Anda di halaman 1dari 13

Metodogi Bantahan Terhadap

Pemikiran Orientalis
Rafli Rahman
(2020030105018)
Syihabul Millah
(20200301058)
Sudarman
(2020030105023)

Prodi Ilmu Al-Qur’an & Tafsir


Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari
Introduction
 Salah satu kelemaham umat Islam dalam memahami Agama Islam adalah melihat
kebenaran Islam sebagai barang jadi, taken for granted tanpa keresahan, kegelisahan,
pencarian dan kritisisme penelitian ilmiah.
 Orientalisme mengenalkan studi Islam dengan pendekatan lebih akademis dan
berbasis analisis. Produksi teks yang dikaji menciptakan pengayaan luar biasa dalam
perkembangan literatur Islam. Selain pengayaan dari aspek kuantitas, juga pengayaan
kualitas berupa nutrisi studi dari sisi metodologis.
 Studi orientalis telah memicu umat Islam untuk melihat agama mereka secara
rasional dan empiris dengan dukungan teori-teori ilmu sosial. Dampaknya tidak dapat
dihindari, yaitu mendorong kaum Muslim untuk berpikir dan menganalisis Islam
secara historis-empiris dan, dalam beberapa kasus, secara liberal. Dalam konteks
akademis, Islam mengalami proses "objektivisasi" dan "historisasi" oleh umat
Muslim sendiri.
ORIENTALIS
FIRSTUP
CONSULTANTS
 Fazlur Rahman menyebutkan tiga tipologi karya orientalis tentang Alquran.
 Pertama, kajian yang ingin membuktikan keterpengaruhan
Alquran oleh tradisi Yahudi-Kristen.
 Kedua, kajian-kajian berbasis pada historisisme internal Alquran.
Data data intrinsik lafaz-lafaz Alquran (literary forms) mendapat
sorotan yang paling banyak dalam menentukan kronologi turunnya
Alquran.
 Ketiga, kajian-kajian yang membahas tema-tema tertentu dari
Alqur’an dengan mengacu pada metode croos refrentiallity of the
Quran.
PARADIGMA & METHODE
Sebenarnya pendekatan-metode-konsep yang
mereka gunakan mengkritik al-Qur’an adalah
pendekatan dan metode yang dipakai untuk Bible
criticism yang mencakup: literary criticism, form
criticism (kritik bentuk), philological study (asal-asal
teks), redaction criticism, textual criticism.
OTENTITAS AL-QUR’AN
DEKONSTRUKSI AL-QUR’AN
-Memposisikan al-Qur’an
sebagai teks atau RANAH LITERATUR
dokumen tertulis. - Keterpengaruhan al-
Qur’an dengan ajaran -Teks al-Qur’an dijadikan
-Mengubah Fakta sejarah yahudi-Nasrani sebagai bukti keterpengaruhan;
terkait kodifikasi. pesan, kosa-kata, ajaran, kisah-
- Jiplakan dari ajaran
Yahudi-Nasrani kisah.
- Mencoba menganalisa teks
Quran, kemudian
memproyeksikan dengan
tradisi/tradisi pra islam.
 Teori Pengaruh dan Peminjaman (Influence and Borrowing Theory)
Para Orientalis ini berpendapat bahwa keterpengaruhan al-Qur’an dengan
kondisi sosial yang ada (Influence Theory).

 Teori Proyeksi (Naẓariyyât al-Isqaṭ)


Menafsirkan sikap atau keadaan, peristiwa dan lain sebagainya yang dilihat
sebagai reflkeksi.

 Teori Prediksi :
Teori ini diinterpretasikan kepada kepercayaan Orientalis terhadap riwayat atau
dalil yang lebih dekat dengan kesalahan.
 Al Qur’an secara historis tidak memiliki kepastian
 Beberapa kisah di dalam al-Qur’an adalah hayalan Nabi
Muhammad dan fiksi semata seperti kisah Isra Mi’raj.
 Banyak kisah di dalam al-Qur’an yang diadopsi dari Bible dan
Kritikan kitab terdahulu seperti cerita Ashâb alKahfi
 Al-Qur’an dipenuhi dengan kontradiksi dan ketidakkonsistenan,
Orientalis seperti qirâ’at dan perbedaan tafsir.
Terhadap  Al-Qur’an dianggap banyak kekeliruan ketika penyalinan dan
masih rancu mengenai kronologis turunnya wahyu.
Al-Qur’an  Al-Qur’an dianggap menentang nalar dan lebih mementingkan
kepercayaan batin karena umat Islam diharuskan mempercayai
perkataan Nabi Muhammad yang bersifat ilahiyah.
BANTAHAN
 Historis Criticism yang dalam konsep Biblical criticism tidak dapat
digunakan untuk mengkaji al-Qur’an.
 Orientalis memposisikan al-Qur’an sebagai teks atau dokumen tertulis
bukan sebagai hafalan yang dibaca.
 Pada prinsipnya al-Qur’an memang diajarkan lewat hafalan, al-Qur’an juga
dicatat dengan memakai beberapa media tulis.
 Asumsi-asumsi yang selalu saja mengkritik rasm Uthmânî yang
sebenarnya ialah tulisan Arab yang mengalami perkembangan
 Walaupun Angelika cenderung mempunyai pandangan positive, namun ia
menganggap bahwa teks al-Qur’an yang seharusnya dijadikan pegangan
ialah teks al-Qur’an pra kanonisasi yang belum dilakukan kodifikasi. Ini
merupakan bukti adanya romantisisme/gak bisa move on dari Biblical
criticism.
13

Anda mungkin juga menyukai