Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN PEMIKIRAN JOHN WANSBROUGH TERHADAP AL - QUR’AN

Rilin Fadhillah

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah


IAIN KENDARI
rilinfadhillah13@gmail.com

Abstrak

This paper, broadly speaking, wants to discuss how the perspective of orientalist figures in

conducting their studies on the Qur'an. One of the figures who is quite controversial in

conducting his study of the Qur'an is John Wansbrough where in his paradigm of thought he

considers that the Qur'an is an imitation of the Bible which in relation to its sources comes

from Judaism and Christianity.

Keywords : Al-Qur’an, Historis Critism, Literary Analysis

Abstrak

Tulisan ini, secara garis besar ingin membahas tentang bagaimana sisi perspektif tokoh

orientalis dalam melakukan kajiannya terhadap al-Qur’an. Salah satu tokoh yang cukup

kontroversial dalam melakukan kajiannya terhadap al-Qur’an yaitu John Wansbrough yang

dimana dalam paradigma pemikirannya ia beranggapan bahwa al-Qur’an adalah karya imitasi

dari Bibel yang dimana dalam keterkaitan sumbernya berasal dari agama Yahudi dan

Nasrani.

Kata Kunci : Al-Qur’an, Historis Critism, Literary Analysis


Pendahuluan

Pada subtansi objek kajiannya al-Qur'an telah melalui banyak prose sampai kepada

tahap ketika harakat dan nutqah diberikan. Kemudian ketika,Abul Aswad ad-Duwali atas

perintah langsung dari khalifah Ali bin Abi Thalib, yang memproklamirkan adanya tanda

dalam tulisan; namun, hal ini tidak diberitahukan kepada umum. Pada waktu itu, hanya ada

tanda harakat untuk menjelaskan kepada orang-orang yang ketika membaca al-Qur’an yang

mengakibatkan timbulnya kekeliruan dalam membaca harakat. Setelah itu, tanda Nuqthah

muncul agar dapat membedakan huruf-huruf yang memiliki bentuk yang sama. (Syahin,

2006).

Dalam melakukan kajian pemikiran terhadap perspektif dari john wansbrough , maka

secara garis besar akan membahas tentang bagaimana pemikirannya dalam kajian-kajiannya

terhadap al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci dari agama islam sangat menarik perhatian

bagi para kaum oientalis dalam mengkaji hal tersebut. Ketertarikan sarjana barat atau para

orientalis dalam melakukan kajiannya mengenai al-Qur’an bermula di awal abad ke-12

hingga sampai saat ini, yang menyebabkan banyak dari kalangan orientalis barat menuangkan

ide serta perspektifnya baik dalam bentuk sebuah karya tulis yang bersifat manuskrip dan

metodologi pemikiran dari tokoh orientalis mengenai pembahasan objek kajian al-Qur’an,

seperti halnya dengan karya john wansbrough quranic studies yang membahas dari segi

perspektifnya mengenai al-Qur’an (Ibrahim, 2017).

Menurut john wansbrough, al-Qur’an merupakan bukti langsung yang membahas

tentang agama Islam terdahulu yang membuat ia memiliki argument bahwa agama islam

hanya bisa dinilai dan dijadikan tolak ukur penilaian berbagai aspek dari al-Qur’an. John

wansbrough dalam melakukan kajiannya terhadap al-Qur’an menggunakan pendekatan kritik

sejarah historical criticism , yang sebenarnya pendekatan ini juga sudah digunakan oleh para

tokoh orientalis terdahulu seperti Ignaz Goldziher (1850-1921) dan Josept Schacht (1902-
1969) dua tokoh orientalis yang lebih dulu memperkenalkan pendekatan kritik sejarah dalam

melakukan kajian yang berkaitan langsung dengan berbagai literatur dalam agama islam, baik

dalam bentuk al-Qur’an maupun hadis (Wathani, 2018).

