Anda di halaman 1dari 8

MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

p-ISSN: 1412-4920 e-ISSN: 2775-5614


https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

DOI : 10.14710/mkmi.21.2.81-88 _________________________

Pengadaan dan Pendayagunaan SDM Puskesmas sebagai BLUD di Kota


Semarang

Ananda Dyah Shafira1*, Septo Pawelas Arso1, Wulan Kusumastuti1


1 Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang
Corresponding author : anandashafira005@gmail.com

Info Artikel : Diterima 11 Oktober 2021 ; Disetujui 2 Februari 2022 ; Publikasi 1 April 2022

ABSTRAK
Latar belakang: Puskesmas membutuhkan SDM yang terdiri dari tenaga kesehatan dan non kesehatan dalam
menyelenggarakan kegiatannya. Puskesmas didorong untuk menerapkan skema Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) dalam mengelola sumber dayanya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, ditemukan permasalahan yaitu
SDM yang tidak diperpanjang kontrak dan diberhentikan oleh Puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis proses manajemen sumber daya manusia dalam pengadaan dan pendayagunaan tenaga puskesmas
di Dinas Kesehatan Kota Semarang sebagai BLUD.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif – deskriptif. Pengambilan data dilakukan melalui
wawancara mendalam menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian, Puskesmas di Kota Semarang belum merencanakan SDM Non-ASN dengan
baik dan terdapat SDM Non-ASN yang kinerjanya kurang baik. Selain itu, ketersediaan SDM di Kota Semarang
masih belum memenuhi kebutuhan Puskesmas. Sehingga pelaksanaan kegiatan di Puskesmas tidak terlaksana
dengan baik dan beban kerja petugas meningkat.
Simpulan: Proses manajemen SDM dalam pengadaan dan pendayagunaan SDM Non-ASN Puskesmas di Dinas
Kesehatan Kota Semarang sebagai BLUD belum terlaksana secara optimal di 2 (dua) Puskesmas di Kota
Semarang.

Kata kunci: Puskesmas; BLUD; SDM Non-ASN; Manajemen SDM

ABSTRACT
Title: Procurement and Utilization of Primary Health Care Human Resources as BLUD in Semarang City

Background: Primary Health Care need human resources (HR) consisting from health and non-health workers
in carrying out their activities. Primary Health Care are encouraged to implement the Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) scheme to manage their resources. Based on results of a preliminary study, it was found that the
problem was that the HR weren’t renewed and were dismissed by Primary Health Care. This study aims to analyze
the process of HR management in the procurement and utilization of Primary Health Care personel at the
Semarang City Health Office as a BLUD.
Method: This study was conducted using qualitative – descriptive methods. Data collection was done through in-
depth interviews with purposive sampling technique.
Result: Based on the results of the study, the Primary Health Care in Semarang City has not properly planned
Non-Public Employee HR and there are Non-ASN HR whose performance is not good. In addition, the availability
of HR in the city of Semarang still doesn’t meet the needs of the Primary Health Care. So, the implementation of
activities at Primary Health Care isn’t carried out properly and the workload of officers increases.
Conclusion: The HR management process in the procurement and utilization of Non-ASN HR at the Primary
Health Care at the Semarang City Health Service as a BLUD hasn’t been implemented optimally in 2 (two) Health
Centers in Semarang City

