby safety vessel pada saat
air pendingin mesin2nya disuplai oleh sistem bilga dan ballast, kecuali kedua mesin2 gen-set.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser ada yg mengalami kerusakan, maka tugasnya
harus bisa digantikan oleh pompa bilga atau pompa ballast.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser ada yg mengalami kerusakan, maka tugasnya
harus bisa digantikan oleh pompa bilga atau pompa ballast.
Ø Hal ini agar fungsi2 dari pompa2 yg sedang mengalami
kerusakan tersebut tetap bisa terlaksana dengan baik.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser ada yg mengalami kerusakan, maka tugasnya
harus bisa digantikan oleh pompa bilga atau pompa ballast.
Ø Hal ini agar fungsi2 dari pompa2 yg sedang mengalami
kerusakan tersebut tetap bisa terlaksana dengan baik.
Ø Berikutnya, untuk mode operasi darurat dari sistem
pendinginan mesin2 di kapal standby safety vessel diatas,
seperti namanya, ia adalah digunakan dalam keadaan darurat,
yaitu keadaan dimana air laut dalam jumlah yg besar masuk
ke sebuah kapal sebagai akibat dari terjadinya kebocoran
pada lambung dan/atau sistem perpipaan dari kapal tersebut.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser ada yg mengalami kerusakan, maka tugasnya
harus bisa digantikan oleh pompa bilga atau pompa ballast.
Ø Hal ini agar fungsi2 dari pompa2 yg sedang mengalami
kerusakan tersebut tetap bisa terlaksana dengan baik.
Ø Berikutnya, untuk mode operasi darurat dari sistem
pendinginan mesin2 di kapal standby safety vessel diatas,
seperti namanya, ia adalah digunakan dalam keadaan darurat,
yaitu keadaan dimana air laut dalam jumlah yg besar masuk
ke sebuah kapal sebagai akibat dari terjadinya kebocoran
pada lambung dan/atau sistem perpipaan dari kapal tersebut.
Ø Oleh karenanya, dalam keadaan tersebut air laut itu harus
dikeluarkan dari dalam kapal dalam jumlah yg sebanyak
mungkin.
Ø Selain itu, apabila pompa2 air laut yg terdapat di kedua main
engine dan/atau pompa untuk mendinginkan fluida refrigeran
di kondenser ada yg mengalami kerusakan, maka tugasnya
harus bisa digantikan oleh pompa bilga atau pompa ballast.
Ø Hal ini agar fungsi2 dari pompa2 yg sedang mengalami
kerusakan tersebut tetap bisa terlaksana dengan baik.
Ø Berikutnya, untuk mode operasi darurat dari sistem
pendinginan mesin2 di kapal standby safety vessel diatas,
seperti namanya, ia adalah digunakan dalam keadaan darurat,
yaitu keadaan dimana air laut dalam jumlah yg besar masuk
ke sebuah kapal sebagai akibat dari terjadinya kebocoran
pada lambung dan/atau sistem perpipaan dari kapal tersebut.
Ø Oleh karenanya, dalam keadaan tersebut air laut itu harus
dikeluarkan dari dalam kapal dalam jumlah yg sebanyak
mungkin.
Ø Sistem yg paling bertanggung jawab untuk melakukan tugas
itu adalah sistem bilga dan ballast.
Ø Akan tetapi, apabila sistem bilga dan ballast itu bermasalah
sehingga tidak bisa beroperasi secara normal atau tidak bisa
beroperasi sama sekali, maka kita harus menggunakan sistem
pendinginan mesin2 untuk membantu atau menggantikan
tugas dari sistem bilga dan ballast tersebut.
EMERGENCY
BILGE SUCTION

to Fwd
Bearing

to Fwd
Bearing

Aliran air laut pada mode operasi darurat di sistem pendinginan mesin2 dari sebuah kapal standby safety vessel.
Ø Akan tetapi, apabila sistem bilga dan ballast itu bermasalah
sehingga tidak bisa beroperasi secara normal atau tidak bisa
beroperasi sama sekali, maka kita harus menggunakan sistem
pendinginan mesin2 untuk membantu atau menggantikan
tugas dari sistem bilga dan ballast tersebut.
Ø Selain itu, apabila kebocoran tersebut terlalu besar sehingga
jumlah air laut yg masuk ke kapal terlalu banyak, maka sistem
pendinginan mesin2 juga harus dioperasikan untuk membantu
sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut tersebut.
CATATAN

Ø Untuk mengeluarkan air laut dari dalam kapal ketika kondisi


darurat - baik dengan menggunakan sistem bilga dan ballast
saja atau dibantu oleh sistem pendinginan mesin2 - hal itu
harus segera dilakukan begitu diketahui bahwa terdapat air
laut yg masuk ke kapal secara cepat karena adanya kebocoran.
CATATAN

Ø Untuk mengeluarkan air laut dari dalam kapal ketika kondisi


darurat - baik dengan menggunakan sistem bilga dan ballast
saja atau dibantu oleh sistem pendinginan mesin2 - hal itu
harus segera dilakukan begitu diketahui bahwa terdapat air
laut yg masuk ke kapal secara cepat karena adanya kebocoran.
Ø Hal ini bisa diketahui misalnya dari suara alarm yg akan
berbunyi secara otomatis apabila ketinggian genangan air di
lantai kamar mesin atau ruangan2 yg paling bawah di kapal
tersebut sudah mencapai nilai tertentu.
CATATAN

Ø Untuk mengeluarkan air laut dari dalam kapal ketika kondisi


darurat - baik dengan menggunakan sistem bilga dan ballast
saja atau dibantu oleh sistem pendinginan mesin2 - hal itu
harus segera dilakukan begitu diketahui bahwa terdapat air
laut yg masuk ke kapal secara cepat karena adanya kebocoran.
Ø Hal ini bisa diketahui misalnya dari suara alarm yg akan
berbunyi secara otomatis apabila ketinggian genangan air di
lantai kamar mesin atau ruangan2 yg paling bawah di kapal
tersebut sudah mencapai nilai tertentu.
Ø Apabila upaya pengurasan itu tidak segera dilakukan, dan air
laut sudah masuk ke kapal dalam jumlah yg banyak sehingga
pompa2 untuk mengeluarkan air laut itu sudah terendam,
maka pompa2 itu akan menjadi tidak bisa lagi digunakan.
CATATAN

Ø Untuk mengeluarkan air laut dari dalam kapal ketika kondisi


darurat - baik dengan menggunakan sistem bilga dan ballast
saja atau dibantu oleh sistem pendinginan mesin2 - hal itu
harus segera dilakukan begitu diketahui bahwa terdapat air
laut yg masuk ke kapal secara cepat karena adanya kebocoran.
Ø Hal ini bisa diketahui misalnya dari suara alarm yg akan
berbunyi secara otomatis apabila ketinggian genangan air di
lantai kamar mesin atau ruangan2 yg paling bawah di kapal
tersebut sudah mencapai nilai tertentu.
Ø Apabila upaya pengurasan itu tidak segera dilakukan, dan air
laut sudah masuk ke kapal dalam jumlah yg banyak sehingga
pompa2 untuk mengeluarkan air laut itu sudah terendam,
maka pompa2 itu akan menjadi tidak bisa lagi digunakan.
Ø Pengecualian dari hal ini adalah pada pompa bilga darurat
(emergency bilge pump),
CATATAN

Contoh gambar 2 dimensi dari pompa bilga darurat (emergency bilge pump).
CATATAN

Ø Untuk mengeluarkan air laut dari dalam kapal ketika kondisi


darurat - baik dengan menggunakan sistem bilga dan ballast
saja atau dibantu oleh sistem pendinginan mesin2 - hal itu
harus segera dilakukan begitu diketahui bahwa terdapat air
laut yg masuk ke kapal secara cepat karena adanya kebocoran.
Ø Hal ini bisa diketahui misalnya dari suara alarm yg akan
berbunyi secara otomatis apabila ketinggian genangan air di
lantai kamar mesin atau ruangan2 yg paling bawah di kapal
tersebut sudah mencapai nilai tertentu.
Ø Apabila upaya pengurasan itu tidak segera dilakukan, dan air
laut sudah masuk ke kapal dalam jumlah yg banyak sehingga
pompa2 untuk mengeluarkan air laut itu sudah terendam,
maka pompa2 itu akan menjadi tidak bisa lagi digunakan.
Ø Pengecualian dari hal ini adalah pada pompa bilga darurat
(emergency bilge pump), yg mana pompa ini bisa tetap
beroperasi walaupun ia sudah terendam oleh air secara
keseluruhan.
CATATAN
Permukaan air
CATATAN

Ø Untuk mengeluarkan air laut dari dalam kapal ketika kondisi


darurat - baik dengan menggunakan sistem bilga dan ballast
saja atau dibantu oleh sistem pendinginan mesin2 - hal itu
harus segera dilakukan begitu diketahui bahwa terdapat air
laut yg masuk ke kapal secara cepat karena adanya kebocoran.
Ø Hal ini bisa diketahui misalnya dari suara alarm yg akan
berbunyi secara otomatis apabila ketinggian genangan air di
lantai kamar mesin atau ruangan2 yg paling bawah di kapal
tersebut sudah mencapai nilai tertentu.
Ø Apabila upaya pengurasan itu tidak segera dilakukan, dan air
laut sudah masuk ke kapal dalam jumlah yg banyak sehingga
pompa2 untuk mengeluarkan air laut itu sudah terendam,
maka pompa2 itu akan menjadi tidak bisa lagi digunakan.
Ø Pengecualian dari hal ini adalah pada pompa bilga darurat
(emergency bilge pump), yg mana pompa ini bisa tetap
beroperasi walaupun ia sudah terendam oleh air secara
keseluruhan. Pompa bilga darurat yg bisa beroperasi seperti
ini harus selalu tersedia di kapal2 penumpang.
CATATAN

Ø Mengingat didalam kamar mesin terdapat banyak sekali


peralatan2 yg menggunakan listrik, maka apabila peralatan2
itu sudah terendam air laut, dan terdapat satu atau lebih
konduktor yg lapisan pembungkusnya terkelupas, maka orang
yg menyentuh air laut itu bisa jadi akan mengalami sengatan
listrik atau kesetrum, karena air laut adalah termasuk
konduktor atau zat yg mudah menghantarkan arus listrik.
CATATAN

Ø Mengingat didalam kamar mesin terdapat banyak sekali


peralatan2 yg menggunakan listrik, maka apabila peralatan2
itu sudah terendam air laut, dan terdapat satu atau lebih
konduktor yg lapisan pembungkusnya terkelupas, maka orang
yg menyentuh air laut itu bisa jadi akan mengalami sengatan
listrik atau kesetrum, karena air laut adalah termasuk
konduktor atau zat yg mudah menghantarkan arus listrik.
Ø Karena listrik yg digunakan di kapal adalah listrik tegangan
tinggi, maka sengatan listrik yg ditimbulkan bisa jadi akan
menyebabkan cedera yg fatal, bahkan bisa menyebabkan
korban tersebut langsung meninggal dunia.
CATATAN

Ø Mengingat didalam kamar mesin terdapat banyak sekali


peralatan2 yg menggunakan listrik, maka apabila peralatan2
itu sudah terendam air laut, dan terdapat satu atau lebih
konduktor yg lapisan pembungkusnya terkelupas, maka orang
yg menyentuh air laut itu bisa jadi akan mengalami sengatan
listrik atau kesetrum, karena air laut adalah termasuk
konduktor atau zat yg mudah menghantarkan arus listrik.
Ø Karena listrik yg digunakan di kapal adalah listrik tegangan
tinggi, maka sengatan listrik yg ditimbulkan bisa jadi akan
menyebabkan cedera yg fatal, bahkan bisa menyebabkan
korban tersebut langsung meninggal dunia.
Ø Hal2 diatas adalah contoh2 dari alasan mengapa pompa2
untuk mengeluarkan air laut dalam keadaan darurat harus
segera dioperasikan begitu diketahui bahwa terdapat air laut
yg masuk ke kapal secara cepat karena adanya kebocoran.
CATATAN

Ø Perlu dicatat bahwa pada saat pompa2 untuk mengeluarkan


air laut itu dinyalakan, dan permukaan air laut yg sudah
masuk kedalam kapal masih cukup rendah, maka air laut itu
tidak akan bisa langsung dialirkan keluar dari kapal oleh
pompa2 tersebut.
CATATAN

Ø Perlu dicatat bahwa pada saat pompa2 untuk mengeluarkan


air laut itu dinyalakan, dan permukaan air laut yg sudah
masuk kedalam kapal masih cukup rendah, maka air laut itu
tidak akan bisa langsung dialirkan keluar dari kapal oleh
pompa2 tersebut.
Ø Hal ini karena pompa2 untuk mengeluarkan air laut itu adalah
termasuk jenis pompa sentrifugal, yg mana pompa ini tidak
mampu untuk menggerakkan cairan ke bagian impeller dari
pompa tersebut, sebagaimana yg bisa dilakukan oleh pompa2
displasemen.
CATATAN
Tahap-tahap Operasi pada Pompa Displasemen :

A. Keadaan awal sebelum cairan dipompa; jalur pipa suction masih terisi penuh
dengan udara, sehingga tekanannya adalah sekitar 1 atm.
CATATAN
Tahap-tahap Operasi pada Pompa Displasemen :

B. Pompa displasemen menggerakkan udara yg ada di pipa suction ke pipa dis-


charge; jumlah udara di pipa suction berkurang cukup signifikan, sehingga
tekanannya jauh lebih kecil dari 1 atm.
CATATAN
Tahap-tahap Operasi pada Pompa Displasemen :

C. Air mengalir dari tandon yg tekanannya lebih besar (1 atm) ke pipa suction yg
tekanannya jauh lebih kecil (<< 1 atm); ingat bahwa air selalu mengalir dari
tempat yg tekanannya lebih besar ke tempat yg tekanannya lebih kecil.
CATATAN
Tahap-tahap Operasi pada Pompa Displasemen :

D. Pompa displasemen mendorong air ke tempat yg dituju melalui pipa discharge


hingga volume yg diinginkan, lalu pompa bisa dimatikan.
CATATAN

Ø Perlu dicatat bahwa pada saat pompa2 untuk mengeluarkan


air laut itu dinyalakan, dan permukaan air laut yg sudah
masuk kedalam kapal masih cukup rendah, maka air laut itu
tidak akan bisa langsung dialirkan keluar dari kapal oleh
pompa2 tersebut.
Ø Hal ini karena pompa2 untuk mengeluarkan air laut itu adalah
termasuk jenis pompa sentrifugal, yg mana pompa ini tidak
mampu untuk menggerakkan cairan ke bagian impeller dari
pompa tersebut, sebagaimana yg bisa dilakukan oleh pompa2
displasemen.
CATATAN

Ø Perlu dicatat bahwa pada saat pompa2 untuk mengeluarkan


air laut itu dinyalakan, dan permukaan air laut yg sudah
masuk kedalam kapal masih cukup rendah, maka air laut itu
tidak akan bisa langsung dialirkan keluar dari kapal oleh
pompa2 tersebut.
Ø Hal ini karena pompa2 untuk mengeluarkan air laut itu adalah
termasuk jenis pompa sentrifugal, yg mana pompa ini tidak
mampu untuk menggerakkan cairan ke bagian impeller dari
pompa tersebut, sebagaimana yg bisa dilakukan oleh pompa2
displasemen.
Ø Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu dilakukan
pemancingan (priming) terlebih dahulu.
CATATAN

Pemancingan (priming) adalah upaya untuk membuat pipa suction terisi


penuh dengan air yg akan dipompa.
CATATAN

Ø Perlu dicatat bahwa pada saat pompa2 untuk mengeluarkan


air laut itu dinyalakan, dan permukaan air laut yg sudah
masuk kedalam kapal masih cukup rendah, maka air laut itu
tidak akan bisa langsung dialirkan keluar dari kapal oleh
pompa2 tersebut.
Ø Hal ini karena pompa2 untuk mengeluarkan air laut itu adalah
termasuk jenis pompa sentrifugal, yg mana pompa ini tidak
mampu untuk menggerakkan cairan ke bagian impeller dari
pompa tersebut, sebagaimana yg bisa dilakukan oleh pompa2
displasemen.
Ø Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu dilakukan
pemancingan (priming) terlebih dahulu.
Ø Ada cukup banyak cara untuk melakukan pemancingan pada
pompa2 sentrifugal; untuk tujuan pengeluaran air laut yg
masuk ke kapal dalam keadaan darurat, contoh cara
pemancingan yg bisa digunakan adalah dengan mengisi jalur
perpipaan suction dengan menggunakan air laut dari sea chest.
CATATAN

Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction,
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa katup2 injeksi
ballast air laut untuk katup2 sea
pompa bilga chest (selalu
membuka
dalam kondi-
si normal)

SISTEM BILGA DAN BALLAST

katup2 sea chest (selalu mem-


buka dalam kondisi normal)
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa katup2 injeksi
ballast air laut untuk katup2 sea
pompa ballast chest (selalu
membuka
dalam kondi-
si normal)

SISTEM BILGA DAN BALLAST

katup2 sea chest (selalu mem-


buka dalam kondisi normal)
CATATAN

Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction, lalu setelah itu membuka keran udara (air cock) yg
terdapat di pompa
pompa pompa CATATAN
ballast bilga SEA CHEST

SISTEM BILGA DAN BALLAST


CATATAN

Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction, lalu setelah itu membuka keran udara (air cock) yg
terdapat di pompa atau di penyaring (strainer) yg terletak
tepat sebelum pompa.
CATATAN
SEA CHEST

penyaring
(strainer)

penyaring
(strainer)

SISTEM BILGA DAN BALLAST


CATATAN

keran udara (air cock)

Contoh dari penyaring (strainer) yg dilengkapi dengan keran udara (air cock).
CATATAN

Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction, lalu setelah itu membuka keran udara (air cock) yg
terdapat di pompa atau di penyaring (strainer) yg terletak
tepat sebelum pompa.
Ø Hal ini akan membuat air laut itu mengalir masuk ke jalur per-
pipaan suction tersebut, lalu mendorong udara di pipa suction
untuk keluar melalui keran udara, sehingga apabila udara itu
sudah dikeluarkan dari pipa suction, maka air laut itu akan
mengisi seluruh pipa suction tersebut.
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa katup2 injeksi
ballast air laut untuk katup2 sea
pompa bilga chest (selalu
membuka
dalam kondi-
si normal)

SISTEM BILGA DAN BALLAST

katup2 sea chest (selalu mem-


buka dalam kondisi normal)
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa
ballast

SISTEM BILGA DAN BALLAST


CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa katup2 injeksi
ballast air laut untuk katup2 sea
pompa ballast chest (selalu
membuka
dalam kondi-
si normal)

