Anda di halaman 1dari 31

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pompa Air


Pompa adalah suatu alat atau mesin untuk menggerakkan fluida, dari tempat
bertekanan rendah ke tempat dengan tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi
perbedaan tekanan ini maka diperlukan tenaga energi. Energi tersebut digunakan
untuk mengatasi hambatan - hambatan pengaliran dapat berupa perbedaan tekanan,
perbedaan ketinggian atau hambatan gesek.

2.1.1 Penjelasan Pompa


Pompa merupakan suatu alat yang digunakan untuk memberikan energi
kinetik atau energi potensial pada fluida non compressible (cairan) shingga fluida
tersebut dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Setiap pompa
memiliki karakteristik sendiri tergantung pada desain dari pompa tersebut.
Berdasarkan prinsip kerjanya pompa terbagi atas dua jenis:
1. Positive Displacement Pump
Pada pompa Positive displacement, aliran fluida didasarkan atas mekanisme
penghisapan dan kempa/desak. Contoh pompa ini adalah pompa ulir, pompa
roda gigi, pompa torak dan lain-lain. Pompa jenis ini dapat digunakan untuk
mengalirkan fluida dengan viskositas yang relatif besar. Salah satu jenis pompa
ini yang banyak digunakan adalah pompa roda gigi.
Karakteristik dari pompa roda gigi sangat dipengaruhi oleh putaran dari
motor yang digunakan.

Q=n×V
................................. (2.1)
Dimana:
Q = Debit aliran (L/min)
n = Putaran pompa (rpm)
V = Volume yang dipindahkan (cm3/rpm)

5
6

2. Dynamic Pump
Pada pompa dinamik, energi ditambahkan pada fluida dengan cara
melewatkan fluida pada sudu yang berputar cepat. Contoh pompa ini adalah pompa
radial/sentrifugal, pompa aksial. Pada pompa sentrifugal energi yang ditambahkan
pada fluida tergantung pada sudu dari impeller. Kecepatan yang keluar tersebut
merupakan kecepatan absolut dengan komponen kecepatan putar (tangensial) dan
kecepatan yang mengikuti impeller (relatif). Kecepatan fluida ini kemudian
berkurang dan menjadi tinggi kenaikan (H) disudu pengarah atau pada rumah spiral
pompa.

Gambar 2.1 Skema Pompa Dinamik

Daya pada fluida yang melalui impeller dirumuskan dengan euler Turbo
Machine Equations:

𝑃𝑤 = 𝑊 ∙ 𝑇 = 𝑝 ∙ 𝑔 ∙ 𝑄 ∙ 𝑢2 ∙ 𝑣𝑡2 − 𝑢1 ∙ 𝑣𝑡1

𝑃 𝑃
𝐻 𝑤 = (𝑢2 ∙ 𝑣𝑡2 − 𝑢1) ∙
= 𝑝 ∙ 𝑔 ∙ ℎ𝑣𝑡1)
........... (2.2)
Dimana Pw adalah daya fluida  g Q (H) yaitu Water Horse Power/WHP,
sedangkan daya yang diberikan pada pompa diberikan persamaan BHP = n.T, pada
kenyataannya WHP akan selalu lebih kecil dibandingkan dengan BHP. Sehingga
efisiensi pompa merupakan perbandingan WHP dan BHP.
7

Persamaan tersebut menunjukan torsi, daya dan head merupakan fungsi dari

kecepatan linier dari tepian rotor U1 dan U2 dan kecepatan tangensial absolut dari
fluida Vt1 dan Vt2.
𝑣2 − 𝑢2 + 𝑤2 − 2 ∙ 𝑢 ∙ 𝑤 ∙ cos 𝛽 = 𝑢 − 𝑣𝑡
........... (2.2)
Sehingga:

1
𝑉𝑡 = 2 (𝑣2 + 𝑢2 − 𝑤2)
......................... (2.4)

Disubstitusikan pada persamaan (2).

1
𝐻 = 𝑔(𝑣2 − 𝑣2) + (𝑢2 − 𝑢2) − (𝑤2 − 𝑤2)]
2

𝑃 𝑤2 𝑟2𝑤2
+𝑧+ − = cos 𝑛𝑡
𝜌∙𝑔 2𝑔 2𝑔
....................... (2.5)
Untuk pompa sentrifugal power yang diberikan dapat dihubungkan terhadap
kecepatan radial Vn = Vt tan , maka untuk tinggi tekan teoritis debit dapat
diperoleh dengan:

𝑃𝑤 = 𝑊 ∙ 𝑇 = 𝑝 ∙ 𝑄(𝑢2 ∙ 𝑉𝑛2 ∙ cos 𝛼2 − 𝑢1 ∙ 𝑉𝑛1 ∙ cos 𝛼2)

𝑄 𝑄
Vn1 = 2𝜋 . r1.b 1 Vn2 = 2𝜋 . r2.b2
………………(2.6)

2.1.2 Cara Kerja Pompa Sentrifugal


Berikut adalah proses kerja yang terjadi pada pompa Sentrifugal :
1. Fluida memasuki pompa lalu dialirkan dari suction nozzle menuju impeler.
Dalam keadaan awal masuk, fluida masih dalam tekanan atmosfer.
2. Kecepatan putar dari impeller memberikan gaya centrifugal pada fluida.
Gaya tersebut akan menggerakkan fluida sepanjang impeller vane (baling-
8

baling impeller) dan keluar menuju sisi sempit dimana fluida memiliki gaya
yang melawan dinding volute yang kemudian keluar melalui discharge
nozzle.
3. Bentuk dari volute yang semakin melebar ketika menuju discharge nozzle
dari pada posisi awal fluida memasuki volute. Ketika fluda dari impeller
menabrak sisi volute maka kecepatan dari fluida tersebut akan meningkat.
Percepatan yang terjadi pada kondisi ini sangat berhubungan dengan energi
kinetiknya.
4. Kemudian bentuk volute yang lebar pada posisi keluar fluida dari impeller
akan memperlambat gerakan dari fluida. Sesaat ketika fluida mencapai
poisisi akhir volute, energi kinetik akan ditransformasikan menjadi tekanan.
Tekanan ini lah yang akan menggerakkan fluida keluar dari pompa melalui
discharge nozzle yang kemudian mengalir menuju pipa keluaran,