Keywords: Primary Health Care; BLUD; Non-Public Employee HR; HR Management


Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 21(2), 2022

PENDAHULUAN Semarang. Oleh karena itu, perlu dilakukan


Fasilitas pelayanan kesehatan yang penelitian terkait manajemen sumber daya manusia
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat terkait proses pengadaan dan pendayagunaan di
(UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) Dinas Kesehatan Kota Semarang agar mendapat
disebut Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).1 SDM kesehatan, khususnya tenaga Non-ASN, yang
Provinsi Jawa Tengah memiliki 881 unit puskesmas, sudah terjamin berkualitas bagi Puskesmas di Kota
terdapat sebanyak 37 unit puskesmas di Kota Semarang.
Semarang.2 Pada penyelenggaraan UKM dan UKP, Dalam menganalisis pelaksanaan manajemen
Puskesmas membutuhkan sumberkdaya manusia SDM yang sudah berjalan, dapat memperhatikan
yang mencakup tenaga kesehatan dan tenaga non beberapa faktor dalam teori manajemen sumber daya
kesehatan. Namun pada kenyataannya, di Indonesia manusia, salah satunya yaitu teori Malayu S. P.
masih terdapat beberapa permasalahan terkait tenaga Hasibuan. Malayu S. P. Hasibuan mengatakan bahwa
kesehatan yaitu jumlah tenaga yang kurang, manajemen sumber daya manusia merupakan ilmu
distribusi yang tidak merata, dan kualitas SDM yang dan seni yang mengatur hubungan dan peranan
masih kurang.3 tenaga kerja agar aktif dan efisien, dengan dua fungsi
Penelitian yang dilakukan oleh Yuni dan Kemal yaitu fungsi manajerial dan fungsi operasional.
(2018) menemukan bahwa jumlah tenaga kesehatan Fungsi manajerial memiliki empat fungsi, yaitu:
yang didayagunakan di fasilitas pelayanan Indonesia Perencanaan; Pengorganisasian; Pengarahan; dan
sejak tahun 2013-2017 mengalami kenaikan, namun Pengendalian. Fungsi operasional memiliki enam
sampai saat ini permasalahan kekurangan jumlah dan fungsi, yaitu: Pengadaan; Pengembangan;
sebaran tenaga kesehatan masih menjadi masalah Kompensasi; Pengintegrasian; Pemeliharaan; dan
karena belum diimbangi dengan persebaran tenaga Pemberhentian. Adapun tujuan dilakukannya
kesehatan yang merata.4 Apabila kebutuhan SDM penelitian ini untuk mendapatkan informasi
tidak direncanakan dengan baik, akan terjadi mendalam terkait proses manajemen sumber daya
kekurangan tenaga yang mengakibatkan beban kerja manusia dalam pengadaan dan pendayagunaan
meningkat dan akan mempengaruhi pelayanan serta tenaga puskesmas di Dinas Kesehatan Kota
kenyamanan pasien.5 Saat ini, puskesmas didorong Semarang sebagai Badan Layanan Umum Daerah
agar dapat menerapkan skema BLUD. Sebuah sistem (BLUD).
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
yang menerapkan fleksibilitas dalam pengelolaan MATERI DAN METODE
keuangannya yang diterapkan oleh pelaksana teknis Penelitian ini dilakukan pada Bulan April
dinas/badan daerah adalah Badan Layanan Umum hingga Juni 2021 yang berlokasi di Dinas Kesehatan
Daerah (BLUD). Pengadaan SDM kesehatan Kota Semarang, Puskesmas Lamper Tengah,
Puskesmas dengan status BLUD melalui usulan dari Puskesmas Ngemplak Simongan, Puskesmas
pihak puskesmas yang dikoordinasikan dengan dinas Pandanaran, dan Puskesmas Gayamsari. Adapun
kesehatan dan dinas kesehatan akan mengusulkan ke alasan peneliti memilih Puskesmas terkait antara lain:
badan kepegawaian dan diklat daerah serta badan 1. Terdapat permasalahan SDM Non-ASN di
kepegawaian negara.6 Puskesmas Ngemplak dan Puskesmas Lamper
Saat puskesmas membutuhkan sumber daya Tengah.
manusia (SDM) kesehatan, khususnya SDM Non- 2. Terdapat Puskesmas dengan akreditasi dan sistem
ASN, pihak Puskesmas akan meminta Dinas tata kelola SDM yang baik sehingga Puskesmas
Kesehatan agar dikirimkan SDM puskesmas sesuai Gayamsari dan Puskesmas Pandanaran dapat
kebutuhan. Setelah itu, pihak Dinas Kesehatan akan dijadikan sebagai pembanding.
mencari SDM yang memadai melalui sebuah proses Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
untuk mengetahui apakah SDM yang akan dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini
dikirimkan ke Puskesmas sesuai kebutuhan atau dilakukan melalui wawancara mendalam dan
tidak. Untuk memperoleh tenaga puskesmas yang observasi. Pemilihan subjek dalam penelitian ini
dibutuhkan, Dinas Kesehatan memiliki 3 (tiga) menggunakan teknik purposive sampling. Subjek
kebijakan. Dari ketiga kebijakan tersebut, masih penelitian terdiri dari informan utama dan informan
ditemui permasalahan terkait proses seleksi SDM. triangulasi yang berjumlah 6 orang yaitu Kepala
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Dinas Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan
Kesehatan Kota Semarang, didapati bahwa Kota Semarang, PLT Kepala Seksi Sumber Daya
sebelumnya proses seleksi dilakukan melalui tes dan Manusia Kesehatan Dinas Kesehatan Kota
wawancara di Dinas Kesehatan Kota (DKK). Semarang, Pelaksana Tata Usaha Puskesmas Lamper
Sehingga keputusan penerimaan dan pemberian Tengah, Pelaksana Tata Usaha Puskesmas
kontrak SDM Non-ASN ditentukan oleh pihak Dinas Gayamsari, Pelaksana Tata Usaha Puskesmas
Kesehatan. Akan tetapi, dalam praktiknya ditemukan Ngemplak Simongan, dan Kepala Puskesmas
permasalahan yaitu adanya pihak Puskesmas yang Pandanaran. Variabel yang diteliti meliputi variabel
tidak memperpanjang kontrak dan memberhentikan independen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
SDM yang telah dikirim oleh Dinas Kesehatan Kota pengarahan, dan pengendalian. Variabel dependen

