Anda di halaman 1dari 12

SYUBUHAT SEPUTAR AL-QUR’AN

Oleh: Dadan Sunandar


dadansunandar68@gmail.com
dadansunandar@stpdnrangkasbitung.ac.id

Abstract
This research aims to address and answer beliefs surrounding the Al-Qur'an
which continue to develop massively and widely through the publication of
books and academic articles. The method used is a qualitative research method
through literature study, by collecting both primary and secondary library
sources, and classifying data based on the research formulation. The results of
this research found that the deconstruction efforts that occurred and were
ongoing towards the Al-Qur'an actually made the existence of the Al-Qur'an
continue to appear as an absolute, pure and authentic holy book as it was when
it was first revealed. This is based on the belief that Allah guarantees the
preservation of the Qur'an, ‫إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون‬, indeed we have sent
down the Qur'an, and indeed we are also the ones who preserve it.

Key words: Syubhat, Orientalism, Al-Qur’an

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk merespon dan menjawab syubuhat-syubuhat
seputar Al-Qur’an yang secara masif terus berkembang dan marak melalui
buku dan artikel akademik yang terbit. Metode yang digunakan adalah metode
penelitian jenis kualitatif melalui studi pustaka, dengan menghimpun sumber
kepustakaan, baik primer maupun skunder, dan melakukan klasifikasi data
berdasarkan formula penelitian. Hasil dari penelitian ini ditemukan, bahwa
upaya dekontruksi yang terjadi dan berlangsung terhadap Al-Qur’an itu justru
membuat eksistensi Al-Qur’an tetap muncul sebagai kitab suci yang absolut,
murni dan otentik sebagaimana ketika pertama kali turun. Hal itu didasarkan
keyakinan bahwa Allah menjamin terpeliharanya Al-Qur’an, ‫إنا نحن نزلنا الذكر وإنا‬
‫له لحافظون‬, sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Qur’an, dan
sesungguhnya pasti kami pula yang memliharanya.

Kata kunci: Syubhat, Orientalis, dan Al-Qur’an

Pendahuluan

Di mata umat Islam, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang mu’jiz. 1 Al-Quran adalah
kitab suci yang kemurnian dan keasliannya adalah harga mati. 2 Al-Qur’an adalah kalam Allah
mulai dari surat Al-Fatihah hingga surat An-Nas, 3 yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
1
Noval Maliki and Abdul Ro’up, “Metode Membaca Dan Menghapal Al-Qurán Perspektif KH. Ahsin
Sakho Muhammad,” Tsaqafatuna 4, no. 2 (2022), 19, https://doi.org/10.54213/tsaqafatuna.v4i2.175.
2
M. Agus Kurniawan, “Answering Prayer to the Quran,” Al-Nizom, 2022, 282.
3
Ali Fauzi, “Content of Islamic Education Found in Al-Qur’an Surah Ar-Rahman,” Tadris 13, no. 2
(2019), 36.
SAW baik secara lisan maupun makna melalui malaikat Jibril, yang disampaikan secara
mutawatir, terjaga dan tanpa keraguan sedikitpun. Di dalamnya terkandung wahyu ilahi,
mukjizat, petunjuk, pedoman, ilmu dan pelajaran bagi orang yang mempelajari dan
mengamalkannya, bukan itu saja bahkan Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang
diturunkan oleh Allah yang mengandung prinsip-prinsip syariah yang merupakan
menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya.
Dari pernyataan di atas bahwa Al-Qur’an adalah harga mati di mata Islam, maka
wajar dan tidak mengherankan jika muncul upaya-upaya dan usaha-usaha subversif melalui
proyek dekonstruksi Al-Qur'an dan menjauhkan para pemeluknya dari pemahaman yang telah
disepakati oleh seluruh umat Islam. Sebenarnya, upaya untuk mendekonstruksi Al-Qur'an
sebagai strategi untuk menghancurkan dasar-dasar Islam bukanlah hal yang baru.
Terlepas dari berbagai upaya dekonstruksi lebih dari 1400 tahun yang lalu dan
memiliki latar belakang sejarah yang menarik untuk diketahui,4 fakta bahwa Al Qur’an
adalah kitab suci yang otentik seperti saat kali pertama diwahyukan tidak berubah. 5 Hal ini
dikarenakan adanya elemen-elemen yang menjaga kemurnian dan kesucian Al Qur'an. (1)
hafalan Al-Qur'an;6 (2) naskah Al-Qur'an yang ditulis untuk Nabi; (3) mushaf Al-Qur'an yang
ditulis oleh para Sahabat; dan (4) jaminan keaslian Al-Qur'an datang langsung dari Allah
sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya Al-Hijr (15): 9. “Sesungguhnya Kamilah yang
menurunkkan adz-Dzikr (Al Quran), dan kamilah yang akan menjaganya”.
Jelas bahwa ada jaminan dalam Al-Qur'an bahwa Al-Qur’an sama dengan apa yang
dibaca oleh Nabi dan apa yang didengar oleh para sahabat Nabi. Namun, keyakinan bahwa
Allah yang menurunkan Al-Qur'an dan memeliharanya mulai melemah ketika para orientalis
melakukan berbagai penelitian yang meragukan teks Al-Qur'an, dan ironisnya, banyak
cendekiawan Muslim yang terpengaruh oleh para orientalis tersebut, yang pada akhirnya
menyebabkan runtuhnya keyakinan masyarakat terhadap kesucian dan keaslian Al-Qur'an,
yang pada gilirannya menyebabkan runtuhnya keyakinan masyarakat terhadap kesucian dan
keaslian Al-Qur’an. Ketertarikan para orientalis terhadap wahyu (Al-Qur’an) adalah balas
dendam dan keinginan mereka untuk menjauhkan umat Islam dari Al-Qur’an. Dengan
demikian, apa yang awalnya wahyu membimbing sains kini telah menjadi sains membimbing
wahyu.