Gambar 2.2 Cara Kerja Pompa Sentrifugal


2.1.3 Penjelasan Rangkaian
1. Pompa yang dipasang secara seri
Pada hubungan seri, setelah zat cair melalui sebuah pompa 1, zat cair itu
dibawa kembali ke pompa berikutnya. Dari pompa 1 diteruskan ke pompa 2
dengan menutup kran pada discharge pada pompa 1 dan menutup kran suction
pada pompa 2. Dalam pemasangan secara seri head yang dihasilkan akan lebih
besar, head pompa 1 ditambah head pompa 2, namun dengan debit aliran fluida
yang kecil.
9

Gambar 2.3 Rangkain Pompa Secara Seri

2. Pompa yang dipasang secara pararel


Pada hubungan pararel pada pompa, 2 buah pompa dihubungkan pada
saluran ke output yang sama. Untuk menjaga agar jangan sampai sebuah pompa
mengempa kembali zat cair kedalam saluran isap pompa yang lain, umpamanya
bila pompa yamg terakhir ini tidak bekerja, maka dipasang sebuah kran. Dengan
menutup kran 3 maka rangkaian ini akan terhubung secara pararel dan akan
dihasilkan debit aliran yang sangat besar namun head tidak bertambah.

Gambar 2.4 Rangkain Pompa Secara Pararel


10

2.1.4 Standar API 610


Standar untuk pompa sentrifugal diatur oleh API (American Petroleum
Institute) dalam API 610, Centrifugal Pumps for Petroleum, Petrochemical and
Natural Gas Industries atau ISO 13709.
Pada API 610, pompa sentrifugal terbagi ke dalam 3 jenis yaitu:
1. Overhung Pump
Pompa dengan posisi impeller tergantung di satu sisi (overhanging). Pompa
jenis ini untuk aplikasi low-medium capacity dan low-medium head.

Gambar 2.5 Overhung Pump

2. Between Bearing Pump


Pompa dengan posisi impeller berada di antara bearing. Pompa jenis ini
untuk aplikasi medium-high capacity dan medium-high head.

Gambar 2.6 Between Bearing Pump


11

1. Vertically Suspended Pump


Pompa dengan posisi impeller tergantung secara vertical. Pompa
jenis ini untuk aplikasi medium-high capacity dan low head.

Gambar 2.7 Vertically Suspended Pump

2.1.5 NPSH, NPSHr, NPSHa dan Kavitasi


Net Positive Suction Head (NPSH) adalah tekanan awal bernilai positif yang
terdapat pada sisi inlet pompa. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa kavitasi terjadi
apabila tekanan statis suatu aliran zat cair turun sampai dibawah tekanan uap
jenuhnya. Untuk menghindari kavitasi harus diusahakan agar tidak ada satu bagian
dari aliran didalem pompa yang mempunyai tekanan ststis lebih rendah dari tekanan
uap jenuh cairan pada temperatur yang bersangkutan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan dua macam tekanan yang memegang peranan. Pertama, tekanan yang
ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana pompa dipasang. Kedua, tekanan
ditentukan oleh keadaan aliran didalem pompa.
Oleh karena itu, didefinisikan suatu tekanan kavitasi atau jika dinyatakan
dalam satuan Head disebut dengan Net Positive Suction Head (NPSH). Jadi, NPSH
dapat dinyatakan sebagai ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi. NPSH terdiri
dari 2 jenis yaitu:
1. NPSHa (Net Positive Suction Head available)
NPSHa merupakan kebutuhan tekanan maksimum yang terdapat pada
sisi hisap yang bernilai positif. Nilai NPSHa dirumuskan dengan
persamaan berikut :
12

𝑃𝑎 𝑝𝑣
Hsv = - – hs - hls
𝛾 𝛾
........................... (2.7)

Dimana:
hsv = NPSH yang tersedia (m)
Pa = Tekanan atmosfer (kgf/m2)
Pv = Tekanan uap jenuh (kgf/m2)
𝛾 = Berat jenis zat cair (kgf/m2)
hs = Head hisap statis (m)
his = Kerugian head dalam pipa hisap (m)

2. NPSHr (Net Positive Suction Head required)


NPSHr merupakan nilai tekanan pompa positif yang dibutuhkan agar
memiliki kemampuan hisap yang baik. Nilai NPSHr dirumuskan
dengan persamaan berikut :

Hsvn = . Hn
............................ (2.8)
Dimana:
hsvn = NPSH yang dibutuhkan (m)
𝜎 = Koefisien kavitasi (gambar 2.13)
Hn = Head system

Gambar 2.8 Koefisien Kavitasi

kecepatan spesifik pada pompa (ns) yang dapat dicari dengan persamaan
berikut :
13

𝑄 0,5
Ns = n 𝐻 0,75
............................. (2.9)
Dimana:
ns = Kecepatan spesifik pompa
n = Putaran pompa (rpm)
Q = Kapasitas terbaik (m3)
H = Head system (m)