82
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 21(2), 2022

yang diteliti yaitu terpenuhinya tenaga puskesmas itu, informan triangulasi menyatakan bahwa
sesuai dengan kebutuhan puskesmas di Kota Puskesmas yang menentukan SDM Non-ASN
Semarang. apa saja yang dibutuhkan Puskesmas dan
pelaksanaan rekrutmen dan seleksi SDM
HASIL DAN PEMBAHASAN Non-ASN Puskesmas yang diselenggarakan
Karakteristik Informan Penelitian oleh Dinas Kesehatan belum sesuai dengan
Pengambilan data saat wawancara mendalam harapan di salah satu Puskesmas.
menggunakan pedoman wawancara. Subjek 2. Deskripsi Aspek Pengorganisasian
penelitian dipilih berdasarkan pengetahuan dan a. Pengembangan SDM Kesehatan
keterlibatan informan dalam pengadaan dan Berdasarkan pernyataan informan utama
pendayagunaan SDM Non-ASN di puskesmas. diketahui bahwa terdapat pelaksanaan
Berikut gambaran karakteristik informan dalam pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi SDM
penelitian ini. Puskesmas, baik ASN maupun Non-ASN,
1. Informan Utama dimana Puskesmas akan mengirimkan SDM
Informan utama pada penelitian ini yang berkaitan dengan pelatihan-pelatihan
berjumlah 6 orang dengan Pendidikan terakhir yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan.
yang terdiri dari 1 orang Akademi Farmasi, 2 Disamping itu, informan triangulasi
orang Strata 1 (S1), dan 3 orang Strata 2 (S2) menyatakan bahwa tidak ada pendidikan dan
dengan masa kerja antara 16 sampai 33 tahun. pelatihan (diklat) khusus bagi SDM Non-ASN
2. Informan Triangulasi di Puskesmas dikarenakan kontrak kerja
Informan triangulasi pada penelitian ini hanya berlaku 1 (satu) tahun.
berjumlah 6 orang dengan Pendidikan terakhir b. Kompensasi SDM Kesehatan
yang terdiri dari 1 orang Akademi Farmasi, 2 Berdasarkan pernyataan informan utama
orang Strata 1 (S1), dan 3 orang Strata 2 (S2) diketahui bahwa ketentuan pendapatan SDM
dengan masa kerja antara 16 sampai 33 tahun Non-ASN disesuaikan dengan UMK dan
peraturan dari Pemerintah Kota (Pemkot)
Hasil Wawancara Penelitian Semarang dan diberikan kompensasi sesuai
1. Deskripsi Aspek Perencanaan dengan jasa pelayanan (jaspel). Disamping
a. Perencanaan SDM Kesehatan itu, triangulasi menyatakan bahwa ketentuan
Berdasarkan pernyataan informan utama dalam mengatur gaji SDM Non-ASN
diketahui bahwa proses perencanaan ditentukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot)
kebutuhan SDM Non-ASN di Puskesmas Semarang dan ketentuan pemberian
sebagai BLUD yaitu Puskesmas membuat kompensasi diluar pendapatan tetap
Analisis Beban Kerja (ABK) dan Rencana disesuaikan dengan jasa pelayanan yang
Kebutuhan (Renbut) lalu diserahkan ke Dinas diberikan oleh masing-masing Puskesmas.
Kesehatan. Tim yang merencanakan yaitu c. Pengintegrasian SDM Kesehatan
Kepala Puskesmas, TU Puskesmas, dan Tim Berdasarkan pernyataan informan utama
Kepegawaian dari Puskesmas. Perencanaan diketahui bahwa untuk menyesuaikan SDM
dilakukan oleh Puskesmas yang setelah itu Non-ASN yang baru direkrut dengan
dimonitoring dan dievaluasi kesesuaian pekerjaan di Puskesmas, diadakan orientasi.
usulannya dengan kebutuhan oleh Dinas Lalu masih terdapat permasalahan
Kesehatan. Disamping itu, informan ketidaksesuaian SDM Non-ASN hanya terjadi
triangulasi menyatakan bahwa Puskesmas di Puskesmas Lamper Tengah dan Puskesmas
yang menyusun perencanaan kebutuhan SDM Ngemplak Simongan. Disamping itu,
Non-ASN di Puskesmas, Puskesmas informan triangulasi menyatakan bahwa SDM
membuat Analisis Beban Kerja (ABK) dan Non-ASN yang dikirimkan ke Puskesmas
Rencana Kebutuhan (Renbut) SDM yang sudah sesuai dengan kebutuhan.
dibutuhkan, setelah itu diusulkan ke Dinas 3. Deskripsi Aspek Pengarahan
Kesehatan. a. Pemeliharaan SDM Kesehatan
b. Pengadaan SDM Kesehatan Berdasarkan pernyataan informan utama
Berdasarkan pernyataan informan utama diketahui bahwa dalam menjaga loyalitas
diketahui bahwa proses pengadaan SDM SDM, Puskesmas menyelenggarakan
Non-ASN di Puskesmas disusun oleh beberapa kegiatan. Disamping itu, informan
Puskesmas lalu diusulkan ke Dinas Kesehatan triangulasi menyatakan bahwa DKK akan
untuk diselenggarakan perekrutan. melakukan monitoring penilaian kinerja SDM
Pelaksanaan rekrutmen dan seleksi SDM Non-ASN.
Non-ASN di Puskesmas hanya boleh 4. Deskripsi Aspek Pengendalian
diselenggarakan apabila terdapat surat resmi a. Kedisiplinan SDM Kesehatan
yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Berdasarkan pernyataan informan utama
dengan melibatkan Puskesmas. Disamping diketahui bahwa terdapat peraturan yang