John wansbrough merupakan orientalis yang dalam melakukan kajiannya

menggunakan berbagai metodologi pemikiran dan konseptual dalam melakukan studinya

seperti ketika dalam melakukan kajian mengenai pembahasan yang berkaitan dengan agama

serta ia lebih cenderung memiliki perhatian konsep yang membahas tentang berbagai literatur

– literatur kitab suci agama seperti perhatiannya ketika melakukan kajiannya terhadap al-

Qur’an (Zulfa, 2016). Wansbrough dalam mengerjakan studi pemikirannya terhadap al-

Qur’an ia lebih menganalisa kepada teks-teks maupun kisah yang terdapat dalam al-Qur’an.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam proses penulisan artikel ini menggunakan

penelitian pustaka (library research), yaitu dengan mengumpulkan literatur-literatur untuk

menjadi sumber data dari tulisan ini untuk menjawab bagaimana pandangan John

Wansbrough terhadap al-Qur’an. Literatur yang di kumpulkan berupa buku, jurnal ilmiah,

dan artikel ilmiah. Dalam penelitian ini substansi informasi data yang diinginkan oleh penulis

yaitu mencari berbagai literatur-literatur yang memiliki konsep data berkesesuaian dengan

topik yang akan digali lebih secara mendalam pada kajian ini. Peneliti mencari informasi agar

dapat menjawab konteks permasalahan yang terdapat pada tulisan ini dengan membaca

berbagai macam literatur yang sesuai dengan konteks pembahasan.

Hasil dan Pembahasan

Biografi John Wansbrough

John Wansbrough merupakan seorang pakar sejarah asal Amerika Serikat (Hakim,

2022) dan ahli tafsir terkemuka di Landon (Setiawan, 1998). Ia dikenal sebagai pengkritik
paling tajam terhadap al-Qur’an dan kenabian Muhammad saw (Muzayyin, 2015). Nama

lengkapnya ialah John Edward Wansbrough (Lutfi, 2018). Wansbrough lahir di kota Peoria,

Illinois pada tanggal 19 Februari 1928 dan wafat di usia 74 tahun pada tanggal 10 Juni 2002

di Montaigu-de-Quercy, Prancis (Hakim, 2022). Wansbrough memulai karir akademiknya

pada tahun 1960 (Mustaqim, 2002). Ia merupakan alumni universitas nomor 1 di dunia yaitu

Harvard University (Rahman, 1996). Setelah menyelesaikan studinya di Harvard University,

Wansbrough melanjutkan studinya di departemen Sejarah School of Oriental and Africa

Studies (SOAS) University of London (Ahmad Arif Junaidi, 2002). Setelah itu Wansbrough

menjadi dosen Bahasa Arab sekaligus menjabat sebagai direktur di sebuah perguruan tinggi.

Pemikiran dari john wansbrough lebih cenderung dalam kritik terhadap catatan-

catatan tradisional berkenaan asal-usul Islam (Lutfi, 2018). Menurut wansbrough dalam

argumennya, ucapan (logia) dari nabi Muhammad memiliki kedudukan yang lebih rendah,

Muhammad disebut sebagai nabi dalam al-Qur'an, tetapi dia diposisikan lebih rendah

daripada nabi lain, terutama nabi dalam Kitab Suci Biblical. (Ulfiana, 2019).

Karya-karya John Wansbrough

John Wansbrough dikenal sebagai seorang yang produktif, hal tersebut terbukti

dengan karya-karya literatur yang telah ia tulis (Suryadilaga, 2011). Karya fenomal yang

pernah ia tulis berjudul Quranic Studies: Source and Methods of Scriptural Interpretation

(Fadholi, 2014). Karya lain dari Wansbrough antara lain ialah A Note on Arabic Rethoric

dalam Lebende Antike: Symposium Fur Suhnel, “Arabic Rethoric and Qur’anic Exegecis”,

Majaz Alqur’an: Peripharastic Exegesis, dan The Secterian Millieu: Content and

Compotition of Islamic Salvation History (Wathani, 2018).