4
Miftakhul Munir, “Metode Pengumpulan Al-Qur’an,” Kariman 09, no. 01 (2021), 144.
5
Tentiyo Suharto, Asmuni, and Tuti Anggraini, “The Concept of the Qur’an as the Main Source in
Islamic Law,” Mudima: Jurnal Multidisiplin Madani 2, no. 2 (2022), 955–76.
6
Syaifudin Noer, “Historisitas Tahfiz Al-Qur’an: Upaya Melacak Tradisi Tahfiz Di Nusantara,” JOIES:
Journal of Islamic Education Studies 6, no. 1 (2021), 97.
Arthur Jeffery, seorang sejarawan oriental dan profesor bahasa Semit yang terkenal di
School of Oriental Studies di Kairo,7 adalah seorang ahli terkemuka dalam studi Al-Qur’an.
Sebelum Arthur, ada Theodore Noldeke, Rev Mingana, Snouck Hurgronje, Goldziher.
Strategi para orientalis dalam merongrong keaslian Al-Qur'an memiliki tiga jalur: 8 (1) melalui
palaeografi, yang berfokus pada alfabet dan memanipulasi kata yang tertulis; (2) melalui
ortografi, yang memanipulasi ortografi yang diterapkan pada setiap dialek; dan (3) melalui
materi dan konten yang terkandung dalam Al-Qur'an.
Penelitian M. Agus Kurniawan yang berjudul “Menjawab Syubuhat terhadap Al-
Qur’an”. Kesimpulan dari penelitian tersebut berfokus untuk menanggapi kesalahan para
orientalis mengenai mushaf Usmani, dan menurut mereka, Al-Qur'an yang ada saat ini
sebenarnya telah mengalami berbagai perubahan (tampering) oleh para sahabat Usman.9 Ada
juga penelitian sebelumnya oleh Fathin Masyhud yang berjudul “Keotentikan Bahasa Arab
dalam Al-Qur’an (Bantahan atas tuduhan terhadap inkonsistensi redaksi Al-Qur’an) ” yang
hasil penelitinnya tentang kebahasaan yang terfokus pada lima aspek yaitu: (1) Aspek
Laksikal (syubhat Nahwiyyah); (2) Aspek Morfologis (Syubhat Sharfiyah); (3) Aspek
Semantik (Syubhat Dalaliyah); (4) Aspek Retorik (Syubhat Balaghiyyah); dan (5) Aspek
Tulisan (Syubhat Rasmiyah).10
Meskipun fokus argumennya berbeda, namun kedua karya ini memiliki kesamaan
dalam hal membahas dan menanggapi klaim-klaim yang ditujukan kepada al-Qur'an.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui tinjauan literatur dengan
menggunakan pendekatan analisis konten. Tahap penelitian dilakukan dengan mengumpulkan
literatur primer dan sekunder dan mengkategorikan data sesuai dengan formula penelitian.
Tahap selanjutnya adalah pengolahan data atau merepresentasikan literatur yang dikutip
sebagai temuan penelitian, membuat abstraksi, menginterpretasikan, dan menghasilkan
pengetahuan yang darinya dapat ditarik kesimpulan. Pendekatan filosofis, teologis, tafsir,
Syariah dan pendekatan lainnya digunakan dalam tahap interpretasi.
7
Hafiz Safarish Ali, Hafiz Safarish, and Muhammad Sultan, “An Analytical Survey of Arthur Jeffery’s
Studies on the Textual Criticism of the Qur’ān,” Studies Journal of Academic Research for Humanities 3, no. 1
(2023), 65, https://jar.bwo.org.
8
Akhmad Roja Badrus Zaman, “Menyoal Kritik Orientalis Terhadap Qirā’at: Studi Kritis Terhadap
Pemikiran Arthur Jefrey Mengenai Ragam Bacaan Al-Qur’an,” Ilmu Ushuluddin 7, no. 2 (2020), 189.
9
M A Kurniawan, “Menjawab Syubuhat Terhadap Al-Qur’an,” Journal of Islamic Education and … 2,
no. 1 (2022): 27–36.
10
Fathin Masyhud, “Keontetikan Bahasa Arab Dalam Al-Qur’an (Bantahan Atas Tuduhan Terhadap
Inkonsistensi Redaksi Al-Qur’an),” Jilsa XVI, no. 1 (2016): 1–17.
Pembahasan dan Hasil Penelitian