83
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 21(2), 2022

berlaku di internal Puskesmas terkait absensi, f. Implementasi perencanaan SDMK kurang


kinerja, dan penggunaan seragam. Lalu, bagi didukung dengan kebijakan lokal baik
tenaga yang melanggar akan dikenakan sanksi kebijakan pemerintah daerah
berupa teguran lisan maupun tertulis.
Disamping itu, informan triangulasi Penyusunan perencanaan kebutuhan SDM
menyatakan bahwa terdapat peraturan yang kesehatan dilakukan dengan dua pendekatan
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan yang yaitu:
tercantum di dalam kontrak kerja SDM Non- a. Perencaaan dari atas (Top Down Planning)
ASN dan apabila tenaga yang bersangkutan yakni pusat menetapkan kebijakan, menyusun
melakukan pelanggaran, akan mendapat pedoman, sosialisasi, pelatihan, TOT, dan
teguran hingga dapat diberhentikan. lokakarya secara berjenjang.
5. Deskripsi Aspek Pemenuhan SDM Puskesmas b. Perencanaan dari bawah (Bottom Up
Non-ASN Planning), yakni perencanaan kebutuhan
Berdasarkan pernyataan informan utama SDMK dimulai dari institusi kesehatan
diketahui bahwa ketersedian SDM di Kota kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh suatu
Semarang masih belum memenuhi kebutuhan tim perencana yang dibentuk dan ditetapkan
dari Puskesmas. Disamping itu, informan dengan keputusan pejabat yang berwenang
triangulasi menyatakan bahwa SDM Non-ASN pemerintah daerah kabupaten/kota.
yang dikirimkan oleh Dinas Kesehatan sudah
sesuai dengan kebutuhan Puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian, pendekatan
yang digunakan dalam penyusunan perencanaan
Analisis Pengadaan Analisis Pengadaan dan SDM Puskesmas di Kota Semarang yaitu Bottom
Pendayagunaan Sumber Daya Manusia (SDM) Up Planning. Tahapan dalam perencanaan sistem
Puskesmas sebagai Badan Layanan Umum bottom up planning yaitu:
Daerah (BLUD) di Kota Semarang a. Puskesmas merencakanan SDM Non-ASN
1. Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan yang akan direkrut sesuai dengan Analisis
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Beban Kerja (ABK) dan rencana kebutuhan
Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pedoman (renbut).
Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber b. Puskesmas juga menyusun job analysis, job
Daya Manusia Kesehatan, perencanaan description, job spesification, job evaluation,
kebutuhan SDMK dilakukan dengan work simplification, job requirement untuk
menyesuaikan kebutuhan pembangunan menentukan kriteria SDM Non-ASN yang
kesehatan, baik lokal, nasional, maupun global, diperlukan.
dan memantapkan komitmen dengan unsur terkait c. Puskesmas mengusulkan kepada pihak Dinas
lainnya.7 Di era desentralisasi bidang kesehatan, Kesehatan untuk diselenggarakan perekrutan
pemerintah daerah memiliki otoritas untuk SDM Non-ASN
merekrut SDMK di daerah masing-masing d. Pihak Dinas Kesehatan meninjau kembali
sebagai pegawai pemerintah daerah. apakah SDM Non-ASN yang diusulkan sesuai
Konsekuensinya, daerah harus memiliki dengan kebutuhan masing-masing puskesmas.
kemampuan dalam melakukan perencanaan e. Dinas Kesehatan mengeluarkan surat resmi
kebutuhan SDMK, baik di pemerintah daerah akan diadakannya pengadaan SDM Non-ASN
provinsi maupun di pemerintah daerah bagi puskesmas.
kabupaten/kota. Masalah–masalah yang sering f. Dalam proses pengadaan, Dinas Kesehatan
ditemukan terkait perencanaan kebutuhan SDMK melakukan seleksi administrasi terhadap
antara lain: calon pegawai Non-ASN dan melakukan
a. Adanya penafsiran yang berbeda oleh proses wawancara bersama dengan
pemangku kepentingan yang terkait dan para puskesmas.
perencana SDMK di daerah terhadap
kebijakan kebijakan perencanaan kebutuhan Pada praktiknya masih terdapat permasalahan
SDMK yang terjadi di Puskesmas Lamper Tengah. Pada
b. Belum optimalnya kapasitas para perencana saat proses perencanaan, puskesmas
SDMK dalam merencanakan kebutuhan mengusulkan tenaga bidan untuk diserahkan
SDMK kepada pihak Dinas Kesehatan agar dilakukan
c. Perencanaan SDMK masih kurang didukung perekrutan. Namun, dari pihak Dinas Kesehatan
sistem informasi manajemen SDMK yang memberikan saran kepada Puskesmas Lamper
terintegrasi Tengah bahwa jumlah tenaga bidan yang ada
d. Tim perencanaan SDMK di daerah belum sudah memadai dan puskesmas tidak memiliki
berfungsi secara optimal tenaga akuntansi. Akan tetapi, dari pihak
e. Pembinaan perencanaan SDMK secara puskesmas tetap ingin merekrut tenaga bidan. Hal
berjenjang kurang terintegrasi ini membuat pihak Dinas Kesehatan tetap