Karya John Wansbrough ini secara umum mengkritik al-Qur’an dan kenabian

Rasulullah shallahu alaihi wassalam. Menurut John Wansbrough, dalam dinamika yang
terdapat pada al-Qur’an tidaklah sesuatu yang berasal dari Rasulullah, tetapi merupakan

sebuah susunan konsep sebagai teologi Islam mengenai kenabian. Kemudian Wansbrough

juga mengkritik tentang kenabian Muhammad, menurutnya demi memenuhi kebutuhan

masyarakat Arab, kenabian Muhammad secara sengaja dibuat menyerupai kenabian Musa as.

yang di kembangkan secara teologis (Wansbrough, 1977).

Pandangan John Wansbrough Terhadap Al-Qur’an

Al-Qur’an menjadi sumber pedoman kitab mulia dari Allah yang di wahyukan secara

langsung kepada Rasulullah melalui perantara malaikat Jibril (Syukran, 2019). Al-Qur'an

juga menjadi sumber utama umat Islam dan berfungsi sebagai pedoman utama dalam

mengkaji serta mengetahui berbagai pemahaman keilmuan dan menjadi dasar hukum syariat

karena kaidah yang terkandung di dalamnya tersebar di seluruh dunia. (Zahra, 2007).

Berbeda halnya dalam pandangan John Wansbrough, menurutnya al-Qur’an menjadi sebuah

konseptual yang memiliki pengambilan dari kitab Taurat, seperti kata setan dalam al-Qur’an.

Hal tersebut Wansbrough ungkapkan dalam bukunya yang berjudul Quranic Studies: Source

and Methods of Scriptural Interpretation. Dalam peningkatan perspektif dari kajian para

orientalis, setidaknya ada tiga mazhab besar yang dianut orientalis. Tiga kelompok tersebut

adalah kelompok orientalis yang teridentifikasi bermazhab skeptis, kelompok orientalis yang

bermazhab middle ground, dan yang terakhir adalah kelompok orientalis yang bermazhab

non-skeptis (Al-Ayyubi, 2021).

Beberapa perspektif Wansbrough tentang al-Qur'an adalah sebagai berikut: pertama,

dia menentang bukti yang dipegang oleh umat Islam dan para pengkaji islam dari barat yang

bertentangan dengan ideologinya tentang sejarah awal Islam, terutama yang memiliki

keterikatan dengan waktu pengkodifikasian al-Qur'an dan proses turunnya wahyu. Tidak ada

bukti literlek sejarah yang dapat dipercaya atau naskah sederhana yang diharapkan yang
dapat menunjukkan bahwa al-Qur'an ditulis di era klasik. Ketika diketahui bahwa ada

perbedaan pendapat antara penulis al-Qur'an dari masa Nabi dan masa Utsman, keraguan dari

umat islam akan meningkat.

Kedua, ia percaya bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya bukti yang sudah teruji bahwa

hal ini valid, yang berarti bahwa Wansbrough hanya dapat mengkaji tentang Islam dari al-

Qur'an. Ketiga, ia menganggap bahwa dari sistem pengkodifikasian al-Qur'an sebanding

dengan sistem yang dapat ditemukan dalam konsep Injil dan Taurat. Bahkan, Wansbrough

juga dalam melakukan pengujian orisinalitas al-Qur'an dengan menggunakan kedua tradisi

lama dan baru. (Rusmana, 2000).

Metodologis John Wansbrough


Literary Analysis
John Wansbrough dalam melakukan kajiannya menggunakan metode analisis literatur

untuk menganalisis terminologi dari al-Qur'an. Metode ini dalam perspektifnya berasal dari

kritik kitab suci (biblical criticsm), yang biasanya digunakan para sarjana Yahudi dan Kristen

dalam penelitian modern mereka tentang perjanjian baru dan lama. (Amal, 2001). Pendekatan

analisis yang dilakukan oleh wansbrough memiliki upaya untuk memahami ide serta gagasan

yang memiliki maksud dan tujuan untuk mengimajinasikan unsur intrinsik suatu teks

(Rusmana D. , 2000).