SISTEM BILGA DAN BALLAST

katup2 sea chest (selalu mem-


buka dalam kondisi normal)
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa
ballast

SISTEM BILGA DAN BALLAST


CATATAN

Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction, lalu setelah itu membuka keran udara (air cock) yg
terdapat di pompa atau di penyaring (strainer) yg terletak
tepat sebelum pompa.
Ø Hal ini akan membuat air laut itu mengalir masuk ke jalur per-
pipaan suction tersebut, lalu mendorong udara di pipa suction
untuk keluar melalui keran udara, sehingga apabila udara itu
sudah dikeluarkan dari pipa suction, maka air laut itu akan
mengisi seluruh pipa suction tersebut.
CATATAN

Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction, lalu setelah itu membuka keran udara (air cock) yg
terdapat di pompa atau di penyaring (strainer) yg terletak
tepat sebelum pompa.
Ø Hal ini akan membuat air laut itu mengalir masuk ke jalur per-
pipaan suction tersebut, lalu mendorong udara di pipa suction
untuk keluar melalui keran udara, sehingga apabila udara itu
sudah dikeluarkan dari pipa suction, maka air laut itu akan
mengisi seluruh pipa suction tersebut.
Ø Perlu dicatat bahwa apabila katup2 injeksi air laut dibuka - dan
keran udara yg terdapat di pompa atau di penyaring juga
sudah dibuka - maka air laut itu akan bisa masuk dan mengisi
seluruh pipa2 suction karena posisi dari pipa2 itu adalah lebih
rendah dari permukaan air laut.
CATATAN
CATATAN

Ø Hal ini dilakukan dengan cara membuka katup2 injeksi air laut
(sea water injection valves) yg terdapat di jalur perpipaan
suction, lalu setelah itu membuka keran udara (air cock) yg
terdapat di pompa atau di penyaring (strainer) yg terletak
tepat sebelum pompa.
Ø Hal ini akan membuat air laut itu mengalir masuk ke jalur per-
pipaan suction tersebut, lalu mendorong udara di pipa suction
untuk keluar melalui keran udara, sehingga apabila udara itu
sudah dikeluarkan dari pipa suction, maka air laut itu akan
mengisi seluruh pipa suction tersebut.
Ø Perlu dicatat bahwa apabila katup2 injeksi air laut dibuka - dan
keran udara yg terdapat di pompa atau di penyaring juga
sudah dibuka - maka air laut itu akan bisa masuk dan mengisi
seluruh pipa2 suction karena posisi dari pipa2 itu adalah lebih
rendah dari permukaan air laut.
Ø Akan tetapi apabila keran udara yg terdapat di pompa atau di
penyaring itu belum dibuka, maka air laut itu tidak akan bisa
mengisi seluruh pipa2 suction karena di pipa2 suction tersebut
masih terdapat udara.
CATATAN

Centrifugal
pump

Pipa suction SDNR valve

Pipa discharge
CATATAN

Ø Udara ini tidak bisa mengalir ke pipa discharge apabila setelah


pompa terdapat katup tipe SDNR valve atau check valve;
CATATAN

Centrifugal
pump

Pipa suction SDNR valve

Pipa discharge
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa
ballast
SDNR valve

SISTEM BILGA DAN BALLAST


CATATAN

Ø Udara ini tidak bisa mengalir ke pipa discharge apabila setelah


pompa terdapat katup tipe SDNR valve atau check valve; hal
ini karena katup tipe SDNR valve atau check valve itu adalah
berada dalam keadaan ditekan oleh air yg telah melewatinya,
sehingga katup tersebut akan berada dalam keadaan menutup.
CATATAN

Centrifugal
pump

Pipa suction SDNR valve

Pipa discharge
CATATAN

Ø Udara ini tidak bisa mengalir ke pipa discharge apabila setelah


pompa terdapat katup tipe SDNR valve atau check valve; hal
ini karena katup tipe SDNR valve atau check valve itu adalah
berada dalam keadaan ditekan oleh air yg telah melewatinya,
sehingga katup tersebut akan berada dalam keadaan menutup.
Ø Setelah udara dikeluarkan dari pipa2 suction, dan air laut itu
sudah mengisi seluruh pipa2 suction,
CATATAN

Centrifugal
pump

Pipa suction SDNR valve

Pipa discharge

612
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa
ballast

SISTEM BILGA DAN BALLAST


CATATAN

Ø Udara ini tidak bisa mengalir ke pipa discharge apabila setelah


pompa terdapat katup tipe SDNR valve atau check valve; hal
ini karena katup tipe SDNR valve atau check valve itu adalah
berada dalam keadaan ditekan oleh air yg telah melewatinya,
sehingga katup tersebut akan berada dalam keadaan menutup.
Ø Setelah udara dikeluarkan dari pipa2 suction, dan air laut itu
sudah mengisi seluruh pipa2 suction,
CATATAN

Ø Udara ini tidak bisa mengalir ke pipa discharge apabila setelah


pompa terdapat katup tipe SDNR valve atau check valve; hal
ini karena katup tipe SDNR valve atau check valve itu adalah
berada dalam keadaan ditekan oleh air yg telah melewatinya,
sehingga katup tersebut akan berada dalam keadaan menutup.
Ø Setelah udara dikeluarkan dari pipa2 suction, dan air laut itu
sudah mengisi seluruh pipa2 suction, maka seluruh keran2
udara (air cocks) - baik yg ada di sistem bilga dan ballast
maupun di sistem pendinginan mesin2 - .
CATATAN

keran udara (air cock)

Contoh dari penyaring (strainer) yg dilengkapi dengan keran udara (air cock).
CATATAN

Ø Udara ini tidak bisa mengalir ke pipa discharge apabila setelah


pompa terdapat katup tipe SDNR valve atau check valve; hal
ini karena katup tipe SDNR valve atau check valve itu adalah
berada dalam keadaan ditekan oleh air yg telah melewatinya,
sehingga katup tersebut akan berada dalam keadaan menutup.
Ø Setelah udara dikeluarkan dari pipa2 suction, dan air laut itu
sudah mengisi seluruh pipa2 suction, maka seluruh keran2
udara (air cocks) - baik yg ada di sistem bilga dan ballast
maupun di sistem pendinginan mesin2 - .
Ø Apabila keran2 udara tersebut tidak ditutup, maka pada saat
pompa2 air laut dinyalakan, pompa2 itu tidak akan bisa
mengeluarkan air laut dari dalam kapal dengan kecepatan yg
maksimal, bahkan mungkin sama sekali tidak bisa mengeluar-
kan air laut dari dalam kapal;
CATATAN

Ø Udara ini tidak bisa mengalir ke pipa discharge apabila setelah


pompa terdapat katup tipe SDNR valve atau check valve; hal
ini karena katup tipe SDNR valve atau check valve itu adalah
berada dalam keadaan ditekan oleh air yg telah melewatinya,
sehingga katup tersebut akan berada dalam keadaan menutup.
Ø Setelah udara dikeluarkan dari pipa2 suction, dan air laut itu
sudah mengisi seluruh pipa2 suction, maka seluruh keran2
udara (air cocks) - baik yg ada di sistem bilga dan ballast
maupun di sistem pendinginan mesin2 - .
Ø Apabila keran2 udara tersebut tidak ditutup, maka pada saat
pompa2 air laut dinyalakan, pompa2 itu tidak akan bisa
mengeluarkan air laut dari dalam kapal dengan kecepatan yg
maksimal, bahkan mungkin sama sekali tidak bisa mengeluar-
kan air laut dari dalam kapal; hal ini karena akan selalu ada
udara yg mengalir masuk ke pipa2 suction dari pompa2
tersebut.
CATATAN

Pompa tidak akan bisa berfungsi apabila udara dalam jumlah yg besar
bisa mengalir masuk ke pipa suction.
CATATAN

Ø Kita bisa mengetahui apakah air laut itu sudah mengisi


seluruh pipa suction atau belum dengan melihat nilai
tekanan di compound gauge yg terpasang di saluran inlet
pompa;
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga pressure
gauge
pompa
ballast compound
gauge

SISTEM BILGA DAN BALLAST


CATATAN

Centrifugal
pump

compound pressure gauge


gauge
Pipa suction SDNR valve

Pipa discharge

622
CATATAN

compound gauge pressure gauge


CATATAN

Ø Kita bisa mengetahui apakah air laut itu sudah mengisi


seluruh pipa suction atau belum dengan melihat nilai
tekanan di compound gauge yg terpasang di saluran inlet
pompa; apabila nilainya sudah lebih tinggi dari nilai tekanan
udara atmosfer (1 atm atau 0 psi gauge),
CATATAN
CATATAN

Ø Kita bisa mengetahui apakah air laut itu sudah mengisi


seluruh pipa suction atau belum dengan melihat nilai
tekanan di compound gauge yg terpasang di saluran inlet
pompa; apabila nilainya sudah lebih tinggi dari nilai tekanan
udara atmosfer (1 atm atau 0 psi gauge), berarti air laut itu
sudah mengisi seluruh pipa suction.
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga pressure
gauge
pompa
ballast compound
gauge

SISTEM BILGA DAN BALLAST


CATATAN

Ø Kita bisa mengetahui apakah air laut itu sudah mengisi


seluruh pipa suction atau belum dengan melihat nilai
tekanan di compound gauge yg terpasang di saluran inlet
pompa; apabila nilainya sudah lebih tinggi dari nilai tekanan
udara atmosfer (1 atm atau 0 psi gauge), berarti air laut itu
sudah mengisi seluruh pipa suction. Bagaimanapun, apabila
kita telah melihat bahwa ada air laut yang keluar dari keran2
udara, maka kita bisa langsung menyimpulkan bahwa
seluruh pipa2 suction itu telah terisi oleh air laut.
CATATAN

Ø Kita bisa mengetahui apakah air laut itu sudah mengisi


seluruh pipa suction atau belum dengan melihat nilai
tekanan di compound gauge yg terpasang di saluran inlet
pompa; apabila nilainya sudah lebih tinggi dari nilai tekanan
udara atmosfer (1 atm atau 0 psi gauge), berarti air laut itu
sudah mengisi seluruh pipa suction. Bagaimanapun, apabila
kita telah melihat bahwa ada air laut yang keluar dari keran2
udara, maka kita bisa langsung menyimpulkan bahwa
seluruh pipa2 suction itu telah terisi oleh air laut.
Ø Setelah keran2 udara ditutup, maka katup2 yg terletak
diantara overboard discharge dengan pompa bilga dan
pompa ballast bisa dibuka (apabila belum terbuka),
O/B O/B (Overboard Discharge)
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa
ballast

SISTEM BILGA DAN BALLAST


CATATAN

Ø Kita bisa mengetahui apakah air laut itu sudah mengisi


seluruh pipa suction atau belum dengan melihat nilai
tekanan di compound gauge yg terpasang di saluran inlet
pompa; apabila nilainya sudah lebih tinggi dari nilai tekanan
udara atmosfer (1 atm atau 0 psi gauge), berarti air laut itu
sudah mengisi seluruh pipa suction. Bagaimanapun, apabila
kita telah melihat bahwa ada air laut yang keluar dari keran2
udara, maka kita bisa langsung menyimpulkan bahwa
seluruh pipa2 suction itu telah terisi oleh air laut.
Ø Setelah keran2 udara ditutup, maka katup2 yg terletak
diantara overboard discharge dengan pompa bilga dan
pompa ballast bisa dibuka (apabila belum terbuka), lalu
pompa bilga dan pompa ballast itu dinyalakan, yg mana hal
ini akan membuat air laut mengalir dari sea chest ke over-
board discharge, melalui sistem bilga dan ballast.
O/B O/B (Overboard Discharge)
CATATAN
SEA CHEST

DINYALAKAN

DINYALAKAN

SISTEM BILGA DAN BALLAST


O/B O/B (Overboard Discharge)
CATATAN
SEA CHEST

DINYALAKAN

DINYALAKAN

SISTEM BILGA DAN BALLAST


CATATAN

Ø Kita bisa mengetahui apakah air laut itu sudah mengisi


seluruh pipa suction atau belum dengan melihat nilai
tekanan di compound gauge yg terpasang di saluran inlet
pompa; apabila nilainya sudah lebih tinggi dari nilai tekanan
udara atmosfer (1 atm atau 0 psi gauge), berarti air laut itu
sudah mengisi seluruh pipa suction. Bagaimanapun, apabila
kita telah melihat bahwa ada air laut yang keluar dari keran2
udara, maka kita bisa langsung menyimpulkan bahwa
seluruh pipa2 suction itu telah terisi oleh air laut.
Ø Setelah keran2 udara ditutup, maka katup2 yg terletak
diantara overboard discharge dengan pompa bilga dan
pompa ballast bisa dibuka (apabila belum terbuka), lalu
pompa bilga dan pompa ballast itu dinyalakan, yg mana hal
ini akan membuat air laut mengalir dari sea chest ke over-
board discharge, melalui sistem bilga dan ballast.
Ø Setelah itu, katup2 yg terletak diantara pompa bilga dan
pompa ballast dengan ujung2 pipa bilga bisa dibuka.
O/B O/B (Overboard Discharge)
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa
ballast

DIRECT
BILGE

contoh ujung
pipa bilga

contoh katup yg terletak diantara pompa2


bilga dan ballast dengan ujung pipa bilga

SISTEM BILGA DAN BALLAST


CATATAN

Ø Kita bisa mengetahui apakah air laut itu sudah mengisi


seluruh pipa suction atau belum dengan melihat nilai
tekanan di compound gauge yg terpasang di saluran inlet
pompa; apabila nilainya sudah lebih tinggi dari nilai tekanan
udara atmosfer (1 atm atau 0 psi gauge), berarti air laut itu
sudah mengisi seluruh pipa suction. Bagaimanapun, apabila
kita telah melihat bahwa ada air laut yang keluar dari keran2
udara, maka kita bisa langsung menyimpulkan bahwa
seluruh pipa2 suction itu telah terisi oleh air laut.
Ø Setelah keran2 udara ditutup, maka katup2 yg terletak
diantara overboard discharge dengan pompa bilga dan
pompa ballast bisa dibuka (apabila belum terbuka), lalu
pompa bilga dan pompa ballast itu dinyalakan, yg mana hal
ini akan membuat air laut mengalir dari sea chest ke over-
board discharge, melalui sistem bilga dan ballast.
Ø Setelah itu, katup2 yg terletak diantara pompa bilga dan
pompa ballast dengan ujung2 pipa bilga bisa dibuka.
Ø Hal ini akan membuat air laut yg ada di sekitar ujung2 pipa
bilga itu ikut mengalir ke overboard discharge.
O/B O/B (Overboard Discharge)
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa
ballast

DIRECT
BILGE

contoh ujung
pipa bilga

SISTEM BILGA DAN BALLAST


O/B O/B (Overboard Discharge)
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa
ballast

DIRECT
BILGE

contoh ujung
pipa bilga

SISTEM BILGA DAN BALLAST


CATATAN

Ø Apabila jumlah air laut yg masuk itu terlalu banyak, dan kita
bermaksud menggunakan sistem pendinginan mesin2 untuk
membantu sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut
tersebut, maka hal itu bisa langsung dilakukan dengan cara
membuka katup yg terhubung ke emergency bilge suction
EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION
katup yang terhu-
bung ke emergen-
cy bilge suction

SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN


CATATAN

Ø Apabila jumlah air laut yg masuk itu terlalu banyak, dan kita
bermaksud menggunakan sistem pendinginan mesin2 untuk
membantu sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut
tersebut, maka hal itu bisa langsung dilakukan dengan cara
membuka katup yg terhubung ke emergency bilge suction dan
juga dua spectacle flange yg terdapat di sistem itu.
EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION

SPECTACLE
FLANGE

SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN


CATATAN

Ø Apabila jumlah air laut yg masuk itu terlalu banyak, dan kita
bermaksud menggunakan sistem pendinginan mesin2 untuk
membantu sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut
tersebut, maka hal itu bisa langsung dilakukan dengan cara
membuka katup yg terhubung ke emergency bilge suction dan
juga dua spectacle flange yg terdapat di sistem itu.
Ø Hal ini akan langsung membuat air laut yg ada di sekitar emer-
gency bilge suction itu mengalir keluar dari kapal melalui setiap
saluran overboard discharge di sistem pendinginan mesin2.
EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION

SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN


EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION

SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN


CATATAN

Ø Apabila jumlah air laut yg masuk itu terlalu banyak, dan kita
bermaksud menggunakan sistem pendinginan mesin2 untuk
membantu sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut
tersebut, maka hal itu bisa langsung dilakukan dengan cara
membuka katup yg terhubung ke emergency bilge suction dan
juga dua spectacle flange yg terdapat di sistem itu.
Ø Hal ini akan langsung membuat air laut yg ada di sekitar emer-
gency bilge suction itu mengalir keluar dari kapal melalui setiap
saluran overboard discharge di sistem pendinginan mesin2.
Ø Perlu dicatat bahwa sebelum digunakan untuk tujuan tersebut,
pompa2 air laut pendingin yg terdapat di sistem itu tidak perlu
dipancing terlebih dahulu; hal ini karena seluruh pompa2 itu
normalnya sudah dalam keadaan beroperasi.
EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION

MODE OPERASI
NORMAL

SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN


CATATAN

Ø Apabila jumlah air laut yg masuk itu terlalu banyak, dan kita
bermaksud menggunakan sistem pendinginan mesin2 untuk
membantu sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut
tersebut, maka hal itu bisa langsung dilakukan dengan cara
membuka katup yg terhubung ke emergency bilge suction dan
juga dua spectacle flange yg terdapat di sistem itu.
Ø Hal ini akan langsung membuat air laut yg ada di sekitar emer-
gency bilge suction itu mengalir keluar dari kapal melalui setiap
saluran overboard discharge di sistem pendinginan mesin2.
Ø Perlu dicatat bahwa sebelum digunakan untuk tujuan tersebut,
pompa2 air laut pendingin yg terdapat di sistem itu tidak perlu
dipancing terlebih dahulu; hal ini karena seluruh pompa2 itu
normalnya sudah dalam keadaan beroperasi.
Ø Apabila seluruh langkah2 diatas sudah dilakukan, maka katup2
sea chest harus ditutup;
EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION
ditutup

ditutup

SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN


CATATAN

Ø Apabila jumlah air laut yg masuk itu terlalu banyak, dan kita
bermaksud menggunakan sistem pendinginan mesin2 untuk
membantu sistem bilga dan ballast dalam mengeluarkan air laut
tersebut, maka hal itu bisa langsung dilakukan dengan cara
membuka katup yg terhubung ke emergency bilge suction dan
juga dua spectacle flange yg terdapat di sistem itu.
Ø Hal ini akan langsung membuat air laut yg ada di sekitar emer-
gency bilge suction itu mengalir keluar dari kapal melalui setiap
saluran overboard discharge di sistem pendinginan mesin2.
Ø Perlu dicatat bahwa sebelum digunakan untuk tujuan tersebut,
pompa2 air laut pendingin yg terdapat di sistem itu tidak perlu
dipancing terlebih dahulu; hal ini karena seluruh pompa2 itu
normalnya sudah dalam keadaan beroperasi.
Ø Apabila seluruh langkah2 diatas sudah dilakukan, maka katup2
sea chest harus ditutup; hal ini agar sistem pendinginan mesin2
itu dan juga sistem bilga dan ballast hanya mengalirkan air laut
dari emergency bilge suction dan dari ujung2 pipa bilga saja
- dan tidak dari sea chest - sehingga jumlah air laut yg dialirkan
dari dalam kapal ke laut lepas bisa lebih banyak.
EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION
ditutup

ditutup

SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN


EMERGENCY
CATATAN
BILGE SUCTION
ditutup

ditutup

SISTEM PENDINGINAN MESIN-MESIN


O/B O/B (Overboard Discharge)
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa
ballast ditutup