84
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 21(2), 2022

melaksanakan perekrutan tenaga bidan. Seiring Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
berjalannya waktu, tenaga bidan yang sudah Indonesia dan pemerintah yang sah:
direkrut diputus kontrak karena puskesmas ingin 2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
melakukan pergantian dengan tenaga akuntansi. 3) Melaksanakan kebijakan yang
Permasalahan ini berkaitan dengan aspek dirumuskan pejabat pemerintah yang
perencanaan, dikarenakan sewaktu melakukan berwenang;
perencanaan pihak puskesmas kurang baik dalam 4) Menaati ketentuan peraturan perundang-
menentukan SDM yang sesuai dengan kebutuhan undangan;
puskesmas. Seharusnya Puskesmas merekrut 5) Melaksanakan tugas kedinasan dengan
tenaga akuntansi, karena profesi akuntansi lebih penuh pengabdian,kejujuran,kesadaran
dibutuhkan daripada tenaga bidan. Apabila dan tanggung jawab
Puskesmas tidak memiliki tenaga akuntansi, akan 6) Menaati perjanjian kerja
mempengaruhi sistem administrasi Puskesmas. 7) Menaati ketentuan jam kerja
Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam 8) Melaksanakan perintah atau tugas atasan
Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah, dimana pada pasal 10 Di Kota Semarang, setelah para pegawai Non-
ayat 1 disebutkan bahwa pejabat keuangan dalam ASN direkrut oleh Dinas Kesehatan dan
BLUD memiliki tugas menyelenggarakan puskesmas, tidak ada penjadwalan secara tetap
akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.6 oleh Dinas Kesehatan terkait penyelenggaraan
Dalam menjalankannya, pejabat keuangan pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi SDM Non-
memerlukan bantuan tenaga akuntansi. Hal ini ASN. Hal ini dikarenakan diklat yang
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan sifatnya
Hasibuan (2016), bahwa perencanaan adalah umum untuk seluruh pegawai di puskesmas, tidak
merencanakan tenaga kerja secara efektif dan hanya bagi SDM Non-ASN, tergantung bidang
efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan apa yang sesuai dengan diklat yang akan
dalam membantu terwujudnya tujuan.8 Hasil diselenggarakan.
penelitian Rizkiy Shofiah (2019) mengemukakan Kompensasi yang diberikan kepada SDM
bahwa kurangnya komunikasi antara manajemen Non-ASN sudah diatur oleh Pemerintah Kota
puskesmas dengan Dinas Kesehatan dalam Semarang berdasarkan Standar Satuan Harga
perencanaan SDM kesehatan akan menghambat (SSH), yaitu gaji dari tenaga non-ASN
proses pemenuhan kebutuhan SDMK di disesuaikan dengan UMR kota Semarang. Selain
puskesmas.9 Hal ini akan menimbulkan tidak pendapatan tetap, pegawai Non-ASN juga
adanya kesamaan persepsi antara pihak mendapat tunjangan berdasarkan jasa pelayanan
puskesmas, Dinas Kesehatan, atau pihak (jaspel) yang diberikan, sesuai dengan jenjang
pengambil kebijakan. pendidikan dan profesi masing-masing tenaga,
2. Pengorganisasian Sumber Daya Manusia tetapi juga disesuaikan dengan pendapatan
Kesehatan puskesmas.
Berdasarkan Peraturan Walikota Semarang Setelah dilakukan perekrutan, pihak
Nomor 26 Tahun 2017 tentang Pedoman puskesmas memberikan orientasi kepada pegawai
Pengelolaan Pegawai Non Aparatur Sipil Negara Non-ASN yang baru. Proses orientasi ini meliputi
Pada Badan Layanan Umum Daerah Pusat penjelasan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) serta
Kesehatan Masyarakat Di Lingkungan Kesehatan sistem kerja di tiap puskesmas. Hal ini bertujuan
Kota Semarang, Pegawai Non ASN memiliki Hak agar pegawai Non-ASN yang sudah direkrut
dan Kewajiban diantaranya:10 memahami hak dan kewajibannya serta tupoksi
a. Hak: yang ada di lingkungan puskesmas.
1) Memperoleh gaji yang besarannya Namun, terdapat permasalahan di Puskesmas
dituangkan dalam perjanjian kerja dan Ngemplak Simongan. Dimana terdapat tenaga
pengklasifikasiannya diatur dalam sanitarian yang tidak melaksanakan tugasnya
keputusan direktur. dengan baik dan kinerjanya kurang baik. Dalam
2) Memperoleh pengakuan pengalaman kerja menindaklanjutinya, Puskesmas telah
sesuai masa kerja memberikan pembinaan dan peringatan secara
3) Memperoleh izin cuti yang tertuang dalam lisan maupun tertulis kepada tenaga yang
perjajian kerja. bersangkutan, namun pada praktiknya tidak
4) Memperioleh kesempatan untuk terdapat perbaikan. Hal ini menyebabkan
peningkatan kompetensi dalam bentuk puskesmas mengusulkan kepada Dinas
kursus/bimbingan teknis/Pendidikan dan Kesehatan untuk dilakukan pemberhentian.
pelatihan Tetapi tenaga sanitarian yang bersangkutan sudah
b. Kewajiban bekerja dalam waktu yang cukup lama di
1) Setia dan taat pada Pancasila, Undang Puskesmas dan mendapat dukungan dari SDM
Undang Dasar Negara Republik Indonesia lainnya, sehingga hal ini sulit untuk dilakukan.

85
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 21(2), 2022

Permasalahan ini berkaitan dengan aspek Berdasarkan Peraturan Walikota Semarang


pengorganisasian, yaitu kurang adanya integrasi Nomor 26 Tahun 2017 tentang Pedoman
dikarenakan dari tenaga sanitarian tidak Pengelolaan Pegawai Non Aparatur Sipil Negara
menjalankan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Pada Badan Layanan Umum Daerah Pusat
sesuai dengan yang diharapkan oleh puskesmas, Kesehatan Masyarakat Di Lingkungan Kesehatan
serta tidak menjalankan kewajibannya sebagai Kota Semarang, Pegawai Non ASN yang
pegawai Non-ASN di puskesmas. Akibatnya, melakukan pelanggaran disiplin dikenakan sanksi
tugas dan kewajiban tenaga sanitarian tidak berupa:10
terlaksana dengan baik dan akan berdampak a. Teguran lisan (maksimal tiga kali)
terhadap pelaksanaan kegiatan di Puskesmas. b. Teguran tertulis (warning letter) (maksimal
Hal ini sejalan dengan teori yang tiga kali)
dikemukakan oleh Hasibuan (2016), dimana c. Pemutusan hubungan kerja sebelum
pengorganisasian adalah kegiatan berakhirnya batas akhir waktu perjanjian kerja
mengorganisasi karyawan dengan penetapan setelah mendapatkan teguran tertulis
pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi Selain itu, terdapat ketentuan pemutusan
wewenang, integrasi, dan koordinasi.8 Hasil hubungan kerja. Pemutusan hubungan kerja
penelitian Arifudin (2017) mengemukakan terhadap pegawai Non ASN dengan alasan:
bahwa pengorganisasian karyawan puskesmas a. Berakhirnya masa perjanjian kerja
mengacu pada peraturan dan perundangan b. Mengundurkan diri
pemerintah yang berlaku dimana setiap karyawan c. Melakukan tindak pidana
akan ditetapkan pembagian kerja, hubungan d. Melanggar disiplin dan mendapatkan teguran
kerja, delegasi wewenang integrasi, dan tertulis tiga kali
koordinasinya dalam struktur organisasi e. Tidak sehat jasmani dan/atau rohani yang
Puskesmas.11 menyebabkan tidak dapat melaksanakan tugas
3. Pengarahan Sumber Daya Manusia Kesehatan atau pekerjaan atas dasar keterangan tim
Berdasarkan Peraturan Walikota Semarang penguji kesehatan yang ditetapkan Direktur
Nomor 26 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pengelolaan Pegawai Non Aparatur Sipil Negara Terdapat peraturan yang berlaku bagi seluruh
Pada Badan Layanan Umum Daerah Pusat SDM di Puskesmas, tidak hanya bagi Non-ASN,
Kesehatan Masyarakat Di Lingkungan Kesehatan yaitu terkait absensi, kinerja, dan seragam. Setiap
Kota Semarang, pembinaan terhadap pegawai 1 (satu) bulan puskesmas mengadakan evaluasi
non ASN dilakukan oleh direktur. Dimana, kinerja SDM. SDM Non-ASN yang ada di
direktur pada BLUD Puskesmas merupakan Puskesmas Kota Semarang dapat diberhentikan
Kepala Puskesmas di Wilayah Kota Semarang.10 kontrak kerjanya, hal ini sesuai dengan kontrak
Dalam menjaga loyalitas SDM, puskesmas di kerja dan evaluasi kinerja di masing-masing
Kota Semarang melakukan pembinaan dan puskesmas. Adapun ketentuan pemberhentian
pengarahan setiap 1 (satu) bulan sekali. Selain itu terdapat di kontrak kerja. Kontrak kerja
puskesmas juga menyelenggarakan beberapa menyebutkan tenaga Non-ASN dapat
kegiatan seperti piknik, outbound, capacity diberhentikan apabila tidak melakukan perbaikan
building, dan penggalangan komitmen yang kinerja setelah mendapat SP (di monitoring
diadakan pertahun. minimal 3 bulan), terbukti bekerja/terikat kontrak
Disamping itu, Dinas Kesehatan akan dengan faskes lain tanpa ijin Puskesmas, kuliah
melakukan monitoring penilaian kinerja tenaga tanpa ijin Kepala Puskesmas, memalsukan data
non-ASN, melakukan visitasi dan pembinaan dan hasil kegiatan, tersangkut masalah hukum pidana,
melakukan monitoring program-program yang mencemarkan nama Kepala Puskesmas, dan
ada di Puskesmas. Hal ini dapat mempengaruhi meninggal. Dengan adanya ketentuan dari
kinerja SDM yang ada di Puskesmas, sehingga Puskesmas dan Dinas Kesehatan, pegawai Non-
kegiatan di Puskesmas dapat terlaksana dengan ASN yang bekerja di Puskesmas memiliki
baik. Hal ini sejalan dengan teori yang batasan-batasan yang sudah diberitahukan dan
dikemukakan oleh Hasibuan (2016), dikatakan dipahami sejak awal. Sehingga, keberjalanan
bahwa apabila pemeliharaan karyawan kurang kegiatan di Puseksmas dapat berjalan dengan
diperhatikan, semangat kerja, sikap, dan loyalitas baik.
karyawan akan menurun.8 Hasil penelitian Hal ini sejalan dengan teori yang
Arifudin (2017) mengemukakan bahwa dikemukakan oleh Hasibuan (2016), kedisiplinan
pengarahan yang diberikan di puskesmas merupakan kesadarana dan kesediaan seseorang
Lembasada melalui apel, berhadapan langsung menaati peraturan perusahaan dan norma-norma
dengan kepala puskesmas atau bagian yang berlaku.8 Hasil penelitian Arifudin (2017)
kepegawaian puskesmas, dan juga bisa melalui mengemukakan bahwa Kedisiplinan pegwai di
lokakarya mini bulanan.11 UPTD Puskesmas Lembasada dinilai dari
4. Pengendalian Sumber Daya Manusia Kesehatan kehadirannya dan ketepatan waktunya pada jam

