Anda di halaman 1dari 4

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

SISTEMATIKA PROSEDUR KHUSUS PEMBIDAIAN

DI IGD RSUD TIDAR KOTA MAGELANG

Disusun Oleh:

Annisatul Ilzan

NIM. P1337420921074

PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKES KEMENKES SEMARANG

2022
PROSEDUR KHUSUS PEMBIDAIAN

A. Pengertian Prosedur
Bidai (Splint atau spalk) adalah alat yang terbuat dari kayu, logam atau
bahan lain yang kuat tetapi ringan untuk imobilisasi tulang yang patah dengan
tujuan mengistirahatkan tulang tersebut dan mencegah timbulnya rasa nyeri.
Pembidaian merupakan suatu tindakan yang dilakukan unyuk
mempertahankan kedudukan tulang yang patah
B. Indikasi Prosedur
Tindakan ini diindikasikan pada fraktur yang tidak bergeser, fraktur iga
yang stabil, falang, dan metacarpal atau fraktur klavikula pada anak. Indikasi
lainya yaitu fraktur kompresi tulang belakang, impaksi fraktur pada humerus,
proksimal serta fraktur yang sudah mengalami union secara klinis, tetapi
belum mencapai konsolidasi radiologic.
C. Alat dan Bahan Prosedur
1. Bidai atau spalk terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
2. Pembalut segitiga
3. Kasa steril
4. Handscoon
5. Bak instrumen
6. Bengkok
D. Sistematika Prosedur
Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek alat dan bahan
2. Cuci tangan sesuai prosedur dan pakai handscoon
Tahap Orientasi
1. Berkomunikasi dengan pasien
2. Menjelaskan tujuan dari pembidaian dan meminta persetujuan tertulis
pasien dan/atau keluarga (informed consent)
Tahap Kerja
1. Inspeksi dan palpasi bagian tubuh yang terluka, memeriksa neurovaskuler
bagian distal luka, dan range of motion
2. Perlindungan diri (sarung tangan steril)
3. Memberikan perawatan I pada luka (dengan disinfektan, kasa steril,
reposisi, menutup luka / pembebatan)
4. Memilih splint yang tepat dengan tulang yang patah
5. Melakukan prosedur pemasangan splint dengan benar meliputi dua sendi
di proksimal dan distal tulang yang patah
6. Memeriksa hasil pemasangan splint: terlalu kencang? Mudah lepas?
Membatasi gerakan sendi normal? Mengimobilisasi ekstremitas yang
terluka?
7. Edukasi pada pasien untuk menjaga stabilitas fraktur dan merujuk pasien
dengan kondisi terpasang bidai ke dokter bedah orthopaedi
8. Menjelaskan masa penyembuhan tulang, waktu serta keuntungan dan
kerugian pemasangan bidai
9. Bereskan alat-alat dan rapihkan pasien
Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan : periksa nadi, fungsi sensori, dan motorik
ekstremitas bagian distal dari tempat cidera setelah pemasangan bidai
2. Berpamitan dengan pasien
3. Lepas handscoon dan cuci tangan
4. Dokumentasi keperawatan
E. Hasil Pelaksanaan Prosedur
Setelah dilakukan pembidaian karena patah tulang, maka diharapkan pasien:
1. Menghindari pergerakan atau pergeseran fragmen atau bagian tulang yang
patah.
2. Menghindari trauma soft tissue (terutama syaraf dan pembuluh darah pada
bagian distal yang cedera) akibat pecahan ujung fragmen tulang yang
tajam.
3. Nyeri yang berkurang
4. Mempermudah transportasi dan pembuatan foto rontgen
5. Mengistirahatkan anggota badan yang patah
F. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1. Pembidaian menggunakan pendekatan atau prinsip melalui dua sendi,
sendi di sebelah proksimal dan distal fraktur
2. Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan pembidaian kecuali
ada di tempat bahaya. Jangan menambahkan gerakan pada area yang sudah
dicurigai adanya fraktur (Do no harm)

Anda mungkin juga menyukai