Anda di halaman 1dari 15

Penerapan Kode Etik Jurnalistik Pasal 2 Oleh Mahasiswa Magang di Bengawan News

Anas Puspitasari Dewi1, Malisa Putri Utami2, dan Martha Ayu Nugraheni3
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta1,2,3
Corresponding Author:

Abstrak

Dalam dunia jurnalistik, terdapat kode etik sebagai alat untuk mengatur kegiatan yang
dilakukan jurnalis atau wartawan. Dengan itu, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menjelaskan
bagaimana wartawan media dalam menerapkan kode etik jurnalistik, khususnya kode etik
jurnalistik pasal 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara.
Sedangkan teknik analisis data menyesuaikan dengan jenis penelitian yaitu kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Data dianalisis secara logis, dengan kata-kata baik secara induktif maupun
deduktif. Peneliti juga melakukan validitas data yaitu dengan teknik triangulasi. Triangulasi
bertujuan untuk mengecek keabsahan sumber data dan informasi yang diperoleh. Hasil penelitian
ini yaitu dari penerapan kode etik jurnalistik pasal 2 yang dilakukan oleh mahasiswa magang di
media berita Bengawan News, maka dapat diketahui bahwa kode etik pasal 2 tersebut diterapkan
sesuai aturan dengan bukti bahwa setiap melakukan liputan: 1) Mahasiswa magang selalu
menunjukkan identitas diri yang jelas kepada pihak narasumber yaitu dengan menggunakan
kartu identitas yang dimilikinya. 2) Mahasiswa magang selalu menghargai atau menghormati hak
privasi narasumber. 3) Mahasiswa magang tidak menyogok atau menyuap narasumber atau pihak
manapun. 4) Mahasiswa magang menghasilkan berita yang jelas asal-usulnya. 5) Mahasiswa
magang menyertakan sumber gambar atau foto liputan. 6) Mahasiswa magang menghormati
masa lampau pihak terkait. 7) Mahasiswa magang tidak copy paste liputan dari media lain.
Kata kunci: kode etik jurnalistik, pasal 2, bengawan news

Pendahuluan
Media daring merupakan media yang menyampaikan berbagai informasi popular dan
penyampaiannya dilakukan secara daring sesuai perkembangan teknologi. Peran media
daring saat ini sangat membantu masyarakat dalam mengakses berbagai informasi.
Informasi tersebut dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat kapanpun dan dimanapun.
Akan tetapi, media saat ini juga melakukan framming (pembingkaian) dalam men
yajikan berita guna membuat publik fokus pada isu yang sedang disajikan
oleh media tersebut (Anshari, dkk., 2018). Selaras dengan hal itu, media daring
yang pada dasarnya bersifat bebas akan menimbulkan pertanyaan yang berhubungan dengan
kebenaran dari berita-berita yang disajikan.
Susanto dalam Hikmat (2018:94) jurnalistik merupakan kejadian mengenai hasil pencatatan
maupun pelaporan, serta penyebaran mengenai suatu kejadian dalah kehidupan sehari-hari.
Dalam dunia jurnalistik, terdapat kode etik sebagai alat untuk mengatur kegiatan yang dilakukan
jurnalis atau wartawan. Tujuan dikeluarkannya aturan tersebut yaitu untuk menghindari berbagai
hal yang tidak diinginkan dalam penyebaran berita di media massa, khususnya pada portal berita
online yang semakin ramai digunakan. Hal itu seperti penyebaran berita bohong (hoax), berita
yang senonoh atau cabul, dan berita lainnya yang tidak selayaknya disebarkan. Untuk itu, sesuai
dengan UU No. 40 Tahun 1999 tentang pers, jurnalis dan wartawan harus berpedoman pada kode
etik jurnalistik yang berlaku.