Wansbrough menggunakan metode ini ketika melakukan analisa mengenai kisah-

kisah yang terdapat pembahasannya didalam al-Qur’an. Menurut dalam perspektifnya

mengenai perbedaan makna literlek dalam cerita-cerita yang terdapat pada al-Qur’an itu telah

mengindikasikan bahwa dalam hal itu, ada unsur percampuran tradisi di dalam al-Qur’an

tersebut. Selain itu Wansbrough juga mengatakan bahwa bahwa al-Qur’an menjadi sebuah
kreatifitas setelah masa kenabian dengan melihat adanya beberapa pengaruh dari Yahudi

pada indikator sumber data dan kemunculan sejumlah ayat duplikat (Martin, 2011).

Menurut Wansbrough, dalam redaksi yang terdapat pada ruang lingkup al-Qur'an

telah stabil pada abad ke-9 SM, dua abad sebelum kelahiran Rasulullah. Meskipun gagasan

dan ideologi kontroversial Wansbrough banyak dikritik dikarenakan kurangnya memiliki

integritas yang tinggi dalam pemahamannya, serta dalam tesisnya wansbrough membawa

penelitian modern, yaitu analisis literalis pada teks al-Qur'an tanpa menggunakan bukti

tradisional yang dianggap bermasalah. Dengan demikian, kita dapat memahami bagaimana

teks al-Qur'an berubah dari scriptio defectiva ke scriptio plena.

History Critism

John Wansbrough dalam melakukan penelitiannya mengenai al-Qur’an menggunakan

metode atau pendekatan yang telah dilakukan oleh para tokoh orientalis sebelum dirinya

yaitu, metode History Critism. Mengutip dari Komisi Kitab Suci Kepausan menjelaskan

bahwa metode History Critism merupakan konsep metode yang pada hakikatnya diperlukan

untuk studi ilmiah dalam mengkaji atas makna dari literatur bukti yang terbilang kuno. Kitab

suci, yang didefinisikan sebagai "Sabda Allah dalam bahasa manusia", disusun oleh para

pengarang manusia dari semua sumber yang ada di belakangnya. Akibatnya, untuk

mendapatkan pemahaman yang tepat, metode ini tidak hanya dimungkinkan untuk

digunakan, tetapi juga benar-benar diperlukan.(Sanjaya, 2003).

Pendekatan history yang dilakukan Wansbrough berkaitan dengan isi al-Qur’an. John

Wansbrough melakukan kritik terhadap sejarah Islam. Aspek yang di kritik mulai adanya

agama Islam yaitu dari sejak kekuasaan Islam, sejarah al-Qur’an, riwayat hidup Nabi (Sirry,

2015).
Wansbrough mencatat dalam bukunya, Qur'anic Studies: Sources and methods of

criptural interpretation, bahwa dalam analisis historisnya yang melakukan kajian yang

membahas tentang isi al-Qur'an dapat ditemukan bahwa pada konsepnya terdapat unsur

kesamaan dengan kitab sebelumnya, dan bahwa redaksi lengkap al-Qur'an belum diketahui

secara pasti sebelum abad ketiga H. Bahkan lebih parah, didalam perspektif wansbrough

beranggapan bahwa doktrin ajaran Islam secara keseluruhan bahkan kenabian Muhammad

didasarkan pada model kependetaan yahudi. (Al-A’zami, 2005).

Andrew Rippin mengutip pendapat John Wansbrough mengenai sejarah peradaban

Islam pada masa awal dan penjelasan sejarah terkai al-Qur’an:

“Semua korpus dokumentasi Islam masa awal harus dipandang sebagai “sejarah

penyelamatan” apa yang dicoba dibuktikan oleh al-Qur’an, dan apa yang dicoba

dijelaskan oleh karyakarya tafsir, shirah, dan teologi, adalah bagaimana rangkaian

peristiwa dunia yang terpusat pada Muhammad diarahkan oleh tuhan (Rippin, 2016).

Anda mungkin juga menyukai