A. Pengertian Syubhat
Syubhat (‫ شبهات‬- ‫ )شبهة‬diambil dari akar kata syabbaha-yusyabbihu (- ‫شبه‬

‫ )يشبه‬yang memiliki arti menyamakan atau menyerupai. Kata syubhat dalam definisi
terminologi diartikan dengan “keadaan serupa, sama, atau keadaan gelap, kabur,
samar, tidak jelas”, juga diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan perkara yang
tidak jelas samar kehalalan dan keharaman. 11 Syubhat diartikan juga dengan al-misl (‫ال‬

‫ )مثل‬yang artinya mirip atau sama.12 Menurut Al-Jurjani penulis kitab al-Ta’rifat
mengartikan Syubhat sebagai sesuatu yang tidak dapat dipastikan statusnya.13
Imam al-Ghazali menyatakan bahwa syubhat adalah terjadi sesuatu yang
samar-samar karena tidak ada kejelasan dalil dan tidak jelas kehalalan untuk
menerapkan dalil yang ada terhadap suatu peristiwa atau perbuatan.14
Oleh itu shubhat adalah sesuatu yang berada di antara dua kemungkinan; halal
atau haram, yang tidak diketahui benar-benar halal atau benar-benar haram, atau
sesuatu yang masih belum jelas sama ada telah diputuskan atau belum. 15 Namun,
dalam hal ini, syubhat (keraguan) adalah upaya untuk melemahkan Al-Qur’an dengan
memunculkan keraguan atau tuduhan negatif terhadap wahyu (Al-Qur'an). Jika
ditelaah lebih dalam, penulis menunjukkan bahwa ada dua motivasi para orientalis
dalam melontarkan keraguan dan tuduhan;
1. Kebencian terhadap Al-Qur’an
Dari generasi ke generasi, orientalis klasik dan moden sentiasa beranggapan
bahawa Al-Quran bukanlah firman Tuhan, sebaliknya karya Muhammad. Tokoh-
tokoh orientalis yang menyatakan andaian palsu itu termasuk, A Sprenger,
William Muir, Theodor Noldeke, Ignaz Goldziher, W Wellhausen, Leone Caetani,
David S Margoliouth, Richard Bell, dan W Montgomery Watt. 16 Hal ini dapat