Kode etik sangat berkaitan dengan tingkah laku dan nilai-nilai moral manusia. Bagi yang
melanggar kode etik pasti akan dikenakan sanksi hukum yang sudah ada atau sudah
ditentukan sebelumnya. Mematuhi dan menerapkan kode etik jurnalistik itu merupakan
wujud professional dari wartawan. Saat menjalankan kegiatan jurnalistik yang sesuai dengan
kode etik jurnalistik, maka dapat diartikan bahwa seorang wartawan telah bertanggung
jawab terhadap diri sendiri maupun masyarakat.

Kode etik pada dasarnya merupakan aturan-aturan atau suatu etika yang harus dimiliki
oleh setiap wartawan dan jurnalis (Agisti & Anis, 2020). Jadi, etika tersebut digunakan
untuk melindungi masyarakat pembaca dari penyampaian berita yang kurang tepat dan
menimbulkan dampak negatif. Kode etik wartawan Indonesia ini pertama kali dikeluarkan
oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dengan tujuan sebagai etika dalam profesi
kewartawanan.

Menurut Nicholas A. E. S dalam Sari (2014), jurnalis itu merupakan sebuah profesi dan
pasti mempunyai etika. Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang melakukan kegiatan
jurnalisme secara teratur, yaitu menuliskan laporan berupa berita dan kemudian dimuat di
media massa untuk disampaikan kepada masyarakat luas. Wartawan dalam kegiatan
jurnalistiknya meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara (audio), gambar (visual), suara
dan gambar (audio visual), serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia dan tetap
dalam pengawasan badan yang terkait kegiatan pers Indonesia.

Kode etik jurnalistik memegang peranan yang sangat penting dalam dunia pers di mana
sebagai pedoman nilai-nilai profesi kewartawanan, sehingga kode etik jurnalistik wajid
dipahami dan dilaksanakan oleh wartawan. Oleh karena itu wartawan harus mematuhi kode
etik jurnalistik yang disepakati oleh Dewas Pers. Mematuhi kode etik jurnalistik yang
disepakati oleh Dewan Pers berarti wartawan paham dalam mencari, meliput dan
menyajikan berita tersebut, sehingga kode etik jurnalistik perlu dipahami, dilaksanakan oleh
wartawan sebagai pedoman dalam menulis berita, agar berita yang disajikan akurat,
berimbang, sesuai fakta di lapangan untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan orang
lain.
Menurut Marcelino dalam Gawi, dkk (2017:21), etika jurnalistik harus berdasarkan
standar aturan perilaku dan moral, yang mengikat para jurnalis dalam melaksanakan
pekerjaannya. Etika jurnalistik ini tidak hanya untuk melindungi atau menghindarkan
khlayak masyarakat dari kemungkinan dampak yang merugikan dari tindakan atau perilaku
keliru dari jurnalis bersangkutan. Menurut Syafaah & Nadila (2020), etika jurnalis
tik ialah aturan yang diberikan kepada jurnalis atau wartawan dengan tujua
n agar melaksanakan kegiatan jurnalistiknya dengan penuh tanggungjawab.

Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta memiliki mata kuliah pilihan yang
berupa praktik jurnalistik. Untuk itu mahasiswa penempuh mata kuliah jurnalistik
mempraktikan hasil teori yang sudah didapat saat perkulihan berlangsung dengan magang di
salah satu media online yang menghasilkan berbagai liputan atau berita hasil jurnalistik
bernama Bengawan News.

Bengawan News adalah sebuah media online yang bediri pada tanggal 19 Februari 2019
di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Penerbitnya ialah PT Bengawan Citra Media. Kantor
Bengawan News sendiri berada di Jalan. Kolonel Sugiono No. 94, Joglo, Banjarsari,
Surakarta. Didalam Bengawan News ini terdapat sutruktur organisasi yang terdiri dari: (1)
pimpinan redaksi bernama Gerry Prayudi, (2) redaktur bernama Ahmad Rafiq, (3) Reporter
yang beranggotakan Agung Santoso, Fernando Fitusia, dan Tara Wahyu, (4) Social Media
Specialist bernama Athalia Wika. Bengawan News menjalin kerja sama bersama
Kumparan.com. Bengawan News menghasilkan berbagai liputan berita yang ada di daerah
Solo Raya dan sekitarnya, berita yang dihasilkan pun juga diterbitkan pada laman media
online atau website Kumparan.com setiap harinya.