Setelah mendapatkan nilai dari NPSHa dan NPSHr maka dapat mengetahui
apakah pompa tersebut mengalami kavitasi atau tidak dengan membandingkan niali
NPSHa dengan NPSHr. Jika NPSHa > NPSHr maka pompa tidak mengalami
kavitasi begitupun sebaliknya.
Kavitasi merupakan gejala timbulnya gelembung udara karena menguapnya
zat cair yang sedang mengalir. Hal ini dapat terjadi saat zat cair tersebut tekanannya
berkurang hingga dibawah tekanan uap jenuhnya sehingga fluida menguap saat
tekanannya cukup rendah. Dalam hal ini temperatur fluida lebih besar dari
temperatur jenuhnya.
Kavitasi berawal dari kecepatan fluida yang tinggi saat memasuki pompa
sehingga tekanannya rendah dan menyebabkan titik didihnya menurun. Saat fluida
mencapai titik didihnya maka menguap dan timbul gelembung-gelembung yang
bergerak dengan kecepatan tinggi yang akan menabrak sudu.
Pada pompa yang rawan terjadi kavitasi yaitu sisi hisapnya. Kavitasi pada
pompa akan berakibat pada:
1. Suara berisik dan getaran dari pompa.
2. Menurunya performa pompa secara tiba-tiba.
3. Jika pompa dijalankan dalam keadaan kavitasi secara terus-menerus dalam
waktu lama, maka permukaan dinding akan tergerus sehingga menjadi
berlubang. Peristiwa ini disebut erosi kavitasi
14

Gambar 2.9 Kerusakan Dinding Pompa Akibat Kavitasi

2.1.6 Penerapan Pompa


Dalam kehidupan sehari-hari pompa sentrifugal banyak memberikan
berbagai manfaat besar bagi manusia, terutama pada bidang industri. Secara umum
pompa sentrifugal digunakan untuk kepentingan pemindahan fluida dari satu
tempat ke tempat yang lainnnya. Berikut ini beberapa contoh lain pemanfaatan
pompa sentrifugal, diantaranya:
1. Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan dalam
fasilitas gathering station, suatu unit pengumpul fluida dari sumur produksi
sebelum diolah dan dipasarkan, adalah pompa bertipe sentrifugal.
2. Pada industri perkapalan pompa sentrifugal banyak digunakan untuk
memperlancar proses kerja di kapal.
3. Pompa sentrifugal WARMAN dirancang khusus untuk memompakan
lumpur, bahan kimia dan semua larutan cair yang bercampur dengan partikel
padat.

2.2 Turbin Air


2.2.1 Penjelasan Tentang Turbin Air
Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas untuk
tenaga industri untuk jaringan listrik. Sekarang lebih umum dipakai untuk generator
listrik. Turbin kini dimanfaatkan secara luas dan merupakan sumber energi yang
dapat diperbaharukan. Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi
potensial, tekanan dan energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk
putaran poros. Putaran poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga
listrik. Berdasarkan prinsip kerjanya, turbin air dibagi menjadi dua kelompok:
1. Turbin Impuls (Cross-Flow, Pelton & Turgo)
15

2. Turbin Reaksi (Francis, Kaplan propeller)


Daerah aplikasi berbagai jenis turbin air relatif spesifik. Pada beberapa
daerah operasi memungkinkan digunakan beberapa jenis turbin. Pemilihan jenis
turbin pada daerah operasi yang Overlaping ini memerlukan perhitungan yang lebih
mendalam. Pada dasarnya daerah kerja operasi turbin menurut Keller 2
dikelompokkan menjadi:
Secara umum hasil survey lapangan mendapatkan potensi pengembangan
PLTMH dengan tinggi jatuhan (Head) 6 - 60 m, yang dapat dikategorikan pada
head rendah dan medium.

Tabel 2.1 Daerah Operasi Turbin


Jenis Turbin Variasi Head, m
Kaplan dan Propeller 2 < H < 20
Francis 10 < H < 350
Pelton 50 < H < 1000
Crossfiow 6 < H < 100
Turgo 50 < H < 250

Gambar 2.10 Sebuah Sudu Turbin Francis

2.2.2 Klasifikasi Turbin Air


Dengan kemajuan ilmu Mechanical Fluida dan Hidrolics serta
memperhatikan sumber energi air yang cukup banyak tersedia di pedesaan
akhirnya timbulah perencanaan-perencanaan turbin yang divariasikan terhadap
tinggi jatuh (Head) dan debit air yang tersedia. Dari itu maka masalah turbin air
16

menjadi masalah yang menarik dan menjadi objek penelitian untuk mencari
sistem, bentuk dan ukuran yang tepat dalam usaha mendapatkan Effisiensi turbin
2.2.3 Berdasarkan Model Aliran Air Masuk Runner
Berdasarkan model aliran air masuk runner, maka turbin air dapat dibagi
menjadi tiga tipe yaitu :
1. Turbin Aliran Tangensial
Pada kelompok turbin ini posisi air masuk runner dengan arah tangensial
atau tegak lurus dengan poros runner mengakibatkan runner berputar,
contohnya Turbin Pelton dan Turbin Cross-Flow.

Gambar 2.11 Turbin Aliran Tangensial

2. Turbin Aliran Aksial


Pada turbin ini air masuk runner dan keluar runner sejajar dengan poros
runner, Turbin Kaplan atau Propeller adalah salah satu contoh dari tipe
turbin ini.

Gambar 2.12 Turbin Aliran Aksial


17

3. Turbin Aliran Aksial – Radial


Pada turbin ini air masuk ke dalam runner secara radial dan keluar runner
secara aksial sejajar dengan poros. Turbin Francis adalah termasuk dari jenis
turbin ini.