DIRECT
BILGE

ditutup

SISTEM BILGA DAN BALLAST


O/B O/B (Overboard Discharge)
CATATAN
SEA CHEST

pompa
bilga
pompa
ballast ditutup

DIRECT
BILGE

ditutup

SISTEM BILGA DAN BALLAST


CATATAN

Ø Apabila seluruh prosedur2 diatas sudah dilakukan, maka


kita harus memastikan bahwa air laut yang masuk ke kapal
melalui kebocoran2 di kapal tersebut sudah bisa mengalir
ke laut lepas.
CATATAN

Ø Apabila seluruh prosedur2 diatas sudah dilakukan, maka


kita harus memastikan bahwa air laut yang masuk ke kapal
melalui kebocoran2 di kapal tersebut sudah bisa mengalir
ke laut lepas.
Ø Hal ini bisa dilakukan dengan cara melihat dari main deck
apakah sudah ada air yang mengalir dalam jumlah yang
besar dari semua saluran2 overboard discharge di kapal
tersebut.
Sistem Pendinginan Sentral (Central Cooling System)
Sistem Pendinginan Sentral (Central Cooling System)

Ø Sistem pendinginan mesin2 di kapal ada dua macam, yaitu


sistem pendinginan konvensional dan sistem pendinginan
sentral.
Sistem Pendinginan Sentral (Central Cooling System)

Ø Sistem pendinginan mesin2 di kapal ada dua macam, yaitu


sistem pendinginan konvensional dan sistem pendinginan
sentral.
Ø Untuk sistem pendinginan konvensional, ia terdiri dari 2 bagian,
yaitu sistem pendinginan air tawar dan sistem pendinginan air
laut.
Contoh sistem pendinginan air tawar (fresh water cooling system)
pada sistem pendinginan konvensional.
Contoh sistem pendinginan air laut (sea water cooling system)
pada sistem pendinginan konvensional.
Sistem Pendinginan Sentral (Central Cooling System)

Ø Sistem pendinginan mesin2 di kapal ada dua macam, yaitu


sistem pendinginan konvensional dan sistem pendinginan
sentral.
Ø Untuk sistem pendinginan konvensional, ia terdiri dari 2 bagian,
yaitu sistem pendinginan air tawar dan sistem pendinginan air
laut.
Ø Sistem pendinginan konvensional tersebut memiliki jalur
perpipaan air laut yg cukup panjang, sehingga peluang
terjadinya kebocoran pipa pada sistem ini akibat korosi akan
cukup besar.
Contoh jalur perpipaan air laut pada sistem pendinginan konvensional.
Sistem Pendinginan Sentral (Central Cooling System)

Ø Sistem pendinginan mesin2 di kapal ada dua macam, yaitu


sistem pendinginan konvensional dan sistem pendinginan
sentral.
Ø Untuk sistem pendinginan konvensional, ia terdiri dari 2 bagian,
yaitu sistem pendinginan air tawar dan sistem pendinginan air
laut.
Ø Sistem pendinginan konvensional tersebut memiliki jalur
perpipaan air laut yg cukup panjang, sehingga peluang
terjadinya kebocoran pipa pada sistem ini akibat korosi akan
cukup besar.
Ø Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dikembangkan
suatu sistem pendinginan lain yg mana jalur perpipaan yg
teraliri air laut di sistem ini adalah cukup pendek, sehingga
peluang terjadinya korosi pada sistem ini akan lebih kecil.
jalur perpipaan air laut
Sistem Pendinginan Sentral (Central Cooling System)

Ø Sistem pendinginan mesin2 di kapal ada dua macam, yaitu


sistem pendinginan konvensional dan sistem pendinginan
sentral.
Ø Untuk sistem pendinginan konvensional, ia terdiri dari 2 bagian,
yaitu sistem pendinginan air tawar dan sistem pendinginan air
laut.
Ø Sistem pendinginan konvensional tersebut memiliki jalur
perpipaan air laut yg cukup panjang, sehingga peluang
terjadinya kebocoran pipa pada sistem ini akibat korosi akan
cukup besar.
Ø Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dikembangkan
suatu sistem pendinginan lain yg mana jalur perpipaan yg
teraliri air laut di sistem ini adalah cukup pendek, sehingga
peluang terjadinya korosi pada sistem ini akan lebih kecil.
• Sistem pendinginan ini disebut sistem pendinginan sentral.
• Sistem pendinginan ini disebut sistem pendinginan sentral
karena cooler2 yg berfungsi untuk memindahkan energi panas
dari air tawar, minyak pelumas, dll ke air laut adalah seringkali
diletakkan secara terpusat, atau dengan kata lain cooler2 itu
diletakkan secara berdekatan satu sama lain pada sebuah
tempat tertentu.
• Sistem pendinginan ini disebut sistem pendinginan sentral
karena cooler2 yg berfungsi untuk memindahkan energi panas
dari air tawar, minyak pelumas, dll ke air laut adalah seringkali
diletakkan secara terpusat, atau dengan kata lain cooler2 itu
diletakkan secara berdekatan satu sama lain pada sebuah
tempat tertentu.
Ø Dari gambar process flow diagram untuk sistem pendinginan
sentral, kita bisa mengetahui bahwa setelah melewati pompa,
air laut itu hanya melewati peralatan cooler saja, dan setelah
itu langsung dibuang ke overboard.
• Sistem pendinginan ini disebut sistem pendinginan sentral
karena cooler2 yg berfungsi untuk memindahkan energi panas
dari air tawar, minyak pelumas, dll ke air laut adalah seringkali
diletakkan secara terpusat, atau dengan kata lain cooler2 itu
diletakkan secara berdekatan satu sama lain pada sebuah
tempat tertentu.
Ø Dari gambar process flow diagram untuk sistem pendinginan
sentral, kita bisa mengetahui bahwa setelah melewati pompa,
air laut itu hanya melewati peralatan cooler saja, dan setelah
itu langsung dibuang ke overboard.
• Sistem pendinginan ini disebut sistem pendinginan sentral
karena cooler2 yg berfungsi untuk memindahkan energi panas
dari air tawar, minyak pelumas, dll ke air laut adalah seringkali
diletakkan secara terpusat, atau dengan kata lain cooler2 itu
diletakkan secara berdekatan satu sama lain pada sebuah
tempat tertentu.
Ø Dari gambar process flow diagram untuk sistem pendinginan
sentral, kita bisa mengetahui bahwa setelah melewati pompa,
air laut itu hanya melewati peralatan cooler saja, dan setelah
itu langsung dibuang ke overboard.
• Oleh karenanya, pipa2 yg teraliri air laut itu bisa dibuat cukup
pendek, sehingga resiko terjadinya kerusakan pada sistem
akibat korosi bisa menjadi lebih kecil.
jalur perpipaan air laut
• Sistem pendinginan ini disebut sistem pendinginan sentral
karena cooler2 yg berfungsi untuk memindahkan energi panas
dari air tawar, minyak pelumas, dll ke air laut adalah seringkali
diletakkan secara terpusat, atau dengan kata lain cooler2 itu
diletakkan secara berdekatan satu sama lain pada sebuah
tempat tertentu.
Ø Dari gambar process flow diagram untuk sistem pendinginan
sentral, kita bisa mengetahui bahwa setelah melewati pompa,
air laut itu hanya melewati peralatan cooler saja, dan setelah
itu langsung dibuang ke overboard.
• Oleh karenanya, pipa2 yg teraliri air laut itu bisa dibuat cukup
pendek, sehingga resiko terjadinya kerusakan pada sistem
akibat korosi bisa menjadi lebih kecil.
Ø Pada sistem pendinginan sentral terdapat 2 macam jalur
perpipaan air tawar, yaitu jalur perpipaan air tawar suhu
rendah dan jalur perpipaan air tawar suhu tinggi.

• Sistem pendinginan ini disebut sistem pendinginan sentral
karena cooler2 yg berfungsi untuk memindahkan energi panas
dari air tawar, minyak pelumas, dll ke air laut adalah seringkali
diletakkan secara terpusat, atau dengan kata lain cooler2 itu
diletakkan secara berdekatan satu sama lain pada sebuah
tempat tertentu.
Ø Dari gambar process flow diagram untuk sistem pendinginan
sentral, kita bisa mengetahui bahwa setelah melewati pompa,
air laut itu hanya melewati peralatan cooler saja, dan setelah
itu langsung dibuang ke overboard.
• Oleh karenanya, pipa2 yg teraliri air laut itu bisa dibuat cukup
pendek, sehingga resiko terjadinya kerusakan pada sistem
akibat korosi bisa menjadi lebih kecil.
Ø Pada sistem pendinginan sentral terdapat 2 macam jalur
perpipaan air tawar, yaitu jalur perpipaan air tawar suhu
rendah dan jalur perpipaan air tawar suhu tinggi.
• Kedua jalur perpipaan air tawar itu bisa didinginkan dengan
hanya menggunakan satu set cooler,
• Sistem pendinginan ini disebut sistem pendinginan sentral
karena cooler2 yg berfungsi untuk memindahkan energi panas
dari air tawar, minyak pelumas, dll ke air laut adalah seringkali
diletakkan secara terpusat, atau dengan kata lain cooler2 itu
diletakkan secara berdekatan satu sama lain pada sebuah
tempat tertentu.
Ø Dari gambar process flow diagram untuk sistem pendinginan
sentral, kita bisa mengetahui bahwa setelah melewati pompa,
air laut itu hanya melewati peralatan cooler saja, dan setelah
itu langsung dibuang ke overboard.
• Oleh karenanya, pipa2 yg teraliri air laut itu bisa dibuat cukup
pendek, sehingga resiko terjadinya kerusakan pada sistem
akibat korosi bisa menjadi lebih kecil.
Ø Pada sistem pendinginan sentral terdapat 2 macam jalur
perpipaan air tawar, yaitu jalur perpipaan air tawar suhu
rendah dan jalur perpipaan air tawar suhu tinggi.
• Kedua jalur perpipaan air tawar itu bisa didinginkan dengan
hanya menggunakan satu set cooler, atau bisa juga didingin-
kan dengan menggunakan dua set cooler.
• Jalur perpipaan air tawar suhu tinggi dan suhu rendah
tersebut harus dibuat karena kebutuhan suhu air pendingin
untuk peralatan2 pada kedua jalur perpipaan itu berbeda2;
• Jalur perpipaan air tawar suhu tinggi dan suhu rendah
tersebut harus dibuat karena kebutuhan suhu air pendingin
untuk peralatan2 pada kedua jalur perpipaan itu berbeda2;
untuk peralatan2 pada jalur perpipaan air tawar suhu
rendah, mereka membutuhkan air tawar pendingin dengan
suhu sekitar 35°C,
• Jalur perpipaan air tawar suhu tinggi dan suhu rendah
tersebut harus dibuat karena kebutuhan suhu air pendingin
untuk peralatan2 pada kedua jalur perpipaan itu berbeda2;
untuk peralatan2 pada jalur perpipaan air tawar suhu
rendah, mereka membutuhkan air tawar pendingin dengan
suhu sekitar 35°C, sedang untuk peralatan pada jalur
perpipaan air tawar suhu tinggi - yg mana dalam hal ini
adalah main engine - ia membutuhkan air tawar pendingin
dengan suhu sekitar 56°C.
• Jalur perpipaan air tawar suhu tinggi dan suhu rendah
tersebut harus dibuat karena kebutuhan suhu air pendingin
untuk peralatan2 pada kedua jalur perpipaan itu berbeda2;
untuk peralatan2 pada jalur perpipaan air tawar suhu
rendah, mereka membutuhkan air tawar pendingin dengan
suhu sekitar 35°C, sedang untuk peralatan pada jalur
perpipaan air tawar suhu tinggi - yg mana dalam hal ini
adalah main engine - ia membutuhkan air tawar pendingin
dengan suhu sekitar 56°C.
Ø Apabila peralatan2 yg menghasilkan energi panas - misalnya
motor diesel - didinginkan dengan air pendingin yg suhunya
tidak sesuai dengan kebutuhan, maka peralatan2 tersebut
bisa mengalami kerusakan dengan cepat.
• Jalur perpipaan air tawar suhu tinggi dan suhu rendah
tersebut harus dibuat karena kebutuhan suhu air pendingin
untuk peralatan2 pada kedua jalur perpipaan itu berbeda2;
untuk peralatan2 pada jalur perpipaan air tawar suhu
rendah, mereka membutuhkan air tawar pendingin dengan
suhu sekitar 35°C, sedang untuk peralatan pada jalur
perpipaan air tawar suhu tinggi - yg mana dalam hal ini
adalah main engine - ia membutuhkan air tawar pendingin
dengan suhu sekitar 56°C.
Ø Apabila peralatan2 yg menghasilkan energi panas - misalnya
motor diesel - didinginkan dengan air pendingin yg suhunya
tidak sesuai dengan kebutuhan, maka peralatan2 tersebut
bisa mengalami kerusakan dengan cepat.
• Misalnya apabila sebuah motor diesel bantu (auxiliary diesel
engine) yg seharusnya didinginkan dengan air yg suhunya
35°C, tapi ternyata didinginkan dengan air yg suhunya lebih
tinggi (misalnya 40°C), maka semakin lama motor diesel
tersebut akan semakin memanas, dan akhirnya akan
mengalami kerusakan dengan cepat.
• Demikian pula sebaliknya, apabila sebuah peralatan yg
menghasilkan energi panas didinginkan dengan air yg
suhunya lebih rendah dari yg seharusnya, maka bagian2 yg
mengalami kontak dengan air pendingin itu akan bisa
mengalami tegangan termal (thermal stress) yg cukup
besar akibat penyusutan yg tidak merata, sehingga bisa
menyebabkan bagian2 tersebut mengalami keretakan atau
bahkan kepecahan.

688
• Demikian pula sebaliknya, apabila sebuah peralatan yg
menghasilkan energi panas didinginkan dengan air yg
suhunya lebih rendah dari yg seharusnya, maka bagian2 yg
mengalami kontak dengan air pendingin itu akan bisa
mengalami tegangan termal (thermal stress) yg cukup
besar akibat penyusutan yg tidak merata, sehingga bisa
menyebabkan bagian2 tersebut mengalami keretakan atau
bahkan kepecahan.
Ø Untuk kapal2 dengan ukuran2 utama (principal dimensions)
yg sama, panjang pipa2 yg dibutuhkan untuk sistem
pendinginan yg jalur perpipaan air tawar suhu tinggi dan
jalur perpipaan air tawar suhu rendahnya didinginkan
dengan hanya menggunakan satu set cooler

689
• Demikian pula sebaliknya, apabila sebuah peralatan yg
menghasilkan energi panas didinginkan dengan air yg
suhunya lebih rendah dari yg seharusnya, maka bagian2 yg
mengalami kontak dengan air pendingin itu akan bisa
mengalami tegangan termal (thermal stress) yg cukup
besar akibat penyusutan yg tidak merata, sehingga bisa
menyebabkan bagian2 tersebut mengalami keretakan atau
bahkan kepecahan.
Ø Untuk kapal2 dengan ukuran2 utama (principal dimensions)
yg sama, panjang pipa2 yg dibutuhkan untuk sistem
pendinginan yg jalur perpipaan air tawar suhu tinggi dan
jalur perpipaan air tawar suhu rendahnya didinginkan
dengan hanya menggunakan satu set cooler

691
• Demikian pula sebaliknya, apabila sebuah peralatan yg
menghasilkan energi panas didinginkan dengan air yg
suhunya lebih rendah dari yg seharusnya, maka bagian2 yg
mengalami kontak dengan air pendingin itu akan bisa
mengalami tegangan termal (thermal stress) yg cukup
besar akibat penyusutan yg tidak merata, sehingga bisa
menyebabkan bagian2 tersebut mengalami keretakan atau
bahkan kepecahan.
Ø Untuk kapal2 dengan ukuran2 utama (principal dimensions)
yg sama, panjang pipa2 yg dibutuhkan untuk sistem
pendinginan yg jalur perpipaan air tawar suhu tinggi dan
jalur perpipaan air tawar suhu rendahnya didinginkan
dengan hanya menggunakan satu set cooler kemungkinan
besar akan lebih pendek daripada panjang pipa2 yg
terdapat di sistem pendinginan yg jalur perpipaan air tawar
suhu tinggi dan jalur perpipaan air tawar suhu rendahnya
didinginkan dengan menggunakan kumpulan cooler-cooler
yg terpisah.
692
• Ini adalah hal yg sangat penting untuk sistem2 perpipaan yg
terdapat di kapal, karena selain biaya pembuatannya lebih
murah, sistem perpipaan yg panjang jalur perpipaannya lebih
pendek tersebut juga akan memiliki bobot yg lebih ringan,
serta kebutuhan ruang yg lebih sedikit.
• Ini adalah hal yg sangat penting untuk sistem2 perpipaan yg
terdapat di kapal, karena selain biaya pembuatannya lebih
murah, sistem perpipaan yg panjang jalur perpipaannya lebih
pendek tersebut juga akan memiliki bobot yg lebih ringan,
serta kebutuhan ruang yg lebih sedikit.
Ø Perlu dicatat bahwa meskipun pada sistem pendinginan sentral
yg hanya menggunakan satu set cooler tersebut,
• Ini adalah hal yg sangat penting untuk sistem2 perpipaan yg
terdapat di kapal, karena selain biaya pembuatannya lebih
murah, sistem perpipaan yg panjang jalur perpipaannya lebih
pendek tersebut juga akan memiliki bobot yg lebih ringan,
serta kebutuhan ruang yg lebih sedikit.
Ø Perlu dicatat bahwa meskipun pada sistem pendinginan sentral
yg hanya menggunakan satu set cooler tersebut, air tawar yg
didinginkan oleh air laut di sistem itu hanyalah air tawar yg
bersuhu rendah, akan tetapi sistem ini juga bisa mendinginkan
air tawar yg bersuhu tinggi di sistem tersebut.
• Ini adalah hal yg sangat penting untuk sistem2 perpipaan yg
terdapat di kapal, karena selain biaya pembuatannya lebih
murah, sistem perpipaan yg panjang jalur perpipaannya lebih
pendek tersebut juga akan memiliki bobot yg lebih ringan,
serta kebutuhan ruang yg lebih sedikit.
Ø Perlu dicatat bahwa meskipun pada sistem pendinginan sentral
yg hanya menggunakan satu set cooler tersebut, air tawar yg
didinginkan oleh air laut di sistem itu hanyalah air tawar yg
bersuhu rendah, akan tetapi sistem ini juga bisa mendinginkan
air tawar yg bersuhu tinggi di sistem tersebut.
Ø Agar bisa melakukan hal ini, maka sistem pendinginan sentral
yg hanya menggunakan satu set cooler tersebut harus meng-
gunakan alat yg disebut diverter valve, yg mana dilengkapi
dengan peralatan pengendali otomatis untuk membuka atau
menutup salah satu butterfly valve-nya.
Butterfly
valve A

Butterfly
valve B

Contoh dari Diverter Valve


701
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication
System)
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Sistem pelumasan dari sebuah mesin digunakan untuk


menyediakan suplai minyak pelumas ke bermacam-macam
bagian yg bergerak di dalam mesin tersebut.

