Anda di halaman 1dari 15

Tri Rini Puji Lestari Analisis Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun

2014 75

ANALISIS KETERSEDIAAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA MAMUJU


PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2014

ANALYSIS OF AVAILABILITY HEALTH PERSONNEL IN THE HEALTH CENTER OF MAMUJU


IN WEST SULAWESI, YEAR 2014

Tri Rini Puji Lestari


(Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Nusantara II, Lantai 2, DPR RI,
Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270, Indonesia; email:
tririni74@yahoo.com)

Naskah Diterima: 8 Oktober 2015, direvisi: 15 Maret 2016, disetujui:


31 Maret 2016

Abstract
PHC is spearheading the health service. To that end, health centers have major stakes to realize the optimal level of public health.
However, until now, the quality of health services in health centers are still frequent complaints by the people. Limited availability of
health workers as one of the factors that affect the quality of health center services. On the other hand, the policy JKN resulting
number of patient visits to health centers is increasing. This study used a qualitative approach using selected informants. The study
aimed to obtain in-depth information about the availability of health workers health centers to provide health services at the health
center. The results showed that the shortage of health workers in health centers, making the workload of health workers higher
health centers and not in accordance with the duties and educational background. Thus ultimately decrease the quality of health
center services. It is necessary for human resource management and comprehensive real.
Keywords: health workers, availability, Health centers.

Abstrak
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan. Untuk itu, puskesmas mempunyai andil yang besar untuk mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Namun demikian, sampai saat ini, kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas masih
sering dikeluhkan oleh masyarakat. Ketersediaan tenaga kesehatan yang terbatas sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada
kualitas pelayanan puskesmas. Di sisi lain, kebijakan JKN mengakibatkan jumlah kunjungan pasien ke puskesmas semakin
meningkat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan informan terpilih. Penelitian ditujukan untuk
mendapatkan informasi mendalam mengenai ketersediaan tenaga kesehatan puskesmas guna memberikan pelayanan kesehatan di
Puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya jumlah tenaga kesehatan di puskesmas, menjadikan beban kerja
tenaga kesehatan puskesmas semakin tinggi dan tidak sesuai dengan tupoksi serta latar belakang pendidikannya. Sehingga pada
akhirnya berdampak pada menurunnya kualitas pelayanan puskesmas. Untuk itu perlu dilakukan manajemen SDM yang nyata dan
komprehensif. Kata kunci: Tenaga Kesehatan, Ketersediaan, Puskesmas

I. PENDAHULUAN untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang


A. Latar Belakang bermutu secara adil dan merata.
Tugas pokok puskesmas adalah
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) menyelenggarakan upaya preventif dan
promotif, sebagai unit pelaksana teknis daerah dan sebagai yang didukung upaya kuratif dan rehabilitatif
serta ujung tombak pelayanan kesehatan dasar pada melakukan pemberdayaan masyarakat (Kepmenkes
strata pertama, merupakan unit pelaksana
Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan
pelayanan kesehatan terdepan yang akan langsung dasar Puskesmas). Puskesmas sebagai pemberi
berhubungan dengan pelayanan masyarakat di pelayanan kesehatan dasar memiliki peran yang lapisan
“grass roots”. Puskesmas mempunyai andil sangat penting dalam memelihara kesehatan
yang besar untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Apabila berfungsi dengan baik, maka
masyarakat secara optimal. Visi pembangunan puskesmas akan mampu memberikan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan puskesmas yang bermutu bagi masyarakat yang membutuhkan. adalah
tercapainya “masyarakat sehat mandiri dan
76 Kajian Vol. 21 No. 1 Maret 2016 hal. 75 - 88

Saat ini kegiatan yang dilaksanakan oleh


berkeadilan”, yakni masyarakat yang hidup dalam puskesmas telah terlaksana di masing-
masing lingkungan dan perilaku sehat memiliki kemampuan
daerah. Namun demikian, hingga saat ini rata-rata
kegiatan yang dilaksanakan oleh puskesmas tersebut tentang distribusi SDM yang tidak merata. Sebagai
masih bersifat rutinitas dan tidak berbeda antara gambaran dapat dilihat pada tabel berikut.
satu daerah dengan daerah lainnya karena terlalu
berpatokan pada peraturan yang telah ditetapkan.
Kegiatan puskesmas sampai saat ini masih
belum disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah
setempat. Ada kalanya kegiatan yang ada justru
tidak berorientasi pada masalah yang seharusnya
penting untuk segera diselesaikan. Padahal
seharusnya puskesmas memperhatikan masyarakat
yang dalam hal ini menentukan keberhasilan dan
ketepatan mengadakan kegiatan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat yang juga selalu
dinamis.1
Keberhasilan puskesmas dalam menjalankan
programnya ditentukan oleh ketersediaan sumber
daya manusia (SDM) yang seimbang antara tenaga
pengobatan disatu pihak dengan tenaga promotif
dan preventif dipihak lain. Tetapi hingga saat ini
masih banyak masalah yang dihadapi puskesmas
terkait pengelolaan tenaga kesehatan diantaranya

Tabel 1. Sebaran Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kesesuaian Terhadap


Standar Puskesmas Di Indonesia
TIDAK SESUAI STANDAR
SESUAI
TENAGA JML STANDAR > Standar < Standar
KESEHATAN PUSK KELEBIHAN KEKURANGAN
JML PUSK JML PUSK NAKES JML PUSK NAKES
DOKTER UMUM 3.577 3.746 7.150 1.992 2.269

9.315
BIDAN 490 7.082 65.464 1.743 4.485

Sumber: BPPSDMK Kemenkes

Tabel 2. Kebutuhan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Di Indonesia Tahun 2014