11
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresif,
1997), hlm. 692.
12
Louwis Ma’luf Al-yassu’i, Al-Munjid Fi Al-Lughah Wa Al-A’lam (Beirut: Dar al-Masyriq, 2002),
377.
13
Ali ibn Muhammad Al-Jurjani, Al-Ta’rifat (Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2003), 127.
14
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin (Kairo: Dar al-Hadits, 2008),
128.
15
Kementrian Agama Kuwait, Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah Juz 25, Cet. 1 (Kuwait:
Darus Sahofwah, 1992), 338.
16
Muhammad Mohar Ali, The Qur’an and Orientalist (Oxford: Jam’iyat Ihya Minhaaj Al-Sunnah,
2004), 2.
dilihat dari sejarah panjang konflik agama antara Kristen dan Islam, yang
memuncak pada kebencian akibat Perang Salib. Akibatnya, ketika seseorang
mulai membenci Islam sebagai hukum Tuhan, maka secara tidak langsung ia akan
membenci kitab suci, yang merupakan sumber utama bagi umat Islam.17
2. Penilaian negatif terhadap Nabi Muhammad
Citra negatif (negative image) tentang nabi Muhammad SAW dalam
kesusasteraan dan kajian barat telah lama menular pada tahun 1120. 18 Nama
Muhammad diubah menjadi ‘Mahound’, yang berarti Pangeran Kegelapan atau
Nama Kejahatan.19 Dalam Life of St. Juliana, Nabi Muhammad dianggap sebagai
‘Pembid’ah Legendaris’, mirip dengan legenda bid’ah seperti Simon Magus dan
Deachon Nicholas dalam tradisi Kristen. 20 Selain itu, tulisan Arthur Jeffery
melihat Nabi Muhammad sebagai kepala perampok (a Robber Chief) atau sosok
ideal dan mitos (an ideal and legendary picture) dengan serat dongeng.21 Secara
umum, kajian-kajian tentang Nabi Muhammad sangat beragam; umat Nabi,
karakter dan kepribadiannya, serta sejarah hidup Nabi secara umum telah
dianalisis oleh para sarjana tersebut.

B. Pengertian Al-Qur’an
Al-Quran adalah pedoman hidup. Al-Qur’an merupakan sumber nilai-nilai
yang selalu menginspirasi dan membimbing umat Islam dalam menghadapi berbagai
permasalahan kehidupan.22 Menurut ulama ushul fiqh dan ulama bahasa, Al-Qur’an
adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang lafaznya
mengandungi mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan
secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, bermula dari Surah Al-Fatihah

17
M. Muzayyin, “Al-Qur’an Menurut Pandangan Orientalis (Studi Analisis ‘Teori Pengaruh’ Dalam
Pemikiran Orientalis),” Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Dan Hadis 16, no. 2 (2015): 203,
https://doi.org/10.14421/qh.2015.1602-04.
18
Muhammad Natsir Mahmud, “Studi Al-Qur’an Dengan Pendekatan Historisme Dan Fenomenologi:
Evalusi Terhadap Pandangan Barat Tentang Al-Qur’an”, Disertasi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 1992), 41.
19
F. E. Peters, “The Quest of the Historical Muhammad,” International Journal of Middle East Studies
23, no. 3 (1991), 2 & 231, https://doi.org/10.1017/S0020743800056312.
20
Malki Nasir, “Orientalis Dan Sirah Nabi Muhammad SAW S (1),” Islamia 1, no. 1 (2019), 33.
21
Arthur Jeffery, The Quest For the Historical Mohammed (New York: Promethues Books, 2000), 338-
343.
22
Mahmud Arif, “Al-Qur’an As an ‘Open Book’ in Educational Perspective (the Significant Meaning
of Pedagogical Values and Productive Reading),” SKIJIER: International Journal on Islamic Education
Research 3, no. 2 (2019), 2.
hingga Surah Al-Nas.23 Dinamai Al-Qur’an karena Allah memang memberi nama
tersebut.

‫َفِإَذ ا َقَر ْأَٰن ُه َفٱَّتِبْع ُقْر َء اَنُه‬


“Jika kami telah usai membacanya, maka ikutilah bacaannya itu”. (Al-Qiyamah: 18)

Al-Qur'an memiliki dua fungsi dasar.24 Pertama sebagai sumber ajaran dan
hukum,25 dan kedua sebagai bukti keaslian kerasulan Muhammad. Sebagai sumber
ajaran, Al-Qur’an memberikan berbagai norma agama yang bersifat transenden, dan
sebagai bukti kebenaran Rasul, Al-Qur’an telah menantang musuh-musuhnya sejak
awal untuk menghadirkan ayat-ayat serupa, tetapi sejauh ini tidak ada jin atau
manusia yang dapat menandingi mukjizatnya. Apa yang ada membuat keunggulannya
di atas kitab suci lainnya semakin hari semakin terbukti.
Di dalam Al-Qur’an terdapat tujuan dan pesanan kehidupan berikut: 26 (1)
mengembangkan dan membetulkan akidah dan persepsi yang benar tentang
ketuhanan, risalah kenabian (kerasulan) dan hari kiamat; (2) mengarahkan manusia
kepada penghambaan yang baik kepada Allah SWT dan penyucian diri; (3)
menegakkan maruah manusia dan memberi perhatian kepada yang lemah; (4)
membentuk keluarga yang soleh dan memuliakan serta meninggikan kedudukan
wanita; (5) membentuk masyarakat yang unggul; (6) menyeru perintah global dan
kerjasama.
Telah tercatat dalam sejarah panjang Al-Qur'an bahwa salah satu mukjizat dan
jaminan kesuciannya adalah semakin banyak orang mengkritik Al-Qur'an, semakin
banyak pula rahasianya yang terungkap dan tertanam dalam diri umat Islam. Mungkin
inilah makna dari firman Allah:

‫َو َم َك ُروْا َو َم َك َر ٱُهَّللۖ َو ٱُهَّلل َخ ْيُر ٱْلَٰم ِكِريَن‬

23
Rosihon Anwar, Pengantar ’Ulumul Quran, Cet. 1 (Bandung: Pustaka Setia, 2018), 11.
24
Arif Budiono, “Moderasi Beragama Dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian Tafsir Surat Al-Baqarah:
143),” JADID: Journal of Quranic Studies and Islamic Communication 1, no. 1 (2021): 105–12,
https://ejournal.unkafa.ac.id/index.php/JADID/article/view/336.
25
Ahmad Rifa’i and Marhamah Marhamah, “The Method of Messenger of Allah in Al-Qur’an
Learning,” Journal of Educational and Social Research 10, no. 3 (2020), 134, https://doi.org/10.36941/JESR-
2020-0053.
26
Ahmad Yani, “Tujuan Inti Pesan Wahyu Al-Qur’an,” Jurnal Tafsir Hadist STIU Darul Hikmah 6, no. 1 (2020):
30–44.
Artinya: “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya
mereka. Dan Allah Swt sebaik-baiknya pembalas tipu daya”. (Ali Imran: 54)

C. Syubhat Seputar Al-Qur’an


Para orientalis dan musuh-musuh Islam tidak hanya mencoba mengkritik Al
Qur'an dengan satu cara, tetapi terus mencoba cara-cara lain dari berbagai sudut
pandang. Berikut ini adalah beberapa tuduhan mereka terhadap Al-Qur’an:
1. Al-Qur’an Belum Menyempurnakan Kitab-Kitab Samawi Sebelumnya
Arthur Jeffery dan rekan-rekannya melalui proyek Edisi Kritik Al-Qur’an (a
critical edition of the Qur’an). Menurut Jeffery, Al-Qur'an yang ada saat ini
disusun secara serampangan, tidak kritis dan tidak memadai; dipengaruhi oleh
bahasa-bahasa asing seperti bahasa Etiopia, Aramik, Ibrani, Siria, Yunani kuno
dan Persia. Oleh karena itu, kosakata yang ada mengandung istilah-istilah dari
agama Yahudi, Kristen, dan budaya-budaya lainnya.27

Sanggahan:
Al-Qur'an sebagai sebuah kitab bukanlah nama dari sebuah unit yang
terpisah, tetapi nama dari segala sesuatu yang ada di dalamnya, kumpulan ayat-
ayat, urutan surah-surah, surat-surat dan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam
setiap lafal, ungkapan dan kalimatnya. Suyuti menyatakan bahwa penyusunan Al-
Qur’an berdasarkan urutan ayat, surah dan bab merupakan keistimewaan Al-
Qur’an yang tidak ditemukan pada kitab-kitab lain yang ada pada masa jahiliyah.28
Adapun kemiripan antara sebuah kitab dengan kitab sebelumnya adalah
hal yang wajar dan sangat mudah ditemukan. Kemiripan kosakata Al-Qur’an
dengan kosakata bahasa lain tidak berarti bahwa Al-Qur’an dapat ditafsirkan
secara ketat dipengaruhi oleh bahasa lain. Islam membawa makna baru dengan
mengkritik ajaran-ajaran yang menyimpang dari agama Yahudi dan Kristen.29