703
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Sistem pelumasan dari sebuah mesin digunakan untuk


menyediakan suplai minyak pelumas ke bermacam-macam
bagian yg bergerak di dalam mesin tersebut. Hal itu bertujuan
untuk memungkinkan terbentuknya lapisan minyak pelumas
diantara bagian2 yg bergerak, sehingga akan mengurangi
gesekan dan keausan; selain itu, minyak pelumas tersebut
juga digunakan sebagai pembersih dan di beberapa tipe mesin
sebagai pendingin.

704
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Sistem pelumasan dari sebuah mesin digunakan untuk


menyediakan suplai minyak pelumas ke bermacam-macam
bagian yg bergerak di dalam mesin tersebut. Hal itu bertujuan
untuk memungkinkan terbentuknya lapisan minyak pelumas
diantara bagian2 yg bergerak, sehingga akan mengurangi
gesekan dan keausan; selain itu, minyak pelumas tersebut
juga digunakan sebagai pembersih dan di beberapa tipe mesin
sebagai pendingin.
• Sistem pelumasan untuk motor2 Diesel 2 Tak berukuran besar
- misalnya motor diesel untuk menggerakkan kapal kargo -
adalah terdiri dari 2 bagian, yaitu Sistem Minyak Pelumas (LO
System) dan Sistem Pelumasan Silinder (Cylinder Lubrication
System).

705
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Sistem pelumasan dari sebuah mesin digunakan untuk


menyediakan suplai minyak pelumas ke bermacam-macam
bagian yg bergerak di dalam mesin tersebut. Hal itu bertujuan
untuk memungkinkan terbentuknya lapisan minyak pelumas
diantara bagian2 yg bergerak, sehingga akan mengurangi
gesekan dan keausan; selain itu, minyak pelumas tersebut
juga digunakan sebagai pembersih dan di beberapa tipe mesin
sebagai pendingin.
• Sistem pelumasan untuk motor2 Diesel 2 Tak berukuran besar
- misalnya motor diesel untuk menggerakkan kapal kargo -
adalah terdiri dari 2 bagian, yaitu Sistem Minyak Pelumas (LO
System) dan Sistem Pelumasan Silinder (Cylinder Lubrication
System).

A. Sistem Minyak Pelumas (Lubricating Oil System)

706
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Sistem pelumasan dari sebuah mesin digunakan untuk


menyediakan suplai minyak pelumas ke bermacam-macam
bagian yg bergerak di dalam mesin tersebut. Hal itu bertujuan
untuk memungkinkan terbentuknya lapisan minyak pelumas
diantara bagian2 yg bergerak, sehingga akan mengurangi
gesekan dan keausan; selain itu, minyak pelumas tersebut
juga digunakan sebagai pembersih dan di beberapa tipe mesin
sebagai pendingin.
• Sistem pelumasan untuk motor2 Diesel 2 Tak berukuran besar
- misalnya motor diesel untuk menggerakkan kapal kargo -
adalah terdiri dari 2 bagian, yaitu Sistem Minyak Pelumas (LO
System) dan Sistem Pelumasan Silinder (Cylinder Lubrication
System).

A. Sistem Minyak Pelumas (Lubricating Oil System)


• Minyak pelumas untuk motor2 diesel di kapal bisa disimpan di
bagian dasar dari crankcase mesin,

707
Contoh gambar
penampang me-
lintang dari sebuah
motor desel 4-Tak
untuk penggerak
Gudgeon pin
utama kapal.
Connecting rod

Bottom end bearing

Crankcase
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Sistem pelumasan dari sebuah mesin digunakan untuk


menyediakan suplai minyak pelumas ke bermacam-macam
bagian yg bergerak di dalam mesin tersebut. Hal itu bertujuan
untuk memungkinkan terbentuknya lapisan minyak pelumas
diantara bagian2 yg bergerak, sehingga akan mengurangi
gesekan dan keausan; selain itu, minyak pelumas tersebut
juga digunakan sebagai pembersih dan di beberapa tipe mesin
sebagai pendingin.
• Sistem pelumasan untuk motor2 Diesel 2 Tak berukuran besar
- misalnya motor diesel untuk menggerakkan kapal kargo -
adalah terdiri dari 2 bagian, yaitu Sistem Minyak Pelumas (LO
System) dan Sistem Pelumasan Silinder (Cylinder Lubrication
System).

A. Sistem Minyak Pelumas (Lubricating Oil System)


• Minyak pelumas untuk motor2 diesel di kapal bisa disimpan di
bagian dasar dari crankcase mesin, yg disebut dengan istilah
sump,

709
Contoh gambar
penampang me-
lintang dari sebuah
motor desel 4-Tak
untuk penggerak
Gudgeon pin
utama kapal.
Connecting rod

Bottom end bearing

Crankcase

Sump
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Sistem pelumasan dari sebuah mesin digunakan untuk


menyediakan suplai minyak pelumas ke bermacam-macam
bagian yg bergerak di dalam mesin tersebut. Hal itu bertujuan
untuk memungkinkan terbentuknya lapisan minyak pelumas
diantara bagian2 yg bergerak, sehingga akan mengurangi
gesekan dan keausan; selain itu, minyak pelumas tersebut
juga digunakan sebagai pembersih dan di beberapa tipe mesin
sebagai pendingin.
• Sistem pelumasan untuk motor2 Diesel 2 Tak berukuran besar
- misalnya motor diesel untuk menggerakkan kapal kargo -
adalah terdiri dari 2 bagian, yaitu Sistem Minyak Pelumas (LO
System) dan Sistem Pelumasan Silinder (Cylinder Lubrication
System).

A. Sistem Minyak Pelumas (Lubricating Oil System)


• Minyak pelumas untuk motor2 diesel di kapal bisa disimpan di
bagian dasar dari crankcase mesin, yg disebut dengan istilah
sump, atau mungkin juga untuk disimpan di di drain tank yg
terletak di bawah mesin tersebut.
711
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Minyak pelumas itu dialirkan dari tangki tersebut melalui


sebuah strainer (saringan),

714
715
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Minyak pelumas itu dialirkan dari tangki tersebut melalui


sebuah strainer (saringan), salah satu dari dua pompa,

717
718
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Minyak pelumas itu dialirkan dari tangki tersebut melalui


sebuah strainer (saringan), salah satu dari dua pompa,
salah satu dari dua filter,

720
721
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Minyak pelumas itu dialirkan dari tangki tersebut melalui


sebuah strainer (saringan), salah satu dari dua pompa,
salah satu dari dua filter, sebuah cooler,

723
724
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Minyak pelumas itu dialirkan dari tangki tersebut melalui


sebuah strainer (saringan), salah satu dari dua pompa,
salah satu dari dua filter, sebuah cooler, lalu setelah itu
barulah minyak pelumas tersebut memasuki motor diesel
dan didistribusikan ke bermacam2 pipa cabang,

726
727
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Minyak pelumas itu dialirkan dari tangki tersebut melalui


sebuah strainer (saringan), salah satu dari dua pompa,
salah satu dari dua filter, sebuah cooler, lalu setelah itu
barulah minyak pelumas tersebut memasuki motor diesel
dan didistribusikan ke bermacam2 pipa cabang, misalnya
pipa cabang yg menyuplai minyak pelumas ke main bearing
(bantalan utama).

729
Piston

Piston rod
(always vertical)

Connecting rod

Crankshaft

Main bearing
Main bearing (top shell)

Main bearing (bottom shell)

731
732
Top shell of
main bearing

733
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Minyak pelumas itu dialirkan dari tangki tersebut melalui


sebuah strainer (saringan), salah satu dari dua pompa,
salah satu dari dua filter, sebuah cooler, lalu setelah itu
barulah minyak pelumas tersebut memasuki motor diesel
dan didistribusikan ke bermacam2 pipa cabang, misalnya
pipa cabang yg menyuplai minyak pelumas ke main bearing
(bantalan utama).
• Sebagian dari minyak pelumas yg mengalir ke main bearing
ini lalu akan mengalir melewati drilled passage di crank-
shaft

734
Piston

Piston rod
(always vertical)

Connecting rod

Crankshaft

Main bearing
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Minyak pelumas itu dialirkan dari tangki tersebut melalui


sebuah strainer (saringan), salah satu dari dua pompa,
salah satu dari dua filter, sebuah cooler, lalu setelah itu
barulah minyak pelumas tersebut memasuki motor diesel
dan didistribusikan ke bermacam2 pipa cabang, misalnya
pipa cabang yg menyuplai minyak pelumas ke main bearing
(bantalan utama).
• Sebagian dari minyak pelumas yg mengalir ke main bearing
ini lalu akan mengalir melewati drilled passage di crank-
shaft ke bottom end bearing

736
Piston

Piston rod
(always vertical)

Connecting rod
Bottom end bearing
Crankshaft
Main bearing
Gudgeon pin
Connecting rod

Bottom end bearing

Crankcase

738
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Minyak pelumas itu dialirkan dari tangki tersebut melalui


sebuah strainer (saringan), salah satu dari dua pompa,
salah satu dari dua filter, sebuah cooler, lalu setelah itu
barulah minyak pelumas tersebut memasuki motor diesel
dan didistribusikan ke bermacam2 pipa cabang, misalnya
pipa cabang yg menyuplai minyak pelumas ke main bearing
(bantalan utama).
• Sebagian dari minyak pelumas yg mengalir ke main bearing
ini lalu akan mengalir melewati drilled passage di crank-
shaft ke bottom end bearing lalu naik ke atas melalui drilled
passage di connecting rod

739
Piston

Piston rod
(always vertical)

Connecting rod
Bottom end bearing
Crankshaft
Main bearing
Gudgeon pin
Connecting rod

Bottom end bearing

Crankcase

741
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Minyak pelumas itu dialirkan dari tangki tersebut melalui


sebuah strainer (saringan), salah satu dari dua pompa,
salah satu dari dua filter, sebuah cooler, lalu setelah itu
barulah minyak pelumas tersebut memasuki motor diesel
dan didistribusikan ke bermacam2 pipa cabang, misalnya
pipa cabang yg menyuplai minyak pelumas ke main bearing
(bantalan utama).
• Sebagian dari minyak pelumas yg mengalir ke main bearing
ini lalu akan mengalir melewati drilled passage di crank-
shaft ke bottom end bearing lalu naik ke atas melalui drilled
passage di connecting rod ke crosshead bearing (pada
motor 2-Tak)

742
Piston

Piston rod
(always vertical)
Crosshead bearing

Connecting rod
Bottom end bearing
Crankshaft
Main bearing
744
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Minyak pelumas itu dialirkan dari tangki tersebut melalui


sebuah strainer (saringan), salah satu dari dua pompa,
salah satu dari dua filter, sebuah cooler, lalu setelah itu
barulah minyak pelumas tersebut memasuki motor diesel
dan didistribusikan ke bermacam2 pipa cabang, misalnya
pipa cabang yg menyuplai minyak pelumas ke main bearing
(bantalan utama).
• Sebagian dari minyak pelumas yg mengalir ke main bearing
ini lalu akan mengalir melewati drilled passage di crank-
shaft ke bottom end bearing lalu naik ke atas melalui drilled
passage di connecting rod ke crosshead bearing (pada
motor 2-Tak) atau ke gudgeon pin (pada motor 4-Tak).

745
Gudgeon pin
Connecting rod

Bottom end bearing

Crankcase

746
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Minyak pelumas itu dialirkan dari tangki tersebut melalui


sebuah strainer (saringan), salah satu dari dua pompa,
salah satu dari dua filter, sebuah cooler, lalu setelah itu
barulah minyak pelumas tersebut memasuki motor diesel
dan didistribusikan ke bermacam2 pipa cabang, misalnya
pipa cabang yg menyuplai minyak pelumas ke main bearing
(bantalan utama).
• Sebagian dari minyak pelumas yg mengalir ke main bearing
ini lalu akan mengalir melewati drilled passage di crank-
shaft ke bottom end bearing lalu naik ke atas melalui drilled
passage di connecting rod ke crosshead bearing (pada
motor 2-Tak) atau ke gudgeon pin (pada motor 4-Tak).
• Setelah melumasi bagian2 tersebut, minyak pelumas akan
mengalir ke sump atau drain tank lagi untuk digunakan
ulang.

747
Gudgeon pin
Connecting rod

Bottom end bearing

Crankcase

Sump

748
749
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Minyak pelumas itu dialirkan dari tangki tersebut melalui


sebuah strainer (saringan), salah satu dari dua pompa,
salah satu dari dua filter, sebuah cooler, lalu setelah itu
barulah minyak pelumas tersebut memasuki motor diesel
dan didistribusikan ke bermacam2 pipa cabang, misalnya
pipa cabang yg menyuplai minyak pelumas ke main bearing
(bantalan utama).
• Sebagian dari minyak pelumas yg mengalir ke main bearing
ini lalu akan mengalir melewati drilled passage di crank-
shaft ke bottom end bearing lalu naik ke atas melalui drilled
passage di connecting rod ke crosshead bearing (pada
motor 2-Tak) atau ke gudgeon pin (pada motor 4-Tak).
• Setelah melumasi bagian2 tersebut, minyak pelumas akan
mengalir ke sump atau drain tank lagi untuk digunakan
ulang.
• Pada tangki drain tank terdapat alat level gauge untuk
mengetahui seberapa tinggi permukaan cairan minyak
pelumas yg ada di tangki tersebut.
750
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

751
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.

752
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.
• Sebelum minyak pelumas itu dimasukkan ke mesin, ia harus
dilewatkan dulu ke cooler untuk didinginkan.

753
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

754
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.
• Sebelum minyak pelumas itu dimasukkan ke mesin, ia harus
dilewatkan dulu ke cooler untuk didinginkan.
• Didalam cooler tersebut, minyak pelumas itu didinginkan
dengan menggunakan air laut

755
Shell and tube cooler
Contoh Gambar Process Flow Diagram dari Sistem Pendinginan
Air Laut (Sea Water Cooling System)
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.
• Sebelum minyak pelumas itu dimasukkan ke mesin, ia harus
dilewatkan dulu ke cooler untuk didinginkan.
• Didalam cooler tersebut, minyak pelumas itu didinginkan
dengan menggunakan air laut

758
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.
• Sebelum minyak pelumas itu dimasukkan ke mesin, ia harus
dilewatkan dulu ke cooler untuk didinginkan.
• Didalam cooler tersebut, minyak pelumas itu didinginkan
dengan menggunakan air laut (pada sistem pendinginan
sentral menggunakan air tawar).

759
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

jalur pipa
air tawar.
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.
• Sebelum minyak pelumas itu dimasukkan ke mesin, ia harus
dilewatkan dulu ke cooler untuk didinginkan.
• Didalam cooler tersebut, minyak pelumas itu didinginkan
dengan menggunakan air laut (pada sistem pendinginan
sentral menggunakan air tawar).

761
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.
• Sebelum minyak pelumas itu dimasukkan ke mesin, ia harus
dilewatkan dulu ke cooler untuk didinginkan.
• Didalam cooler tersebut, minyak pelumas itu didinginkan
dengan menggunakan air laut (pada sistem pendinginan
sentral menggunakan air tawar). Apabila didinginkan dengan
air laut, maka
,

762
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

Shell and tube cooler


Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.
• Sebelum minyak pelumas itu dimasukkan ke mesin, ia harus
dilewatkan dulu ke cooler untuk didinginkan.
• Didalam cooler tersebut, minyak pelumas itu didinginkan
dengan menggunakan air laut (pada sistem pendinginan
sentral menggunakan air tawar). Apabila didinginkan dengan
air laut, maka
, yg mana
hal ini diketahui dari hasil pembacaan bourdon tube gauge;

764
CATATAN

Ø Bourdon tube gauge adalah alat yg digunakan untuk


mengukur tekanan fluida - baik fluida cair, fluida gas, atau
keduanya secara bersama2 - yg ada di sebuah ruangan.
CATATAN

Ø Bourdon tube gauge adalah alat yg digunakan untuk


mengukur tekanan fluida - baik fluida cair, fluida gas, atau
keduanya secara bersama2 - yg ada di sebuah ruangan.
Ø Tipe2 dari bourdon tube gauge itu adalah pertama pressure
gauge, yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk
mengukur tekanan2 diatas tekanan atmosfer
CATATAN

Contoh dari bourdon tube gauge tipe pressure gauge.


CATATAN

Ø Bourdon tube gauge adalah alat yg digunakan untuk


mengukur tekanan fluida - baik fluida cair, fluida gas, atau
keduanya secara bersama2 - yg ada di sebuah ruangan.
Ø Tipe2 dari bourdon tube gauge itu adalah pertama pressure
gauge, yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk
mengukur tekanan2 diatas tekanan atmosfer - yg mana
nilainya adalah 1 atm atau 1,013 x 105 Pa -
CATATAN

Ø Bourdon tube gauge adalah alat yg digunakan untuk


mengukur tekanan fluida - baik fluida cair, fluida gas, atau
keduanya secara bersama2 - yg ada di sebuah ruangan.
Ø Tipe2 dari bourdon tube gauge itu adalah pertama pressure
gauge, yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk
mengukur tekanan2 diatas tekanan atmosfer - yg mana
nilainya adalah 1 atm atau 1,013 x 105 Pa - lalu vacuum gauge,
yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk mengukur
tekanan2 dibawah tekanan atmosfer,
CATATAN

Contoh dari bourdon tube gauge tipe vacuum gauge.