Dalam kode etik jurnalistik pasal 2 wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang
professional dalam menjalankan tugas sebagai jurnalistik. Secara penafsiran yang dimaksud
cara-cara professional antara lain: (1) menunjukkan identitas diri kepada narasumber, (2)
menghormati hak privasi, (3) tidak menyuap, (4) menghasilkan berita yang faktual dan jelas
akan sumbernya, (5) rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto,
suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang, (6)
menghormati pengalaman traumatic narasumber dalam penyajian secara berimbang, (7)
tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya
sendiri (Hikmat, 2018:112).

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Fitriyani (2020) meneliti mengenai analisis penerapan
kode etik jurnalistik di liputan6. Dalam penelitiannya menggunakan metode pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa liputan6 sudah menerapakan kode etik
jurnalistik, meskipun dari 55 sampel berita masih terdapat 19 berita yang tidak memenuhi unsur
keberimbangan. Persamaan penelitian Fitriyanti dengan penelitian ini ialah sama-sama
membahas mengenai kode etik jurnalistik. Perbedaan penelitian Fitriyanti dengan penelitian ini
ialah penelitian Fitriyanti pada pemberitaan menggunakan pasal 1, 2, dan 3, sedangkan penelitian
ini menggunakan pasal 2.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Jufrizal (2019) meneliti mengenai implementasi kode
etik jurnalistik (wartawan Serambi Indonesia). Dalam penelitiannya menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jurnalis Serambi
Indonesia memahami mengenai kode etik jurnalistik yang dijadikan aturan hukum dalam
menjalankan tugas jurnalistik. Persamaan penelitian Jufrizal dengan penelitian ini ialah sama-
sama membahas mengenai kode etik jurnalistik. Perbedaan penelitian Jufrizal dengan penelitian
ini ialah penelitian Jufrizal membahas mengenai kode etik secara keseluruhan, sedangkan
penelitian ini berfokus pada kode etik jurnalistik pasal 2.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Syahid (2020) meneliti mengenai implementasi kode
etik jurnalistik pasal 6 oleh wartawan Aji Lampung. Dalam penelitiannya menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wartawan Aji Lampung sepenuhnya
memahami kode etik jurnalistik pasal 6 tentang penyalahgunaan profesi dan menerima suap.
Persamaan penelitian Syahid dengan penelitian ini ialah sama-sama membahas mengenai pasal
yang ada di dalam kode etik jurnalistik. Perbedaan penelitian Syahid dengan penelitian ini ialah
penelitian Syahid berfokus pada kode etik jurnalistik pasal 6, sedangkan penelitian ini berfokus
pada kode etik pasal 2.

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai kode etik jurnalistik, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang kode etik jurnalistik khususnya pasal 2 di Bengawan News.
Oleh karena itu penelitian ini berjudul “Penerapan Kode Etik Jurnalistik Pasal 2 oleh Mahasiswa
Magang di Bengawan News”.

Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu penelitian
yang digunakan untuk memahami suatu fenomena alam sosial melalui interaksi komunikasi yang
mendalam antara peneliti dengan hal yang diteliti. Denzim dan Lincoln dalam Desvianny (2
020), menuturkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengungkapkan su
atu latar ilmiah dan memiliki tujuan untuk menafsirkan suatu hal yang sedang te
rjadi dan dilakukan dengan menggunakan berbagai metode. Adapun menurut Whitney
dalam Desvianny (2020) pendekatan deskriptif merupakan metode untuk mencari fa
kta dengan pandangan yang teoretis yang tepat.

Penelitian ini tidak bermaksud untuk mengadakan pengujian, hanya saja untuk pemaparan
dari situasi yang terjadi pada saat peneliti melakukan penelitian. Penelitian ini berfokus untuk
menjelaskan bagaimana seorang wartawan media dalam menerapkan kode etik jurnalistik,
khususnya kode etik jurnalistik pasal 2. Oleh karena itu, untuk memperoleh data-data empiris
dari objek penelitian tentang kode etik jurnalistik, peneliti menggunakan desain penelitian
lapangan (field research).