27
Arthur Jeffery, Islam: Muhammad and His Religion, (New York: The Liberal Art Press, Inc, 1958),
hlm 47.
28
Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-Mazni (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2006), 47.
29
Nur Fahrizi and Muhammad Zubir, “Historitas Dan Otentisitas Al-Qur’an (Studi Komparatif Antara
Arthur Jeffery Dengan Manna’ AL-Qathan),” QiST: Journal of Quran and Tafseer Studies 1, no. 2 (2022), 213,
https://doi.org/10.23917/qist.v1i1.1113.
‫َو َلَقْد َنْع َلُم َأَّنُهْم َيُقوُلوَن ِإَّنَم ا ُيَع ِّلُم ۥُه َبَش ٌرۗ ِّلَس اُن ٱَّلِذ ى ُيْلِح ُد وَن ِإَلْيِه‬
‫َأْع َج ِمٌّى َو َٰه َذ ا ِلَس اٌن َع َر ِبٌّى ُّم ِبيٌن‬
Artinya: “Sungguh, kami benar-benar mengetahui bahwa mereka berkata:
“Sesungguhnya Al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepada
Muhammad”, padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad
belajar kepadanya adalah bahasa ‘Ajam (bukan bahasa Arab), sedang Al-Qur’an
adalah dalam bahasa Arab yang terang. (An-Nahl : 103)

Bahasa ‘Ajam adalah bahasa selain Arab (non-Arab) dan juga dapat
diartikan sebagai bahasa Arab yang tidak baik.30 Tentu saja, banyak faktor yang
berkontribusi terhadap pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa wahyu terakhir. Di
antaranya, tentu saja, adalah karakteristik bahasa Arab dan tujuan transmisi.31

2. Umat Islam Hanya Percaya Sejarah Pewahyuan Al-Qur’an Merupakan


Alasan Klasik dan Tidak Ilmiah
Mereka mengkritik akidah umat Islam berdasarkan sejarah, yang mereka
anggap sebagai alasan ortodoks.32 Mereka juga mengkritik sejarah wahyu dengan
menyatakan kedatangan malaikat Jibril menziarahi Nabi adalah sebab ortodoks.
Menurut mereka, apa yang perlu diberi perhatian ialah proses kodifikasi al-Quran
yang tidak wujud pada zaman Rasulullah dan hanya dilakukan pada zaman
khalifah sahabatnya Uthman bin Affan. Dari sini mereka kemudian berhujah
bahawa ada kemungkinan beberapa manuskrip pada zaman Nabi tidak
dikumpulkan atau hilang. Dalam akidahnya, segala dalil yang berkaitan dengan
penjagaan al-Quran mestilah berdasarkan dalil yang sahih yang boleh diteliti.

Sanggahan:
Klaim mereka bertentangan dengan sejarah. Tercatat bahwa masyarakat
Arab pada waktu itu adalah masyarakat lisan dan banyak orang tidak dapat
menulis dengan baik. Sejarah penulisan dan pengumpulan Al-Qur'an baru dimulai

30
Ahmad Zaky, “Ta’rib Bahasa Arab Dan Mu’Arrab Dalam Al-Qur’an,” WARAQAT : Jurnal Ilmu-Ilmu
Keislaman 5, no. 1 (2020), 3, https://doi.org/10.51590/waraqat.v5i1.93.
31
M Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan
Pemberitaan Gaib, (Bandung: Mizan Pustaka, 2014), hal 93-94
32
Arthur Jeffery, Islam: Muhammad and His Religion (New York: The Liberal Art Press. Inc, 1958),
48.
dengan sungguh-sungguh pada masa Khalifah Utsman, dan manuskrip-manuskrip
dari masa Nabi sulit ditemukan.
Ada dua cara yang digunakan Nabi untuk mengabadikan Al-Qur’an.
1. Pengumpulan Al-Qur’an dalam kontek hafalan
Nabi sangat menyukai wahyu, selalu menunggunya, menghafalkan dan
memahaminya. Nabi adalah penghafal pertama dan contoh terbaik dalam
menghafal bagi para sahabatnya. Manna al-Qatan mengatakan dalam
bukunya,33 Imam Bukhari mengemukakan tujuh cara menghafaz al-Quran
dengan tiga riwayat. Mereka ialah Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Maq’il
maula Abi Hudzaifah, Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Thabit, Abu
Ad-Darda. Sebutan jumlah untuk menghafaz al-Quran bukan bererti batasan.
Kerana dalam catatan sejarah, para sahabat berlumba-lumba menghafaz al-
Quran. Daripada huraian ini jelaslah kepada kita bahawa penghafaz al-Quran
pada zaman Rasulullah adalah sangat ramai dan berpegang kepada hafalan
pada ahli kitab pada sesuatu ketika itu adalah ciri-ciri masyarakat ini.
2. Pengumpulan Al-Qur’an dalam kontek Penulisan
Menurut catatan sejarah, Nabi memilih para juru tulis wahyu Al-Qur'an dari
antara para Sahabatnya yang terkemuka, seperti Ali, Mu'awiyah, Ubay dan
Zaid bin Tsabit. Ketika wahyu datang, Nabi memerintahkan mereka untuk
menuliskannya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah. Oleh
karena itu, menuliskan wahyu sangat berguna untuk menghafalnya dalam
pikiran. Beberapa sahabat Nabi juga menulis di atas pohon kurma, lempengan
batu, papan tipis, kulit dan dedaunan, potongan tulang, dll. Al-Khattabi
berkata: “Nabi (saw) selalu menunggu turunnya ayat yang akan membatalkan
beberapa aturan qiraat, sehingga beliau tidak mengumpulkannya secara
terorganisir dalam sebuah mushaf. Setelah wafatnya Nabi (saw), Allah (swt)
mempercayakan seluruh pekerjaan mushaf kepada para Guru Rasyidin sesuai
dengan janji-Nya untuk menjamin kelestariannya”.34