KEBUTUHAN
TENAGA KESEHATAN KEADAAN SELISIH (+/-)
STANDAR
DOKTER UMUM 17.152 12.645 4.507
DOKTER GIGI 6.610 9.568 -2.958
PERAWAT 107.284 72.793 34.491
1 PERAWATUPTDGIGIPuskesmas Tanjung Palas Utara, Analisis
10.027 9.568 459
Implementasi Kepmenkes No.128 Tahun 2004 Tentang
BIDAN
Kebijakan Dasar Puskesmas, 104.151
(online), 44.426 59.725
(http://pkmtanjungpalasutara.
ASISTEN APOTEKER 7.575 9.568 -1.993
blogspot.com/2012/03/analisis-implementasi-
S. FARMASI & POTEKER
kepmenkesno128.html, diakses 6 April 2014). 2.464 3.077 -613
KESEHATAN MASYARAKAT 21.723 9.568 12.155
SANITARIAN 10.746 9.568 1.178
TENAGA GIZI 9.883 9.568 315
ANALIS KESEHATAN 5.548 9.568 -4.020
Tri Rini Puji Lestari Analisis Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014 77
Sumber: BPPSDMK Kemenkes Dalam era globalisasi, perkembangan sektor jasa
semakin bertambah penting dalam usaha
program pelayanan kesehatan di puskesmas sesuai peningkatan kesejahteraan dan kesehatan
kondisinya. Karena situasi dan kondisi di tengah masyarakat.
masyarakatlah yang menentukan secara objektif Puskesmas sebagai pusat kesehatan strata pertama,
tingkat posisi partisipasi mereka dalam program- yang bertanggung jawab secara holistik dalam upaya
program puskesmas, bukan keputusan sepihak pelayanan kesehatan perorangan dan upaya
birokrasi yang selalu cenderung menafikan potensi kesehatan masyarakat memerlukan dukungan
masyarakat yang pada akhirnya sering petugas puskesmas yang berkualitas selain juga
menempatkan masyarakat hanya sebagai objek. dukungan sarana dan prasarana yang memadai.
Sehingga perkembangannya cenderung statis, Selain itu pada era JKN seperti sekarang ini,
padahal Puskesmas dituntut untuk selalu berinovasi puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan
Menurut berita Antara, permasalahan lain adalah tingkat pertama (FKTP) yang harus didatangi peserta
kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas yang JKN untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
juga masih sering dikeluhkan oleh masyarakat. Kemudian jika masalah kesehatan peserta JKN
Sebagai contoh, pelayanan kesehatan yang tersebut tidak dapat ditangani di puskesmas, maka
dilakukan puskesmas Kelurahan Binanga, Kabupaten peserta akan dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat
Mamuju Sulawesi Barat, dikeluhkan oleh sejumlah lanjut (rumah sakit). Akibat dari kebijakan ini, jumlah
pasiennya karena pelayanan puskesmas kepada kunjungan pasien ke puskesmas semakin meningkat
pasien hanya dilakukan dibawah pukul 10.00 wita. 2 dan dapat dipastikan beban kerja para petugas
Keluhan atas pelayanan puskesmas juga dialami puskesmas pun akan meningkat pula. Namun
warga di Kelurahan Palmerah Jakarta, dimana demikian, kebijakan tersebut tidak diikuti dengan
puskesmas hanya buka pada pkl. 08.00-11.00 dan persiapan ketersediaan SDM yang memadai di
ketika warga datang pkl. 10.30, loket seringkali tutup puskesmas. Padahal ketersediaan tenaga kesehatan
atau buka namun tidak mau menerima pasien. di puskesmas berperan penting dalam pelaksanaan
Bahkan pada tgl 16 November 2012, jam pelayanan pelayanan kesehatan. Dalam peran tersebut
hanya sampai pkl. 08.30 dan ketika ada warga yang diharapkan ketersediaan tenaga kesehatan sesuai
datang lewat dari jam 08.30 di tolak. Selain itu pihak dengan kebutuhan. Sehingga tugas pokok dan fungsi
puskesmas juga melakukan pembatasan jumlah (tupoksi) tenaga kesehatan dapat dilaksanakan
pasien yang dilayani dalam satu harinya yaitu hanya sesuai dengan pendidikan dan keterampilan yang
sampai 60 orang, sehingga kalaupun masih jam 9 mereka miliki. Karena dalam subsistem SDM
tapi telah mencapai 60 orang maka pihak puskesmas kesehatan, tenaga kesehatan merupakan unsur
tidak mau menerima pasien lagi.3 utama yang mendukung subsistem kesehatan
Padahal sejatinya fungsi puskesmas sangat lainnya. Sehingga kualitas tenaga kesehatan yang
strategis dalam upaya pembangunan kesehatan ada di puskesmas merupakan manifestasi dari
masyarakat. Seperti yang diuraikan dalam Bali Pos profesionalisme tenaga kesehatan dalam
bahwa keberadaan puskesmas selain mudah melaksanakan peran dan fungsi Puskesmas.
dijangkau, biaya yang harus dikeluarkan oleh
masyarakat juga tidak terlalu mahal. Sebab, B. Perumusan Masalah
keberadaan puskesmas sudah merata di tiap daerah.
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan
Belum lagi dengan adanya puskesmas pembantu,
dasar yang amat penting di Indonesia. Puskesmas
sesungguhnya mampu melayani masyarakat dengan
merupakan tulang punggung pembangunan
cepat dan murah.4
kesehatan masyarakat. Karena itu, tenaga kesehatan
2 Daniel, ed, 2010, Pelayanan Pasien di Puskesmas Mamuju yang ada di puskesmas dituntut mampu
di Keluhkan, Mamuju: Antara News, (online), meningkatkan pelayanan kesehatannya.
(http://www. Saat ini kualitas pelayanan kesehatan di
antara-sulawesiselatan.com/berita/13358/profil-antara puskesmas masih sering dikeluhkan, sehingga
diakses 10-4-2014).
masyarakat kurang berminat mendatangi puskesmas
3 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2013, Keluhan tentang
pelayanan puskesmas di kelurahan Palmerah, (online), untuk berobat. Salah satu penyebab yang
(http://prov.jakarta.go.id/opinipublik/aspirasi/2013/03/ mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan
keluhan-tentang-pelayanan-puskesmas-di- Puskesmas hingga saat ini adalah faktor beban kerja
kelurahanpalmerah, diakses 11-4-2014).
4 “Pelayanan Puskesmas masih Dikeluhkan”, Bali Pos, 13 Oktober 2004
78 Kajian Vol. 21 No. 1 Maret 2016 hal. 75 - 88