86
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 21(2), 2022

apel pagi dimana bila pegawai terlambat akan mentukan apakah kebutuhan SDM sudah
dikenakan sanksi sesuai kebijakan yang telah terpenuhi atau belum. Namun ketersediaan SDM
dibuat oleh kepala puskesmas, dan dalam di Kota Semarang masih belum memenuhi
pelaksanaan pekerjaan, dan kerja sama antar kebutuhan dari puskesmas itu sendiri. Seperti
pegawai dinilai dari keberhasilan kegiatan terdapat permasalahan di Puskesmas Lamper
program yang telah dilaksanakannya.11 Tengah (bidan ke akuntansi) dan Ngemplak
5. Pemenuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan Simongan (Tenaga Sanitarian). Dinas Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI harus mengakomodir kebutuhan puskesmas
Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pedoman sebagai BLUD, apabila SDM puskesmas masih
Penyusunan Perencanaan Kebutuhan SDMK kurang Dinas Kesehatan akan mengajukan
menyatakan bahwa sumber daya manusia pengadaan SDM Non-ASN ke Pemerintah Kota
kesehatan (SDMK) adalah seseorang yang Semarang. Apabila kebutuhan SDM di
bekerja secara aktif di bidang kesehatan, baik Puskesmas tidak terpenuhi, maka kegiatan di
yang memiliki pendidikan formal kesehatan Puskesmas tidak dapat terlaksana dengan baik.
maupun tidak, yang untuk jenis tertentu Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
membutuhkan kewenangan dalam melakukan oleh Hasibuan (2016), salah satu tujuan
upaya kesehatan. Kebutuhan SDMK adalah perencanaan SDM adalah untuk menjamin
jumlah SDMK menurut jenisnya yang dibutuhkan tersedianya tenaga kerja masa kini maupun masa
untuk melaksanakan sejumlah beban kerja yang depan, sehingga setiap pekerjaan ada yang
ada. Diperlukan perencanaan kebutuhan untuk mengerjakan serta menghindari kekurangan atau
menetapkan jumlah, jenis, dan kualifikasi SDMK kelebihan karyawan.8 Beberapa penelitian
yang dibutuhkan, sesuai dengan kondisi suatu memperlihatkan bahwa kurangnya SDMK akan
wilayah, dalam mencapai tujuan pembangunan mengakibatkan beban kerja petugas yang ada
kesehatan.7 Tidak terpenuhinya kebutuhan menjadi over kapasitas dan produktivitas kerja
SDMK akan berdampak pada inefisiensi dan menjadi rendah.12,13,14
hambatan produktivitas organisasi. Oleh karena
itu, Kementerian Kesehatan RI menyebutkan SIMPULAN
standar ketenagaan minimal di puskesmas agar Proses manajemen sumber daya manusia dalam
kegiatan di puskesmas dapat terselenggara pengadaan dan pendayagunaan SDM Non-ASN
dengan baik. Hal ini tertuang dalam Peraturan Puskesmas di Dinas Kesehatan Kota Semarang
Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Standar belum terlaksana secara optimal di 2 (dua)
ketenagaan puskesmas sebagai berikut:1 Puskesmas, yaitu Puskesmas Lamper Tengah dan
a. Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Ngemplak Simongan. Puskesmas Lamper
Dibagi menjadi 3 kawasan yaitu: Tengah belum melaksanakan kegiatan perencanaan
1) Puskesmas Kawasan Perkotaan yang SDM Non-ASN dengan baik, dimana terdapat
berjumlah 31 orang ketidaksesuaian antara usulan perencanaan SDM
2) Puskesmas Kawasan Pedesaan yang Non-ASN dengan kebutuhan Puskesmas yang
berjumlah 27 orang mempengaruhi sistem administrasi Puskesmas.
3) Puskesmas Kawasan Terpencil dan sangat Puskesmas Ngemplak Simongan belum
terpencil yang berjumlah 27 orang melaksanakan kegiatan pengorganisasian SDM Non-
b. Puskesmas Non Rawat Inap ASN dengan baik dan belum sesuai dengan tujuan
Dibagi menjadi 3 kawasan yaitu; Puskesmas, dimana terdapat SDM Non-ASN yang
1) Puskesmas Kawasan Perkotaan yang tidak melakukan tugasnya dengan baik dan
berjumlah 22 orang kinerjanya kurang baik sehingga berdampak terhadap
2) Puskesmas Kawasan Pedesaan yang pelaksanaan kegiatan di Puskesmas. Ketersediaan
berjumlah 19 orang SDM Non ASN di Puskesmas Kota Semarang masih
3) Puskesmas Kawasan Terpencil dan sangat belum memenuhi kebutuhan di Puskesmas Lamper
terpencil yang berjumlah 19 orang Tengah dan Puskesmas Ngemplak Simongan, hal ini
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) menyebabkan kegiatan di Puskesmas tersebut tidak
memuat kebutuhan SDM minimal, tetapi terdapat dapat terlaksana dengan baik dan beban kerja
Analisis Beban Kerja (ABK) sebagai acuan untuk berlebih.