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret 2021 hingga 28 Maret 2021 dengan waktu
magang praktik jurnalistik di Bengawan News. Selama kurun waktu yang sudah ditentukan
mahasiswa magang berkerja sama untuk melaksanakan tugas sebagai wartawan dan editor.
Lokasi dan waktu penelitian disesuaikan dengan lokasi peliputan yang sudah dilaksanakan.
Penelitian yang dilakukan secara langsung ini, bertujuan untuk meneliti objek secara mendalam
sesuai realita saat ini, serta dilakukan dengan cara berinteraksi langsung dengan narasumber
yang dituju. Penelitian ini juga dipaparkan dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang
mengungkapkan fakta secara sistematis, apa adanya, dan akurat mengenai penerapan kode etik
jurnalistik pasal 2.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Menurut Sulasi (201
8), observasi ialah suatu kegiatan yang dilakukan secara langsung untuk memperoleh data
sesuai pada objek penelitian yang dipilih. Adapun, wawancara adalah tanya jawab untuk
mendapatkan keterangan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan teknik
analisis data dan penyajian data pada penelitian ini menggunakan teori dari Miles
dan Huberman. Miles dan Huberman dalam Winora, dkk. (2021) menyatakan ada empa
t tahap analisis data, yaitu pengupulan data, reduksi data, penyajian data, da
n simpulan & verifikasi Peneliti juga melakukan validitas data yaitu dengan teknik
triangulasi sumber. Menurut Sugiono dalam Anggreswari dan Geovani (2021), teknik
triangulasi sumber ialah suatu teknik pengecekkan data yang sebelumnya diperoleh
dari narasumber.

Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan

Penelitian ini membahas mengenai penerapan kode etik jurnalistik yang dilakukan oleh
mahasiswa magang di media berita Bengawan News. Acuan dari kode etik jurnalistik yaitu
berdasarkan pasal 2. Pada pasal 2 tersebut dijelaskan bahwa wartawan Indonesia menggunakan
cara yang professional dalam meliput berita sehingga tidak ada ketimpangan yang dilakukan oleh
pihak wartawan maupun pihak narasumber. Berikut hasil analisis kode etik jurnalistik pasal 2:

1. Menunjukkan Identitas Diri yang Jelas Kepada Pihak Narasumber


Aturan yang diterapkan dan harus dipatuhi oleh mahasiswa yang menjalankan magang
jurnalistik di Bengawan News adalah mengenakan member card atau kartu identitas.Para
mahasiswa wajib menunjukkan kartu identitas tersebut ketika sedang menjalankan tugas
meliput suatu kejadian.

Kartu identitas setiap media pun berbeda model dan bentuk. Tidak jarang pihak terkait
menanyakan asal usul wartawan apalagi sebagai mahasiswa yang sedang magang. Hal
tersebut dimaksudkan sebagai tanda pengenal yang jelas, agar tidak terjadi suatu hal yang
tidak diinginkan. Bisa juga ketika sebagai tanda pengenal antar sesama media berita lain. Bisa
dicontohkan ketika sedang meliput berita di Polres Kota Surakarta, mahasiswa magang yang
tidak mengenakan kartu identitas dan hanya menyebutkan asal mereka saja tidak akan
diterima dan tidak diperbolehkan untuk meliput berita di sana. Atau bisa dikatakan tidak bisa
mewawancarai narasumber. Baik wartawan tetap Bengawan News pun juga selalu
menunjukkan kartu identitas wartawan agar proses liputan dapat berjalan sesuai dengan
tujuan.

