TERHADAP ALQUR’AN DARI ORIENTALIS HINGGA ISLAM LIBERAL—ADNIN ARMAS, MA ınsısts
K
SERANGAN TERHADAP ALQUR’AN DARI ORIENTALIS HINGGA ISLAM LIBERAL
Oleh: Adnin Armas, M.A.
Menghujat Otentisitas Mushaf Utsmani
Salah seorang yang termasuk pengkritik awal terhadap alQur’an di Indonesia
adalah Taufik Adnan Amal, seorang dosen ulumul Qur’an di Universitas Islam Negeri
Alauddin, Makasar. Pada tahun 2002, ia menulis Edisi Kritis alQur’an. Tulisan tersebut
diterbitkan dalam buku Wajah Liberal Islam Indonesia (Jakarta: JIL, Utan Kayu, 2002).
Tujuannya menulis artikel tersebut sebagai berikut: “Uraian dalam paragrafparagraf
berikut mencoba mengungkapkan secara ringkas proses pemantapan teks dan bacaan
Alqur’an, sembari menegaskan bahwa proses tersebut masih meninggalkan sejumlah
masalah mendasar, baik dalam ortografi teks maupun pemilihan bacaanya, yang kita warisi
dalam mushaf tercetak dewasa ini. Karena itu, tulisan ini juga akan menggagas bagaimana
menyelesaikan permasalahan itu lewat suatu upaya penyuntingan edisi kritis alQur’an.
Senada dengan pemikiran Taufik Adnan Amal yang meragukan Mushaf Utsmani,
Luthfi Assyaukanie, salah seorang Pendiri Jaringan Islam Liberal yang tulisannya banyak
dimuat dalam website Islam Liberal www.islamlib.com menyatakan:
1
SERANGAN TERHADAP ALQUR’AN DARI ORIENTALIS HINGGA ISLAM LIBERAL—ADNIN ARMAS, MA ınsısts
Arthur Jeffery (m. 1959), seorang orientalis yang berasal dari Australia misalnya
berpendapat tidak ada yang istimewa mengenai sejarah alQur’an. Sejarah alQur’an sama
saja dengan sejarah kitabkitab suci yang lain. AlQur’an menjadi teks standart dan
dianggap suci, padahal sebenarnya ia telah melalui beberapa tahap. Dalam pandangan
Jeffery, sebuah kitab itu dianggap suci karena tindakan masyarakat (the action of
community). Tindakan komunitas masingmasing agama.yang menjadikan sebuah kitab itu
suci. Menurut Jeffery, fenomena seperti itu umum terjadi dalam komunitas lintas agama.
Komunitas Kristen (Christian community) misalnya, memilih 4 dari sekian banyak Gospel,
menghimpun sebuah korpus yang terdiri dari 21 Surat (Epistles), PerbuatanPerbuatan
(Acts) dan Apokalips (Apocalypse) yang kesemua itu membentuk Perjanjian Baru (New
Testament). Sama halnya dengan komunitas Islam. Penduduk Kufah, misalnya,
menganggap Mushaf ‘Abdullah bin Mas‘ud sebagai alQur’an edisi mereka (their Recension
of the Qur’an). Penduduk Basra menganggap Mushaf Abu Musa, penduduk Damaskus
dengan Mushaf Miqdad bin alAswad, dan penduduk Syiria dengan Mushaf Ubayy.
Dalam pandangan Jeffery, sikapsikap awal kaum Muslimin tersebut seperti itu
sejajar dengan sikap masingmasing pusatpusat utama gereja terdahulu yang
menetapkan sendiri beragam variasi teks untuk Perjanjian Baru.
2
ınsısts SERANGAN TERHADAP ALQUR’AN DARI ORIENTALIS HINGGA ISLAM LIBERAL—ADNIN ARMAS, MA
atas (nama) Kami, niscaya Kami pegang dia pada tangan kanannya, kemudia benarbenar
Kami potong urat tali jantungnya”. Allah juga berfirman yang artinya: “Dan tiadalah yang
diucapkannya itu (alQur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
AlQur’an pada Zaman Abu Bakr ra dan ‘Umar ra
Taufik Adnan Amal menyatakan bahwa mushaf yang dihimpun pada zaman Abu
Bakr dan ‘Umar bukanlah mushaf resmi. Selain itu, motivasi yang mendorong dihimpunnya
mushaf tersebut bukanlah disebabkan banyaknya para Qurra’ yang meninggal dalam
perang Yamamah.
Dengan irama yang berbeda, seorang pemikir Muslim berasal dari Mesir, yaitu
Mustafa Mandur berpendapat motivasi yang mendorong Abu Bakr dan ‘Umar adalah
perasaan rendah diri (murakkab naqs), dan karena ‘Umar memberikan Mushaf tersebut
kepada anaknya, maka Mushaf tersebut adalah harta pribadi (maliyah shaksiyyah).
Keraguan otentisitas mushaf yang dihimpun oleh Abu Bakr ra. juga sudah
diutarakan sebelumnya oleh para orientalis. Salah seorang orientalis yang termasuk paling
awal menolak hadits yang menyatakan alQur’an pertama kali dihimpun pada zaman Abu
Bakr adalah Leone Caentani (m. 1935). Ia memandang hadits tersebut dikarang untuk
menjustifikasi tindakan ‘Uthman menghimpun alQur’an. Pendapat Caentani selanjutnya
diulangi dan dimodifikasi oleh para orientalis lainnya seperti Friedrich Schwally (m. 1919),
Arthur Jeffery Regis Blachere dan lainlain. Mengulangi kembali seraya menambahkan lagi
kritikan kepada isu kompilasi alQur’an pada zaman Abu Bakr, Richard Bell menunjukkan
memang teks yang dikumpulkan atas perintah Abu Bakr itu adalah teks pribadi bukan teks
revisi resmi. Argumentasinya sebagai berikut:
Pertama, sampai wafatnya Muhammad, tidak ada rekaman wahyu yang otoritatif
dan tersusun. Padahal, Muhammad sendiri telah mengumpulkan dan menyusun banyak
lembaranlembaran dan susunan tersebut diketahui oleh para sahabat (…Muhammad
himself had brought together many revealed passages and given them a definite order,
and that this order was known and adhered to by his Companions).
Kedua, Berdasarkan kepada sejumlah hadits yang berbeda, tidak ada kesepakatan
mengenai siapa sebenarnya yang menggagas untuk menghimpun alQur’an; ‘Umar atau
Abu Bakr.
3
SERANGAN TERHADAP ALQUR’AN DARI ORIENTALIS HINGGA ISLAM LIBERAL—ADNIN ARMAS, MA ınsısts
Keempat, seandainya koleksi itu adalah resmi, niscaya koleksi tersebut akan
disebarkan karena memiliki otoritas. Namun bukti seperti itu tidak ada. Mushaf yang lain
juga dianggap otoritatif di berbagai daerah. Perdebatan yang mendorong versi alQur’andi
bawah kekhalifahan ‘Utsman tidak akan muncul jika Mushaf resmi di dalam kekhalifahan
Abu Bakr ada. Mushaf resmi tersebut pasti akan menjadi rujukan. Selain itu, pendapat
‘Umar yang menyatakan bahwa ayat alrajm ada di dalam alQur’an adalah tidak konsisten
jika ‘Umar memiliki mushaf resmi.
Kelima, dan ini alasan yang paling penting menurut Bell, seandainya Zayd
menghimpun Mushaf yang resmi, maka ‘Umar tidak akan menyerahkan teks tersebut
kepada Hafsah, anaknya. Ini menunjukkan bahwa mushaf yang ada pada Hafsah bukanlah
mushaf resmi.
Dibawah ini jawaban terhadap pendapat para orientalis.
(1) Menolak kompilasi Abu Bakr ra. dengan alasan terdapat perbedaan pendapat
mengenai kapan sebenarnya perang Yamamah berkecamuk tidak tepat. Menurut alTabari,
perang Yamamah terjadi pada tahun 11 H. Menurut Ibnu Qani‘, pada akhir tahun 11 H.