Gambar 2.13 Turbin Aksial-Radial

2.2.4 Standar ASME PTC 18


Dengan menggunakan standar ASME PTC 18: 2002 dilakukan perhitungan
efisiensi turbin air bertipe francis dengan rumus:

Turbin Output (Po) 1000 Po


𝜂= =
Turbin Input (Pw) ρ .H .Q.g
.......................... (2.10)

2.2.5 Pengaplikasian Turbin Air di Industri


Penerapan Turbin secara umum diindustri adalah untuk memproduksi
tenaga listrik. Hamper seluruh tenaga listrik diproduksi menggunakan Turbin dari
jenis tertentu. Turbin kadang kala merupakan bagian dari mesin yang lebih besar.
Sejumlah turbin gas, sebagai contoh dapat menunjuk ke mesin pembakaran dalam
yang berisi sebuah turbin, compressor, “kombustor” dan alternator. Turbin dapat
memiliki kepadatan tenaga (power density) yang luar biasa.
Sangat tinggi kemampuan mereka beroperasi pada kecepatan sangat tinggi.
Mesin utama dari space shuttle menggunakan turbo pums (mesin yang terdiri dari
sebuah pompa yang didorong oleh sebuah mesin turbin) untuk memberikan
propellant (oksigen cair dan hydrogen cair) ke ruang pembakaran mesin. Turbo
18

pump hydrogen cair ini sedikit lebih besar dari mesin mobil dan memproduksi
70.000 HP.

2.3 Refrigerator
2.3.1 Penjelasan Tentang Refrigerator
Refrigerator merupakan suatu alat yang dirancang untuk mendinginkan
suatu ruang atau media yang berada di dalamnya. Refrigerator pada umumnya
menggunakan suatu siklus yang dikenal dengan siklus kompresi uap. Siklus
kompresi uap menggunakan media pendingin yaitu refrigeran yang bersikulasi
melewati 4 komponen utama sistem refrigerasi (kompresor, kondensor, alat
ekspansi dan evaporator). Media pendingin/refrigeran memungkinkan terjadinya
efek pendinginan dimana kalor dari suatu ruang (Refrigerated Space) diserap oleh
evaporator sehingga temperatur ruang tersebut menurun.
Prinsip pendinginan merupakan terapan dari teori perpindahan kalor dan
termodinamika. Berbagai konsep, model, dan hukum termodinamika dan
perpindahan kalor dikembangkan dari konsep yang dikembangkan dari dunia fisika,
model khusus dan juga hukum yang digunakan untuk memecahakan masalah dan
sistem rancangan. Massa dan energi merupakan dua konsep dasar yang menjadi
titik tolak perkembangan sains rekayasa (engineering science). Hukum pertama dan
kedua termodinamika serta persamaan laju perpindahan kalor merupakan contoh
yang tepat untuk hal ini.
1. Sifat termodinamika
Sifat termodinamika merupakan bagian yang penting dalam menganalisis
dalam sistem termal adalah penemuan sifat termodinamika yang bersangkutan.
Suatu sifat adalah karakteristik atau ciri dari bahan yang dapat dipahami dalam
hal perubahan sifat-sifatnya, tetapi keduanya bukan merupakan sifat itu sendiri,
melainkan merupakan hal yang dilakukan terhadap suatu sistem untuk merubah
suatu sifatnya. Kerja dan kalor dapat diukur hanya pada pembatas sistem atau
jumlah energi yang dipindahkan tergantung pada terjadinya perubahan. Oleh
karena itu, termodinamika berkisaran pada energi maka seluruh sifat-sifat
termodinamika berkaitan dengan energi. Dalam hal ini sifat-sifat termodinamika
19

yang diutamakan adalah tekanan, suhu, rapat massa, volume spesifik, kalor
spesifik, entalpi, dan sifat cair uap dari suatu keadaan.
2. Suhu (t)
Dari suatu bahan menyatakan keadaan termal dan kemampuannya untuk
bertukar energi dengan bahan lain yang bersentuhan dengannya. Jadi suatu
bahan yang suhunya lebih tinggi akan memberikan kepada bahan yang suhunya
lebih rendah. Titik acuan bagi skala Celcius adalah titik beku air (0°C) dan titik
didih air (100°C).
3. Suhu absolut (T)
Suhu absolut adalah derajat diatas suhu nol absolut yang dinyatakan dengan
skala Kelvin (K) yaitu = t°C + 273. Oleh karena itu, interval suhu pada kedua
skala suhu tersebut identik maka beda suhu pada Celcius dinyatakan dengan
Kelvin.
4. Tekanan (P)
Tekanan adalah gaya normal (tegak lurus) yang diberikan oleh suatu fluida
persatuan luas benda yang terkena gaya tersebut. Tekanan absolut adalah ukuran
diatas nol (tekanan yang sebenarnya berada diatas nol). Tekanan pengukuran
(pressure gauge) diukur diatas tekanan atmosfer suatu tempat (nol tekanan
pengukuran = tekanan atmosfer ditempat tersebut). Satuan yang dipakai untuk
tekanan adalah Newton/m2 disebut juga Pascal (Pa).
5. Tekanan atmosfir standar (atm)
Tekanan atmosfir standar adalah 101.325 Pa = 101.3 Mpa, tekanan dapat
diukur dengan instrument seperti ukuran tekanan (preassure gauge) atau
Manometer (yang diperlihatkan secara skematik).
6. Rapat massa dan volume spesifik
Rapat massa dari suatu fluida adalah massa yang mengisi satu-satuan
volume, sebaliknya volume spesifik adalah volume yang diisi oleh satu-satuan
massa, rapat massa dan volume spesifik saling berkaitan satu dengan yang
lainnya.
20