Simpulan

33
Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-Mazni (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2006), 152.
34
Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Aunur Rafiq El-Mazni (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2006), 157.
Allah Swt berfirman:

‫) َفِإَذ ا‬١٧( ‫) ِإَّن َع َلْيَنا َج ْمَع ُه َو ُقْر آَنُه‬١٦( ‫اَل ُتَح ِّر ْك ِبِه ِلَس اَنَك ِلَتْع َجَل ِبِه‬
.)١٩( ‫) ُثَّم ِإَّن َع َلْيَنا َبَياَنُه‬١٨( ‫َقَر ْأَناُه َفاَّتِبْع ُقْر آَنُه‬
Artinya: “Janganlah kamu tergesa-gesa menggerakkan lidahmu (untuk mengingat wahyu),
sesungguhnya kamilah yang menyuruh kamu menghafalkannya dan membacanya. Maka
apabila kami membacanya, ikutilah bacaannya dengan penuh perhatian. Maka kamilah yang
menjelaskannya”. (QS Al-Qiyamah: 16 -19)

Ayat di atas memberikan makna yang komprehensif, umum dan mendalam kepada
Al-Qur'an, yang menunjukkan bahwa Allah-lah yang telah membuatnya lebih luas, lebih
dalam dan lebih komprehensif dalam pengumpulan, pemeliharaan dan penjelasannya. Seperti
yang dikatakan oleh para ahli tafsir, baik Al-Qur’an yang tersimpan di dada Nabi, atau di
dalam mushaf sejak masa Nabi hingga hari kiamat, atau di dalam hati umat Nabi yang
menghafal Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Zaky. “Ta’rib Bahasa Arab Dan Mu’Arrab Dalam Al-Qur’an.” WARAQAT : Jurnal
Ilmu-Ilmu Keislaman 5, no. 1 (2020): 18. https://doi.org/10.51590/waraqat.v5i1.93.
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad. Ihya Ulumiddin. Kairo: Dar al-Hadits,
2008.
Al-Jurjani, Ali ibn Muhammad. Al-Ta’rifat. Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2003.
Al-Qaththan, Manna’. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Edited by Aunur Rafiq El-Mazni.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.
Al-yassu’i, Louwis Ma’luf. Al-Munjid Fi Al-Lughah Wa Al-A’lam. Beirut: Dar al-Masyriq,
2002.
Ali Fauzi. “Content of Islamic Education Found in Al-Qur’an Surah Ar-Rahman.” Tadris 13,
no. 2 (2019): 36–55.
Ali, Muhammad Mohar. The Qur’an and Orientalist. Oxford: Jam’iyat Ihya Minhaaj Al-
Sunnah, 2004.
Anwar, Rosihon. Pengantar ’Ulumul Quran. Cet. 1. Bandung: Pustaka Setia, 2018.
Arif, Mahmud. “Al-Qur’an As an ‘Open Book’ in Educational Perspective (the Significant
Meaning of Pedagogical Values and Productive Reading).” SKIJIER: International
Journal on Islamic Education Research 3, no. 2 (2019): 1–16.
Budiono, Arif. “Moderasi Beragama Dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian Tafsir Surat Al-
Baqarah: 143).” JADID: Journal of Quranic Studies and Islamic Communication 1, no.
1 (2021): 105–12. https://ejournal.unkafa.ac.id/index.php/JADID/article/view/336.
Fahrizi, Nur, and Muhammad Zubir. “Historitas Dan Otentisitas Al-Qur’an (Studi Komparatif
Antara Arthur Jeffery Dengan Manna’ AL-Qathan).” QiST: Journal of Quran and