770
CATATAN

Ø Bourdon tube gauge adalah alat yg digunakan untuk


mengukur tekanan fluida - baik fluida cair, fluida gas, atau
keduanya secara bersama2 - yg ada di sebuah ruangan.
Ø Tipe2 dari bourdon tube gauge itu adalah pertama pressure
gauge, yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk
mengukur tekanan2 diatas tekanan atmosfer - yg mana
nilainya adalah 1 atm atau 1,013 x 105 Pa - lalu vacuum gauge,
yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk mengukur
tekanan2 dibawah tekanan atmosfer,
CATATAN

Ø Bourdon tube gauge adalah alat yg digunakan untuk


mengukur tekanan fluida - baik fluida cair, fluida gas, atau
keduanya secara bersama2 - yg ada di sebuah ruangan.
Ø Tipe2 dari bourdon tube gauge itu adalah pertama pressure
gauge, yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk
mengukur tekanan2 diatas tekanan atmosfer - yg mana
nilainya adalah 1 atm atau 1,013 x 105 Pa - lalu vacuum gauge,
yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk mengukur
tekanan2 dibawah tekanan atmosfer, serta compound gauge,
yaitu bourdon tube gauge yg bisa digunakan untuk mengukur
tekanan2 baik diatas maupun dibawah tekanan atmosfer.
CATATAN

Contoh dari bourdon tube gauge tipe compound gauge.

773
CATATAN

Ø Bourdon tube gauge adalah alat yg digunakan untuk


mengukur tekanan fluida - baik fluida cair, fluida gas, atau
keduanya secara bersama2 - yg ada di sebuah ruangan.
Ø Tipe2 dari bourdon tube gauge itu adalah pertama pressure
gauge, yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk
mengukur tekanan2 diatas tekanan atmosfer - yg mana
nilainya adalah 1 atm atau 1,013 x 105 Pa - lalu vacuum gauge,
yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk mengukur
tekanan2 dibawah tekanan atmosfer, serta compound gauge,
yaitu bourdon tube gauge yg bisa digunakan untuk mengukur
tekanan2 baik diatas maupun dibawah tekanan atmosfer.
Ø Pada shell and tube cooler, nilai dari tekanan air laut (sea
water) maupun tekanan minyak pelumas (lube oil) yg ada
didalamnya
CATATAN

Shell and tube cooler


CATATAN

Ø Bourdon tube gauge adalah alat yg digunakan untuk


mengukur tekanan fluida - baik fluida cair, fluida gas, atau
keduanya secara bersama2 - yg ada di sebuah ruangan.
Ø Tipe2 dari bourdon tube gauge itu adalah pertama pressure
gauge, yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk
mengukur tekanan2 diatas tekanan atmosfer - yg mana
nilainya adalah 1 atm atau 1,013 x 105 Pa - lalu vacuum gauge,
yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk mengukur
tekanan2 dibawah tekanan atmosfer, serta compound gauge,
yaitu bourdon tube gauge yg bisa digunakan untuk mengukur
tekanan2 baik diatas maupun dibawah tekanan atmosfer.
Ø Pada shell and tube cooler, nilai dari tekanan air laut (sea
water) maupun tekanan minyak pelumas (lube oil) yg ada
didalamnya adalah lebih tinggi dari tekanan udara normal atau
tekanan atmosfer (misalnya sebesar 1,5 atm).
CATATAN

Ø Bourdon tube gauge adalah alat yg digunakan untuk


mengukur tekanan fluida - baik fluida cair, fluida gas, atau
keduanya secara bersama2 - yg ada di sebuah ruangan.
Ø Tipe2 dari bourdon tube gauge itu adalah pertama pressure
gauge, yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk
mengukur tekanan2 diatas tekanan atmosfer - yg mana
nilainya adalah 1 atm atau 1,013 x 105 Pa - lalu vacuum gauge,
yaitu bourdon tube gauge yg digunakan untuk mengukur
tekanan2 dibawah tekanan atmosfer, serta compound gauge,
yaitu bourdon tube gauge yg bisa digunakan untuk mengukur
tekanan2 baik diatas maupun dibawah tekanan atmosfer.
Ø Pada shell and tube cooler, nilai dari tekanan air laut (sea
water) maupun tekanan minyak pelumas (lube oil) yg ada
didalamnya adalah lebih tinggi dari tekanan udara normal atau
tekanan atmosfer (misalnya sebesar 1,5 atm). Oleh karenanya,
untuk mengukur berapa nilai tekanan air laut maupun tekanan
minyak pelumas yg ada di shell and tube cooler tersebut,
bourdon tube gauge yg bisa digunakan adalah pressure gauge
dan compound gauge, dan bukan vacuum gauge.
CATATAN

Ø Perlu dicatat bahwa tekanan udara normal atau tekanan


atmosfer adalah sama dengan tekanan dari udara yg ada di
permukaan laut atau di tempat yg ketinggiannya sama dengan
permukaan laut (misalnya di tepi laut / pantai).
CATATAN

Ø Perlu dicatat bahwa tekanan udara normal atau tekanan


atmosfer adalah sama dengan tekanan dari udara yg ada di
permukaan laut atau di tempat yg ketinggiannya sama dengan
permukaan laut (misalnya di tepi laut / pantai).
Ø Sebagai contoh, untuk sebuah ruangan di rumah yg letaknya
persis di tepi laut, maka nilai tekanan udara di ruangan itu
akan sama dengan 1 atm atau 1,013 x 105 Pa.
CATATAN

Ø Perlu dicatat bahwa tekanan udara normal atau tekanan


atmosfer adalah sama dengan tekanan dari udara yg ada di
permukaan laut atau di tempat yg ketinggiannya sama dengan
permukaan laut (misalnya di tepi laut / pantai).
Ø Sebagai contoh, untuk sebuah ruangan di rumah yg letaknya
persis di tepi laut, maka nilai tekanan udara di ruangan itu
akan sama dengan 1 atm atau 1,013 x 105 Pa.
Ø Apabila ruangan tersebut ditutup dengan sangat rapat hingga
menjadi sebuah ruangan yg kedap udara, lalu udara yg ada di
ruangan itu dipompa keluar dengan menggunakan kompresor,
maka jumlah udara yg ada di ruangan itu akan berkurang, dan
sebagai akibatnya, tekanan udara di ruangan itu akan lebih
rendah dari tekanan udara normal atau tekanan atmosfer,
misalnya adalah 0,7 atm.
CATATAN

Ø Perlu dicatat bahwa tekanan udara normal atau tekanan


atmosfer adalah sama dengan tekanan dari udara yg ada di
permukaan laut atau di tempat yg ketinggiannya sama dengan
permukaan laut (misalnya di tepi laut / pantai).
Ø Sebagai contoh, untuk sebuah ruangan di rumah yg letaknya
persis di tepi laut, maka nilai tekanan udara di ruangan itu
akan sama dengan 1 atm atau 1,013 x 105 Pa.
Ø Apabila ruangan tersebut ditutup dengan sangat rapat hingga
menjadi sebuah ruangan yg kedap udara, lalu udara yg ada di
ruangan itu dipompa keluar dengan menggunakan kompresor,
maka jumlah udara yg ada di ruangan itu akan berkurang, dan
sebagai akibatnya, tekanan udara di ruangan itu akan lebih
rendah dari tekanan udara normal atau tekanan atmosfer,
misalnya adalah 0,7 atm.
Ø Sebaliknya, apabila udara yg ada di luar ruangan dialirkan
kedalam ruangan yg kedap udara tersebut, maka jumlah
udara yg ada di ruangan itu akan bertambah, dan sebagai
akibatnya, tekanan udara di ruangan itu akan lebih tinggi dari
tekanan udara normal, misalnya adalah 1,5 atm.
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.
• Sebelum minyak pelumas itu dimasukkan ke mesin, ia harus
dilewatkan dulu ke cooler untuk didinginkan.
• Didalam cooler tersebut, minyak pelumas itu didinginkan
dengan menggunakan air laut (pada sistem pendinginan
sentral menggunakan air tawar). Apabila didinginkan dengan
air laut, maka
, yg mana
hal ini diketahui dari hasil pembacaan bourdon tube gauge;

782
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.
• Sebelum minyak pelumas itu dimasukkan ke mesin, ia harus
dilewatkan dulu ke cooler untuk didinginkan.
• Didalam cooler tersebut, minyak pelumas itu didinginkan
dengan menggunakan air laut (pada sistem pendinginan
sentral menggunakan air tawar). Apabila didinginkan dengan
air laut, maka
, yg mana
hal ini diketahui dari hasil pembacaan bourdon tube gauge;
tujuannya adalah agar apabila terdapat kebocoran di pipa2
kecil (tubes) dari cooler tersebut,

783
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

Shell and tube cooler


Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.
• Sebelum minyak pelumas itu dimasukkan ke mesin, ia harus
dilewatkan dulu ke cooler untuk didinginkan.
• Didalam cooler tersebut, minyak pelumas itu didinginkan
dengan menggunakan air laut (pada sistem pendinginan
sentral menggunakan air tawar). Apabila didinginkan dengan
air laut, maka
, yg mana
hal ini diketahui dari hasil pembacaan bourdon tube gauge;
tujuannya adalah agar apabila terdapat kebocoran di pipa2
kecil (tubes) dari cooler tersebut, maka minyak pelumas (lube
oil) akan mengalir ke laut,

785
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

Shell and tube cooler


Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.
• Sebelum minyak pelumas itu dimasukkan ke mesin, ia harus
dilewatkan dulu ke cooler untuk didinginkan.
• Didalam cooler tersebut, minyak pelumas itu didinginkan
dengan menggunakan air laut (pada sistem pendinginan
sentral menggunakan air tawar). Apabila didinginkan dengan
air laut, maka
, yg mana
hal ini diketahui dari hasil pembacaan bourdon tube gauge;
tujuannya adalah agar apabila terdapat kebocoran di pipa2
kecil (tubes) dari cooler tersebut, maka minyak pelumas (lube
oil) akan mengalir ke laut, dan bukan sebaliknya, yaitu air laut
masuk melalui jalur minyak pelumas ke bagian2 internal motor
diesel;

787
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

Shell and tube cooler


Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

Minyak pelumas yg
bercampur air laut

Sistem Perpipaan Minyak Pelumas


789
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.
• Sebelum minyak pelumas itu dimasukkan ke mesin, ia harus
dilewatkan dulu ke cooler untuk didinginkan.
• Didalam cooler tersebut, minyak pelumas itu didinginkan
dengan menggunakan air laut (pada sistem pendinginan
sentral menggunakan air tawar). Apabila didinginkan dengan
air laut, maka
, yg mana
hal ini diketahui dari hasil pembacaan bourdon tube gauge;
tujuannya adalah agar apabila terdapat kebocoran di pipa2
kecil (tubes) dari cooler tersebut, maka minyak pelumas (lube
oil) akan mengalir ke laut, dan bukan sebaliknya, yaitu air laut
masuk melalui jalur minyak pelumas ke bagian2 internal motor
diesel; hal ini bisa menyebabkan korosi lalu kerusakan yg
cepat di bagian2 internal motor diesel tersebut.

790
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

Minyak pelumas yg
bercampur air laut

791
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Setelah digunakan beberapa lama, ketinggian minyak pelumas


di drain tank itu akan semakin berkurang; hal ini karena
minyak pelumas tersebut mengalami penguapan.
• Sebelum minyak pelumas itu dimasukkan ke mesin, ia harus
dilewatkan dulu ke cooler untuk didinginkan.
• Didalam cooler tersebut, minyak pelumas itu didinginkan
dengan menggunakan air laut (pada sistem pendinginan
sentral menggunakan air tawar). Apabila didinginkan dengan
air laut, maka
, yg mana
hal ini diketahui dari hasil pembacaan bourdon tube gauge;
tujuannya adalah agar apabila terdapat kebocoran di pipa2
kecil (tubes) dari cooler tersebut, maka minyak pelumas (lube
oil) akan mengalir ke laut, dan bukan sebaliknya, yaitu air laut
masuk melalui jalur minyak pelumas ke bagian2 internal motor
diesel; hal ini bisa menyebabkan korosi lalu kerusakan yg
cepat di bagian2 internal motor diesel tersebut.
• Selain didinginkan, minyak pelumas untuk motor2 diesel
berukuran besar juga perlu untuk dibersihkan.
792
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Hal ini mengingat setelah digunakan untuk melumasi


bagian2 yg bergesekan di motor diesel, minyak pelumas
tersebut akan terkontaminasi oleh kerak2 sebagai akibat
dari keausan, air yg terbentuk sebagai akibat dari
pengembunan uap air yg ada di udara, dan juga oleh
kotoran2.

793
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Hal ini mengingat setelah digunakan untuk melumasi


bagian2 yg bergesekan di motor diesel, minyak pelumas
tersebut akan terkontaminasi oleh kerak2 sebagai akibat
dari keausan, air yg terbentuk sebagai akibat dari
pengembunan uap air yg ada di udara, dan juga oleh
kotoran2.
• Minyak pelumas itu dibersihkan dari kontaminan2 tersebut
dengan cara memompa minyak pelumas yg ada di drain
tank menuju ke sebuah heater (pemanas) lalu ke
centrifugal purifier (disebut juga dengan istilah centrifuge
atau purifier saja), lalu mengalirkannya kembali ke drain
tank.

794
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Hal ini mengingat setelah digunakan untuk melumasi


bagian2 yg bergesekan di motor diesel, minyak pelumas
tersebut akan terkontaminasi oleh kerak2 sebagai akibat
dari keausan, air yg terbentuk sebagai akibat dari
pengembunan uap air yg ada di udara, dan juga oleh
kotoran2.
• Minyak pelumas itu dibersihkan dari kontaminan2 tersebut
dengan cara memompa minyak pelumas yg ada di drain
tank menuju ke sebuah heater (pemanas) lalu ke
centrifugal purifier (disebut juga dengan istilah centrifuge
atau purifier saja), lalu mengalirkannya kembali ke drain
tank.
• Di beberapa kapal2 tertentu, sebuah tangki pembersihan
minyak pelumas (oil cleaning tank), yg mana disebut juga
dirty oil tank, dipasang di bagian atas dari engine room.

796
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Hal ini mengingat setelah digunakan untuk melumasi


bagian2 yg bergesekan di motor diesel, minyak pelumas
tersebut akan terkontaminasi oleh kerak2 sebagai akibat
dari keausan, air yg terbentuk sebagai akibat dari
pengembunan uap air yg ada di udara, dan juga oleh
kotoran2.
• Minyak pelumas itu dibersihkan dari kontaminan2 tersebut
dengan cara memompa minyak pelumas yg ada di drain
tank menuju ke sebuah heater (pemanas) lalu ke
centrifugal purifier (disebut juga dengan istilah centrifuge
atau purifier saja), lalu mengalirkannya kembali ke drain
tank.
• Di beberapa kapal2 tertentu, sebuah tangki pembersihan
minyak pelumas (oil cleaning tank), yg mana disebut juga
dirty oil tank, dipasang di bagian atas dari engine room.
• Tangki tersebut haruslah dilengkapi dengan koil pemanas
uap serta saluran pengosongan yg bagus.
798
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Pada saat motor diesel tersebut dimatikan, minyak pelumas


bisa dipompa ke dirty oil tank tersebut,

800
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Pada saat motor diesel tersebut dimatikan, minyak pelumas


bisa dipompa ke dirty oil tank tersebut, lalu dipanaskan
dengan menggunakan koil pemanas uap.

802
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Pada saat motor diesel tersebut dimatikan, minyak pelumas


bisa dipompa ke dirty oil tank tersebut, lalu dipanaskan
dengan menggunakan koil pemanas uap.
• Minyak pelumas itu dibiarkan berada pada suhu yg tinggi
tersebut selama beberapa waktu.

804
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Pada saat motor diesel tersebut dimatikan, minyak pelumas


bisa dipompa ke dirty oil tank tersebut, lalu dipanaskan
dengan menggunakan koil pemanas uap.
• Minyak pelumas itu dibiarkan berada pada suhu yg tinggi
tersebut selama beberapa waktu.
• Kotoran2 yg berat serta air yg ada di dalam minyak
pelumas itu lalu memisah dan mengendap di bagian dasar
dari tangki.

805
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Pada saat motor diesel tersebut dimatikan, minyak pelumas


bisa dipompa ke dirty oil tank tersebut, lalu dipanaskan
dengan menggunakan koil pemanas uap.
• Minyak pelumas itu dibiarkan berada pada suhu yg tinggi
tersebut selama beberapa waktu.
• Kotoran2 yg berat serta air yg ada di dalam minyak
pelumas itu lalu memisah dan mengendap di bagian dasar
dari tangki.
• Setelah tersimpan selama beberapa waktu di tangki itu,
kotoran yg mengumpul di bagian dasar tangki lalu dialirkan
keluar dari tangki tersebut.

807
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Pada saat motor diesel tersebut dimatikan, minyak pelumas


bisa dipompa ke dirty oil tank tersebut, lalu dipanaskan
dengan menggunakan koil pemanas uap.
• Minyak pelumas itu dibiarkan berada pada suhu yg tinggi
tersebut selama beberapa waktu.
• Kotoran2 yg berat serta air yg ada di dalam minyak
pelumas itu lalu memisah dan mengendap di bagian dasar
dari tangki.
• Setelah tersimpan selama beberapa waktu di tangki itu,
kotoran yg mengumpul di bagian dasar tangki lalu dialirkan
keluar dari tangki tersebut. Setelah itu, minyak pelumas yg
tertinggal di tangki itu lalu dialirkan ke purifier untuk
dibersihkan,

809
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Pada saat motor diesel tersebut dimatikan, minyak pelumas


bisa dipompa ke dirty oil tank tersebut, lalu dipanaskan
dengan menggunakan koil pemanas uap.
• Minyak pelumas itu dibiarkan berada pada suhu yg tinggi
tersebut selama beberapa waktu.
• Kotoran2 yg berat serta air yg ada di dalam minyak
pelumas itu lalu memisah dan mengendap di bagian dasar
dari tangki.
• Setelah tersimpan selama beberapa waktu di tangki itu,
kotoran yg mengumpul di bagian dasar tangki lalu dialirkan
keluar dari tangki tersebut. Setelah itu, minyak pelumas yg
tertinggal di tangki itu lalu dialirkan ke purifier untuk
dibersihkan, lalu dikembalikan lagi ke drain tank.