7. Kalor spesifik
Kalor spesifik dari suatu bahan adalah jumlah energi yang diperlukan untuk
menaikkan satu-satu massa bahan tersebut sebesar 1°K. Oleh karena itu, besaran
ini dipengaruhi oleh cara proses berlangsung, maka cara kalor ditambahkan atau
dilepaskan harus disebutkan. Nilai pendekatan untuk nilai spesifik dari beberapa
bahan yang penting adalah sebagai berikut :
8. Entalpi (h)
Perubahan entalpi (h) adalah jumlah kalor yang dilepaskan atau diberikan
persatuan massa melalui proses tekanan konstan. Sifat entalpi dapat juga
dinyatakan laju perpindahan kalor untuk proses yang padanya terjadi penguapan
atau pengembunan, misalnya proses dalam ketel air atau koil pendinginan udara
dimana uap air mengembun.
9. Entropi (s)
Walaupun entropi memiliki arti teknis dan filosofi, tapi sifat ini hanya
digunakan dalam hal khusus dan terbatas. Entropi terdapat pada banyak grafik dan
tabel-tabel sifat bahan

2.3.2 Penjelasan Jenis Jenis Refrigerant


Berikut merupakan jenis jenis refrigerant :
1. R-11 atau Trichloro Monofluoro Methane
R-11 atau CCL 3 F merupakan salah satu jenis refrigerant yang
banyak digunakan pada proses pembersihan pada lemari es dan AC
yang unit motornya terbakar. R-11 biasanya memiliki warna tabung
jinga atau orange. R-11 memiliki beberapa karakteristik diantaranya
yaitu :
• Mempunyai titik didih 23,8 derajat celcius pada 1 atmosfer
• Memiliki tekanan penguapan sebesar 24 inchg vakum pada
suhu -15derajat celcius.
• Memiliki tekanan kondensasinya 3,5 psig pada 30°C serta kalor
latenuap 73, 8 Btu/lb pada titik didih
• Sangat stabil, tidak dapat beracun, tidak dapat korosif, tidak
21

dapatterbakar dan tidak mudah meledak.


2. R-12 atau Dichloro Difluoro Methane
R-12 atau CCL 2 F2 merupakan salah satu jenis refrigerant yang
disusun menggunakan ethane dan methane. Keduanya memiliki zat
achlor yang dapat merusak lapisan ozon. Jenis freon R-12 populer pada
tahun 80n dan jugadigunakan pada sistem AC mobil. Akibat zat achlor
yang dapat merusak, maka penggunaannya sudah dilarang. R-12
memiliki warna tabung putih. R-12 memiliki beberapa karakteristik
diantaranya yaitu
• Memiliki Titik didih - 29,8°C pada tekanan 1 atmosfir
• Memiliki Tekanan penguapan 11,8 psig pada 15°C
• Memiliki Tekanan kondensasi 93,3 psig pada 30°C.
• Tidak memiliki sifat korosif, tidak memiliki racun, tidak memiliki
sifat dapat terbakar atau meledak dalam bentuk cair maupun
dalam bentuk gas.

3. R-13 atau Chloro Friflaoro Methane


R-13 merupakan salah satu jenis refrigerant yang sering digunakan
untuk mengganti penggunaan jenis refrigerant R-22 dan R-500. R-13
digunakan pada suhu rendah. R-13 memiliki warna tabung biru muda
dengan ban biru tua. R-13memiliki karakteristik diantaranya yaitu
• Mempunyai titik - 18,4°F pada 1 atmosfir
• Mempunyai tekanan penguapan 117,1 psi pada - 15°C.
• Mempunyai tekanan kondensasi 546,6 psig pada 28,9°C
• Memiliki kalor laten uap 63,85 Btu/lb pada titik didih

4. R-22 atau Chloro DiFluoro Methane


R-22 merupakan salah satu jenis refrigerant yang digunakan untuk
mengganti R-12. R-22 populer dan banyak digunakan pada tahun 90n.
R-22 masuk dalam kategori HCFC yang masih dapat mengakibatkan
kerusakan lapizan ozon. Meskipun akibatnya lebih kecil daripada R-12.
R-22 digunakan untuk refrigerasi berukuran kecil hingga sedang
22

termasuk pada kendaraan. R-22 memiliki warna tabung hijau. R-22


memiliki beberapa karakteristik yaitu

• Memiliki titik didih pada tekanan atmosfir -40, 8°C


• Memiliki tekanan penguapan pada - 15°C ada 28,3 psi
• Memiliki tekanan kondensasi pada 30°C adalab 158,2 psig.
• Memiliki kalor laten uap 100, 6 Btu/lb pada titik didih
• Mempunyai kemampuan dielektrik yang besar

5. R-32
R-32 merupakan salah satu jenis refrigerant yang banyak
digunakan pada sistem AC ruangan sejak tahun 2013. R-32 memiliki
karakteristik yang lebih ramah lingkungan serta penyebab potensi
pemanasan global yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis R-
410A. Namun R-32 memiliki kelemahan yaitu mudah terbakar
walaupun masih aman digunakan pada sistem AC rumah.