Menurut Ibnu Hazm, 7 bulan dan 6 hari setelah pelantikan Abu Bakr menjadi Khalifah.
Sebagian yang lain seperti alWaqidi menyebutkannya pada tahun 12 H. Mendamaikan
kedua pendapat tersebut, Ibnu Kathir berpendapat bahwa perang tersebut bermula pada
tahun 11 H dan berakhir pada tahun 12 H. Jadi, terdapat waktu paling minim terdapat
4
ınsısts SERANGAN TERHADAP ALQUR’AN DARI ORIENTALIS HINGGA ISLAM LIBERAL—ADNIN ARMAS, MA
beberapa bulan untuk menghimpun alQur’an. Jadi, fakta alQur’an telah dihimpun pada
zaman Abu Bakr memang telah terjadi.
(2). AlQur’an sudah ditulis oleh para sahabat. Tulisan tersebut menyebar di
berbagai tempat. Namun, belum dihimpun dalam sebuah Mushaf. Kekhawatiran Bell bahwa
para sahabat tidak ada yang menghafal keseluruhan alQur’an karena tersebarnya tulisan
yang berimplikasi kepada munculnya varian yang sangat banyak, tidak beralasan. Ini
disebabkan alQur’an bukan hanya ditulis, namun juga dihafal. Selain itu, tulisan yang
tersebar bukan bermakna akan menyebabkan terjadi variasi yang sedemikian banyak. Ini
karena Rasulullah saw menyuruh berhatihati untuk menulis alQur’an.
(3). Haditshadits yang menyatakan apakah Abu Bakr ra. atau ‘Umar ra. yang
menggagas pertama kali mengenai kodifikasi alQur’an tidaklah bisa dijadikan alasan untuk
menolak adanya kodifikasi alQur’an pada zaman Abu Bakr ra. Haditshadits tersebut sama
sekali tidak menafikan kodifikasi pada zaman Abu Bakr ra.
(4) Pendapat Schwally yang menyatakan bahwa hanya 2 orang dari Qurra’ yang
meninggal pada perang Yamamah sangat tidak logis. Diperkirakan 600 sampai 700 orang
Muslim meninggal pada perang tersebut. Menurut alTabari, 300 diantara mereka adalah
kalangan Muhajirun dan Ansar. Sementara menurut Ibnu Kathir, 450 Muslim yang
terbunuh, 50 diantaranya adalah Muhajirin dan Ansar. Menurut suatu pendapat, kesemua
700 adalah para Qurra’, sementara yang lain berpendapat 70. Yang pasti, para Qurra’
banyak yang meninggal banyak. Menurut Bukhari: “‘Umar mengatakan bahwa kerusakan
sangat besar diantara para Qurra’ pada hari peperangan Yamamah.”
(5) Abu Bakr ra. menyerahkan Suhuf tersebut kepada ‘Umar ra, pengganti khalifah.
Ini menunjukkan bahwa Mushaf tersebut bukanlah pribadi. ‘Umar ra menyerahkannya
kepada Hafsah ra. karena kekhalifahan pada saat itu belum lagi terbentuk. ‘Umar terlebih
dahulu meninggal karena dibunuh. Mungkin ‘Umar ra. menyerahkannya kepada Hafsah ra.
berbanding ‘Abdullah bin ‘Umar ra. besar kemungkinan karena Hafsah adalah istri
Rasulullah saw. Dan fakta ini justru lebih tepat untuk ditafsirkan bahwa Mushaf tersebut
bukanlah kepunyaan keluarga ‘Umar ra.
5
SERANGAN TERHADAP ALQUR’AN DARI ORIENTALIS HINGGA ISLAM LIBERAL—ADNIN ARMAS, MA ınsısts
(6) Para sahabat lain banyak yang membantu Zayd bin Thabit ra.
(7) Mushaf yang dihimpun oleh Abu Bakr ra. memang belum mengikat. Ini
disebabkan motivasi menghimpun Mushaf tersebut karena para Qurra’ banyak yang
meninggal, bukan tajamnya perbedaan qira’ah sebagaimana kelak terjadi pada zaman
‘Utsman ra.
