Anda di halaman 1dari 8

Suku Simalungun

Adalah salah satu suku yang berada di provinsi Sumatra Utara, Indonesia, yang menetap
di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya. Beberapa sumber menyatakan bahwa leluhur suku ini
berasal dari daerah India Selatan tetapi ini hal yang sedang diperdebatkan. Sepanjang sejarah
suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik,
dan 3 marga pendatang yaitu, Saragih, Sinaga, dan Purba. Kemudian marga marga (nama
keluarga) tersebut menjadi 4 marga besar di Simalungun.

Kehidupan masyarakat Simalungun


Sistem mata pencaharian orang Simalungun yaitu bercocok tanam dengan padi dan jagung,
karena padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan tambahan jika hasil
padi tidak mencukupi. Jual-beli diadakan dengan barter, bahasa yang dipakai adalah bahasa
dialek. "Marga" memegang peranan penting dalam soal adat Simalungun. Jika dibandingkan
dengan keadaan Simalungun dengan suku Batak yang lainnya sudah jauh berbeda.

Bahasa & Aksara


Suku Simalungun menggunakan Bahasa Simalungun (bahasa simalungun: hata/sahap
Simalungun) sebagai bahasa Ibu. Derasnya pengaruh dari suku-suku di sekitarnya
mengakibatkan beberapa bagian Suku Simalungun menggunakan bahasa Melayu, Karo, Batak,
dan sebagainya. Penggunaan Bahasa Batak Toba sebagian besar disebabkan penggunaan bahasa
ini sebagai bahasa pengantar oleh penginjil RMG yang menyebarkan agama Kristen pada Suku
ini.
Aksara yang digunakan Suku Simalungun disebut aksara Surat Sisapuluhsiah.

Marga
- Harungguan Bolon
Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronim SISADAPUR,
[9]
 yaitu:

 Sinaga
 Saragih
 Damanik
 Purba
- Raja Nagur bermarga Damanik
Damanik berarti Simada Manik (pemilik manik), dalam bahasa Simalungun, Manik
berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan (bersemangat, berkharisma, agung/terhormat,
paling cerdas).
- Raja Banua Sobou bermarga Saragih
Saragih dalam bahasa Simalungun berarti Simada Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun,
tata, sehingga simada ragih berarti Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang
undang-undang.
- Raja Banua Purba bermarga Purba
Purba menurut bahasa berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Purwa yang berarti timur, gelagat
masa datang, pegatur, pemegang Undang-undang, tenungan pengetahuan, cendekiawan/sarjana.
- Raja Saniang Naga bermarga Sinaga
Sinaga berarti Simada Naga, dimana Naga dalam mitologi dewa dikenal sebagai penyebab
Gempa dan Tanah Longsor.
- Marga-marga perbauran
Perbauran suku asli Simalungun dengan suku-suku di sekitarnya di Pulau Samosir, Silalahi,
Karo, dan Pakpak menimbulkan marga-marga baru.
Selain itu ada juga marga-marga lain yang bukan marga Asli Simalungun tetapi kadang
merasakan dirinya sebagai bagian dari suku Simalungun, seperti Lingga, Manurung, Butar-butar
dan Sirait.

PERKERABATAN SIMALUNGUN
Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal silsilah karena
penentu partuturan (perkerabatan) di Simalungun adalah hasusuran (tempat asal nenek moyang)
dan tibalni parhundul (kedudukan/peran) dalam horja-horja adat (acara-acara adat). Hal ini bisa
dilihat saat orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya “aha marga ni ham?” (apa
marga anda) tetapi “hunja do hasusuran ni ham (dari mana asal usul anda)?"
Hal ini dipertegas oleh pepatah Simalungun “Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija
pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei” (dari Raya, Purba, Dolog, Panei. Yang manapun
tak berarti, asal penuh kasih).

Pakaian Adat
Kain Adat Simalungun disebut Hiou. Penutup kepala lelaki disebut Gotong, penutup kepala
wanita disebut Bulang, sedangkan yang kain yang disandang ataupun kain samping disebut Suri-
suri.
Sama seperti suku-suku lain di sekitarnya, pakaian adat suku Simalungun tidak terlepas dari
penggunaan kain Ulos(disebut Uis di suku Karo). Kekhasan pada suku Simalungun adalah pada
kain khas serupa Ulos yang disebut Hiou dengan berbagai ornamennya.
Ulos pada mulanya identik dengan ajimat, dipercaya mengandung "kekuatan" yang bersifat
religius magis dan dianggap keramat serta memiliki daya istimewa untuk memberikan
perlindungan. Menurut beberapa penelitian penggunaan ulos oleh suku bangsa Batak,
memperlihatkan kemiripan dengan bangsa Karen di perbatasan Myanmar, Muangthai dan Laos,
khususnya pada ikat kepala, kain dan ulosnya.[12]

ALAT MUSIK SIMALUNGUN


Kebudayaan Simalungun sangat kaya. Termasuk musiknya. Ada berbagai alat musik tradisional
Simalungun yang terus dilestarikan masyarakat. 