2.3.3 Siklus Refrigerator dan Diagram Ph 22


Diagram ph merupakan diagram dengan sumbu x menunjukan enthalpy (h)
dan sumbu y menunjukkan tekanan (P). Seperti terlihat dalam gambar 2.14.
Biasanya diagram P-h juga dilengkapi dengan garis-garis besaran lain, seperti garis
suhu, entropi, dan volume jenis
Selain garis-garis besaran terebut diatas, terdapat pula kubah saturasi
(ditunjukkan dengan garis merah). Kubah ini merupakan kubah yang menunjukkan
fasa zat. Didalam kubah merupakan daerah dimana fasa dari zat berupa campuran
gas dan cair.
Di bagian kanan terdapat garis saturasi gas (gas jenuh). Di garis ini zat
dalam keadaan tepat jenuh gas. Jika sedikit saja ke kiri maka sudah ada bagian yang
mencair dan jika sedikit saja ke kanan maka sudah terjadi superheated. Superheated
adalah keadaan dimana pada saat suatu zat yang sudah dalam keadaan gas jenuh,
kemudian mengalami kenaikan suhu
23

Gambar 2.14 Contoh Diagram P-h

Di bagian kiri terdapat garis saturasi cair (Cair jenuh). Di garis ini zat dalam
keadaan tepat cair jenuh. Jika sedikit saja ke kanan maka sebagian zat akan
menguap menjadi gas dan sedikit saja ke kiri maka zat akan menjadi keadaan
subcooled. Subcooled adalah keadaan pada saat suatu zat yang sudah menjadi cair
jenuh kemudian mengalami penurunan suhu.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat garis lurus dengan arah ke kanan. Garis
tersebut dimulai dari sebelah kiri kubah atau dengan kata lain awalnya zat dalam
keadaan subcooled.
Proses 1 ke 2, zat dalam keadaan subcooled tersebut menerima kalor
sehingga terjadi keniakan suhu sampai zat menjadi saturasi cair. Enthalpy pada zat
tersebut naik. Pada titik 2 zat dalam keadaan saturasi cair.
Proses 2 ke 3, Zat tersebut menerima kalor akibatnya enthalpy naik. Dalam
tahap ini kalor yang diterima tidak mengubah suhu zat, melainkan merubah fasa
menjadi gas. Zat yang tadinya berupa saturasi cair mulai berubah menjadi gas
(menguap). Antara titik 2 dan titik 3 berfasa campuran. Semakin dekat dengan titik
3 semakin banyak zat yang berfasa gas. Sebaliknya semakin dekat dengan titik 2,
semakin banyak zat yang berfasa cair. Di titik 3 keadaan zat menjadi saturasi gas
(gas jenuh) di mana semua zat berfasa gas. Proses 3 ke 4, Setelah berfasa saturasi
gas, zat tersebut menerima kalor akbatnya entalphy terus naik. Pada proses ini
terjadi kenaikan suhu sehingga zat menjadi keadaan superheated.
24

2.3.4 Komponen Rangkaian Refrigerator


1. Kompresor
Kompresor adalah semacam pompa yang didesain untuk menaikkan tekanan
dari refrigeran. Menurut hukun fisika, jika gas atau uap dikompresikan maka
temperaturnya juga akan naik. Ketika tekanan dan temperatur naik, refrigeran
cepat mengalami kondensasi pada kondensor.

Compressor

Gambar 2.15 Kompresor

2. Kondensor
Tujuan dari kondensor adalah untuk mengkondensasikan udara menjadi
mencairkan gas refrigeran yang telah dikompresikan bertekanan tinggi,
bertemperatur tinggi yang keluar dari kompresor.
Kondensor dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Air Cooled Type dan Water
Cooled Type, kapasitas : 720 kcal/h. Gambar :

Gambar 2.16 Kondensor

3. Liquid Receiver
Liquid Receiver menyimpan refrigeran yang telah dikondensasikan dalam
bentuk cairan secara berkala sebelum melalui expantion valve (katup ekspansi).
25

Gambar 2.17 Liquid Receiver

4. Sight Glass
Dalam sight glass akan memberikan informasi keadaan dari refrigeran
(bercampur dengan air, kualitas dari refrigeran, dan lain-lain) alat ini dipasang
diantara pipa cairan refrigeran diantara kondensor dan expantion valve.

Gambar 2.18 Sight Glass

5. Strainer / Drier
Alat ini memisahkan air yang bisa berada pada pipa freon refrigeran. Jika
air masuk dalam sistem pipa, bukan hanya akan menghambat aliran refrigeran
yang dikarenakan air ini akan membeku, tetapi juga akan menyebabkan
terjadinya asam Hidrochloric, asam Floride Hydrogen. Ini akan menyebabkan
akibat yang kurang baik, sebagai contoh : karat pada komponen, adhesive
tembaga atau material elektrik isolator. Dengan standar : 1,4 inchi.

Gambar 2.19 Strainer (Filter)

6. Katup Ekspansi (Expansion valve)


26

Digunakan untuk mempertahankan derajat suhu super head dengan


mengontrol aliran refrigeran. Alat ini memiliki thermostatis Expantion Valve.
Digunakan untuk refrigeran : freon 12 (R12). Standar : daerah temperatur yang
dikontrol -40 - 10°C.

Gambar 2.20 Katup Ekspansi

7. Evaporator
Adalah bagian alat dari refrigeration system yang digunakan untuk
menguapkan refrigeran dengan cara menangkap panas dari lingkungan.
Dengan kata lain alat ini menguapkan cairan refrigeran dengan cara head
exchanging (pertukaran panas) antara temperatur rendah, tekanan rendah
cairan refrigeran dengan udara.