Mushaf Mushaf Pra‘Utsmani
Luthfi Assyaukanie, editor Jaringan Islam Liberal, menyatakan:
6
ınsısts SERANGAN TERHADAP ALQUR’AN DARI ORIENTALIS HINGGA ISLAM LIBERAL—ADNIN ARMAS, MA
Jeffery mengutip pendapat aneh untuk menjustifikasi pendapatnya. Padahal alRazi
sendiri mengakui alFatihah sebagai bagian dari alQur’an. Nama lain dari alFatihah, sebut
alRazi adalah alAsas karena salah satu alasannya, ia merupakan surat pertama dari al
Qur’an (annaha awwal surah min alQur’an). Bahkan alRazi sendiri menolak pendapat
yang mengatakan bahwa ‘Abdullah bin Mas‘ud mengingkari alFatihah sebagai bagian dari
alQur’an.
AlFatihah adalah surah di dalam alQur’an yang paling sering dibaca dan bagian
yang integral dari setiap rakaah. Di dalam sholat yang dapat diidengar, alFatihah dibaca 6
kali dalam satu hari dan 8 kali pada hari Jum’at. Oleh sebab itu, alBaqillani menyimpulkan
Ibnu Mas‘ud tidak pernah menyangkal bahwa alFatihah dan juga surah almu‘awwidhatain
adalah bagian dari alQur’an atau orang lain yang salah dengan mengatasnamakan
pendapat ‘Abdullah bin Mas‘ud.
Jeffery juga telah mengemukakan pendapat ini. Jeffery menyatakan ‘Abdullah bin
Mas‘ud menganggap surah alNas dan alFalaq tidak termasuk di dalam alQur’an.
Pendapat Jeffery keliru karena yang dari muridmurid Ibnu Mas‘ud seperti ‘Alqama, al
Aswad, Masruq, alSulami, Abu Wa’il, alShaibani, alHamadani dan Zirr meriwayatkan al
Qur’an dari Ibnu Mas‘ud secara keseluruhan 114 surat. Hanya seorang murid ‘Asim, yang
meriwayatkannya berbeda.
Selain itu, seandainya Surah alNas dan alFalaq bukan bagian dari alQur’an,
niscaya banyak riwayat akan muncul yang membenarkan fakta tersebut. Namun riwayat
tersebut tidak ada. Oleh sebab itu, maka Mushaf Ibnu Mas‘ud tidak bisa dijadikan tolak
7
SERANGAN TERHADAP ALQUR’AN DARI ORIENTALIS HINGGA ISLAM LIBERAL—ADNIN ARMAS, MA ınsısts
ukur untuk menolak kesahihan Mushaf ‘Utsman.
Pemikir muda Indonesia yang lain yang mengadu Mushaf Utsmani dengan Mushaf
Abdullah bin Mas’ud adalah Ahmad Baso, direktur Yayasan Desantara, sebuah LSM yang
bergerak dalam liberalisasi pemikiran Islam. Baso menyatakan Mushaf Utsmani adalah
konstruk Quraisy terhadap alQur’an dengan mengabaikan sumbersumber mushaf lainnya.
Misalnya, Mushaf Abdullah bin Mas‘ud yang sempat diabaikan oleh Utsman, menyebutkan
bacaan, “Inna aldina ‘inda Allah alhanifiyyah,” bukan “alIslam.” Versi ini disingkirkan
oleh Utsman dalam mushafnya karena Ibnu Mas‘ud tidak merepresentasikan kekuasaan
Quraisy. Abdullah bin Mas‘ud berasal dari kalangan suku marjinal Hudzail. Dan yang perlu
diketahui, kekuasaaan Utsman adalah representasi dari kekuasaan hegemoni Quraisy yang
memonopoli segenap produkproduk cultural dan keagamaan dalam sejarah awal… mana
yang mewakili kalamullah, Mushaf Utsmani atau Mushaf Abdullah bin Mas‘ud?