yang besar dikarenakan kurangnya tenaga kesehatan menyediakan dan mengkoordinasi sumber daya
di puskesmas. Kondisi ini harus segera diperbaiki manusia pada suatu organisasi.5 Sedangkan menurut
oleh pengelola puskesmas. Pemerintah melalui L. Mathis dan H. Jakson, manajemen sumber daya
Dinkesnya diharapkan juga dapat lebih manusia adalah rancangan sistem-sistem formal
memberdayakan peran dan fungsi puskesmas, dalam sebuah organisasi untuk memastikan
dalam usaha peningkatan kesehatan masyarakat. penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien
Apalagi di era JKN seperti saat ini, dimana guna mencapai tujuan-tujuan organisasi. 6
puskesmas diangkat kembali keberadaannya sebagai Menurut Robert L. dan Jackson (2006),
ujung tombak dalam pelayanan kesehatan manajemen SDM ada beberapa kelompok aktivitas
masyarakat. yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu: 1).
Berdasarkan latar belakang tersebut, Perencanaan dan analisis SDM. Dilakukan untuk
permasalahan penelitiannya adalah ketersediaan mengantisipasi kekuatan yang akan mempengaruhi
tenaga kesehatan di puskesmas masih sangat persediaan dan tuntutan para karyawan di masa
terbatas. depan. 2). Kesetaraan kesempatan kerja.
Beberapa pertanyaan yang dapat dikemukakan Pemenuhan hukum dan peraturan tentang
adalah: kesetaraan kesempatan kerja, mempengaruhi
1. Bagaimana regulasi penyediaan tenaga semua aktivitas SDM yang lain dan integral dengan
kesehatan di puskesmas? manajemen SDM. 3). Pengangkatan pegawai.
2. Bagaimana ketersedian tenaga kesehatan di Bertujuan untuk memberikan pesediaan yang
puskesmas? memadai atas individu-individu yang terkualifikasi
3. Bagaimana strategi kedepan terkait penyediaan guna mengisi lowongan pekerjaan disebuah
tenaga kesehatan di puskesmas? organisasi/institusi. 4). Pengembangan SDM. Dimulai
dengan orientasi karyawan baru, pengembangan
C. Tujuan Penelitian SDM juga meliputi pelatihan keterangan pekerjaan.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk 5). Kompensasi dan tunjangan. Kompensasi
menggali dan menganalisis akar permasalahan memberikan penghargaan pada karyawan atas
terkait penyediaan tenaga kesehatan guna pelaksanaan pekerjaan melalui gaji, insentif, dan
memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas. tunjangan. Sistem upah dan gaji harus selalu
Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk diperbaiki dan dikembangkan. 6). Kesehatan,
mengetahui dan menganalisis terkait: 1. Regulasi keselamatan, dan keamanan. Jaminan atas
penyediaan tenaga kesehatan di puskesmas; 2. kesehatan fisik dan mental serta keselamatan dan
Penyediaan tenaga kesehatan di puskesmas; dan 3. kesehatan para karyawan merupakan hal yang
Strategi kedepan dalam penyediaan tenaga penting. 7). Hubungan karyawan dan buruh/
kesehatan di puskesmas. Hasil penelitian ini manajemen. Hubungan antara para manajemen dan
diharapkan dapat memberikan masukan bagi Komisi karyawan harus ditangani secara efektif apabila para
IX DPR RI, agar berguna sebagai bahan karyawan dan organisasi ingin sukses bersama.7
pertimbangan dalam tugas dan fungsi legislasi, SDM kesehatan merupakan penggerak atau
pengawasan, dan penganggaran di bidang motor utama dalam suatu organisasi atau institusi.
kesehatan. Selain itu, hasil penelitian ini juga SDM kesehatan bisa menjadi subyek maupun obyek
diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam organisasi ataupun institusi. Sebagai subyek,
pemikiran bagi pelaksanaan strategi nasional SDM kesehatan terlibat dalam perencanaan,
ketenagaan di puskesmas. implementasi sampai dengan monitoring-evaluasi.
Sebagai sasaran atau obyek, manusia berada di
D. Kerangka Pemikiran 1. Manajemen dalam suatu sistem yang menjadi target program.
Sumber Daya Manusia Kesehatan SDM kesehatan tidak bisa dipersiapkan dalam waktu
yang singkat. Untuk itu SDM kesehatan harus
Manajemen sumber daya manusia (SDM)
tersedia dengan jumlah dan saat yang tepat.
merupakan suatu usaha untuk mengarahkan dan
mengelola sumber daya manusia di dalam suatu
organisasi agar mampu berfikir dan bertindak 5 Byars L & Rue, Human Resource Management. (8th ed.).
New York: McGraw-Hill Irwin, 2006, hlm. 4
sebagaimana yang diharapkan organisasi. Menurut
6 Robert L. Mathis dan Jackson. Manajemen Sumber Daya
L. Byars dan W. Rue, manajemen sumber daya
Manusia (Edisi 10). Jakarta: Salemba Empat. 2006, hlm. 3.
manusia adalah suatu aktivitas yang didesain untuk 7 Ibid.
Tri Rini Puji Lestari Analisis Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014 79
Kemampuan dan keterampilan SDM kesehatan pun kesehatan dengan cara pengangkatan sebagai PNS,
perlu ditingkatkan melalui pengembangan anggota TNI/Polri, Pegawai Pemerintah dengan
berkelanjutan diantaranya pelatihan dan monitoring Perjanjian Kerja, atau penugasan khusus (melalui
evaluasi. Oleh sebab itu tantangan terbesar SDM seleksi untuk dokter pascainternsip, residen senior,
kesehatan adalah perencanaan dan produksi. pascapendidikan spesialis dengan ikatan dinas dan
UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tenaga kesehatan lainnya yang diatur dengan
pada Pasal 21 ayat (1), mengamanatkan bahwa Peraturan Menteri Kesehatan). Dalam rangka
manajemen SDM kesehatan meliputi perencanaan, pemerataan dan pemenuhan kebutuhan pelayanan
pendidikan dan pelatihan, pendayagunaan, serta kesehatan kepada masyarakat, setiap lulusan dari
pembinaan dan pengawasan mutu tenaga perguruan tinggi Pemerintah harus mengikuti seleksi
kesehatan. Perencanaan tenaga kesehatan penempatan. Namun demikian, seleksi penempatan
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga ini dapat juga diikuti oleh tenaga kesehatan lulusan
kesehatan yang merata bagi masyarakat. perguruan tinggi selain Pemerintah.
Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun Dalam rangka penghargaan Pemerintah kepada
dengan memperhatikan jenis pelayanan yang tenaga kesehatan yang bertugas di Daerah
dibutuhkan, sarana kesehatan, serta jenis dan Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), maka
jumlah yang sesuai. Perencanaan nasional tenaga mereka berhak mendapatkan kenaikan pangkat
kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dan istimewa dan perlindungan dalam pelaksanaan
ada empat metoda yang digunakan yaitu: 1). Health tugas. Sedangkan, dalam keadaan khusus dapat
Need Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga diberlakukan ketentuan wajib kerja dan pola ikatan
kesehatan yang didasarkan atas epidemiologi dinas pada tenaga kesehatan yang memenuhi
penyakit utama yang ada pada masyarakat; 2). kualifikasi akademik dan potensi serta mendapatkan
Health Service Demand, yaitu perencanaan fasilitas dan tunjangan khusus.
kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas Pembinaan dan pengawasan praktik profesi
permintaan akibat beban pelayanan kesehatan; 3). tenaga kesehatan dilakukan melalui sertifikasi,
Health Service Target Method yaitu perencanaan registrasi, uji kompetensi, dan pemberian lisensi. Uji
kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas kompetensi ditujukan untuk menjaga dan menjamin
sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan, mutu tenaga kesehatan dan dilakukan pada masa
misalnya puskesmas, dan rumah sakit; dan 4). Ratios akhir pendidikan vokasi dan profesi. Standar
Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kompetensi disusun oleh organisasi profesi dan
kesehatan yang didasarkan pada standar/ rasio Konsil dengan disahkan oleh Kemenkes.
terhadap nilai tertentu.
2. Kinerja
Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
digunakan untuk membentuk keahlian dan Kinerja berasal dari kata performance. Ada pula
keterampilan tenaga kesehatan di bidang-bidang yang memberikan pengertian performance sebagai
teknologi yang strategis serta mengantisipasi hasil kerja atau prestasi kerja. Namun sebenarnya
timbulnya kesenjangan keahlian sebagai akibat kinerja mempunyai makna yang lebih luas yaitu
kemajuan teknologi. Dalam upaya pengembangan termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung.
sistem pendidikan tenaga kesehatan, maka perlu Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan
perpaduan antara Kementerian Pendidikan Nasional hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. 8
dan Kementerian Kesehatan. Sesuai dengan UU Menurut Mahsun (2006), bahwa kinerja
Sisdiknas, jenjang pendidikan dibidang kesehatan merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian
yang diperlukan untuk profesi tenaga kesehatan pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijakan
minimal lulusan D3 sedangkan jenjang pendidikan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
dibidang kesehatan yang lulusannya di bawah D3 yang tertuang dalam perencanaan strategi
disebut asisten tenaga kesehatan. Dengan demikian, organisasi. Sedangkan Simanjuntak (2005),
kewenangannyapun akan semakin jelas menyatakan bahwa kinerja adalah tingkatan
pembedaannya. Sebagai contoh kewenangan antara pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu
tukang gigi dengan dokter gigi mudah dibedakan. dalam rangka mewujudkan pencapaian hasil untuk
Pendayagunaan tenaga kesehatan merupakan mencapai tujuan perusahaan.
upaya pemerataan, pembinaan, dan pengawasan
tenaga kesehatan melalui penempatan tenaga 8 Wibowo, Manajemen Kinerja, Jakarta: Rajawali Pers,
2013, hlm. 7
80 Kajian Vol. 21 No. 1 Maret 2016 hal. 75 - 88