Gambar 2.21 Evaporator

8. Dual
Alat ini digunakan untuk menghentikan kompresor pada saat tekanan
berlebihan dari tekanan normal operasi dan akan kembali dihidupkan jika
kembali normal. Dan akan menghentikan kompresor untuk mengurangi
tekanan pada tekanan rendah untuk membuat pompa bekerja pada tekanan
rendah yang berhubungan dengan selenoid valve

.
27

Daerah tekanan dapat dikontrol:

1. High Preassure : 8-30 kg/cm2

2. Low Preassure : 0,5-2 kg/cm2


3. Daerah tekanan diferensial : 50 mmHg – 6 kg/cm2

Gambar 2.22 Dual

9. Pressure Gauge
Alat ini akan memberikan informasi dan rendahnya tekanan pada sistem
daerah yang dapat dibaca. Daerah tekanan yang dapat dibaca:
2
1. High Preassure : 0-30 kg/cm
2
2. Low Preassure : 0-15 kg/cm

Gambar 2.23 Pressure Gauge

10. Thermostat
Alat ini mengontrol solenoid valve dengan tujuan untuk memelihara
temperatur udara pada outlet evaporator dan temperatur ruangan pada
temperatur konstan. Daerah udara dapat dikontrol: 30-50°C.
28

Gambar 2.24 Thermostat

11. Temperatur
Alat ini akan menemukan volume keluar penukar dengan mengukur
temperatur dalam sistem.

Gambar 2.25 Temperatur

2.3.5 Pengaplikasian Refrigerant


Pengaplikasian Refrigerant yaitu sebagai berikut:
1. R – 717 (Amomia) digunakan untuk industri, terutama untuk pabrik es
yang besar dan system absorpsi
2. R – 744 (Karbon dioksida) digunakan untuk kapal laut dan industri
untuk membuat dry ice
3. R – 764 (Sulfur dioksida) digunakan untuk lemari es yang digunakan
pada tahun 1920 – 1930
4. R – 11 digunakan untuk water chiller, air conditioning besar dari 200
– 2000 ton
5. R – 12 digunakan untuk lemari es, freezer, ice cream cabinet, water
cooler.
6. R – 13 digunakan untuk laboratorium dan pekerjaan khusus
7. R – 134 A digunakan untuk AC mobil, lemari es
8. Hydrocarbon digunakan untuk ac, lemari es, water chiller
29

2.4 Motor Bakar


2.4.1 Penjelasan Tentang Motor Bakar

Salah satu jenis penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor,
yaitu mesin yang menggunakan energi thermal untuk melakukan kerja mekanik.
Ditinjau dari cara memperoleh energi thermal ini mesin kalor dibagi menjadi dua
golongan, yaitu:
1. Mesin pembakaran luar (External Combistion Engine)
Mesin pembakaran luar yaitu proses pembakaran yang terjadi diluar mesin,
energi thermal dari gas hasil pembakaran dipindahkan ke fluida kerja mesin
melalui dinding pemisah, sebagai contohnya mesin uap, turbin uap, dan
lain-lain.
2. Mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine)
Mesin pembakaran dalam bisa dikenal dengan nama motor bakar. Proses
pembakarannya berlangsung didalam motor bakar itu sendiri sehingga gas
pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja,
contohnya motor diesel dan motor bensin.

2.4.2 Beberapa Jenis Motor Bakar


1. Motor Bakar Torak
Motor bakar torak menggunakan beberapa silinder yang didalamnya
terdapat torak yang bergerak translasi (bolak-balik). Didalam silinder itulah terjadi
pembakaran antara bahan bakar dengan udara dimana udara dikompresi terlebih
dahulu sehingga menghasilkan tekanan yang tinggi serta suhu udara yang tinggi.
Gas pembakaran yang dihasilkan oleh proses tersebut mampu menggerakan torak
dengan batang penghubung (batang penggerak) yang dihubungkan dengan poros
engkol dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol menimbulkan gerak translasi
pada torak.
2. Motor Bensin
Motor bensin merupakan salah satu jenis penggerak mula yang
mengkonversikan energi thermal menjadi energi mekanik. Energi thermal tersebut
diperoleh dari pembakaran bahan bakar dan udara. Motor bensin itu sendiri adalah
30

mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine) yang dimana proses


pembakarannya terjadi pada ruang bakar. Lain halnya dengan pembakaran luar
yang mana proses pembakarannya terjadi diluar mesin yang kemudian energi panas
tersebut dipindahkan ke fluida kerja mesin melalui dinding pemisah.

Gambar 2.26 Siklus Motor Bensin

2.4.3 Skema Motor Bakar


Bahan bakar yang berada di tangki atau gelas ukur dihisap oleh kaburator
mobil. Jadi energi kimia bahan bakar tidak dikonversikan langsung menjadi energi
mekanik. Motor bakar dengan sistem spark ignition menggunakan bunga api yang
digunakan berasal dari busi. Busi akan menyala saat campuran bahan bakar udara
mencapai kompresi, temperature dan tekanan tertentu sehingga akan terjadi reaksi
pembakaran yang menghasilkan tenaga untuk mendorong torak bergerak bolak –
balik. Siklus Langkah kerja yang terjadi pada mesin jenis ini dinamakan siklus
OTTO dengan menggunakan bahan bakar bensin. Bahan bakar standar motor
bensin adalah iso-oktan (C8H18).
31

Gambar 2.27 Skema Motor Bakar

Dan berikut merupakan siklus motor bakar bensin:

Gambar 2.28 Siklus Otto Aktual


32

Gambar 2.29 Siklus Otto Ideal

2.4.4 Efisiensi Thermal, Mekanis, Volumetric


1. Efisiensi Thermal
Efisiensi termal adalah konsep dasar dari efisiensi siklus ideal yang
didefinisikan perbandingan antara energi yang berguna dengan energi yang
masuk. Energi berguna adalah pengurangan antara energi masuk dengan
energi terbuang.
2. Efisiensi Mekanik
Semua beban mesin diatasi dengan sumber energi dari proses pembakaran
yang menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik yang terukur pada
diagram indikator adalah kerja indikator. Kerja indikator persatuan waktu
inilah yang akan ditransfer mejadi kerja poros persatuan waktu. Adapun
besarnya nilai efektivitas dari transfer daya indikator menjadi daya poros
adalah efisiensi mekanis. Jadi efisiensi mekanis adalah perbandingan antara
daya poros dengan daya indikator.
3. Efisiensi Volumetric
Udara yang dihisap masuk silinder selalu banyak mengalami hambatan
aliran sehingga aliran udara banyak kehilangan energi, disamping itu udara
hisap juga menyerap panas dari saluran hisap terutama pada ujung saluran
hisap yang ada katup masuknya. Karena menyerap panas temperatur udara
menjadi naik dan menyebabkan massa jenis turun tetapi menaikkan nilai
33

viskositasnya. Dengan kondisi tersebut udara lebih sulit mengalir dengan


massa per satuan volumenya juga berkurang. Untuk mendefinisikan jumlah
udara yang masuk ke ruang silinder dirumuskan ukuran keefektifan aliran
udaran masuk yaitu efisiensi volumetri.

2.4.5 Penerapan Motor Bakar


Dalam memajukan peningkatan prodkusi suatu hasil pertanian, perlu
diadakannya suatu intensifikasi terhadap pengolahannya. Tetapi tidak merubah
kaidah-kaidah alamiah yang ada. Jadi juga bisa berimbang dengan alam, maka
disebut sebagai pertanian yang berkelanjutan. Pertanian dikatakan modern jika cara
pengelolaannya sudah menggunakan mesin dan peralatan modern. Tentu saja dalam
dunia modern saat ini banyak sekali kaidah-kaidah pertanian tradisional nenek
moyang kita telah hampir punah, hanya sebagian petanian yang masih melestarikan
pertanian nenek moyang (pranata mangsa). Didalam sistem pertanian dibedakan
menjadi 2 dari caranya, yaitu modern dan tradisional. Pertanian modern mengelola
dengan alat-alat canggih seperti alat pengolah tanah (traktor, bajak rotari), alat
mesin penanaman, alat mesin pemupukan, alat mesin pemberantasan gulma,
spraayer, alat mesin pemanenan. Alat tradisonal seperti cangkul, sabit, pengolaan
tanahnya ada yang menggunakan hewan. Tidak semua petani menggunakan
peralatan-peralatan modern, karena dilihat dari berbagai faktor seperti ekonomi,
fungsi alat, keaadaan landscape, dan budaya setempat. Peralatan membantu petani.
Alat pengolahan tanah yang tahan karat, pelumasan yang minimum dari mesin-
mesin yang digunakan. Peralatan itu bisa bergerak akibat adanya suatu mesin yang
menggerakannya. Dan didalam mesin terdapat mekanisme-mekanisme cara untuk
menggerakkannya.

2.4.6 Jurnal Tentang Air Fuel Ratio Pada Motor Bakar


Berikut ini merupakan review jurnal tentang COP di sistem pendingin
yaitu diperoleh:
34

Tabel 2.2 Jurnal Air Fuel Ratio Pada Motor Bakar


Tempat Publikasi Jurnal Universitas Udayana

Judul Jurnal Pengaruh Air Fuel Ratio Terhadap Emisi Gas


Buang Berbahan Bakar Lpg Pada Ruang Bakar
Model Helle-Shaw Cell
Tahun Terbit 2011
Vol. No Vol. 5 No.1
Halaman 39-45
Penulis 1. I Gusti Ngurah Putu Tenaya.
2. Made Hardiana
1. Luki Alamsyah.
Reviewer 2. Kukuh Ifandha
3. Rocky Indra Saputra Simarmata
4. Ferry Muhammad Wazir
5. Aditya Dafa Indriyan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Tujuan Penelitian pengaruh variasi perbandingan campuran udara
dengan Bahan Bakar Gas yaitu Liquified Petroleum
Gas (LPG) terhadap emisi gas buang pada ruang
Penelitian ini akan dilakukan dengan melakukan
pengambilan data di lapangan dan pengolahan data
Metode Penelitian secara matematis. Data yang akan diambil adalah
variabel bebasnya adalah Air Fuel Ratio yaitu :
14:1,15:1,16;1,17;1,18;1,19;1,20;1.Variabel
terikatnya adalah emisi gas buang yaitu : CO,
CO2, O2, dan HC.
Hasil dari penelitian yaitu perbandingan udara dan
bahan bakar(Air Fuel Ratio/AFR) 14:1 yaitu
Hasil Penelitian
perbandingan udara dengan bahan bakar dimana
volume udara adalah 14 bagian dan bahan bakar 1
35

bagian. Pada kondisi ini gas buang CO-nya yang


paling maksimum yaitu sebesar 2,724 %, dan akan
mengalami penurunan sampai dengan AFR 20:1
sebesar 0,202 %.
Kekuatan dalam penelitian ini adalah alat yang
Kekuatan Penelitian digunakan mudah didapatkan dan digunakan sebagai
objek penelitiannya.

Kelemahan pada penelitian ini adalah banyak metode


yang digunakan dalam penelitian ini.
Kelemahan Penelitian

Kesimpulan pada penelitian ini adalah Semakin tepat


campuran antara udara dan bahan bakar maka proses
Kesimpulan pembakaran yang terjadi semakin baik atau sempurna
sehingga konsentrasi atau kadar gas
buangnya akan memenuhi standar baku mutu.

Anda mungkin juga menyukai