Pendapat Baso terhadap ‘Utsman ra. sangat keliru. Ibnu Mas‘ud tidak menjadi
anggota tim kodifikasi karena pada saat pembentukan tim kodifikasi, Ibnu Mas‘ud berada
di Kufah. Padahal, ketika itu ‘Utsman ra. sangat terdesak untuk membentuk tim kodifikasi
di Medinah. Selain itu, Zayd bin Thabit sendiri, sebagai sebuah ketua tim kodifikasi Mushaf
“Utsmani, seorang Ansar, dan bukan seorang dari suku Quraish.
Kritik yang paling keras terhadap Mushaf Utsmani dilontarkan dalam Jurnal Justisia
Fakultas Syariah IAIN Semarang, edisi 23 Th XI (2003). Dalam kata pengantar redaksi,
ditulis sebagai berikut:
“Dalam studi kritik Qur’an, pertama kali yang perlu dilakukan adalah kritik
historisitas Qur’an. Bahwa Qur’an kini sudah berupa teks yang ketika hadir
bukan bebas nilai dan tanpa konteks. Justru konteks Arab 14 abad silam telah
mengkonstruk Qur’an. Adalah Muhammad saw, seorang figur yang saleh dan
8
ınsısts SERANGAN TERHADAP ALQUR’AN DARI ORIENTALIS HINGGA ISLAM LIBERAL—ADNIN ARMAS, MA
Komentar sinis terhadap Usman ra. seperti yang dimuat Jurnal Justisia tersebut
hanya mengulangi pendapat umum para orientalis yang menyalahkan tindakan ‘Utsman
karena menutup perbedaan. Menurut Arthur Jeffery, sebenarnya terdapat beragam Mushaf
yang beredar di berbagai wilayah kekuasaan Islam. MushafMushaf tersebut berbeda
dengan Mushaf ‘Utsman. Jadi, ketika Mushaf ‘Utsmani dijadikan satu teks standart yang
resmi dan digunakan di seluruh wilayah kekuasaan Islam, maka kanonisasi tersebut tidak
terlepas dari alasanalasan politis (political reasons).
9
Document Title ınsısts
10
Document Title ınsısts
Para sahabat saat itu menerima dengan senang hati keputusan ‘Utsman untuk
melakukan standardisasi. Menurut Mus‘ab bin Sa‘d, tak seorangpun dari Muhajirin, Ansar
dan orangorang yang berilmu mengingkari perbuatan ‘Utsmanra (adrakat alnas hina
fa‘ala ‘Utsman ma fa‘ala, fama raitu ahadan ankara dhalika, ya‘ni min almuhajirin wa al
ansar wa ahl al‘ilm). Senada dengan pendapat Mus‘ab bin Sa‘d, ‘Ali ra. menyatakan ketika
‘Utsman membakar mushafmushaf: “Seandainya Ia belum melakukannya, maka aku yang
membakarnya (law lam yasna’hu ‘Utsman lasana‘tuhu). ‘Ali ra. juga menegaskan:
“Seandainya aku yang berkuasa, niscaya aku akan berbuat mengenai Mushaf sebagaimana
yang ‘Utsman buat (law walitu, lafa‘altu fi alMasahif alladhi fa‘ala ‘Utsman). Thabit bin
‘imarah alHanafi mengatakan: Aku telah mendengar Ghanim bin Qis alMazni
mengatakan: “Seandainya ‘Utsman belum menulis mushaf, maka manusia akan mulai
membaca puisi.” (law lam yaktub ‘Utsman almushaf, latafiqa alnas yaqra’una alshi‘r).
Abu Majlaz mengatakan: “Seandainya ‘Utsman tidak menulis alQur’an, maka manusia
akan terbiasa membaca puisi.”(law la anna ‘Utsman kataba alQur’an laulfiyat alnas
yaqra’una alshi‘r).
Kesimpulan
11
ınsısts SERANGAN TERHADAP ALQUR’AN DARI ORIENTALIS HINGGA ISLAM LIBERAL—ADNIN ARMAS, MA
12