Menurut A. Dale Timple (1992), faktor-faktor 2) Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan
kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal. dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit,
Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
berhubungan dengan sifat-sifat seseorang. Faktor 3) Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas
eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan,
kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil
Seperti perilaku, sikap, tindakan-tindakan rekan output serta memaksimalkan waktu yang
kerja termasuk bawahan atau pimpinan, beban tersedia untuk aktivitas lain.
kerja, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.9 4) Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sumber daya organisasi (tenaga, uang,
adalah 1). Efektifitas dan efisiensi, terjadi jika tujuan teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan
bisa dicapai sesuai dengan harapan dan maksud menaikkan hasil dari setiap unit dalam
menggunakan sumberdaya dan waktu yang sesuai penggunaan sumber daya.
dengan kebutuhan. Untuk memperoleh informasi 5) Kemandirian. Merupakan tingkat seorang
mengenai tingkat efektivitas dan efisiensi kerja karyawan yang nantinya akan dapat
organisasi dilakukan pengukuran beban kerja. menjalankan fungsi kerjanya Komitmen kerja.
Pengukuran beban kerja untuk mengkuantifikasi Merupakan suatu tingkat dimana karyawan
biaya mental (mental cost) yang harus dikeluarkan mempunyai komitmen kerja dengan instansi
dalam melakukan suatu pekerjaan agar dapat dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.
memprediksi kinerja sistem dan pekerja. 2).
Orientasi (wewenang) adalah sifat dari suatu E.
Metode Penelitian
komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi Penelitian ini dilakukan di kota Mamuju provinsi
formal yang dimiliki seorang anggota organisasi Sulawesi Barat pada tahun 2014. Kota Mamuju
kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) dipilih sebagai lokasi
kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya. Perintah penelitian karena, secara umum provinsi tersebut
dalam hal ini adalah apa yang boleh dilakukan dan selama ini termasuk wilayah yang memiliki fasilitas
yang tidak boleh dalam organisasi tersebut. 3). pelayanan kesehatan minim dengan tenaga
Disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan kesehatan yang sangat terbatas. Berdasarkan data di
yang berlaku. Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan profil kesehatan 2013, jumlah puskesmas yang ada
karyawan yang bersangkutan dalam menghormati di provinsi Sulbar berada pada posisi keempat
perjanjian kerja dengan organisasi di mana dia terendah dibandingkan provinsi lain. Padahal
bekerja. 4). Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya puskesmas merupakan harapan pertama bagi
pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan. Selain itu, dalam kondisi kekurangan
tujuan organisasi.10 puskesmas tersebut, kualitas pelayanan kesehatan di
Sedangkan untuk mengetahui prestasi kerja, puskesmas pun masih menjadi keluhan bagi
dilakukan pengukuran kinerja yang didasarkan pada masyarakat di provinsi Sulbar. Di sisi lain IPM
indikator-indikator kinerja. Indikator untuk Provinsi Sulbar juga masih jauh di bawah capaian
mengukur kinerja secara individu ada enam nasional.
indikator, yaitu:11 Penelitian ini menggunakan pendekatan
1) Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam
karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang Moleong (2007), metode kualitatif merupakan
dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap prosedur penelitian yang menghasilkan data
keterampilan dan kemampuan karyawan. deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan
dari orang dan perilaku yang diamati. 12 Data
deskriptif yang terkumpul kemudian dilakukan
analisis dengan menggunakan teknik analisis yang
9 Anwar, Prabu, Evaluasi Kinerja SD, Bandung: PT. Refika
Aditama, 2012, hlm. 15 menggunakan poin kunci yaitu reduksi data dan
10 Suryadi, Prawirosentono. Kebijakan Kinerja Karyawan. intepretasi. Daymone Christine dan Immy Holloway
Yogyakarta: BPFE. 1999. hlm. 27. (2008), menguraikan yang intinya bahwa reduksi
11 Stephen P, Robbins, Perilaku Organisasi Jilid II, Alih
Bahasa Hadayana Pujaatmaka, Jakarta, Prenhalindo. 1996. 12 Arif, Sumantri, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:
hlm. 260. Kencana, 2011, hal. 167.
Tri Rini Puji Lestari Analisis Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014 81
data adalah memilah-milah data yang tidak pelayanan kesehatan. Puskesmas berfungsi sebagai
beraturan menjadi potongan-potongan yang lebih penapis pertama dalam system rujukan. Sehingga
teratur dengan menyusun kategori, dan setiap orang yang akan berobat ke pelayanan
merangkumnya menjadi pola dan susunan yang kesehatan tingkat lanjut/yankes
sederhana. Sedangkan interpretasi adalah sekunder/rumahsakit harus meminta rujukan dulu
mendapatkan makna dan pemahaman terhadap ke puskesmas. 2). Titik berat pelayanan kesehatan
kata-kata dan tindakan para partisian riset dengan primer adalah promosi dan preventif yang
memunculkan konsep dan teori (atau teori berdasar mendorong meningkatnya peran dan kemandirian
generalis) yang menjelaskan temuan di lapangan. 13 masyarakat dalam mengatasi berbagai faktor risiko
Sehingga dengan pendekatan kualitatif tersebut, kesehatan. 3). Keberhasilan pelayanan kesehatan
dapat diperoleh hasil penelitian yang dapat primer akan mendukung pelaksanaan JKN, di mana
mendeskripsikan secara intensif dan mendalam akan mengurangi jumlah pasien yang di rujuk. 4).
mengenai permasalahan ketersediaan tenaga Mengurangi biaya pelayanan kesehatan yang
kesehatan dalam menjalankan peran dan fungsinya bersifat kuratif. Dan 5). Pelaksanaan pelayanan
di puskesmas di kota Mamuju provinsi Sulawesi kesehatan primer di daerah yang baik akan
Barat. mendukung pembangunan kesehatan nasional.
Untuk menjaga mutu pelayanan puskesmas,
II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Regulasi ketersediaan tenaga kesehatan yang cukup dan
Penyediaan Tenaga Kesehatan bermutu sangat diperlukan. Dalam UU No. 36 Tahun
Arah pembangunan kesehatan saat ini adalah 2009 tentang Kesehatan Pasal 1 dinyatakan bahwa
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang lebih “tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengutamakan promotif dan preventif tanpa mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
meninggalkan kuratif dan rehabilitatif. Untuk itu saat memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
ini sedang dipersiapkan dokumen teknik praktiknya melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk
dalam RPJMN (Rancangan Pembangunan Jangka jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
Menengah Nasional) III. Harapan yang akan dicapai melakukan upaya kesehatan”. Sedangkan untuk
dalam RPJMN III (2015-2019) adalah akses menetapkan jenis, jumlah, dan kualifikasi tenaga
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan
berkualitas sudah mulai mantap. kesehatan dilakukan perencanaan. Perencanaan
Dengan adanya JKN berarti ada beberapa tenaga kesehatan diatur melalui PP No. 32 Tahun
muatan khusus di tingkat pelayanan dasar/tingkat 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam Peraturan
pelayanan primer yaitu pelayanan yang berfokus Pemerintah ini dinyatakan antar lain bahwa
pada masyarakat/grass roots level atau usaha pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan
kesehatan berbasis masyarakat (UKBM). UKBM dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
terdiri dari dua unsur yaitu UKM (Upaya Kesehatan kesehatan yang merata bagi masyarakat.
Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun
Perorangan). Pelayanan kesehatan primer pada UKM dengan memperhatikan jenis pelayanan yang
menitikberatkan pada upaya peningkatan dan dibutuhkan, sarana kesehatan, serta jenis dan
pencegahan, sedangkan UKP pada pengobatan dan jumlah yang sesuai. Perencanaan nasional tenaga
pemulihan. Dalam SKN (sistem Kesehatan Nasional), kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
JKN menjadi landasan untuk pelayanan kesehatan Sebagai turunan dari PP tentang Tenaga
primer, sehingga UKBM kelak menjadi binaan dari Kesehatan tersebut, telah diterbitkan beberapa
puskesmas (pelayanan kesehatan primer). Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes).
Peran pelayanan kesehatan primer/puskesmas Kepmenkes No.850/ Menkes/SK/XII/2000 Tahun
saat ini sangat penting dalam mendukung 2000 yang mengatur tentang kebijakan perencanaan
pelaksanaan JKN, pencapaian indikator MDGs, serta tenaga kesehatan untuk meningkatkan kemampuan
peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan para perencanan pemerintah, masyarakat dan
pada masyarakat. Pentingnya pelayanan puskesmas semua profesi disemua tingkatan. Kepmenkes No.
di era JKN karena: 1). Sebagai tulang punggung 81/Menkes/SK/I/2004 Tahun 2004, mengatur
tentang pedoman penyusunan perencanaan
13 Daymone Christine dan Immy Holloway, Metode-Metode sumberdaya kesehatan di tingkat provinsi,
Riset Kualitatif, penerjemah Cahya Wirtama, penyunting kabupaten/kota, serta rumah sakit. Pada Kepmenkes
Santi Indra Astuti, Yogyakarta: Bentang, 2008, hlm. 369.
82 Kajian Vol. 21 No. 1 Maret 2016 hal. 75 - 88

tersebut disediakan pula menu tentang metode (D3)


