Anda di halaman 1dari 17

KASUS AUDIT DI INDONESIA

PT. KIMIA FARMA


Kelompok 4 :
Regita Amalia (02320200163)
Sriwahyuningsih Yusdi (02320200042)
PEMBAHASAN

PROFILE PERUSAHAAN ISU YANG TERKAIT DAMPAK SERTA SOLUSI KESIMPULAN


PT KIMIA FARMA PADA PT KIMIA FARMA PEMECAHAN MASALAH
PADA PT KIMIA FARMA
PT. KIMIA FARMA
Apotek Kimia Farma

Logo Kimia Farma


Sejarah Perusahaan
Sejarah Perusahaan
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia
Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co.
Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada
tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF
(Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan
hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia
Farma (Persero).

Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan publik,
PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan
tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa
telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia). Berbekal pengalaman selama puluhan tahun,
Perseroan telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia.
Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya
pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.

Berdasarkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusannya Nomor AHU-0017895.AH.01.02 Tahun 2020 tanggal 28 Februari 2020 dan Surat Nomor AHU-
AH.01.03-0115053 tanggal 28 Februari serta tertuang dalam Akta Risalah RUPSLB Nomor 18 tanggal 18
September 2019, terjadi perubahan nama perusahaan yang semula PT Kimia Farma (Persero) Tbk menjadi PT
Kimia Farma Tbk, efektif per tanggal 28 Februari 2020
Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan menghasilkan nilai
yang berkesinambungan.

Misi
1. Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi, perdagangan
dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan layanan kesehatan serta optimalisasi aset.
2. Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance dan operational
excellence didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) profesional.
3. Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder.
Visi dan Misi Perusahaan
Budaya Perusahaan (Core Values)
Berdasarkan Surat Edaran KBUMN No. SE-7/MBU/07/2020 tanggal 1 Juli
2020 tentang Nilai–Nilai Utama (Core Values) Sumber Daya Manusia Badan
Usaha Milik Negara, maka Perseroan menetapkan AKHLAK sebagai budaya
kerja (core values) Kimia Farma Grup menggantikan ICARE. Adapun akronim
dari core values AKHLAK yaitu Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif dan Kolaboratif yang dijadikan sebagai identitas dan perekat budaya
kerja yang mendukung peningkatan kinerja secara berkelanjutan di setiap
BUMN.
Produk Perusahaan

Generik
Ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo yang
dipasarkan dengan merek kandungan zat aktifnya. PT Kimia Farma memproduksi 200 produk
generik berlogo dengan merek Kimia Farma seperti Paracetamol, Amoxicillin dan Omeprazole yang
tersedia di seluruh apotek di Indonesia. Kimia Farma menjamin ketersediaan obat untuk menjaga
kesehatan masyarakat Indonesia.
Produk Perusahaan

OTC & Herbal


Melalui produk OTC & Herbal seperti Fituno, obat ini membantu meningkatkan kekebalan tubuh.
Produk OTC & Herbal lainnya juga dapat membantu menjaga kesehatan seperti Enkasari dan
Batugin.
Produk Perusahaan

Etikal
Obat Etikal ditandai dengan lingkaran berwarna merah dan bergaris tepi hitam dengan tulisan K warna hitam di dalam
lingkaran warna merah. Kimia Farma memproduksi lebih dari 100 produk etikal yang diproduksi dengan kualitas dan mutu yang
terjamin. Beberapa produk unggulan Kimia Farma seperti Lipidef, Merokaf, Avicov Favipiravir, Tecavir, Alergine, Kimoxil,
Loprezol, Rahistin, Kifarox, dan Protofen bisa didapatkan di berbagai apotek di seluruh Indonesia.
Produk Perusahaan

Kosmetik
Isu Yang Terkait pada Perusahaan
Pada audit tanggal 31 desember 2011, manajemen kimia farma melaporkan adanya laba bersih
yaitu sebesar RP 132 MILYAR, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuannakota dan mustofa.
Namun menurut kementrian BUMN dan BAPEPAM menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu
besar dan mengandung unsur rekayasa.

Pada 3 oktober 2002 laporan keuangan kimia farma tahun 2001 disajikan
kembali dan hasilnya ditemukan kesalahan yang cukup mendasar.

Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56
miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang telah
dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa
overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated
persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa
overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas
penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan,
sehingga tidak berhasil dideteksi.
Dampak
Adanya kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma ini sangat berdampak negatif pada
peran akuntan publik dimana muncul suatu keraguan oleh banyak pihak dalam
mengaudit atau memeriksa laporan keuangan. Tentunya hal ini sangat menyinggung
etika profesi akuntan yang seharusnya menjadi pedoman para akuntan publik dalam
melaksanakan pekerjaannya tetapi tidak diterapkan oleh para akuntan publik. Pada
akhirnya kepercayaan masyarakat menurun terhadap jasa para akuntan publik.
Ketidakpercayaan terhadap peran akuntan publik mengakibatkan adanya penolakan
keterlibatan akuntan publik dalam pemeriksaan pajak dimana hal tersebut sangat
mencoreng nama baik profesi akuntan publik di mata masyarakat
Solusi / Penyelesaian
Masalah
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang - Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal jo, Pasal 61 PP No. 45 tahun 1995 jo, Pasal 64 PP No, 45 Tahun
1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma Tbk.
Dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,-
Sesuai Pasal 5 Huruf n Undang - Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, maka:
Direksi Lama PT Kimia Farma periode 1998 - 2002 diwajibkan membayar sejumlah
Rp1.000.000.000,- untuk disetor ke kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek
penggelembungan atas LK 2001.
Saudari Ludovicus Sensi W. Rekan KAP Hans Tuankotta dan Mustofa selaku auditor PT Kimia
Farma Tb diwajibkan untuk membayar sejumlah Rp1.000.000.000,- untuk disetor ke kas
Negara, karena atas resiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan
laba tersebut. Meskipun telah dilakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) , dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM
tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan
Prefesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110
- Tanggung jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana
disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari Auditor Independen adalah orang
yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.
Kesimpulan
Dalam kasus PT Kimia Farma, Kantor akuntan publik melakukan kesalahan gagal mendeteksi adanya
penggelembungan laba yang dilakukan direksi perusahaan padahal sudah menjalankan audit sesuai
prosedur. Itu menunjukkan masih kurangnya kompetensi, ketelitian dan kehati-hatian akuntan publik
tersebut terhadap kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi kantor akuntan publik tersebut.
Auditor sudah melakukan tindakan yang tepat dengan mengaudit laporan keuangan sesuai standar audit
yang berlaku tetapi perusahaan melakukan kecurangan dengan melakukan pencatatan ganda atas
penjualan pada unit-unit yang tidak disampling oleh auditor sehingga tidak berhasil terdeteksi.
Mematuhi etika bisnis dan melakukan hal yang benar adalah penting bagi semua pelaku bisnis. Salah
satunya jujur. Kejujuran adalah hal terpenting untuk membangun kepercayaan. Melihat dari kasus PT
Kimia Farma, kita dapat melihat bahwa kejujuran dalam berbisnis itu penting upaya penggelembungan
dana yang dilakukan oleh pihak direksi Kimia Farma, diduga dilakukan untuk menarik para investor untuk
menanamkan modalnya kepada PT. Kimia Farma. Hal ini sangat bertolak belakang dengan misi PT.Kimia
Farma yang menyebutkan ingin melakukan good corporate governance dan operational excellent, dimana
dari kasus ini kita bisa melihat penggelembungan dana yang terjadi sudah tidak mencerminkan misi dari
perusahaan tersebut. Kita juga dapat melihat bahwa etika dan bisnis sebagai dua hal yang berbeda.
Memang, beretika dalam berbisnis tidak akan memberikan keuntungan dengan segera, karena itu para
pelaku bisnis harus belajar untuk melihat prospek jangka panjang. Kunci utama kesuksesan bisnis adalah
reputasinya sebagai pengusaha yang memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain.
Kesimpulan
Menurut kami, kasus seperti yang terjadi pada PT Kimia Farma ini perlu mendapatkan perhatian dan
dijadikan sebagai pembelajaran bagi perusahaan-perusahaan yang lain, bukannya dijadikan bahan
untuk memberikan cap negatif bagi orang lain. Penegakan etika bisnis paling mudah diterapkan dari
perusahaan itu sendiri. Pemimpin perusahaan memulai langkah ini karena mereka menjadi panutan
bagi karyawannya sendiri. Selain itu etika bisnis harus dilakukan secara transparan. Budaya
transparansi dapat ditegakkan melalui beberapa upaya, misalnya adanya penegakkan budaya berani
bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya dimana individu yang mempunyai kesalahan jangan
bersembunyi di balik institusi memang pada kenyataannya untuk menyatakan kebenaran kadang
dianggap melawan arus, tetapi sekarang harus ada keberanian baru untuk menyatakan pendapat,
memperjelas ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja, bukan berdasarkan kedekatan
dengan atasaan melainkan berdasarkan kinerja yang ada, visi dan misi perusahaan haruslah jelas
sehingga mencerminkan tingkah laku organisasi. Pemimpin perusahaan pun harus mampu
membedakan antara kepentingan perusahaan dengan dengan kepentingan pribadinya sehingga tidak
memancing terjadinya tindakan yang tidak mengikuti aturan berdagang yang diatur oleh tata cara
undang-undang.
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai