Anda di halaman 1dari 11

1

KONSEP DASAR PENGKAJIAN KEBUTUHAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN MANUSIA (Human Development


Recovery Needs Assessment/HRNA)

Pengkajian Kebutuhan Pemulihan Pembangunan Manusia / Human Development Needs


Assessment (HRNA) adalah suatu metodologi yang didasari oleh perspektif pembangunan
manusia. HRNA memandang rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai wahana menciptakan
suatu lingkungan yang memungkinkan peluasan pilihan-pilihan hidup yang
komprehensif, dan bukan terbatas pada aspek ekonomi saja. Dengan demikian orang
yang terkena bencana diharapkan mengembangkan potensi sepenuhnya menuju suatu
kehidupan yang kreatif sesuai dengan kebutuhan dan aspirasinya.

HRNA meletakkan ‘Manusia’ sebgai fokus; asset dan proses proses yang terkena
bencana diasumsikan dimiliki atau berkatian dengan kepentingan manusia atau
sekelompok manusia. HRNA mengkaji akibat bencana terhadap kehidupan manusia
terutama dari aspek mulai dari matapencaharian, sosial, budaya dan kepemerintahan.
Berdasarkan kajian itu HRNA memperkirakan kebutuhan untuk melaksanakan upaya-upaya
rehabilitasi dan rekonstruksi. HRNA bersama-sama dengan Pengkajian Kerusakan dan
Kerugian / Damage and Losses Assessment (DALA) membentuk suatu Pengkajian Kebutuhan
Pasca Bencana / Post Disaster Needs Assessment (PDNA) yang komprehensif.

HRNA dikembangkan secara kolektif oleh lembaga-lembaga PBB dan organisasi-


organisasi kemanusiaan sebagai upaya kearah suatu transisi yang lebih baik dari
respon kemanusiaan menuju pada pembangunan manusia.

Pendekatan yang digunakan dalam HRNA adalah dengan memilah dan menggolongkan akibat
suatu bencana dengan cara mengikuti konfigurasi sistem respons kemanusiaan atas
bencana tersebut yang kemudian disesuaikan dengan sektor-sektor dalam neraca
anggaran nasional dan regional.

Berdasarkan pendekatan tersebut diatas, metoda HRNA menganalisis beberapa aspek


utama berikut:

1. Pengkajian Akibat Kejadian Bencana


2
Dalam HRNA, akibat pasca bencana cenderung dilihat dari karakteristik manusia
setelah terjadi bencana, yaitu orang-perorangan, rumahtangga yang memiliki
karakteristik tertentu sebagai akibat dari kejadian bencana. Dari sudut pandang
HRNA akibat bencana diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :

a. A: Hilangnya (A)kses untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya. Misalnya rumah yang


rusak atau hancur karena bencana mengakibatkan orang kehilangan akses terhadap
naungan sebagai kebutuhan dasar. Rusaknya rumah sakit atau layanan kesehatan
mengakibatkan orang kehilangan akses terhadap pelayanan kesehatan sebagai kebutuhan
dasar.

b.

P: Gangguan terhadap (P)roses-proses kemasyarakatan dan fungsi pemerintahan.


Bencana dapat mengakibatkan gangguan terhadap proses-proses kemasyarakatan dasar,
seperti proses musyawarah, pengambilan keputusan masyarakat, proses perlindungan
masyarakat, proses-proses sosial dan budaya. Demikian juga, misalnya, rusaknya
suatu gedung pemerintahan mengakibatkan terganggu / terhentinya fungsi-fungsi
administrrasi umum maupun penyediaan keamanan, hukum dan pelayanan-pelayanan dasar.

c.

R: Meningkatnya (R)isiko dari memburuknya kerentanan masyarakat yang terkena


bencana Fakta bahwa suatu keluarga atau masyarakat terkena bencana adalah bukti
bahwa mereka sudah memiliki kerentanan. Setelah bencana terjadi, kerentanan
tersebut semakin memburuk; atau yang sebelumnya tidak rentan menjadi rentan
terhadap bencana. Kalau tidak dilakukan respons dan proses rehabilitasi dan
rekonstruksi yang efektif maka kerentanan tersebut akan menjadi semakin parah.
Namun pada sisi lain, patut pula diingat bahwa masyarakat yang terkena bencana
tidak berarti kehilangan seluruh kemampuannya. Ada beberapa kemampuan yang masih
tersisa, yang justru muncul karena bencana, atau yang dibawa oleh faktor-faktor
atau aktor dari luar seperti bantuan tanggap darurat (emergency), kemampuan
perhatian pemerintah dan sebagainya.

2. Analisis Dampak Bencana

Analisis dampak bencana dilakukan dengan menghubungkan, dan/atau melakukan agregat


secara kualitatif antar gugus-gugus akibat bencana
3
tersebut di atas. Hasilnya adalah kesimpulan kesimpulan tentang dampak sosio-
psikologis, budaya, politik sampai kepemerintahan, dkk. Kemudian daripadanya
ditarik kesimpulan-kesimpulan umum tentang bagaimana akibat bencana ini
mempengaruhi proses dan capaian target-target pembangunan seperti yang dinyatakan
dalam dokumen-dokumen perencanaan pembangunan seperti RPJMD, RKP, dan sasaran-
sasaran pembangunan milenium (MDGs).

3. Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Setelah dilaksanakan analisis terhadap dampak bencana, kemudian diperkirakan


kebutuhan untuk pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. Kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi dapat berupa berbagai tindakan yang bersifat perubahan kebijakan,
peraturan, intervensi ekonomi hingga penyediaan bantuan. Hanya pada titik ini HRNA
mulai meletakkan nilai moneter dalam analisisnya. Perkiraan kebutuhan untuk
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dapat berupa :

a. Kebutuhan penyediaan bantuan atau dukungan yaitu biaya untuk memastikan


pemenuhan kebutuhan dasar bagi warga yang aksesnya terganggu atau terputus. b.
Kebutuhan penunjang penyelenggaraan kembali yaitu biaya untuk untuk memulai kembali
dan meningkatkan proses-proses kemasyarakatan dan fungsi-fungsi kepemerintahan. c.
Kebutuhan pengurangan risiko yang berkaitan dengan resiliensi masyarakat dan
pemerintah, yaitu biaya untuk tindakan-tindakan yang menguatkan kapasitas dan
mengurangi kerentanan terhadap bencana berikutnya di masa depan.

Perkiraan kebutuhan biaya dilakukan dengan dengan formula:

KEBUTUHAN = unit x satuan biaya x jangka pemulihan


Keterangan : • Unit adalah jumlah satuan manusia yang terkena dampak bencana atau
yang menjadi sasaran tindakan rehabilitasi dan
4
rekonstruksi, yaitu orang perorangan, rumahtangga, komunitas, organisasi/unit
usaha, atau unit pemerintahan. • Satuan Biaya adalah biaya standar berdasarkan pada
indeks standar biaya hidup di lokasi bencana yang bersangkutan. • Jangka Pemulihan
adalah jumlah tahun yang diperlukan oleh masyarakat terkena bencana untuk kembali
ke jalur pembangunan yang direncanakan sebelum bencana. Dalam praktiknya jumlah
tahun ini ditetapkan orleh pemerintah sehubungan dengan alokasi anggaran belanja
untuk menyelesaikan program rehabilitasi dan rekonstruksi.

4. Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dampak bencana berkaitan erat dengan
opsi-opsi pemulihan baik rehabilitasi maupun rekonsruksi. Program/tindakan disusun
untuk setiap sektor yang terkait berdasarkan analisis dampak. Rencana aksi
rehabilitasi dan rekonstruksi itulah yang menjadi kendaraan untuk membawa kembali
masyarakat terkena bencana ke jalur pembangunan menuju tingkatan sebelum bencana.
PROSEDUR UMUM PELAKSANAAN PENGKAJIAN KEBUTUHAN PEMULIHAN MANUSIA (HRNA) Secara
sederhana, langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan Pengkajian Kebutuhan
Pemulihan Manusia (HRNA) adalah sebagai berikut.

LANGKAH-1

MENGUMPULKAN DATA PRIMER (akibat bencana persektor)

Data kerusakan primer yang perlu dikumpulkan adalah data kerusakan sektoral yang
disesuaikan dengan kondisi wilayah yang terkena dampak bencana. Kelompok sektor
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Unit yang dihitung dalam HRNA
merupakan jumlah satuan yang terkena bencana atau yang menjadi sasaran tindakan
rehabilitasi dan rekonstruksi. Dalam HRNA, unit analisisnya adalah manusia, yang
terdiri dari : • • • • Orang/individu Rumah tangga Komunitas Organisasi/unit usaha
5
• Unit pemerintahan daerah

Dalam konteks ini, aset selalu dihitung dalam kaitannya dengan kepemilikan dan
penggunaannya oleh manusia. Pada setiap akibat bencana, perlu di tentukan suatu
indikator dan kelompok sektornya untuk memudahkan pencarian data. Indikator adalah
karakteristik dari unit yang timbul akibat dari kejadian bencana. Format
pengumpulan data adalah sebagai berikut;
6
Tabel Pengumpulan Data KELOMPOK SEKTOR Data Jumlah ….. Pangan SEKTOR DATA YANG
DIKUMPULKAN Contoh Data yang dikumpulkan (Indikator) A : Orang mendapatkan
persediaan pangan P : Komunitas dapat menjangkau harga makanan. R : Komunitas
memiliki mekanisme cadangan pangan A: P: R: SATUAN (UNIT)

Hunian/naungan

Infrastruktur

A: P: R:

Kesehatan

A: P: R: A: P: R: A:

Nutrisi Agama dan


7
KELOMPOK SEKTOR Kebudayaan Pendidikan Pertanian Mata Pencaharian Non Pertanian
Pemerintahan Lingkungan Perlindungan terhadap kelompok rentan SEKTOR P: R: A: P: R:
A: P: R: A: P: R: A: P: R: A: P: R: A: P: R: DATA YANG DIKUMPULKAN SATUAN (UNIT)
8
LANGKAH-2 MENDAPATKAN DATA DASAR SEBELUM BENCANA

Data dasar sebelum bencana adalah berupa data sekunder yang menunjukkan keadaan
sebelum bencana, yang terdiri dari: 1. Jumlah unit Harga-harga dan biaya yang
berlaku di daerah bencana, termasuk harga satuan. Misalnya … 2. Data
produksi/konsumsi normal dan kalender produksi Data ini diperlukan untuk menghitung
kerugian akibat kehilangan produksi dan penerimaan. Data produksi dapat meliputi:
data produksi per periode (minggu/bulan/tahun) untuk komoditas pertanian dan
industri tertentu (padi/jagung/sawit/hasil industri), tingkat hunian hotel per
periode, jumlah penumpang transportasi, omset pedagang, dsb. Selain data produksi
juga perlu dikumpulkan data dasar mengenai kalender produksi, misalnya: frekuensi
panen dalam setahun, siklus kedatangan wisatawan, dll.

LANGKAH-3

MELAKUKAN KONFIRMASI DAN VERIFIKASI DATA

Data yang didapatkan dari hasil pengumpulan data sekunder dan primer, memerlukan
pemeriksaan silang dengan berbagai sumber. Salah satunya adalah dengan cara
membandingkannya dengan data sebelum bencana. Berdasarkan pengalaman berikut ini,
ada beberapa sumber yang dapat digunakan untuk pengecekan silang: • Cek dengan
Narasumber Strategis yang kredibel berupa institusiinstitusi yang bekerja di lokasi
bencana, baik institusi pemerintah maupun non pemerintah. Laporan media massa.
Walaupun perlu berhati-hati terhadap kecenderungan beberapa media massa yang
cenderung mengedepankan sensasi, laporan media massa perlu dimanfaatkan terutama
untuk: (i) mengidentifikasi nama dan institusi yang potensial menjadi narasumber
strategis; (ii) sebagai sumber informasi independen untuk mengkonfirmasi
konsistensi dari informasi resmi yang tersedia; (iii) membantu mengidentifikasi
daerah-daerah yang mengalami kerusakan. Peta dan Peta Udara. Setelah terjadinya
bencana, umumnya tersedia peta daerah-daerah yang terkena dampak bencana beserta
intensitasnya, berdasarkan itu dapat dibandingkan apakah data kerusakan sesuai
dengan intensitas bencana masing-masing daerah. Kunjungan lapangan, kunjungan
lapangan adalah cara yang paling dapat dipercaya untuk melakukan cek silang atas
informasi sekunder yang


9
diterima, namun juga merupakan cara yang paling banyak makan waktu dan biaya.

LANGKAH-4

MEMPERKIRAKAN NILAI KEBUTUHAN

Nilai kebutuhan diperoleh dengan mengkalikan jumlah unit satuan yang terkena dampak
bencana dengan indeks harga standar satuan yang disepakati, tentunya didasarkan
pada indeks biaya standar di wilayah terkena dampak bencana. Perlu diperhatikan
bahwa penilaian kebutuhan masing-masing sektor perlu melibatkan ahli/spesialis di
masing-masing sektor tersebut yang dapat memberikan pertimbangan berdasarkan
keahliannya.

LANGKAH-5

MENGIDENTIFIKASI KOMPONEN DAMPAK UNTUK MASING-MASING SEKTOR DAN MEMPERKIRAKAN NILAI


KEBUTUHAN

Setelah nilai akibat diperoleh, langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai


kebutuhan, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi komponen-komponen dampak pada
masing-masing sektor. Sekali lagi peranan ahli/spesialis sangat penting untuk
memberikan asumsi-asumsi yang diperlukan, misalnya asumsi mengenai jangka waktu
pemulihan. LANGKAH-6 MEMERIKSA ULANG PERHITUNGAN GANDA, CAKUPAN SEKTORAL,
RASIONALITAS ANALISIS DAMPAK DAN KEBUTUHAN

Setelah perhitungan selesai, selanjutnya koordinator tim penilai perlu memeriksa


ulang apakah terdapat perhitungan ganda yaitu suatu nilai kerusakan dan kerugian
yang dihitung dua kali oleh dua sektor yang berbeda. Beberapa contoh perhitungan
ganda: Selain melakukan cek silang atas perhitungan ganda, koordinator tim penilai
melakukan cek silang apakah semua sektor sudah tercakup. Misalnya saja ternyata tim
penilai sektor pertanian ternyata belum memasukkan perhitungan atas dampak dan
kebutuhan dalam sektor pertanian.

LANGKAH-7

MENGHITUNG DAMPAK TERHADAP KINERJA INDIKATOR EKONOMI DAMPAK DAN KEBUTUHAN


10
Setelah diperoleh hasil perhitungan kerusakan dan kerugian, jika diperlukan tim
penilai dapat menghitung dampak terhadap kinerja indikator-indikator ekonomi
seperti PDRB, neraca pembayaran, anggaran daerah dsb.

Anda mungkin juga menyukai