perencanaan tenaga kesehatan untuk dipilih sesuai
dengan kemauan dan kemampuan. 13 Asisten
1 1 1
Secara umum perencanaan dilakukan untuk Apoteker
hampir semua jenis tenaga, walaupun lebih dari
14 Analis (D3) 1 1 1
separuh kab/kota tidak menerapkan pedoman
perencanaan yang ditetapkan, dengan alasan utama 15 Tenaga
kurangnya sosialisasi. Kekurangan tenaga terjadi Pendukung/
1 1 1
pada semua jenis tenaga kesehatan. Sedangkan Juru (SMK
masalah utama ketenagaan adalah terbatasnya Kesehatan)
formasi dan kemampuan pendanaan, serta proses
Jumlah 21 30 25
pengadaan dan penempatan yang kurang
Keterangan:
memuaskan. - Jumlah bidan desa sesuai dengan jumlah desa di wilayah kerja
Permasalahan ketenagaan di daerah tertinggal puskesmas.
dan terpencil adalah rasio tenaga kesehatan per - Tabel diatas tidak termasuk tenaga untuk puskesmas pembantu.
puskesmas yang lebih kecil, jangkauan desa terpencil - Jumlah juru (SMK Kesehatan) sama dengan jumlah desa di wilayah
kerja puskesmas.
yang lebih luas, dan proporsi pegawai PNS yang lebih - DTPK: Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan.
sedikit, dukungan puskesmas pembantu (pustu) dan
polindes (pondok bersalin desa) yang lebih sedikit, Sedangkan untuk penyelenggaraan manajemen
harapan terhadap insentif yang sangat tinggi, serta puskesmas menurut Kepmenkes No. 81 Tahun 2004,
rencana kepindahan yang lebih tinggi. Jenis insentif minimal diperlukan tenaga sebagai berikut:
yang paling diharapkan oleh petugas Puskesmas Tabel 4. Pola Kebutuhan SDM Untuk Penyelenggaraan
adalah gaji/tunjangan yang lebih baik, peningkatan Manajemen Puskesmas
karir, dan penyediaan fasilitas. Berdasarkan No. Jenis Tenaga Jumlah
Kepmenkes No. 81 Tahun 2004, puskesmas minimal
1 Ka. Subag Tata Usaha (Min D3 Kes) 1
harus memiliki tenaga kesehatan sebagai berikut:
Tabel 3. Pola Ketenagaan Minimal 2 Staf Pencatatan pelaporan (D3 Kes) 1
Yang Wajib Dimiliki Puskesmas 3 Staf Administrasi (SMA/SMK Ekonomi/ 2
No. Jenis Tenaga Puskesmas Akutansi, dll)
4 Juru Mudi 1
Non Perawatan DTPK 5 Penjaga Puskesmas 1
Perawatan
Jumlah 6
1 Dokter Umum 1 2 2 Pada era otonomi daerah, distribusi untuk jenis
tenaga kesehatan tertentu masih disalurkan dari
2 Dokter Gigi 1 1 1
pemerintah pusat (seperti dokter, dokter gigi, dokter
3 Apoteker 0 1 0 spesialis, dakter gigi spesialis, dan bidan).
Penyaluran bidan terutama untuk mengisi posisi
4 Kesmas (S1) 1 1 1
bidan desa. Jadi jejaringnya dari puskesmas,
5 Perawat (S1) 0 1 1 sedangkan untuk tenaga kesehatan lain menjadi
tanggung jawab masingmasing pemerintah daerah
6 Promkes (D4) 1 1 1 dengan harapan daerah akan lebih kreatif. Biasanya
7 Epidemiologis
disalurkan melalui jalur PNS, honorer atau PTT.
1 1 1 Saat ini sebagaimana diatur dalam UU No. 5
(D4)
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN),
8 Bidan (D3) 4 6 4 pemerintah pusat melalui BPPSDMK (Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
9 Perawat (D3) 6 10 8
Manusia Kesehatan) menawarkan ke Kementerian
10 Sanitarian (D3) 1 1 1 Dalam Negeri (Kemendagri) untuk turut serta dalam
pengaturan DRP (Distribution Recruitmant Planing).
11 Gizi (D3) 1 1 1
Sehingga ada pembagian peran antara Kemenkes
12 Perawat Gigi 1 1 1 dengan Kemendagri. Dengan demikian apabila suatu
Tri Rini Puji Lestari Analisis Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014 83
kabupaten yang mengalami kesulitan untuk sehingga jika mereka lulus dan tidak kembali ke
merekrut jenis tenaga kesehatan tertentu maka daerah asalnya harus mengembalikan biaya yang
perekrutannya bisa diserahkan kepada provinsi. sudah diterima selama menjalani pendidikan.
Misalnya, pendidikan dokter spesialis di Indonesia Namun kenyataan dilapangan masih ada saja
saat ini penyelenggaranya baru ada di 3 fakultas penerima beasiswa yang tidak kembali mengabdi ke
kedokteran (FKUI, FKUNHAS, dan FK Airlangga) daerah asal dan tidak juga mengembalikan biaya
dengan produksi pertahunnya sangat terbatas (800/ yang sudah diterimanya, sehingga pihak BPPSDMK
tahun yang dibiayai pemerintah atau 400/semester). harus berupaya menagih agar mengembalikan biaya
Selain itu, karena tidak ada kewajiban untuk PTT yang sudah diterima tersebut. Proses penagihan ini
(Praktik Tidak Tetap) maka setelah lulus pendidikan sering kali tidak membuahkan hasil. Untuk itu
kedokteran spesialis, jarang sekali yang mau kembali dikeluarkan kebijakan, bahwa beasiswa akan
mengabdi ke daerah. Sebagian besar dokter spesialis diberikan pada calon peserta yang menyertakan
bekerja di perkotaan. Menurut data BPPSDMK, dari surat rekomendasi dari bupati setempat. Pemerintah
800 orang lulusan pendidikan kedokteran spesialis pusat saat ini hanya memberikan beasiswa pada
pada April 2014, hanya 305 orang lulusan saja yang tenaga kesehatan tertentu yang bersifat strategis,
kembali mengabdi ke daerah asalnya. Padahal dalam seperti beasiswa untuk jenjang pendidikan spesialis
Kepmenkes No. 81 Tahun 2004 sudah diatur bahwa bagi dokter/ dokter gigi.
bagi lulusan peserta didik spesialis yang sudah Keberadaan BPPSDMK sebagai pendukung/
dibiayai, apabila tidak mau kembali ke daerah penggerak dari SDM kesehatan ke berbagai wilayah
asalnya maka harus mengembalikan 25 kali dari Indonesia. Peran BPPSDMK dalam penyelenggaraan
besaran biaya yang diterima. tenaga kesehatan di puskesmas adalah membuat
Menurut Kepmenkes No.81 Tahun 2004, perkiraan perencanaan tenaga kesehatan di
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan adalah puskesmas. Jadi BPPSDMK memperkirakan besaran
upaya pengadaan tenaga kesehatan sesuai jenis, kebutuhan tenaga kesehatan di puskesmas secara
jumlah dan kualifikasi yang telah direncanakan serta nasional termasuk tenaga pendukungnya. BPPSDMK
peningkatan kemampuan sesuai dengan kebutuhan berkoordinasi dengan Kemendagri dalam
pembangunan kesehatan. Berdasarkan PP No.32 penyediaan tenaga kesehatan. Apabila ada
Tahun 1996 dan Kepmenkes No.1192 Tahun 2004 kebutuhan/kekurangan tenaga kesehatan di suatu
terdapat enam kelompok pendidikan tenaga wilayah tertentu, BPPSDMK akan melaporkan
kesehatan yaitu: kepada Menpan untuk dijadikan pertimbangan saat
1. Keperawatan yang meliputi Sekolah Perawat mengadakan formasi penerimaan. Sedangkan proses
Kesehatan, Sekolah Pengatur Rawat Gigi, perekrutan selanjutnya diserahkan kepada BKD
Keperawatan, Kebidanan, dan Kesehatan Gigi. (Badan Kepegawaian Daerah). Namun demikian
2. Kefarmasiaan, meliputi Sekolah seringkali formasi tenaga kesehatan tidak sesuai
Menengah dengan yang diusulkan daerah, padahal pemerintah
Farmasi, Analis Farmasi. daerah sudah menyusun rencana kebutuhan
3. Kesehatan Masyarakat (Kesehatan Lingkungan). berdasarkan beban kerja. Akibatnya masih banyak
4. Gizi. puskesmas yang krisis tenaga kesehatan.
5. Keterapian Fisik meliputi Fisioterapi, Okupasi Untuk mengatasi puskesmas yang kekurangan
Terapi, Terapi Wicara, Akupuntur. tenaga dokter, dikeluarkan kebijakan melalui
6. Keteknisan Medis meliputi SMAK, pendelegasian kewenangan yaitu memberikan
Analis kewenangan kepada tenaga perawat untuk
Kesehatan, Teknik Gigi, Ortotik Prostetik, Teknik melakukan peran sebagai seorang dokter seperti
Elektro Medik, Teknik Radiologi, Pendidikan memberikan pengobatan. Kewenangan ini hanya
Teknologi Transfusi Darah, Perekam dan berlaku untuk daerah tertentu saja. Artinya tenaga
Informatika Kesehatan, dan Kardiovaksuler. perawat tidak boleh melakukan praktik sebagai
dokter di puskesmas lainnya. Selain itu kewenanga
Saat ini sudah banyak pemerintah daerah yang
pada perawat bisa juga diberikan jika tidak ada
menyediakan beasiswa pada tenaga kesehatan dari
bidan. Perawat diperbolehkan melakukan
daerah setempat, dengan harapan mereka akan
pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
kembali lagi ke daerah asal. Untuk itu, bagi tenaga
Kewenangan diberikan juga kepada dokter umum
kesehatan yang mendapatkan beasiswa harus
untuk dapat melakukan peran dokter spesialis anak
menandatangani surat perjanjian diatas akte notaris,
84 Kajian Vol. 21 No. 1 Maret 2016 hal. 75 - 88

atau dokter anestesi dengan catatan didaerah profesionalisme SDM Kesehatan. Untuk itu kebijakan
tersebut tidak ada satupun dokter spesialisnya dan pembangunan kesehatan tersebut difokuskan pada:
hanya boleh dilakukan didaerah tersebut untuk 1. Kesejahteraan dan sistem insentif bagi tenaga
waktu tertentu. medis dan tenaga kesehatan lainnya khususnya
Pengembangan dan pemberdayaan tenaga yang bertugas di daerah terpencil belum
kesehatan, dilakukan melalui pendidikan dan memadai, sistem insentif yang ada akan
pelatihan, pendayagunaan tenaga kesehatan yang disempurnakan dengan mengacu kepada
diselenggarakan secara merata, serasi, dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 857/
seimbang serta pemberian insentif, penyediaan Menkes/SK/IX/2009 tentang Pedoman Penilaian
fasilitas dan kemudahan karir. Kinerja Sumber Daya Manusia Kesehatan di
Untuk meningkatkan kompetensi tenaga Puskesmas dan kebijakan lain yang diatur oleh
kesehatan puskesmas dilakukan pendidikan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju.
latihan (diklat). Pelatihan tenaga kesehatan ini Pengembangan karir bagi tenaga kesehatan
pelaksanaannya beragam untuk tiap puskesmas, perlu ditingkatkan sehingga penyebaran tenaga
karena disesuaikan dengan bagaimana program di kesehatan dapat merata.
puskesmasnya. Umumnya pelatihan yang ada adalah 2. Penguatan peraturan dalam aspek standarisasi,
pelatihan yang berkaitan dengan life saving seperti akreditasi, sertifikasi kompetensi dan lisensi
ATLS (Advanced Trauma Life Support) dan CLS SDM kesehatan, serta penerapannya dalam
(Clinical Laboratory Scientist). Selain itu pemerintah praktek kedokteran dan profesi kesehatan
pusat melalui BPPSDMK juga menyediakan modul lainnya.
pelatihan dan memberikan training kepada 3. Peningkatan kerjasama antara institusi
caloncalon pelatih yang nantinya bisa memberikan pendidikan tenaga kesehatan dengan penyedia
pelatihan kepada masyarakat (tokoh masyarakat, pelayanan kesehatan dan organisasi profesi.
kader) untuk mendukung pelayanan kesehatan 4. Peningkatan perencanaan, pengadaan, dan
dasar. pendayagunaan serta pembinaan dan
Uji kompetensi dilakukan 5 tahun sekali oleh pengawasan sumber daya manusia kesehatan.
MTKP (Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi). Dalam
Untuk meningkatan jumlah, jenis, mutu dan
rangka pengembangan tenaga kesehatan, pada saat
penyebaran tenaga kesehatan termasuk SDM
uji kompetisi, tenaga kesehatan harus mengikuti
kesehatan, serta pemberdayaan profesi kesehatan,
pendidikan CPB (Cardio Pulmonary Bypass).
sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan
dilakukan melalui program: • Perencanaan
B. Ketersediaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Di kebutuhan tenaga kesehatan
Mamuju • Peningkatan keterampilan dan profesionalisme
Salah satu strategi dalam pembangunan tenaga kesehatan melalui pendidikan dan
kesehatan tahun 2012 – 2016 di kabupaten Mamuju pelatihan tenaga kesehatan;
adalah meningkatkan pengembangan dan • Pembinaan tenaga kesehatan termasuk
pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan pengembangan karir tenaga kesehatan;
bermutu. Pemenuhan SDM kesehatan yang • Penyusunan standar kompetensi dan regulasi
mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, profesi kesehatan
serta terdistribusi secara efektif sesuai dengan
Tenaga kesehatan adalah bagian dari aset
kepentingan masyarakat secara adil, utamanya di
pelayanan kesehatan yang menjadi hal utama dalam
Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK),
pencapaian tujuan program yang telah ditetapkan.
pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan
Secara umum tenaga kesehatan yang bekerja di
yang berkualitas, serta berdaya saing dengan lebih
Kabupaten Mamuju terdiri dari:
memantapkan sistem mutu (upaya, pengawasan,
a. Dokter Spesialis, pada tahun 2009 baru ada 3
audit), standarisasi, dan sertifikasi serta
keahlian yang bekerja di Rumah Sakit Umum
mempermudah akses SDM kesehatan terhadap
Daerah, ahli penyakit dalam, ahli kandungan
pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan,
dan ahli bedah.
mengembangkan kode etik profesi serta
b. Dokter Umum, Dokter sebagai tenaga
meningkatkan pembinaan dan pengawasan SDM
profesional bidang medis yang bekerja di
kesehatan yang diiringi dengan upaya
puskesmas, pada tahun 2009 jumlah dokter
menyejahterakan dalam rangka meningkatkan
Tri Rini Puji Lestari Analisis Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014 85
umum PNS sebanyak 36 orang, peningkatan i. Sanitarian, adalah tenaga kesehatan yang fungsi
tenaga dokter umum PNS dari tahun 2006 – utamanya memberi pelayanan pada upaya
2009, rata-rata mengalami kenaikan, tahun perbaikan dan penyehatan lingkungan
2007 jumlah dokter 16 orang, pada tahun 2008 penduduk atau masyarakat. Jumlah tenaga
sebanyak 24 Orang dan pada tahun 2009 sanitarian tahun 2006 sebanyak 3 orang, pada
sebanyak 36 orang. tahun 2007 sebanyak 16 orang, pada tahun
c. Dokter Gigi, Dokter Gigi adalah tenaga 2008 sebanyak 20 orang, dan pada tahun 2009
profesional medis dengan kekhususan pada gigi sebanyak 11 orang.
dan mulut yang bekerja di puskesmas, pada j. Tenaga kesehatan lain yang menunjang
tahun 2009 jumlah dokter gigi sebanyak 9 orang diagnose dokter dan menunjang pelayanan
PNS, pada tahun 2008 sebanyak 9 orang, pada administerasi
tahun 2007 sebanyak 2 orang dan pada tahun
Khusus tenaga kesehatan di puskesmas, kondisi
2006 sebanyak 1 orang, tenaga kesehatan dengan status PNS masih sangat
d. Apoteker, adalah tenaga profesional kurang dibandingkan dengan jumlah puskesmas
kefarmasian yang bekerja sebagai tenaga yang ada. Dari 22 puskesmas, masih ada 5
pelayanan di puskesmas, pada tahun 2006 puskesmas yang tenaga kesehatan PNS-nya kurang
jumlah tenaga apoteker sebanyak 6 orang, pada dari 5 orang per puskesmas (lihat tabel 5). Selama ini
tahun 2007 jumlah tenaga apoteker sebanyak 7 tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas
orang pada tahun 2008 jumlah tenaga apoteker sebagian besar adalah tenaga kontrak dan PTT.
sebanyak 6 orang, pada tahun 2009 jumlah Bahkan tidak sedikit dari mereka yang sudah lebih
apoteker sebanyak 15 orang disamping tenaga dari 4 tahun bahkan ada yang sudah bertugas
apoteker tenaga lain seperti asisten apoteker selama 20 tahun tetapi belum juga diangkat menjadi
terdiri dari sarjana farmasi dan D III Farmasi. PNS.
e. Bidan, adalah tenaga pelayanan kesehatan yang Untuk mengatasi kelangkaan tenaga kesehatan
fungsi utamanya memberi pelayanan kesehatan di puskesmas, sejak tahun 2005 Bupati Mamuju
terhadap Ibu dan anak, jumlah bidan pada telah mengeluarkan kebijakan untuk mengangkat
tahun 2006 sebanyak 53 orang, tahun 2007 tenaga kesehatan kontrak dan PTT dengan
sebanyak 61 orang, tahun 2008 sebanyak 71 menggunakan anggaran APBD. Tenaga kontrak
orang dan pada tahun 2009 sebanyak 110 tersebut diprioritaskan untuk mengisi daerah
orang. terpencil dan kepulauan, karena daerah-daerah
f. Perawat, adalah tenaga pelayanan kesehatan tersebut adalah daerah-daerah yang umumnya tidak
yang fungsi utamanya memberi pelayanan diminati.
keperawatan terhadap pasien, jumlah perawat Menurut kepala Dinkes kabupaten Mamuju, jika
tahun 2006 sebanyak 161 orang, 2007 sebanyak pendistribusiannya bagus maka secara umum jumlah
179 orang, tahun 2008 sebanyak 202 orang, ketenagaan di Mamuju akan cukup. Namun sebagian
tahun 2009 sebanyak 212 orang besar tenaga kesehatan di Mamuju berada di
g. Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) adalah perkotaan. Selain itu, ada juga beberapa puskesmas
tenaga kesehatan yang fungsi utamanya di kota Mamuju yang memiliki tenaga kesehatan
memberi pelayanan kesehatan komunitas dengan status PNS lebih dari 20 orang (lihat tabel 5).
(masyarakat) pada tingkat promotif dan Padahal sesuai Kepmenkes No. 81 Tahun 2004
preventif, jumlah tenaga SKM pada tahun 2006
sebanyak 15 orang, tahun 2007 sebanyak 23
orang, pada tahun 2008 sebanyak 24 orang, dan
pada tahun 2009 sebanya 29 Orang
h. Ahli Gizi, adalah tenaga kesehatan yang fungsi
utamanya memberi pelayanan kesehatan
terhadap upaya perbaikan dan pengendalian
Gizi Masyarakat, jumlah tenaga gizi pada tahun
2006 sebanyak 9 orang, pada tahun 2007
sebanyak 13 orang, tahun 2008 sebanyak 11
orang, dan pada tahun 2009 sebanyak 13 orang.
86 Kajian Vol. 21 No. 1 Maret 2016 hal. 75 - 88

Tabel 5. Jenis Tenaga PNS Di Puskesmas Di Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat Tahun 2014

Kefarmasian
Perawat Gigi

Dokter Gigi

Rekam Medis
Perawat

Non Kes
Unit Kerja

Kesmas

Jumlah
Kesling

Dokter
Tng.
Analis
Bidan

Gizi
No.

1 Puskesmas Binanga 18 4 7 1 1 1 2 2 1 - - 31 2

2 Puskesmas Bambu 8 1 6 1 - 1 - 1 1 - - 19 2

3 Puskesmas Salissingan 2 - - - - - - - - - - 2 -

4 Puskesmas Rangas 15 2 9 1 2 1 2 4 1 1 - 38 1

5 Puskesmas Botteng 5 1 1 - - - 1 1 1 3 - 13 -

6 Puskesmas Tapalang 11 1 4 - - 1 1 1 1 1 - 21 6

7 Puskesmas Dungkait 6 - 3 - 1 - - 1 - 1 - 12 3

8 Puskesmas Tampa Padang 15 1 5 - - 1 - 2 1 2 - 27 2

9 Puskesmas Beru-Beru 9 - 3 - - - 1 1 1 3 - 18 -

10 Puskesmas Ranga-Ranga 4 - - 2 - 1 - - - 1 - 8 1

11 Puskesmas Keang 2 - 1 - - - - 1 - - - 4 -

12 Puskesmas Topore 5 - 9 - - - - - - - - 14 1

13 Puskesmas Tarailu 5 - 2 - - 1 - 1 2 - - 11 3

14 Puskesmas Tommo 4 - 3 - - - - 2 - - - 5 -

15 Puskesmas Campaloga 5 - 2 - - - - 1 - 1 - 9 -

16 Puskesmas Leling 3 1 2 - - - - 1 - - - 7 -

17 Puskesmas Buttuada 4 - 1 - 1 - 1 - - - - 7 1

18 Puskesmas Bonehau 3 - 2 - - - - - - - - 5 1

19 Puskesmas Kalumpang 2 - 3 - 2 1 - - - - - 8 1

20 Puskesmas Karataun 3 - - - - - - - - - - 3 -

21 Puskesmas Karama - - 1 - - - - 1 - - - 2 1

22 Puskesmas Hinua 1 - - - - - - - - - - 3 -
Sumber: Dinkes Kab. Mamuju setiap puskesmas terdapat
standar kapasitas tenaga kesehatannya. Seperti
misalnya untuk puskesmas di daerah perkotaan
kapasitasnya 20 orang tenaga kesehatan termasuk
tenaga administrasi dan manajemen puskesmas.
Kondisi tersebut diatas merupakan pekerjaan
rumah bagi pemerintah daerah Mamuju yang
selama ini sulit diatasi, karena biasanya ketika ada
tenaga kesehatan di pindahkan misalnya dari
puskesmas di provinsi ke puskesmas kabupaten
sedangkan keluarganya tidak ikut pindah, maka
Tri Rini Puji Lestari Analisis Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014 87
keberadaan tenaga kesehatan tersebut menjadi puskesmas. Selain itu, sebagian besar (70%) tenaga
tidak efektif. Ketidak efektifan tersebut terjadi kesehatan di puskesmas menyatakan bahwa selama
dikarenakan secara geografi jarak tempuhnya jauh ini mereka banyak mengerkakan pekerjaan yang
sehingga menyebabkan tenaga kesehatan tersebut tidak sesuai dengan tupoksinya dan sering mendapat
terlambat datang setiap harinya atau jarang datang. tugas tambahan (60%). Akibatnya tingkat kepuasan
Dapat juga terjadi apabila lulusan tenaga kesehatan tenaga kesehatan terhadap capaian kinerjanya
yang sudah ditempatkan di sebuah puskesmas masih rendah dan sebagian besar tenaga kesehatan
daerah kemudian setelah menikah harus pindah merasa belum puas dengan kinerja yang sudah
mengikuti suaminya bertugas. Akibatnya posisi dicapainya (75%).
tenaga kesehatan tersebut menjadi kosong. Hal ini Fakta lain di lapangan adalah dukungan untuk
menjadi dilema bagi Dinkes Kab. Mamuju. meningkatkan kompetensi dan kemampuan melalui
Selama ini menurut informan Dinkes Kabupaten pemberian beasiswa yang hanya ada untuk program
Mamuju, keberadaan Dinkes Kabupaten Mamuju dokter spesialis, sedangkan untuk tenaga kesehatan
tidak memiliki kewenangan penuh untuk distribusi lainnya belum ada. Padahal sedikit sekali tenaga
atau penempatan bagi tenaga kesehatan puskesmas kesehatan yang mampu melanjutkan jenjang
di wilayahnya. Karena pernah ada kasus, seorang pendidikan secara swadana. Sehingga sebagian
tenaga kesehatan puskesmas daerah yang letaknya besar tenaga kesehatan di mamauju masih berlatar
bukan di perkotaan meminta kepada pihak Dinkes belakang pendidikan kurang dari S1. Sebagaimana
Kabupaten Mamuju dipindahkan ke puskesmas di temuan di lapangan bahwa 55% tenaga kesehatan
daerah perkotaan dimana istri dan anaknya tinggal. yang bekerja di puskesmas masih berpendidikan
Tetapi karena pertimbangan bahwa puskesmas di Diploma III (D-III). Sementara itu dikarenakan
perkotaan jumlah tenaga kesehatannya sudah keterbatasan fasilitas dalam pengembangan sumber
melebihi standar kapasitas yang seharusnya maka daya manusia (SDM), maka dukungan pihak
tenaga kesehatan tersebut tidak mendapat manajemen puskesmas untuk dapat melanjutkan
persetujuan. Namun beberapa waktu kemudian, pendidikan ke strata yang lebih tinggi masih kurang
tibatiba pihak Dinkes Kabupaten Mamuju dan 30% tenaga kesehatan di puskesmas
mendapatkan Surat Keputusan pindah dari tenaga menyatakan keberatan jika harus menanggung
kesehatan tersebut ke rumah sakit umum provinsi. biayanya sendiri untuk melanjutkan pendidikannya.
Itu artinya ia pindah dari tenaga kesehatan Dinkes C. Strategi Kedepan
Kabupaten menjadi tenaga kesehatan Dinkes Puskesmas merupakan lembaga kesehatan yang
Provinsi tanpa meminta izin dan rekomendasi menjangkau masyarakat di wilayah terpencil,
terlebih dahulu dari kepala Dinkes Kabupaten. membina peran serta masyarakat disamping
Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan di memberikan pelayanan kesehatan. Selain itu, pada
puskesmas tersebut, berdampak pada beban kerja era JKN, puskesmas sebagai pusat pelayanan
para tenaga kesehatan di puskesmas. Apalagi di era kesehatan tingkat pertama (PPK I) dimana
JKN, dimana puskesmas menjadi pintu pertama masyarakat yang sakit harus ke puskesmas terlebih
dalam sistem rujukan sebelum masyarakat berobat dahulu sebelum dirujuk ke rumah sakit,
ke rumah sakit. Sehingga dapat dipastikan jumlah menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah
pasien yang berobat ke puskesmas semakin kunjungan pasien ke puskesmas. Untuk itu kesiapan
bertambah dan beban kerja tenaga kesehatan di SDM terutama tenaga kesehatan yang memadai
puskesmas pun semakin meningkat. Jika merujuk sangat diperlukan.
pada Kepmenkes No. 81 Tahun 2004, maka sebagian Sebagaimana telah diatur dalam UU Nomor 36
besar puskesmas di Mamuju tidak memenuhi Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 21 ayat
standar minimal jenis tenaga kesehatan yang harus (1), maka pemerintah daerah perlu mempunyai
tersedia di puskesmas (lihat table 5). Akibatnya konsep yang nyata dan komprehensif dalam
selain beban kerja yang menjadi besar, pekerjaan melakukan manajemen SDM kesehatan khususnya
yang dilakukan tenaga kesehatan di puskesmas juga untuk puskesmas.
tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Terkait perencanaan, dimana di dalamnya
Bahkan dari temuan di lapangan ada kepala mencakup pengadaan dan distribusi ketenagaan,
puskesmas yang latar belakang pendidikanya non meskipun selama ini tiap tahun Dinkes Kabupaten
kesehatan (sarjana agama). Kondisi ini tentu saja Mamuju sudah mengusulkan kebutuhan tenaga
akan berpengaruh pada manajemen kinerja kesehatan sesuai dengan standar kebutuh dari
88 Kajian Vol. 21 No. 1 Maret 2016 hal. 75 - 88

masing-masing puskesmas. Namun selama kesehatan di puskesmas baik dari segi jumlah, jenis,
pemerintah daerah masih belum mampu untuk kualifikasi, dan mutu serta penyebarannya yang
merekrut PNS baru, maka Dinkes Kabupaten dilakukan melalui perencanaan kebutuhan,
Mamuju mengeluarkan kebijakan untuk mengangkat pendidikan dan pelatihan, pendayagunaan, serta
tenaga honorer dan kontrak. Dimulai pada tahun pembinaan dan pengawasan. Namun lebih dari
anggaran 2015, dimana Dinkes Kabupaten Mamuju separuh kab/kota tidak menerapkan pedoman
mengangkat banyak tenaga kesehatan kontrak yang perencanaan yang ditetapkan, dengan alasan
dananya berasal dari kapitasi BPJS. kurangnya sosialisasi.
Untuk peningkatan kualitas dan pengembangan Penyediaan tenaga kesehatan puskesmas di
kompetensi tenaga kesehatan pihak Dinas Mamuju masih menghadapi permasalahan, seperti
Kesehatan mengadakan pelatihan. Pelatihan pendistribusian yang tidak merata, proporsi pegawai
dilakukan atas dasar capaian pembangunan PNS yang lebih sedikit, dukungan pustu dan polindes
kesehatan. Program pelatihan banyak yang berasal yang lebih sedikit, insentif yang sangat rendah, serta
dari anggaran provinsi dan hanya dikhususkan untuk terbatasnya fasilitas untuk peningkatan kemampuan
tenaga kesehatan PNS. Sedangkan untuk tenaga dan pengembangan SDM kesehatan yang kurang.
kesehatan selain PNS (karena tenaga kesehatan yang Kurangnya jumlah tenaga kesehatan dibanding
bertugas di puskesmas di Mamuju sebagian besar puskesmas yang ada, menjadikan beban kerja
adalah tenaga honorer dan PTT), pihak Dinas tenaga kesehatan puskesmas semakin tinggi dan
Kesehatan Mamuju mengeluarkan kebijakan untuk tidak sesuai dengan tupoksi serta latar belakang
menggunakan anggaran dari kabupaten. pendididkannya. Sehingga pada akhirnya berdampak
Di sisis lain, pemberlakuan system kapitasi pada menurunnya kualitas pelayanan di puskesmas.
berpengaruh pada puskesmas yang memiliki jumlah Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan
tenaga kesehatan sedikit. Karena biasanya dalam penyediaan tenaga kesehatan kedepan, yaitu
puskesmaspuskesmas tersebut minim tenaga produksi (berkaitan dengan kualitas dan
kesehatan dan itu berarti besaran kapitasi yang kompetensi), penempatan (berkaitan dengan
didapat kecil. Di Mamuju puskesmas yang memiliki kebijakan pemerintah, lokasi penempatan, dan
tenaga kesehatan sedikit umumnya adalah ketersediaan fasilitas kesehatan), distribusi (terkait
puskesmas yang berada di daerah terpencil atau pada rasio per populasi penduduk), dan kinerja dari
dengan kondisi geografi yang sulit di jangkau seperti tenaga kesehatan (terkait pada jumlah kunjungan
di pegunungan. Kondisi ini akan semakin tidak atau pencapaian target).
menarik bagi tenaga kesehatan untuk bekerja di
sana. Untuk itu, dalam rangka pendayagunaan B.
Saran
tenaga kesehatan di puskesmas, Dinkes Kab. Sosialisasi dan advokasi kebijakan penyediaan
Mamuju mengusulkan agar penentuan besaran tenaga kesehatan puskesmas perlu di tingkatkan,
kapitasi tidak hanya didasarkan pada jumlah danAgar pemerintah daerah beserta instansi terkait
jenis tenaga kesehatan yang ada di puskesmas, paham dan melaksanakan kebijakan tersebut.
tetapi kondisi geografi juga dipertimbangkan Pengadaan tenaga kesehatan di puskesmas
sehingga para tenaga kesehatan tertarik untuk harus disesuaikan dengan kebutuhan di tiap-tiap
bekerja di puskesmas di daerah terpencil, kepulauan
daerah dan bagi pemerintah daerah yang tidak
atau pegunungan dan tidak hanya berkumpul di sanggup untuk merekrut tenaga kesehatan PNS
kota. hendaknya mendapatkan bantuan anggaran yang
Terkait kesejahteraan yang diterima oleh para
berasal dari pusat. Sedangkan untuk penempatan
tenaga kesehatan puskesmas di daerah pegunungan,
tenaga kesehatan harus sesuai dengan latar
pemerintah daerah Mamuju telah mengeluarkan belakang pendidikannya.
kebijakan untuk puskesmas yang berada di daerah Perlu adanya penambahan kesejahteraan dan
khusus yaitu adanya penambahan uang kinerja fasilitas untuk tenaga kesehatan yang bertugas di
untuk semua tenaga kesehatan di puskesmas puskesmas di daerah pedesaan, terpencil, pesisir,
sebesar 1 juta rupiah. dan pegunungan. Sehingga banyak tenaga kesehatan
tertarik untuk bertugas di sana.
III. PENUTUP A. Kesimpulan Strategi kedepan untuk mendapatkan pelayanan
Kebijakan penyediaan tenaga kesehatan di puskesmas yang berkualitas hendaknya pemerintah
puskesmas, ditujukan untuk mengatur tenaga tidak hanya memperhatikan kualitas dari tenaga
Tri Rini Puji Lestari Analisis Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2014 89
kesehatan di puskesmas, tapi juga kuantitasnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. (2012). Profil
sehingga mereka tidak bekerja melebihi beban Kesehatan Kabupaten Mamuju Provinsi
kerjanya. Sulawesi Selatan. Mamuju: Dinkes Kab.
Mamuju.
Dinas Kesehatan Sulawesi Barat. (2014). Rencana
Strategis Dinkes Sulawesi Barat Tahun
DAFTAR PUSTAKA
20122016. Mamuju: Dinkes Provinsi SulBar.
Yaslis, Ilyas. (1999). Penilaian dan Penelitian. Depok:
Badan Penerbit FKM UI.
Buku Mathis, Robert L. dan Jackson. (2006). Manajemen
Byars, Lloyd L., & Rue, Leslie W. (2006). Human Sumber Daya Manusia (Edisi 10). Jakarta:
Resource Management. (8th ed.). New York: Salemba Empat.
McGraw-Hill Irwin.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2011). Metodologi
Daymone, Christine dan Holloway, Immy. (2008). Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Metode-Metode Riset Kualitatif, terjemahan
oleh Cahya Wirtama, penyunting Santi Indra Imbalo, Pohan. (2007). Jaminan Mutu Layanan
Astuti. Yogyakarta: Bentang. Kesehatan: Dasar-dasar Pengertian dan
Penerapan. Jakarta EGC.
Anwar, Prabu. (2012). Evaluasi Kinerja SDM. Website
Bandung: PT. Refika Aditama. UPTD Puskesmas Tanjung Palas Utara, Analisis
Prawirosentono, Suryadi. (1999). Kebijakan Kinerja Implementasi Kepmenkes No.128 Tahun
Karyawan. Yogyakarta: BPFE. 2004 Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas,
(online), (http://pkmtanjungpalasutara.
Robbins, Stephen P., (1996). Perilaku Organisasi Jilid blogspot.com/2012/03/analisis-implementasi-
II, Alih Bahasa HadayanaPujaatmaka, Jakarta, kepmenkes-no128.html, diakses 6 April 2014).
Prenhalindo.
Daniel, ed., 4 Maret 2010, Pelayanan Pasien di
Sumantri, Arif. (2011). Metodologi Penelitian Puskesmas Mamuju di Keluhkan. Mamuju: Kesehatan. Jakarta:
Kencana. Antara News, (online), (http://www.antara-
Wibowo. (2013). Manajemen Kinerja, Jakarta: sulawesiselatan.com/berita/13358/profil-
Rajawali Pers. antara, diakses 10 April 2014).
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 1 Maret 2013,
Surat Kabar Keluhan tentang pelayanan puskesmas di
“Pelayanan Puskesmas masih Dikeluhkan”. Bali Pos, kelurahan Palmerah, (online), (http://prov.
13 Oktober 2004. jakarta.go.id/opinipublik/aspirasi/2013/03/
keluhan-tentang-pelayanan-puskesmas-
dikelurahan-palmerah , diakses 11 April 2014).

Anda mungkin juga menyukai