A. PENDAHULUAN
Penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted
Helminthiasis/STH), masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-
negara beriklim tropis dan sub tropis, termasuk negara kita. Penyakit ini
termasuk ke dalam kelompok penyakit terabaikan (Neglected Tropical
Disease/NTDs) bersama Filariasis, Kusta, Frambusia, Schistosomiasis, dll.
Sebuah Negara tidak bisa dikatakan maju bila masih mempunyai beban penyakit
NTDs ini.
Masalah kecacingan terutama terjadi pada daerah dengan kondisi higieni
dan sanitasi yang kurang baik serta perilaku masyarakat yang kurang hidup
bersih dan sehat. Infeksi cacing perut ini dapat mempengaruhi status gizi,
proses tumbuh kembang dan merusak kemampuan kognitif pada anak yang
terinfeksi. Kasus-kasus malnutrisi, stunting, anemia bisa disebabkan oleh karena
kecacingan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang bebas dari infeksi
cacing, tubuhnya memiliki kemampuan untuk menyerap protein, karbohidrat,
vitamin A dan zat besi secara optimal, sehingga dapat meningkatkan status gizi
dan kemampuan tumbuh kembangnya. Tentunya kedua hal tersebut turut
berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan kognitif dan perbaikan
prestasi anak di sekolah.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan di beberapa kabupaten dan kota di
Indonesia sampai dengan tahun 2011, rata-rata prevalensi cacingan pada anak
sekolah adalah 28,12%. Mengacu pada prevalensi nasional tersebut maka
kegiatan pemberian obat cacing pada anak usia pra sekolah dan anak sekolah
akan dilaksanakan setahun sekali selama 5 tahun berturut-turut untuk kemudian
dilanjutkan dengan evaluasi secara nasional.
Obat yang digunakan dalam pelaksanaan program ini adalah Albendazole,
karena obat ini efektif untuk memberantas cacing perut baik cacing gelang,
cacing tambang, cacing cambuk maupun cacing kremi. Selain itu obat ini juga
aman dan tidak menimbulkan efek samping.
Strategi pemberian obat cacing massal dilakukan secara terintegrasi dengan
Program Pemberian Vitamin A pada anak usia balita dan melalui program UKS
(Usaha Kesehatan Sekolah) untuk anak sekolah. Upaya integrasi ini, merupakan
upaya yang efektif dan efisien dalam meningkatkan cakupan di masing-masing
program.
B. LATAR BELAKANG
Prevalensi angka kecacingan di Indonesia masih cukup tinggi, antara 45 –
65%, bahkan pada daerah –daerah tertentu yang kondisi lingkungannya buruk
bisa mencapai 80%, angka tersebut tergolong tinggi. Di beberapa daerah di
Indonesia terutama di daerah pedalam belum semua mendapatkan pelayanan
kesehatan yang layak, kasus infeksi cacing yang kronik banyak ditemukan di
daerah pedalaman yang secara latar belakang pengetahuan kesehatan dan
pendidikan rendah. Program kecacingan baru ada di tahun 2017 ini sehingga
data sebelumnya tidak ada. Sesuai dengan visi Puskesmas mewujudkan
pelayanan kesehatan yang bermutu di wilayah Puskesmas Gerokgak II.
C. TUJUAN
TUJUAN UMUM
Menurunkan angka prevalensi kecacingan pada anak usia pra sekolah dan anak
usia sekolah melalui pemberian obat cacing yang terintegrasi.
TUJUAN KHUSUS
Menurunkan insiden kecacingan pada anak dan balita dengan
1. Menyediakan Obat tablet Albendazole 400 mg
2. Menentukan Dosis Obat
a. Anak usia pra sekolah
1-2 tahun diberikan ½ tablet (200 mg) Albendazole
> 2-6 tahun diberikan 1 tablet (400 mg) Albendazole
b. Anak usia sekolah SD/MI (6-12 tahun) diberikan 1 tablet (400 mg)
Albendazole
3. Cara Pemberian Obat
Pemberian obat cacing pada anak usia pra sekolah pada anak usia sekolah
sekali setahun
F. SASARAN
1. Pemberian obat cacing pada anak usia pra sekolah (1-6 tahun) dilaksanakan
terintegrasi dengan pemberian vitamin A di posyandu.
2. Pemberian obat cacing pada anak usia sekolah (6-12 tahun) dilaksanakan
terintegrasi dengan kegiatan UKS di SD/MI.