811
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Pada saat motor diesel tersebut dimatikan, minyak pelumas


bisa dipompa ke dirty oil tank tersebut, lalu dipanaskan
dengan menggunakan koil pemanas uap.
• Minyak pelumas itu dibiarkan berada pada suhu yg tinggi
tersebut selama beberapa waktu.
• Kotoran2 yg berat serta air yg ada di dalam minyak
pelumas itu lalu memisah dan mengendap di bagian dasar
dari tangki.
• Setelah tersimpan selama beberapa waktu di tangki itu,
kotoran yg mengumpul di bagian dasar tangki lalu dialirkan
keluar dari tangki tersebut. Setelah itu, minyak pelumas yg
tertinggal di tangki itu lalu dialirkan ke purifier untuk
dibersihkan, lalu dikembalikan lagi ke drain tank.
• Pada saat membersihkan minyak pelumas dengan cara ini,
minyak pelumas tersebut harus dialirkan melalui purifier
dengan kecepatan yg serendah mungkin, sepanjang
tersedia waktu yg cukup untuk hal itu.
813
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Dengan cara tersebut, minyak pelumas itu bisa dibuat


untuk berada dalam kondisi yg bagus dan mendekati baru.

815
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Dengan cara tersebut, minyak pelumas itu bisa dibuat


untuk berada dalam kondisi yg bagus dan mendekati baru.

B. Sistem Pelumasan Silinder (Cylinder Lubricating System)

816
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Dengan cara tersebut, minyak pelumas itu bisa dibuat


untuk berada dalam kondisi yg bagus dan mendekati baru.

B. Sistem Pelumasan Silinder (Cylinder Lubricating System)


• Motor2 diesel kecepatan rendah yg berukuran besar
dilengkapi dengan sistem pelumasan yg terpisah untuk
melumasi cylinder liner - cylinder liner-nya.

817
818
819
820
821
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Dengan cara tersebut, minyak pelumas itu bisa dibuat


untuk berada dalam kondisi yg bagus dan mendekati baru.

B. Sistem Pelumasan Silinder (Cylinder Lubricating System)


• Motor2 diesel kecepatan rendah yg berukuran besar
dilengkapi dengan sistem pelumasan yg terpisah untuk
melumasi cylinder liner - cylinder liner-nya.

822
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Dengan cara tersebut, minyak pelumas itu bisa dibuat


untuk berada dalam kondisi yg bagus dan mendekati baru.

B. Sistem Pelumasan Silinder (Cylinder Lubricating System)


• Motor2 diesel kecepatan rendah yg berukuran besar
dilengkapi dengan sistem pelumasan yg terpisah untuk
melumasi cylinder liner - cylinder liner-nya.
• Untuk sistem ini, minyak pelumas diinjeksikan di antara
silinder dan piston dengan menggunakan mechanical
lubricator yg terdapat pada tiap silinder.

823
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Dengan cara tersebut, minyak pelumas itu bisa dibuat


untuk berada dalam kondisi yg bagus dan mendekati baru.

B. Sistem Pelumasan Silinder (Cylinder Lubricating System)


• Motor2 diesel kecepatan rendah yg berukuran besar
dilengkapi dengan sistem pelumasan yg terpisah untuk
melumasi cylinder liner - cylinder liner-nya.
• Untuk sistem ini, minyak pelumas diinjeksikan di antara
silinder dan piston dengan menggunakan mechanical
lubricator yg terdapat pada tiap silinder.
• Sistem ini menggunakan minyak pelumas khusus yg mana
tidak bisa digunakan ulang.

824
825
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Dengan cara tersebut, minyak pelumas itu bisa dibuat


untuk berada dalam kondisi yg bagus dan mendekati baru.

B. Sistem Pelumasan Silinder (Cylinder Lubricating System)


• Motor2 diesel kecepatan rendah yg berukuran besar
dilengkapi dengan sistem pelumasan yg terpisah untuk
melumasi cylinder liner - cylinder liner-nya.
• Untuk sistem ini, minyak pelumas diinjeksikan di antara
silinder dan piston dengan menggunakan mechanical
lubricator yg terdapat pada tiap silinder.
• Sistem ini menggunakan minyak pelumas khusus yg mana
tidak bisa digunakan ulang.
• Sebagaimana pada sistem minyak pelumas (lubricating oil
system), sistem ini berfungsi untuk menyediakan minyak
pelumas yg mampu mengurangi gaya gesek antara bagian2
yg bergesekan serta mengandung zat2 tambahan
(additives) untuk membersihkan cylinder liner tersebut.

826
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Perlu dicatat bahwa sistem pelumasan (lubrication system)


yg dibahas di bab ini adalah untuk kapal2 besar, misalnya
kapal kontainer.

827
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Perlu dicatat bahwa sistem pelumasan (lubrication system)


yg dibahas di bab ini adalah untuk kapal2 besar, misalnya
kapal kontainer.
• Untuk kapal2 yg berukuran kecil, misalnya kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg telah dibahas
didepan,

828
Gambar general arrangement dari sebuah kapal offshore support vessel tipe standby safety vessel.

829
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Perlu dicatat bahwa sistem pelumasan (lubrication system)


yg dibahas di bab ini adalah untuk kapal2 besar, misalnya
kapal kontainer.
• Untuk kapal2 yg berukuran kecil, misalnya kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg telah dibahas
didepan,

830
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Perlu dicatat bahwa sistem pelumasan (lubrication system)


yg dibahas di bab ini adalah untuk kapal2 besar, misalnya
kapal kontainer.
• Untuk kapal2 yg berukuran kecil, misalnya kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg telah dibahas
didepan, atau kapal2 tug boat, minyak pelumas tersebut
tidak dimasukkan kedalam motor diesel dengan mengguna-
kan pompa dan sistem perpipaan, akan tetapi hal itu
dilakukan dengan hanya menggunakan corong (seperti yg
digunakan untuk mengisi minyak pelumas pada sepeda
motor);

831
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

• Perlu dicatat bahwa sistem pelumasan (lubrication system)


yg dibahas di bab ini adalah untuk kapal2 besar, misalnya
kapal kontainer.
• Untuk kapal2 yg berukuran kecil, misalnya kapal offshore
support vessel tipe standby safety vessel yg telah dibahas
didepan, atau kapal2 tug boat, minyak pelumas tersebut
tidak dimasukkan kedalam motor diesel dengan mengguna-
kan pompa dan sistem perpipaan, akan tetapi hal itu
dilakukan dengan hanya menggunakan corong (seperti yg
digunakan untuk mengisi minyak pelumas pada sepeda
motor); selain itu, minyak pelumas tersebut juga tidak
disimpan di tangki yg merupakan bagian dari lambung
kapal, akan tetapi disimpan di tangki minyak pelumas (lube
oil tank) tersendiri yg terdapat di kamar mesin.

832
Teknologi Sistem Pelumasan (Lubrication System)

Gambar layout kamar mesin dari kapal offshore support vessel tipe standby safety
vessel yg gambar general arrangement-nya ditunjukkan dimuka.
834
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil
System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara umum, sistem bahan bakar untuk sebuah motor diesel


di kapal adalah terdiri dari dua bagian, yaitu sistem suplai
bahan bakar (fuel oil supply system) dan sistem injeksi bahan
bakar (fuel oil injection system).

836
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara umum, sistem bahan bakar untuk sebuah motor diesel


di kapal adalah terdiri dari dua bagian, yaitu sistem suplai
bahan bakar (fuel oil supply system) dan sistem injeksi bahan
bakar (fuel oil injection system).
• Sistem suplai bahan bakar digunakan untuk menyuplai bahan
bakar dalam keadaan yg sesuai untuk digunakan oleh sistem
injeksi bahan bakar, sedangkan sistem injeksi bahan bakar itu
sendiri digunakan untuk memasukkan bahan bakar dalam
jumlah dan pada waktu yg tepat kedalam silinder2 dari motor
diesel.

837
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara umum, sistem bahan bakar untuk sebuah motor diesel


di kapal adalah terdiri dari dua bagian, yaitu sistem suplai
bahan bakar (fuel oil supply system) dan sistem injeksi bahan
bakar (fuel oil injection system).
• Sistem suplai bahan bakar digunakan untuk menyuplai bahan
bakar dalam keadaan yg sesuai untuk digunakan oleh sistem
injeksi bahan bakar, sedangkan sistem injeksi bahan bakar itu
sendiri digunakan untuk memasukkan bahan bakar dalam
jumlah dan pada waktu yg tepat kedalam silinder2 dari motor
diesel.
• Dari kedua sistem tersebut, yg berkaitan dengan masalah
pengoperasian sistem perpipaan hanyalah sistem suplai bahan
bakar, sedangkan untuk sistem injeksi bahan bakar, ia lebih
terkait dengan masalah permesinan.

838
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara umum, sistem bahan bakar untuk sebuah motor diesel


di kapal adalah terdiri dari dua bagian, yaitu sistem suplai
bahan bakar (fuel oil supply system) dan sistem injeksi bahan
bakar (fuel oil injection system).
• Sistem suplai bahan bakar digunakan untuk menyuplai bahan
bakar dalam keadaan yg sesuai untuk digunakan oleh sistem
injeksi bahan bakar, sedangkan sistem injeksi bahan bakar itu
sendiri digunakan untuk memasukkan bahan bakar dalam
jumlah dan pada waktu yg tepat kedalam silinder2 dari motor
diesel.
• Dari kedua sistem tersebut, yg berkaitan dengan masalah
pengoperasian sistem perpipaan hanyalah sistem suplai bahan
bakar, sedangkan untuk sistem injeksi bahan bakar, ia lebih
terkait dengan masalah permesinan. Oleh karenanya, materi
sistem injeksi bahan bakar itu tidak dibahas dalam modul ini.

839
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara umum, sistem bahan bakar untuk sebuah motor diesel


di kapal adalah terdiri dari dua bagian, yaitu sistem suplai
bahan bakar (fuel oil supply system) dan sistem injeksi bahan
bakar (fuel oil injection system).
• Sistem suplai bahan bakar digunakan untuk menyuplai bahan
bakar dalam keadaan yg sesuai untuk digunakan oleh sistem
injeksi bahan bakar, sedangkan sistem injeksi bahan bakar itu
sendiri digunakan untuk memasukkan bahan bakar dalam
jumlah dan pada waktu yg tepat kedalam silinder2 dari motor
diesel.
• Dari kedua sistem tersebut, yg berkaitan dengan masalah
pengoperasian sistem perpipaan hanyalah sistem suplai bahan
bakar, sedangkan untuk sistem injeksi bahan bakar, ia lebih
terkait dengan masalah permesinan. Oleh karenanya, materi
sistem injeksi bahan bakar itu tidak dibahas dalam modul ini.
• Untuk kapal2 dagang yg ukuran engine room-nya relatif tinggi
(misalnya kapal tanker, container, dll), mereka biasanya
menggunakan motor diesel 2-Tak kecepatan rendah (low
speed 2-stroke diesel engine) sebagai penggerak utama
(prime mover)-nya.
840
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

Compression Power stroke,


Power stroke, injection Power stroke, exhaust
stroke scavenge

Siklus operasi dari motor diesel 2-Tak

12/6/2022 841
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Sementara itu untuk kapal2 dagang yg ukuran engine room-


nya relatif rendah (misalnya kapal offshore support vessel,
kapal penumpang, dll), mereka biasanya menggunakan motor
diesel 4-Tak kecepatan sedang atau tinggi (medium or high
speed 4-stroke diesel engine) sebagai penggerak utamanya.

842
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

Suction Stroke Compression Stroke Power Stroke Exhaust Stroke


(Langkah Hisap) (Langkah Kompresi) (Langkah Daya) (Langkah Buang)

Siklus operasi dari motor diesel 4-Tak

12/6/2022 843
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Sementara itu untuk kapal2 dagang yg ukuran engine room-


nya relatif rendah (misalnya kapal offshore support vessel,
kapal penumpang, dll), mereka biasanya menggunakan motor
diesel 4-Tak kecepatan sedang atau tinggi (medium or high
speed 4-stroke diesel engine) sebagai penggerak utamanya.
• Alasan mengapa kapal2 dagang yg engine room-nya relatif
tinggi biasanya memakai motor diesel 2-Tak kecepatan rendah,
sedang kapal2 dagang yg engine room-nya relatif rendah
biasanya menggunakan motor diesel 4-Tak kecepatan sedang
atau tinggi, bisa dilihat di artikel “Dasar-dasar Teknologi Sis-
tem Propulsi Perkapalan (Ship Propulsion System)” di Modul 1.

844
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Sementara itu untuk kapal2 dagang yg ukuran engine room-


nya relatif rendah (misalnya kapal offshore support vessel,
kapal penumpang, dll), mereka biasanya menggunakan motor
diesel 4-Tak kecepatan sedang atau tinggi (medium or high
speed 4-stroke diesel engine) sebagai penggerak utamanya.
• Alasan mengapa kapal2 dagang yg engine room-nya relatif
tinggi biasanya memakai motor diesel 2-Tak kecepatan rendah,
sedang kapal2 dagang yg engine room-nya relatif rendah
biasanya menggunakan motor diesel 4-Tak kecepatan sedang
atau tinggi, bisa dilihat di artikel “Dasar-dasar Teknologi Sis-
tem Propulsi Perkapalan (Ship Propulsion System)” di Modul 1.
• Untuk kapal2 yg penggerak utamanya adalah motor diesel 2-
Tak kecepatan rendah, mereka biasanya menggunakan heavy
fuel oil (HFO) pada saat beroperasi secara kontinyu, serta
menggunakan diesel oil untuk kondisi2 manuver; hal ini
mengingat harga bahan bakar HFO tersebut jauh lebih murah
dibanding harga bahan bakar diesel oil.
• Sementara itu untuk kapal2 yg penggerak utamanya adalah
motor diesel 4-Tak kecepatan sedang atau tinggi, misalnya
kapal2 offshore support vessel, mereka biasanya tidak pernah
menggunakan bahan bakar HFO, akan tetapi hanya meng-
gunakan bahan bakar diesel oil untuk setiap operasinya.
845
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Diatas telah disebutkan bahwa sistem bahan bakar terdiri dari


sistem suplai bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar.

846
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Diatas telah disebutkan bahwa sistem bahan bakar terdiri dari


sistem suplai bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari kapal2 yg menggunakan
motor diesel 2 Tak kecepatan rendah - yg mana biasanya
menggunakan bahan bakar diesel oil dan HFO - bahan bakar
HFO dari kapal tersebut disimpan di tangki2 dasar ganda
(double bottom tanks),

847
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Diatas telah disebutkan bahwa sistem bahan bakar terdiri dari


sistem suplai bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari kapal2 yg menggunakan
motor diesel 2 Tak kecepatan rendah - yg mana biasanya
menggunakan bahan bakar diesel oil dan HFO - bahan bakar
HFO dari kapal tersebut disimpan di tangki2 dasar ganda
(double bottom tanks), yg mana dari tangki2 tersebut bahan
bakar HFO dipompa ke sebuah settling tank (tangki
pengendapan) dan dipanaskan.

849
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Diatas telah disebutkan bahwa sistem bahan bakar terdiri dari


sistem suplai bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari kapal2 yg menggunakan
motor diesel 2 Tak kecepatan rendah - yg mana biasanya
menggunakan bahan bakar diesel oil dan HFO - bahan bakar
HFO dari kapal tersebut disimpan di tangki2 dasar ganda
(double bottom tanks), yg mana dari tangki2 tersebut bahan
bakar HFO dipompa ke sebuah settling tank (tangki
pengendapan) dan dipanaskan.
• Setelah itu, bahan bakar tersebut lalu dipompa oleh centrifuge
pump ke heavy oil daily service tank,

851
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Diatas telah disebutkan bahwa sistem bahan bakar terdiri dari


sistem suplai bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari kapal2 yg menggunakan
motor diesel 2 Tak kecepatan rendah - yg mana biasanya
menggunakan bahan bakar diesel oil dan HFO - bahan bakar
HFO dari kapal tersebut disimpan di tangki2 dasar ganda
(double bottom tanks), yg mana dari tangki2 tersebut bahan
bakar HFO dipompa ke sebuah settling tank (tangki
pengendapan) dan dipanaskan.
• Setelah itu, bahan bakar tersebut lalu dipompa oleh centrifuge
pump ke heavy oil daily service tank, melewati heater
(pemanas) dan centrifuge2 (peralatan untuk memisahkan air
dari minyak),

853
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Diatas telah disebutkan bahwa sistem bahan bakar terdiri dari


sistem suplai bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari kapal2 yg menggunakan
motor diesel 2 Tak kecepatan rendah - yg mana biasanya
menggunakan bahan bakar diesel oil dan HFO - bahan bakar
HFO dari kapal tersebut disimpan di tangki2 dasar ganda
(double bottom tanks), yg mana dari tangki2 tersebut bahan
bakar HFO dipompa ke sebuah settling tank (tangki
pengendapan) dan dipanaskan.
• Setelah itu, bahan bakar tersebut lalu dipompa oleh centrifuge
pump ke heavy oil daily service tank, melewati heater
(pemanas) dan centrifuge2 (peralatan untuk memisahkan air
dari minyak), sehingga pada saat memasuki daily service tank
tersebut, bahan bakar itu berada dalam keadaan panas dan
sudah bersih dari zat2 lain (misalnya air).

855
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Diatas telah disebutkan bahwa sistem bahan bakar terdiri dari


sistem suplai bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari kapal2 yg menggunakan
motor diesel 2 Tak kecepatan rendah - yg mana biasanya
menggunakan bahan bakar diesel oil dan HFO - bahan bakar
HFO dari kapal tersebut disimpan di tangki2 dasar ganda
(double bottom tanks), yg mana dari tangki2 tersebut bahan
bakar HFO dipompa ke sebuah settling tank (tangki
pengendapan) dan dipanaskan.
• Setelah itu, bahan bakar tersebut lalu dipompa oleh centrifuge
pump ke heavy oil daily service tank, melewati heater
(pemanas) dan centrifuge2 (peralatan untuk memisahkan air
dari minyak), sehingga pada saat memasuki daily service tank
tersebut, bahan bakar itu berada dalam keadaan panas dan
sudah bersih dari zat2 lain (misalnya air).
• Dari daily service tank, bahan bakar itu lalu dialirkan ke mixing
tank (tangki pencampuran)

857
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Diatas telah disebutkan bahwa sistem bahan bakar terdiri dari


sistem suplai bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari kapal2 yg menggunakan
motor diesel 2 Tak kecepatan rendah - yg mana biasanya
menggunakan bahan bakar diesel oil dan HFO - bahan bakar
HFO dari kapal tersebut disimpan di tangki2 dasar ganda
(double bottom tanks), yg mana dari tangki2 tersebut bahan
bakar HFO dipompa ke sebuah settling tank (tangki
pengendapan) dan dipanaskan.
• Setelah itu, bahan bakar tersebut lalu dipompa oleh centrifuge
pump ke heavy oil daily service tank, melewati heater
(pemanas) dan centrifuge2 (peralatan untuk memisahkan air
dari minyak), sehingga pada saat memasuki daily service tank
tersebut, bahan bakar itu berada dalam keadaan panas dan
sudah bersih dari zat2 lain (misalnya air).
• Dari daily service tank, bahan bakar itu lalu dialirkan ke mixing
tank (tangki pencampuran) melewati three-way valve

859
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

Three-way valve dengan pola-L beserta contoh penggunaanya.


Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

(a) (b)

Contoh2 dari three-way valve


Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

Three-way valve dengan pola-T beserta contoh penggunaanya.


Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Diatas telah disebutkan bahwa sistem bahan bakar terdiri dari


sistem suplai bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari kapal2 yg menggunakan
motor diesel 2 Tak kecepatan rendah - yg mana biasanya
menggunakan bahan bakar diesel oil dan HFO - bahan bakar
HFO dari kapal tersebut disimpan di tangki2 dasar ganda
(double bottom tanks), yg mana dari tangki2 tersebut bahan
bakar HFO dipompa ke sebuah settling tank (tangki
pengendapan) dan dipanaskan.
• Setelah itu, bahan bakar tersebut lalu dipompa oleh centrifuge
pump ke heavy oil daily service tank, melewati heater
(pemanas) dan centrifuge2 (peralatan untuk memisahkan air
dari minyak), sehingga pada saat memasuki daily service tank
tersebut, bahan bakar itu berada dalam keadaan panas dan
sudah bersih dari zat2 lain (misalnya air).
• Dari daily service tank, bahan bakar itu lalu dialirkan ke mixing
tank (tangki pencampuran) melewati three-way valve dan flow
meter,

864
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Diatas telah disebutkan bahwa sistem bahan bakar terdiri dari


sistem suplai bahan bakar dan sistem injeksi bahan bakar.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari kapal2 yg menggunakan
motor diesel 2 Tak kecepatan rendah - yg mana biasanya
menggunakan bahan bakar diesel oil dan HFO - bahan bakar
HFO dari kapal tersebut disimpan di tangki2 dasar ganda
(double bottom tanks), yg mana dari tangki2 tersebut bahan
bakar HFO dipompa ke sebuah settling tank (tangki
pengendapan) dan dipanaskan.
• Setelah itu, bahan bakar tersebut lalu dipompa oleh centrifuge
pump ke heavy oil daily service tank, melewati heater
(pemanas) dan centrifuge2 (peralatan untuk memisahkan air
dari minyak), sehingga pada saat memasuki daily service tank
tersebut, bahan bakar itu berada dalam keadaan panas dan
sudah bersih dari zat2 lain (misalnya air).
• Dari daily service tank, bahan bakar itu lalu dialirkan ke mixing
tank (tangki pencampuran) melewati three-way valve dan flow
meter, yg mana fungsi dari flow meter itu adalah untuk
mengukur jumlah konsumsi bahan bakar.
866
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Dari mixing tank, bahan bakar itu lalu dipompa oleh


booster pump ke pompa2 bahan bakar (fuel pumps) yg
digerakkan oleh motor diesel,

867
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Dari mixing tank, bahan bakar itu lalu dipompa oleh


booster pump ke pompa2 bahan bakar (fuel pumps) yg
digerakkan oleh motor diesel, melewati pemanas2 dan
viscosity regulator.

869
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Dari mixing tank, bahan bakar itu lalu dipompa oleh


booster pump ke pompa2 bahan bakar (fuel pumps) yg
digerakkan oleh motor diesel, melewati pemanas2 dan
viscosity regulator.
• Viscosity regulator (pengatur viskositas) tersebut bisa
membuat bahan bakar untuk berada pada suhu tertentu
agar viskositas atau kekentalannya sesuai untuk proses
pembakaran didalam silinder.

871
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Dari mixing tank, bahan bakar itu lalu dipompa oleh


booster pump ke pompa2 bahan bakar (fuel pumps) yg
digerakkan oleh motor diesel, melewati pemanas2 dan
viscosity regulator.
• Viscosity regulator (pengatur viskositas) tersebut bisa
membuat bahan bakar untuk berada pada suhu tertentu
agar viskositas atau kekentalannya sesuai untuk proses
pembakaran didalam silinder.
• Setelah bahan bakar itu sampai di pompa2 bahan bakar yg
digerakkan oleh motor diesel (engine-driven fuel pumps),
pompa2 tersebut akan menyuplai bahan bakar dengan
tekanan yg tinggi ke injektor2 yg sesuai.

873
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Dari mixing tank, bahan bakar itu lalu dipompa oleh


booster pump ke pompa2 bahan bakar (fuel pumps) yg
digerakkan oleh motor diesel, melewati pemanas2 dan
viscosity regulator.
• Viscosity regulator (pengatur viskositas) tersebut bisa
membuat bahan bakar untuk berada pada suhu tertentu
agar viskositas atau kekentalannya sesuai untuk proses
pembakaran didalam silinder.
• Setelah bahan bakar itu sampai di pompa2 bahan bakar yg
digerakkan oleh motor diesel (engine-driven fuel pumps),
pompa2 tersebut akan menyuplai bahan bakar dengan
tekanan yg tinggi ke injektor2 yg sesuai.
• Di sistem itu juga terdapat pressure regulating valve agar
bahan bakar tersebut memasuki engine-driven fuel pumps
dalam keadaan tekanan yg konstan.

875
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Dari mixing tank, bahan bakar itu lalu dipompa oleh


booster pump ke pompa2 bahan bakar (fuel pumps) yg
digerakkan oleh motor diesel, melewati pemanas2 dan
viscosity regulator.
• Viscosity regulator (pengatur viskositas) tersebut bisa
membuat bahan bakar untuk berada pada suhu tertentu
agar viskositas atau kekentalannya sesuai untuk proses
pembakaran didalam silinder.
• Setelah bahan bakar itu sampai di pompa2 bahan bakar yg
digerakkan oleh motor diesel (engine-driven fuel pumps),
pompa2 tersebut akan menyuplai bahan bakar dengan
tekanan yg tinggi ke injektor2 yg sesuai.
• Di sistem itu juga terdapat pressure regulating valve agar
bahan bakar tersebut memasuki engine-driven fuel pumps
dalam keadaan tekanan yg konstan.
• Selain itu, di sistem tersebut juga terdapat pre-warming
bypass untuk memanaskan bahan bakar sebelum motor
diesel itu di-start.
877
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Selain heavy oil daily service tank, sistem2 bahan bakar juga
bisa dilengkapi dengan diesel oil daily service tank, yg bisa
dihubungkan ke sistem itu melalui sebuah three-way valve.

879
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Selain heavy oil daily service tank, sistem2 bahan bakar juga
bisa dilengkapi dengan diesel oil daily service tank, yg bisa
dihubungkan ke sistem itu melalui sebuah three-way valve.
• Pada saat di-start dan pada saat manuver, motor2 diesel
penggerak utama bisa beroperasi dengan menggunakan diesel
oil atau bahkan campuran diesel oil dengan HFO, yg mana
proses pencampuran tersebut adalah terjadi di mixing tank.

881
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Selain heavy oil daily service tank, sistem2 bahan bakar juga
bisa dilengkapi dengan diesel oil daily service tank, yg bisa
dihubungkan ke sistem itu melalui sebuah three-way valve.
• Pada saat di-start dan pada saat manuver, motor2 diesel
penggerak utama bisa beroperasi dengan menggunakan diesel
oil atau bahkan campuran diesel oil dengan HFO, yg mana
proses pencampuran tersebut adalah terjadi di mixing tank.
• Selain itu, mixing tank tersebut juga berfungsi untuk
menampung bahan bakar yg disirkulasi ulang, dan juga
bertindak sebagai buffer (penyangga) atau reserve tank
(tangki cadangan), mengingat ia bisa menyuplai bahan bakar
pada saat daily service tank dalam keadaan kosong.

883
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Selain heavy oil daily service tank, sistem2 bahan bakar juga
bisa dilengkapi dengan diesel oil daily service tank, yg bisa
dihubungkan ke sistem itu melalui sebuah three-way valve.
• Pada saat di-start dan pada saat manuver, motor2 diesel
penggerak utama bisa beroperasi dengan menggunakan diesel
oil atau bahkan campuran diesel oil dengan HFO, yg mana
proses pencampuran tersebut adalah terjadi di mixing tank.
• Selain itu, mixing tank tersebut juga berfungsi untuk
menampung bahan bakar yg disirkulasi ulang, dan juga
bertindak sebagai buffer (penyangga) atau reserve tank
(tangki cadangan), mengingat ia bisa menyuplai bahan bakar
pada saat daily service tank dalam keadaan kosong.
• Sebagaimana telah disebutkan diatas, motor diesel untuk
penggerak utama (prime mover) kapal tidak selalu harus
berupa motor diesel 2-Tak kecepatan rendah, akan tetapi bisa
berupa motor diesel 4-Tak kecepatan sedang atau tinggi,

885
prime mover

Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Motor Diesel
4-Tak

Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Selain heavy oil daily service tank, sistem2 bahan bakar juga
bisa dilengkapi dengan diesel oil daily service tank, yg bisa
dihubungkan ke sistem itu melalui sebuah three-way valve.
• Pada saat di-start dan pada saat manuver, motor2 diesel
penggerak utama bisa beroperasi dengan menggunakan diesel
oil atau bahkan campuran diesel oil dengan HFO, yg mana
proses pencampuran tersebut adalah terjadi di mixing tank.
• Selain itu, mixing tank tersebut juga berfungsi untuk
menampung bahan bakar yg disirkulasi ulang, dan juga
bertindak sebagai buffer (penyangga) atau reserve tank
(tangki cadangan), mengingat ia bisa menyuplai bahan bakar
pada saat daily service tank dalam keadaan kosong.
• Sebagaimana telah disebutkan diatas, motor diesel untuk
penggerak utama (prime mover) kapal tidak selalu harus
berupa motor diesel 2-Tak kecepatan rendah, akan tetapi bisa
berupa motor diesel 4-Tak kecepatan sedang atau tinggi,

888
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Selain heavy oil daily service tank, sistem2 bahan bakar juga
bisa dilengkapi dengan diesel oil daily service tank, yg bisa
dihubungkan ke sistem itu melalui sebuah three-way valve.
• Pada saat di-start dan pada saat manuver, motor2 diesel
penggerak utama bisa beroperasi dengan menggunakan diesel
oil atau bahkan campuran diesel oil dengan HFO, yg mana
proses pencampuran tersebut adalah terjadi di mixing tank.
• Selain itu, mixing tank tersebut juga berfungsi untuk
menampung bahan bakar yg disirkulasi ulang, dan juga
bertindak sebagai buffer (penyangga) atau reserve tank
(tangki cadangan), mengingat ia bisa menyuplai bahan bakar
pada saat daily service tank dalam keadaan kosong.
• Sebagaimana telah disebutkan diatas, motor diesel untuk
penggerak utama (prime mover) kapal tidak selalu harus
berupa motor diesel 2-Tak kecepatan rendah, akan tetapi bisa
berupa motor diesel 4-Tak kecepatan sedang atau tinggi, yg
mana motor diesel 4-Tak tersebut biasanya hanya mengguna-
kan bahan bakar diesel oil, dan tidak menggunakan bahan
bakar HFO, sehingga sistem suplai bahan bakarnya akan jauh
lebih sederhana dibanding sistem suplai bahan bakar untuk
motor diesel 2-Tak kecepatan rendah.
889
Motor Diesel
4-Tak

Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara sekilas gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor


diesel 4-Tak diatas tampak lebih rumit dari gambar sistem suplai
bahan bakar untuk motor diesel 2-Tak yg telah dibahas
sebelumnya,
Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara sekilas gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor


diesel 4-Tak diatas tampak lebih rumit dari gambar sistem suplai
bahan bakar untuk motor diesel 2-Tak yg telah dibahas
sebelumnya, akan tetapi sebenarnya tidaklah demikian; hal ini
mengingat gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor
diesel 4-Tak diatas adalah gambar piping and instrumentation
diagram (P&ID),
Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara sekilas gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor


diesel 4-Tak diatas tampak lebih rumit dari gambar sistem suplai
bahan bakar untuk motor diesel 2-Tak yg telah dibahas
sebelumnya, akan tetapi sebenarnya tidaklah demikian; hal ini
mengingat gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor
diesel 4-Tak diatas adalah gambar piping and instrumentation
diagram (P&ID),
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara sekilas gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor


diesel 4-Tak diatas tampak lebih rumit dari gambar sistem suplai
bahan bakar untuk motor diesel 2-Tak yg telah dibahas
sebelumnya, akan tetapi sebenarnya tidaklah demikian; hal ini
mengingat gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor
diesel 4-Tak diatas adalah gambar piping and instrumentation
diagram (P&ID), sementara gambar sistem suplai bahan bakar
untuk motor diesel 2-Tak yg ditunjukkan sebelumnya itu adalah
gambar process flow diagram (PFD), yg mana gambar2 PFD
tersebut memang tidak pernah memuat informasi2 detail dari
sebuah sistem perpipaan, seperti ukuran pipa, jumlah tangki, dll.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara sekilas gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor


diesel 4-Tak diatas tampak lebih rumit dari gambar sistem suplai
bahan bakar untuk motor diesel 2-Tak yg telah dibahas
sebelumnya, akan tetapi sebenarnya tidaklah demikian; hal ini
mengingat gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor
diesel 4-Tak diatas adalah gambar piping and instrumentation
diagram (P&ID), sementara gambar sistem suplai bahan bakar
untuk motor diesel 2-Tak yg ditunjukkan sebelumnya itu adalah
gambar process flow diagram (PFD), yg mana gambar2 PFD
tersebut memang tidak pernah memuat informasi2 detail dari
sebuah sistem perpipaan, seperti ukuran pipa, jumlah tangki, dll.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari motor2 diesel 4-Tak di
kapal standby safety vessel tersebut - yg mana bisa juga di-
sebut sebagai sistem perpipaan suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) -
Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara sekilas gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor


diesel 4-Tak diatas tampak lebih rumit dari gambar sistem suplai
bahan bakar untuk motor diesel 2-Tak yg telah dibahas
sebelumnya, akan tetapi sebenarnya tidaklah demikian; hal ini
mengingat gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor
diesel 4-Tak diatas adalah gambar piping and instrumentation
diagram (P&ID), sementara gambar sistem suplai bahan bakar
untuk motor diesel 2-Tak yg ditunjukkan sebelumnya itu adalah
gambar process flow diagram (PFD), yg mana gambar2 PFD
tersebut memang tidak pernah memuat informasi2 detail dari
sebuah sistem perpipaan, seperti ukuran pipa, jumlah tangki, dll.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari motor2 diesel 4-Tak di
kapal standby safety vessel tersebut - yg mana bisa juga di-
sebut sebagai sistem perpipaan suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) - ia adalah
digunakan untuk menyuplai bahan bakar ke motor2 diesel - baik
motor2 diesel untuk sistem penggerak maupun motor2 diesel
untuk generator set -
Motor Diesel
4-Tak

Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara sekilas gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor


diesel 4-Tak diatas tampak lebih rumit dari gambar sistem suplai
bahan bakar untuk motor diesel 2-Tak yg telah dibahas
sebelumnya, akan tetapi sebenarnya tidaklah demikian; hal ini
mengingat gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor
diesel 4-Tak diatas adalah gambar piping and instrumentation
diagram (P&ID), sementara gambar sistem suplai bahan bakar
untuk motor diesel 2-Tak yg ditunjukkan sebelumnya itu adalah
gambar process flow diagram (PFD), yg mana gambar2 PFD
tersebut memang tidak pernah memuat informasi2 detail dari
sebuah sistem perpipaan, seperti ukuran pipa, jumlah tangki, dll.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari motor2 diesel 4-Tak di
kapal standby safety vessel tersebut - yg mana bisa juga di-
sebut sebagai sistem perpipaan suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) - ia adalah
digunakan untuk menyuplai bahan bakar ke motor2 diesel - baik
motor2 diesel untuk sistem penggerak maupun motor2 diesel
untuk generator set - serta untuk mengembalikan bahan bakar
ke day tank
Contoh gambar piping & instrumentation diagram (P&ID) dari sistem suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) untuk sebuah kapal standby safety vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara sekilas gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor


diesel 4-Tak diatas tampak lebih rumit dari gambar sistem suplai
bahan bakar untuk motor diesel 2-Tak yg telah dibahas
sebelumnya, akan tetapi sebenarnya tidaklah demikian; hal ini
mengingat gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor
diesel 4-Tak diatas adalah gambar piping and instrumentation
diagram (P&ID), sementara gambar sistem suplai bahan bakar
untuk motor diesel 2-Tak yg ditunjukkan sebelumnya itu adalah
gambar process flow diagram (PFD), yg mana gambar2 PFD
tersebut memang tidak pernah memuat informasi2 detail dari
sebuah sistem perpipaan, seperti ukuran pipa, jumlah tangki, dll.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari motor2 diesel 4-Tak di
kapal standby safety vessel tersebut - yg mana bisa juga di-
sebut sebagai sistem perpipaan suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) - ia adalah
digunakan untuk menyuplai bahan bakar ke motor2 diesel - baik
motor2 diesel untuk sistem penggerak maupun motor2 diesel
untuk generator set - serta untuk mengembalikan bahan bakar
ke day tank apabila jumlah bahan bakar yg dialirkan oleh
pompa2 bahan bakar (fuel pumps) ke silinder2 dari motor diesel
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Secara sekilas gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor


diesel 4-Tak diatas tampak lebih rumit dari gambar sistem suplai
bahan bakar untuk motor diesel 2-Tak yg telah dibahas
sebelumnya, akan tetapi sebenarnya tidaklah demikian; hal ini
mengingat gambar sistem suplai bahan bakar untuk motor
diesel 4-Tak diatas adalah gambar piping and instrumentation
diagram (P&ID), sementara gambar sistem suplai bahan bakar
untuk motor diesel 2-Tak yg ditunjukkan sebelumnya itu adalah
gambar process flow diagram (PFD), yg mana gambar2 PFD
tersebut memang tidak pernah memuat informasi2 detail dari
sebuah sistem perpipaan, seperti ukuran pipa, jumlah tangki, dll.
• Untuk sistem suplai bahan bakar dari motor2 diesel 4-Tak di
kapal standby safety vessel tersebut - yg mana bisa juga di-
sebut sebagai sistem perpipaan suplai dan pengembalian bahan
bakar (fuel oil supply and return piping system) - ia adalah
digunakan untuk menyuplai bahan bakar ke motor2 diesel - baik
motor2 diesel untuk sistem penggerak maupun motor2 diesel
untuk generator set - serta untuk mengembalikan bahan bakar
ke day tank apabila jumlah bahan bakar yg dialirkan oleh
pompa2 bahan bakar (fuel pumps) ke silinder2 dari motor diesel
adalah lebih besar daripada jumlah bahan bakar yg masuk ke
silinder2 tersebut melalui injector.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

Compression Power stroke,


Power stroke, injection Power stroke, exhaust
stroke scavenge

Siklus operasi dari motor diesel 2-Tak

12/6/2022 912
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

Suction Stroke Compression Stroke Power Stroke Exhaust Stroke


(Langkah Hisap) (Langkah Tekan) (Langkah Daya) (Langkah Buang)

Siklus operasi dari motor diesel 4-Tak

12/6/2022 913
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Untuk kapal tipe offshore support vessel, sistem perpipaan


bahan bakar dari kapal tersebut lebih rumit daripada sistem
perpipaan bahan bakar untuk kapal2 biasa.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Untuk kapal tipe offshore support vessel, sistem perpipaan


bahan bakar dari kapal tersebut lebih rumit daripada sistem
perpipaan bahan bakar untuk kapal2 biasa.
• Hal ini karena kapal tipe offshore support vessel tersebut juga
digunakan untuk mengirimkan bahan bakar dari darat ke
bangunan lepas pantai.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Untuk kapal tipe offshore support vessel, sistem perpipaan


bahan bakar dari kapal tersebut lebih rumit daripada sistem
perpipaan bahan bakar untuk kapal2 biasa.
• Hal ini karena kapal tipe offshore support vessel tersebut juga
digunakan untuk mengirimkan bahan bakar dari darat ke
bangunan lepas pantai.
• Oleh karenanya, ia harus dilengkapi dengan sistem perpipaan
untuk mentransfer bahan bakar dari depo bahan bakar di
pelabuhan ke tangki2 bahan bakar di kapal, serta untuk
mentransfer bahan bakar dari tangki2 bahan bakar di kapal ke
tangki2 bahan bakar di bangunan lepas pantai.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Untuk kapal tipe offshore support vessel, sistem perpipaan


bahan bakar dari kapal tersebut lebih rumit daripada sistem
perpipaan bahan bakar untuk kapal2 biasa.
• Hal ini karena kapal tipe offshore support vessel tersebut juga
digunakan untuk mengirimkan bahan bakar dari darat ke
bangunan lepas pantai.
• Oleh karenanya, ia harus dilengkapi dengan sistem perpipaan
untuk mentransfer bahan bakar dari depo bahan bakar di
pelabuhan ke tangki2 bahan bakar di kapal, serta untuk
mentransfer bahan bakar dari tangki2 bahan bakar di kapal ke
tangki2 bahan bakar di bangunan lepas pantai.
• Sistem perpipaan yg bisa digunakan untuk tujuan ini adalah
disebut fuel oil transfer and service piping system.
Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Untuk kapal tipe offshore support vessel, sistem perpipaan


bahan bakar dari kapal tersebut lebih rumit daripada sistem
perpipaan bahan bakar untuk kapal2 biasa.
• Hal ini karena kapal tipe offshore support vessel tersebut juga
digunakan untuk mengirimkan bahan bakar dari darat ke
bangunan lepas pantai.
• Oleh karenanya, ia harus dilengkapi dengan sistem perpipaan
untuk mentransfer bahan bakar dari depo bahan bakar di
pelabuhan ke tangki2 bahan bakar di kapal, serta untuk
mentransfer bahan bakar dari tangki2 bahan bakar di kapal ke
tangki2 bahan bakar di bangunan lepas pantai.
• Sistem perpipaan yg bisa digunakan untuk tujuan ini adalah
disebut fuel oil transfer and service piping system.
• Pada sistem transfer dan pelayanan bahan bakar (fuel oil
transfer & service piping system) yg ditunjukkan diatas, ia bisa
digunakan antara lain untuk mentransfer bahan bakar dari depo
bahan bakar di pelabuhan ke tangki2 bahan bakar No. 2,
NO.2

Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Untuk kapal tipe offshore support vessel, sistem perpipaan


bahan bakar dari kapal tersebut lebih rumit daripada sistem
perpipaan bahan bakar untuk kapal2 biasa.
• Hal ini karena kapal tipe offshore support vessel tersebut juga
digunakan untuk mengirimkan bahan bakar dari darat ke
bangunan lepas pantai.
• Oleh karenanya, ia harus dilengkapi dengan sistem perpipaan
untuk mentransfer bahan bakar dari depo bahan bakar di
pelabuhan ke tangki2 bahan bakar di kapal, serta untuk
mentransfer bahan bakar dari tangki2 bahan bakar di kapal ke
tangki2 bahan bakar di bangunan lepas pantai.
• Sistem perpipaan yg bisa digunakan untuk tujuan ini adalah
disebut fuel oil transfer and service piping system.
• Pada sistem transfer dan pelayanan bahan bakar (fuel oil
transfer & service piping system) yg ditunjukkan diatas, ia bisa
digunakan antara lain untuk mentransfer bahan bakar dari depo
bahan bakar di pelabuhan ke tangki2 bahan bakar No. 2,
mentransfer bahan bakar dari tangki2 bahan bakar No. 2 ke
tangki2 bahan bakar No. 1,
NO.2

Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Untuk kapal tipe offshore support vessel, sistem perpipaan


bahan bakar dari kapal tersebut lebih rumit daripada sistem
perpipaan bahan bakar untuk kapal2 biasa.
• Hal ini karena kapal tipe offshore support vessel tersebut juga
digunakan untuk mengirimkan bahan bakar dari darat ke
bangunan lepas pantai.
• Oleh karenanya, ia harus dilengkapi dengan sistem perpipaan
untuk mentransfer bahan bakar dari depo bahan bakar di
pelabuhan ke tangki2 bahan bakar di kapal, serta untuk
mentransfer bahan bakar dari tangki2 bahan bakar di kapal ke
tangki2 bahan bakar di bangunan lepas pantai.
• Sistem perpipaan yg bisa digunakan untuk tujuan ini adalah
disebut fuel oil transfer and service piping system.
• Pada sistem transfer dan pelayanan bahan bakar (fuel oil
transfer & service piping system) yg ditunjukkan diatas, ia bisa
digunakan antara lain untuk mentransfer bahan bakar dari depo
bahan bakar di pelabuhan ke tangki2 bahan bakar No. 2,
mentransfer bahan bakar dari tangki2 bahan bakar No. 2 ke
tangki2 bahan bakar No. 1, mentransfer bahan bakar dari
tangki2 bahan bakar No. 1 ke day tank (tangki harian),
NO.2

Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
NO.2

Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Untuk kapal tipe offshore support vessel, sistem perpipaan


bahan bakar dari kapal tersebut lebih rumit daripada sistem
perpipaan bahan bakar untuk kapal2 biasa.
• Hal ini karena kapal tipe offshore support vessel tersebut juga
digunakan untuk mengirimkan bahan bakar dari darat ke
bangunan lepas pantai.
• Oleh karenanya, ia harus dilengkapi dengan sistem perpipaan
untuk mentransfer bahan bakar dari depo bahan bakar di
pelabuhan ke tangki2 bahan bakar di kapal, serta untuk
mentransfer bahan bakar dari tangki2 bahan bakar di kapal ke
tangki2 bahan bakar di bangunan lepas pantai.
• Sistem perpipaan yg bisa digunakan untuk tujuan ini adalah
disebut fuel oil transfer and service piping system.
• Pada sistem transfer dan pelayanan bahan bakar (fuel oil
transfer & service piping system) yg ditunjukkan diatas, ia bisa
digunakan antara lain untuk mentransfer bahan bakar dari depo
bahan bakar di pelabuhan ke tangki2 bahan bakar No. 2,
mentransfer bahan bakar dari tangki2 bahan bakar No. 2 ke
tangki2 bahan bakar No. 1, mentransfer bahan bakar dari
tangki2 bahan bakar No. 1 ke day tank (tangki harian), serta
mentransfer bahan bakar dari tangki2 bahan bakar No. 2 ke
tangki2 penyimpanan bahan bakar di bangunan lepas pantai.
NO.2

Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Perlu dicatat bahwa pada setiap sistem perpipaan yg digunakan


untuk memindahkan bahan bakar dari tangki2 penyimpanan
bahan bakar di pelabuhan ke tangki2 bahan bakar (fuel oil
tanks) di kapal - atau dengan kata lain untuk mengisi tangki2
bahan bakar tersebut - haruslah dilengkapi dengan katup yg
disebut relief valve.
(a)

Contoh2 dari relief valve.


(b)
NO.2

relief valve

Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Perlu dicatat bahwa pada setiap sistem perpipaan yg digunakan


untuk memindahkan bahan bakar dari tangki2 penyimpanan
bahan bakar di pelabuhan ke tangki2 bahan bakar (fuel oil
tanks) di kapal - atau dengan kata lain untuk mengisi tangki2
bahan bakar tersebut - haruslah dilengkapi dengan katup yg
disebut relief valve.
• Fungsi dari relief valve tersebut adalah untuk mencegah
tekanan berlebih yg terdapat di sistem perpipaan, dengan cara
menyalurkan fluida - baik fluida cair (misalnya bahan bakar)
maupun fluida gas (misalnya udara) - yg terdapat didalam
sistem perpipaan tersebut ke tempat lain (misalnya tangki) atau
ke lingkungan sekitar.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Perlu dicatat bahwa pada setiap sistem perpipaan yg digunakan


untuk memindahkan bahan bakar dari tangki2 penyimpanan
bahan bakar di pelabuhan ke tangki2 bahan bakar (fuel oil
tanks) di kapal - atau dengan kata lain untuk mengisi tangki2
bahan bakar tersebut - haruslah dilengkapi dengan katup yg
disebut relief valve.
• Fungsi dari relief valve tersebut adalah untuk mencegah
tekanan berlebih yg terdapat di sistem perpipaan, dengan cara
menyalurkan fluida - baik fluida cair (misalnya bahan bakar)
maupun fluida gas (misalnya udara) - yg terdapat didalam
sistem perpipaan tersebut ke tempat lain (misalnya tangki) atau
ke lingkungan sekitar.
• Pada sistem perpipaan transfer dan pelayanan bahan bakar (fuel
oil transfer and service piping system) yg ditunjukkan diatas,
apabila pada saat pengisian tangki2 bahan bakar di kapal
tersebut, katup2 inlet dari tangki2 bakar dalam keadaan
tertutup,
tertutup
tertutup
NO.2 tertutup

tertutup
tertutup
tertutup

Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Perlu dicatat bahwa pada setiap sistem perpipaan yg digunakan


untuk memindahkan bahan bakar dari tangki2 penyimpanan
bahan bakar di pelabuhan ke tangki2 bahan bakar (fuel oil
tanks) di kapal - atau dengan kata lain untuk mengisi tangki2
bahan bakar tersebut - haruslah dilengkapi dengan katup yg
disebut relief valve.
• Fungsi dari relief valve tersebut adalah untuk mencegah
tekanan berlebih yg terdapat di sistem perpipaan, dengan cara
menyalurkan fluida - baik fluida cair (misalnya bahan bakar)
maupun fluida gas (misalnya udara) - yg terdapat didalam
sistem perpipaan tersebut ke tempat lain (misalnya tangki) atau
ke lingkungan sekitar.
• Pada sistem perpipaan transfer dan pelayanan bahan bakar (fuel
oil transfer and service piping system) yg ditunjukkan diatas,
apabila pada saat pengisian tangki2 bahan bakar di kapal
tersebut, katup2 inlet dari tangki2 bakar dalam keadaan
tertutup, maka tekanan dari bahan bakar yg terdapat di sistem
perpipaan itu akan meningkat.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Perlu dicatat bahwa pada setiap sistem perpipaan yg digunakan


untuk memindahkan bahan bakar dari tangki2 penyimpanan
bahan bakar di pelabuhan ke tangki2 bahan bakar (fuel oil
tanks) di kapal - atau dengan kata lain untuk mengisi tangki2
bahan bakar tersebut - haruslah dilengkapi dengan katup yg
disebut relief valve.
• Fungsi dari relief valve tersebut adalah untuk mencegah
tekanan berlebih yg terdapat di sistem perpipaan, dengan cara
menyalurkan fluida - baik fluida cair (misalnya bahan bakar)
maupun fluida gas (misalnya udara) - yg terdapat didalam
sistem perpipaan tersebut ke tempat lain (misalnya tangki) atau
ke lingkungan sekitar.
• Pada sistem perpipaan transfer dan pelayanan bahan bakar (fuel
oil transfer and service piping system) yg ditunjukkan diatas,
apabila pada saat pengisian tangki2 bahan bakar di kapal
tersebut, katup2 inlet dari tangki2 bakar dalam keadaan
tertutup, maka tekanan dari bahan bakar yg terdapat di sistem
perpipaan itu akan meningkat.
• Apabila tekanan tersebut sudah mencapai nilai tertentu, maka
bahan bakar itu akan mampu mendorong pegas (spring) yg ada
di relief valve,
tertutup
tertutup
NO.2 tertutup

tertutup
tertutup relief valve
tertutup

Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
(a)

Contoh2 dari relief valve.


(b)
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Perlu dicatat bahwa pada setiap sistem perpipaan yg digunakan


untuk memindahkan bahan bakar dari tangki2 penyimpanan
bahan bakar di pelabuhan ke tangki2 bahan bakar (fuel oil
tanks) di kapal - atau dengan kata lain untuk mengisi tangki2
bahan bakar tersebut - haruslah dilengkapi dengan katup yg
disebut relief valve.
• Fungsi dari relief valve tersebut adalah untuk mencegah
tekanan berlebih yg terdapat di sistem perpipaan, dengan cara
menyalurkan fluida - baik fluida cair (misalnya bahan bakar)
maupun fluida gas (misalnya udara) - yg terdapat didalam
sistem perpipaan tersebut ke tempat lain (misalnya tangki) atau
ke lingkungan sekitar.
• Pada sistem perpipaan transfer dan pelayanan bahan bakar (fuel
oil transfer and service piping system) yg ditunjukkan diatas,
apabila pada saat pengisian tangki2 bahan bakar di kapal
tersebut, katup2 inlet dari tangki2 bakar dalam keadaan
tertutup, maka tekanan dari bahan bakar yg terdapat di sistem
perpipaan itu akan meningkat.
• Apabila tekanan tersebut sudah mencapai nilai tertentu, maka
bahan bakar itu akan mampu mendorong pegas (spring) yg ada
di relief valve, sehingga relief valve itu akan membuka, dan
menyalurkan bahan bakar bertekanan tinggi itu ke dirty oil tank
(overflow tank).
NO.2

Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Dengan menggunakan cara diatas, maka tekanan bahan bakar


bisa dicegah untuk terus meningkat hingga mencapai nilai yg
sangat tinggi, sehingga bisa keluar dari sambungan2 antar pipa.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Dengan menggunakan cara diatas, maka tekanan bahan bakar


bisa dicegah untuk terus meningkat hingga mencapai nilai yg
sangat tinggi, sehingga bisa keluar dari sambungan2 antar pipa.
• Apabila hal ini sampai terjadi, maka bahan bakar dengan
tekanan (dan suhu) yg sangat tinggi itu akan bereaksi dengan
oksigen yg ada di udara, sehingga akan terbakar;
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Dengan menggunakan cara diatas, maka tekanan bahan bakar


bisa dicegah untuk terus meningkat hingga mencapai nilai yg
sangat tinggi, sehingga bisa keluar dari sambungan2 antar pipa.
• Apabila hal ini sampai terjadi, maka bahan bakar dengan
tekanan (dan suhu) yg sangat tinggi itu akan bereaksi dengan
oksigen yg ada di udara, sehingga akan terbakar; dan apabila
satu tetes bahan bakar di sistem perpipaan itu sampai terbakar,
maka ia akan memicu seluruh bahan bakar yg ada di kapal
tersebut untuk terbakar secara serentak, dan sebagai akibatnya
adalah timbulnya ledakan dan kebakaran yg sangat besar.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Dengan menggunakan cara diatas, maka tekanan bahan bakar


bisa dicegah untuk terus meningkat hingga mencapai nilai yg
sangat tinggi, sehingga bisa keluar dari sambungan2 antar pipa.
• Apabila hal ini sampai terjadi, maka bahan bakar dengan
tekanan (dan suhu) yg sangat tinggi itu akan bereaksi dengan
oksigen yg ada di udara, sehingga akan terbakar; dan apabila
satu tetes bahan bakar di sistem perpipaan itu sampai terbakar,
maka ia akan memicu seluruh bahan bakar yg ada di kapal
tersebut untuk terbakar secara serentak, dan sebagai akibatnya
adalah timbulnya ledakan dan kebakaran yg sangat besar.
• Hal ini juga bisa terjadi di kapal offshore support vessel pada
saat mengisikan bahan bakar ke tangki penyimpanan bahan
bakar di bangunan lepas pantai, apabila katup inlet dari tangki
bahan bakar tersebut dalam keadaan tertutup, yg mana hal ini
juga bisa dicegah dengan menggunakan relief valve.
NO.2

Gambar P&ID dari F.O. Transfer & Service Piping System untuk sebuah kapal OSV tipe Standby Safety Vessel.
Teknologi Sistem Bahan Bakar (Fuel Oil System)

• Dengan menggunakan cara diatas, maka tekanan bahan bakar


bisa dicegah untuk terus meningkat hingga mencapai nilai yg
sangat tinggi, sehingga bisa keluar dari sambungan2 antar pipa.
• Apabila hal ini sampai terjadi, maka bahan bakar dengan
tekanan (dan suhu) yg sangat tinggi itu akan bereaksi dengan
oksigen yg ada di udara, sehingga akan terbakar; dan apabila
satu tetes bahan bakar di sistem perpipaan itu sampai terbakar,
maka ia akan memicu seluruh bahan bakar yg ada di kapal
tersebut untuk terbakar secara serentak, dan sebagai akibatnya
adalah timbulnya ledakan dan kebakaran yg sangat besar.
• Hal ini juga bisa terjadi di kapal offshore support vessel pada
saat mengisikan bahan bakar ke tangki penyimpanan bahan
bakar di bangunan lepas pantai, apabila katup inlet dari tangki
bahan bakar tersebut dalam keadaan tertutup, yg mana hal ini
juga bisa dicegah dengan menggunakan relief valve.
• Mengingat begitu pentingnya fungsi relief valve tersebut, maka
ia harus diperiksa dan dites secara teratur untuk mengetahui
apakah ia masih bisa membuka pada tekanan yg direncanakan
atau tidak; sebuah relief valve tidak akan memberikan manfaat
seperti yg dijelaskan diatas apabila ia dalam keadaan rusak.

Anda mungkin juga menyukai