DAFTAR PUSTAKA 3. Nugraha SM, Manik CG, Su’udi A. Analisis


1. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kebijakan Tenaga Kesehatan Non-PNS di
Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Puskesmas. Jurnal Penelitian dan
Kesehatan Masyarakat. 2019. Pengembangan Pelayanan Kesehatan. 2020
2. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Apr; 4(1): 51-63.
Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kementerian 4. Romadhona YS, Siregar KN. Analisis Sebaran
Kesehatan RI; 2020. Tenaga Kesehatan Puskesmas di Indonesia

87
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 21(2), 2022

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Pedoman Pengelolaan Pegawai Non Aparatur


Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas. Sipil Negara pada Badan Layanan Umum
Jurnal Kesehatan Manarang. 2018 Des; 4(2): Daerah Pusat Kesehatan Masyarakat di
114-121. Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Semarang.
5. Paruntu BRL, Rattu AJM, Tilaar CR. 2017.
Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia 11. Arifudin, Sudirman, Andri M. Evaluasi Sistem
di Puskesmas Kabupaten Minahasa. JIKMU. Manajemen Sumber Daya Manusia Pada
2015 Jan; 5(1):43-53. Penempatan Kerja Petugas di UPT Puskesmas
6. Menteri Dalam Negeri RI. Peraturan Menteri Lembasada. Promotif. 2017 Jul; 7(1): 1-14.
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 79 12. Alfianto L, Zakiyah E. Analisa Perkiraan
Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum Jumlah SDM Rekam Medik di Unit Filing
Daerah. 2018. Dengan Metode WISN (Workload Indicator
7. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Staff Need) di RSUD Kabupaten Wonogiri
Kesehatan Nomor 33 Tahun 2015 tentang Tahun 2014. IJMS - Indonesian Journal On
Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Medical Science. 2015 Jan; 2(1): 69-73.
Sumber Daya Manusia Kesehatan. 2015. 13. Sidiq, Rapitos. Distribusi Tenaga Rekam Medis
8. Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Pada Puskesmas di Kota Langsa, Kabupaten
Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Pidie dan Simeulue Provinsi Aceh Tahun 2013.
Aksara; 2016. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan
9. Shofiah R, Prihatini D, Viphindrartin S. Indonesia (JMIKI). 2014 Mar; 2(1): 1-7.
Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan 14. Suryanto, Hikmawan. Analisis Beban Kerja dan
(SDMK) Puskesmas di Kabupaten Jember. Kebutuhan Sumber Daya Manusia Petugas
Jurnal Bisnis dan Manajemen (Bisma). 2019 Rekam Medis Puskesmas Adan-adan
Nov; 12(3): 181-188. Kabupaten Kediri. Jurnal Rekam Medis dan
10. Walikota Semarang. Peraturan Walikota Informasi Kesehatan. 2020 Mar; 3(1): 29-35.
Semarang Nomor 26 Tahun 2017 tentang

88

Anda mungkin juga menyukai