Alat musik tersebut sudah ada sejak zaman nenek moyang. Sebab itulah mengapa alat musik
tradisional Simalungun terus lestari hingga kini.

1. Ingon- Ingon
Alat musik tradisional Simalungun ingon-ingon terbuat dari kayu dan bambu, yang berfungsi
sebagai kincir dan sumber bunyi. Alat musik tradisional ini tergolong jenis membrafron,
dimainkan sebagai penghibur untuk para petani yang sedang bekerja di ladang pagi.

Ingon-ingon merupakan alat musik tradisional Simalungun yang terus lestari, memiliki keunikan
dalam memainkannya yaitu dimainkan menggunakan angin, bukan dari pergerakan manusia.
Cara memainkannya yaitu angin akan meniup kincir dan bamboo akan bergerak menghasilkan
nada-nada indah sesuai keinginan pemain.

2. Sarune Bolon
Sarune bolon merupakan alat musik tradisional Simalungun yang masih lestari, berfungsi sebagai
pembawa melodi. Cara memainkan yaitu ditiup dua lidah atau double reed.

Alat musik tradisional Simalungun satu ini terbuat dari timah di bagian nalih, di bagian tumpak
bibir terbuat dari tempurung, dan di bagian badan terbuat dari bahan silatrum.

3. Husapi

Husapi Simalungun (YouTube/triadil saragih)


Alat musik tradisional Simalungun yang sumber bunyinya berasal dari getaran senarnya.
Sehingga alat musik ini diklasifikasikan sebagai alat musik chordopone.
Husapi ini dulunya terbuat dari bahan kayu arang dan dapat pula dibuat dari kayu ingul dan
tambalahut. Dan saat ini husapi ini sudah banyak terbuat dari kayu Jior (Cassia- Siamea Lamk)
dan juga kayu Pinasa (Arto Carpus Integramer). Husapi ini terdiri dari empat bagian besar sesuai
dengan konstruksinya yaitu ulu (bagian kepala), bargok (bagian leher), boltok (bagian perut), dan
ihur (bagian ekor).

4. Gonrang sipitu-pitu (Gonrang bolon)

Gonrang Sipitu
(Lembaga Batindo Nusantara)
Fungsi dari alat musik tradisional Simalungun yang terus lestari selanjutnya adalah pengiring
upacara adat yang diselenggarakan 2 sampai 3 kali dalam setahun. Alat musik tersebut memiliki
nama gonrang sipitu-pitu yang terdiri tujuh buah gendang yang tersusun.

Gonrang sipitu-pitu terbuat dari kayu, dan kulit kamping. Kulit kambing berfungsi melapisi
bagian atas gorang siputu-pitu, dan kayu berfungsi untu menutupi bagian bawahnya. Suara yang
dihasilkan nada yang sangat indah, sehingga sangat wajar bila musik tradisional Simalungun
gonrang sipitu-pitu terus lestari hingga kini.

5. Arbab
Arbab (beritasimalungun.com)
Cara memainkan alat musik tradisional Simalungun yang terus lestari selanjutnya ialah dengan di
gesek, yang terbuat dari bahan ijuk dari pohon enau. Alat musik tradisional ini memiliki nama
Arbab.

Arbab tergolong kedalam jenis alat musik kordofon, yang terbuat dari tempurung, bamboo, kulit
binatang kancil atau biawak, dan benang. Resonator terbuat dari bahan tempurung, tali senar
terbuat dari bahan benang, dan lempeng atas terbuat dari bahan bamboo.

6. Ogung
Ogung (Lembata
Batindo Nusantara)
Ogung terbuat dari bahan besi atau kuningan sebagai bossed gong. Alat musik tradisional
Simalungun yang terus lestari ini memiliki suara yang nyaring, dan digunakan pada alat musik
seperangkat gonrang sidua-dua.

Fungsi alat musik Simalungun ogung yaitu menghibur masyarakat Simalungun pada upacara
adat atau resepsi pernikahan.

7. Hodong-hodong
Hodong-hodong (lovelysimalungun.com)
Hodong-hodong berfungsi sebagai alat musik penghibur yang terbuat dari bilah, dan kawat.
Merupakan alat musik tradisional Simalungun yang pada dahulu kala memliki fungsi sebagai alat
komunuksi para lelaki dengan kekasih mereka.

Cara memainkannya adalah dipetik dengan telunjuk sambal dibunyikan dengan diberi tekanan di
mulut.

Anda mungkin juga menyukai