Tafseer Studies 1, no. 2 (2022): 183–222. https://doi.org/10.23917/qist.v1i1.1113.
Jeffery, Arthur. Islam: Muhammad and His Religion. New York: The Liberal Art Press. Inc,
1958.
———. The Quest For the Historical Mohammed. New York: Promethues Books, 2000.
Kurniawan, M. Agus. “Answering Prayer to the Quran.” Al-Nizom, 2022, 282.
Kurniawan, M A. “Menjawab Syubuhat Terhadap Al-Qur’an.” Journal of Islamic Education
and … 2, no. 1 (2022): 27–36.
Kuwait, Kementrian Agama. Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah Juz 25. Cet. 1.
Kuwait: Darus Sahofwah, 1992.
Maliki, Noval, and Abdul Ro’up. “Metode Membaca Dan Menghapal Al-Qurán Perspektif
KH. Ahsin Sakho Muhammad.” Tsaqafatuna 4, no. 2 (2022): 200–213.
https://doi.org/10.54213/tsaqafatuna.v4i2.175.
Masyhud, Fathin. “Keontetikan Bahasa Arab Dalam Al-Qur’an (Bantahan Atas Tuduhan
Terhadap Inkonsistensi Redaksi Al-Qur’an).” Jilsa XVI, no. 1 (2016): 1–17.
Munir, Miftakhul. “Metode Pengumpulan Al-Qur’an.” Kariman 09, no. 01 (2021): 143–60.
Muzayyin, M. “Al-Qur’an Menurut Pandangan Orientalis (Studi Analisis ‘Teori Pengaruh’
Dalam Pemikiran Orientalis).” Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Dan Hadis 16, no. 2
(2015): 203. https://doi.org/10.14421/qh.2015.1602-04.
Nasir, Malki. “Orientalis Dan Sirah Nabi Muhammad SAW S (1).” Islamia 1, no. 1 (2019).
Natsir Mahmud, Muhammad. “Studi Al-Qur’an Dengan Pendekatan Historisme Dan
Fenomenologi: Evalusi Terhadap Pandangan Barat Tentang Al-Qur’an.” Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga, 1992.
Noer, Syaifudin. “Historisitas Tahfiz Al-Qur’an: Upaya Melacak Tradisi Tahfiz Di
Nusantara.” JOIES: Journal of Islamic Education Studies 6, no. 1 (2021): 93–107.
Peters, F. E. “The Quest of the Historical Muhammad.” International Journal of Middle East
Studies 23, no. 3 (1991): 291–315. https://doi.org/10.1017/S0020743800056312.
Rifa’i, Ahmad, and Marhamah Marhamah. “The Method of Messenger of Allah in Al- Qur’an
Learning.” Journal of Educational and Social Research 10, no. 3 (2020): 131–40.
https://doi.org/10.36941/JESR-2020-0053.
Safarish Ali, Hafiz, Hafiz Safarish, and Muhammad Sultan. “An Analytical Survey of Arthur
Jeffery’s Studies on the Textual Criticism of the Qur’ān.” Studies Journal of Academic
Research for Humanities 3, no. 1 (2023): 56–68. https://jar.bwo.org.
Suharto, Tentiyo, Asmuni, and Tuti Anggraini. “The Concept of the Qur’an as the Main
Source in Islamic Law.” Mudima: Jurnal Multidisiplin Madani 2, no. 2 (2022): 955–76.
Yani, Ahmad. “Tujuan Inti Pesan Wahyu Al-Qur’an.” Jurnal Tafsir Hadist STIU Darul
Hikmah 6, no. 1 (2020): 30–44.
Zaman, Akhmad Roja Badrus. “Menyoal Kritik Orientalis Terhadap Qirā’at: Studi Kritis
Terhadap Pemikiran Arthur Jefrey Mengenai Ragam Bacaan Al-Qur’an.” Ilmu
Ushuluddin 7, no. 2 (2020): 185–94.

Anda mungkin juga menyukai