2. Menghargai dan Menghormati Hak Privasi Pihak yang Diwawancara

Setiap orang tentunya mempunyai kebijakan masing-masing.Pola pikir yang dimiliki


orang pun tentunya berbeda-beda. Tidak semua kejadian atau peristiwa harus diceritakan pada
publik sehingga semua orang di luar sana mengetahui. Sesama manusia tentunya harus saling
menghormati hak orang lain, agar terjalin suatu keharmonisan. Begitu pula kode etik seorang
jurnalistik, yaitu selalu mengedepankan untuk selalu menghargai hak privasi narasumber.
Ketika meliput berita yang sudah direncakan di awal maka semua proses yang berlangsung
saat liputan harus sesuai dengan tujuan. Perumpamaannya ketika kita meliput berita X, maka
saat proses meliput kita sebagai wartawan yang professional harus menggali berita X
tersebut.Hingga mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yaitu berita X. Mahasiswa magang
pun juga harus mampu menguasai kemampuan etika tersebut ketika sedang terjun di
lapangan.

Dengan kata lain liputan tidak berbelok arah dan sesuai dengan kenyataan. Bukti
lapangannya ialah ketika mahasiswa magang meliput berita di SMK 2 Surakarta dengan
narasumber Gibran Rakabuming Raka (Wali Kota Solo).Ketika mendapati informasi bahwa
Wali Kota Solo sedang mengadakan pertemuan yang membahas mobil Esemka, kemudian
mahasiswa magang meliput sesuai dengan rencana di awal yaitu mengetahui perkembangan
mobil Esemka. Bersamaan dengan hal itu ketika wartawan menyodorkan pertanyaan kepada
bapak wali kota Solo berupa pertanyaan mengenai sembako, maka hal tersebut adalah suatu
kesalahan. Dikatakan kesalahan karena wartawan bertindak kurang professional yakni dengan
memberikan pertanyaan kepada narasumber yang tidak sesuai dengan ranah yang
dicari.Kejadian seperti itu membuat narasumber tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan
dan memilih untuk kembali pada pokok bahasan. Kejadian seperti itu membuat keadaan
menjadi kurang nyaman karena di sisi lain fokus peserta yang lain seakan terganggu. Oleh
sebab itu, wartawan professional hendaknya selalu mengedepankan rasa menghormati hak
privasi orang lain agar tidak terjadi suatu hal yang dirasa kurang mengenakkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Soroinsong (2019) menjelaskan bahwa walaupun
narasumber bersedia diwawancara, namun jika dia meminta agar identitasnya disamarkan, tim
liputan wajib melindungi identitasnya guna menghormati hak privasi narasumber tersebut.
Identitas narasumber merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan.

3. Tidak Menyogok atau Menyuap Suatu Hal

Media berita yang sudah dikenal oleh publik tentu tidak akan berbuat di luar batas
kemanusiaan. Tindakan menyuap atau bermain di belakang merupakan suatu perbuatan
melebihi batas wajar karena hal tersebut tentu ada hukumnya.Sudah ribuan orang Indonesia
bertingkah layaknya raja yang menyuruh pesuruhnya dengan seenak jidatnya untuk menuruti
segala perintahnya dengan embel-embel uang.Sebagai orang yang cerdik, wartawan
professional maupun mahasiswa magang dididik untuk tidak melakukan tindakan keji tersebut
hanya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.Hati wartawan harus tertanam sikap netral
sehingga ketika mencari berita tidak memihak siapapun.Tugas wartawan meliput berita yang
sedang booming, kemudian menuliskan berita tersebut pada portal online media
tersebut.Menggali informasi tidak harus mendapatkan jawaban yang sesuai dengan jalan
pikiran sendiri.Sudut pandang yang dimiliki oleh orang tentunya berbeda.Narasumber
mempunyai hak untuk menyampaikan pendapat.Sebagai wartawan hanya meliput berita lalu
menyajikan pada masyarakat umum agar mereka melek informasi terkini.
Masa pandemi seperti saat ini juga tidak bisa dipungkiri bahwa tempat-tempat umum
memberlakukan pembatasan kegiatan.Ketika wartawan meliput di sekolahan, mahasiwa
magang pun juga harus mentaati aturan yang berlaku di sekolah tersebut yakni dengan harus
mencuci tangan terlebih dahulu, kemudian mengecek suhu tubuh dan mengenakan
handsanitizer. Proses untuk bisa masuk ke sekolah tersebut juga harus disertai antri, namun
wartawan yang professional tetap mentaati aturan tersebut.

4. Menghasilkan Berita yang Jelas Asal Usulnya

(Pengambilan Gambar saat Bioskop di Mall Solo Paragon Mulai Dibuka)

Media yang memperkerjakan wartawan professional menuntut orisinalitas karya yang


diliput.Wartawan harus benar-benar melakukan liputan secara real adanya. Berita yang valid
adalah berita yang jelas asal usul berita itu muncul. Berita di media juga perlu adanya
akurasi. Sesuai dengan pendapat Handiyani dan Anang (2017), akurasi digunaka
n untuk mengukur tingkat kebenaran suatu berita atau peristiwa yang sedang d
isajikan.

Jadi berita yang layak untuk dipublikasi harus berupa berita yang menyertakan sumber
berita tersebut. Layaknya wartawan, mahasiswa magang tidak hanya sekadar mencari berita di
internet kemudian mengetik ulang berita tersebut lalu menyetorkan pada pihak editor tanpa
terjun sendiri di lapangan. Mereka harus benar-benar hadir dalam kondisi yang sedang terjadi,
menyaksikan sendiri, merasakan sendiri, sampai harus ikut bergabung di dalamnya. Seperti
ketika kita meliput pembukaan bioskop di mall. Kita harus paham bioskop di mall mana yang
akan dibuka, tidak asal mengarang lokasi mall. Bioskop yang dibuka adalah di mall Solo
Paragon, kita harus ikut hadir di sana untuk melihat bagaimana situasi yang terjadi di sana,
bagaimana protokol kesahatan yang dianjurkan ketika ingin menonton bioskop, dan lain-lain.
Jadi, jelas asal berita tersebut diliput beserta lokasi liputan.
Hal lain yang menjadi keharusan seorang wartawan ialah melakukan perekaman atau
merekam narasumber ketika sedang beragumentasi. Kemudian setelah itu mengubah hasil
rekamannya menjadi transkrip, agar berita yang disajikan benar-benar valid. Transkrip
tersebut sangat berguna untuk wartawan agar saat proses penulisan berita tidak terjadi kesalah
pahaman, serta ketika mengutip pembicaraan narasumber juga tidak menyimpang.

5. Menyertakan Sumber Gambar atau Foto

(Menilik Mobil SMK bersama Bapak Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka)
(Bersama Bapak Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa dalam Rangka Simulasi Pembelajaran
Tatap Muka)

(Bersama Bapak Totok Tavirijanto Ketua Badan Stilistika Kota Surakarta)

Pentingnya menyertakan foto pada berita yang diliput ialah setidaknya memberikan
gambaran kepada pembaca mengenai situasi yang terjadi saat itu. Ketika ada pembaca yang
membaca berita tersebut menjadi semakin paham dengan adanya gambar yang diunggah. Jadi,
sangat wajib sekali sebagai wartawan melakukan pengambilan gambar ketika sedang meliput.
Tentunya dengan adanya foto yang diunggah tetap harus disertai sumber yang jelas.Selain itu,
foto juga berguna sebagai pengenal narasumber. Artinya jika ada foto narasumber yang
disertakan di berita tersebut maka ketika ada pembaca yang belum paham siapa narasumber
tersebut maka dapat dengan mudah melihat foto pada berita sehingga dapat menambah
wawasan pembaca sekalian. Wartawan saat mengambil foto pun memiliki cara tersendiri
yakni model kamera harus landscape dan harus mengambil 2 angel yang berbeda agar foto
yang diambil memiliki daya tarik sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Lavenia (2019) menjelaskan bahwa pada penelitiannya
tidak menuliskan sumber foto yang dicantumkan pada berita di media Okezone.Com.
Sedangkan pada berita yang dirilis oleh tim Bengawan News selalu menyertakan sumber foto
atau video yang jelas.

6. Menghormati Masa Lampau Pihak Terkait


(Ambulan Membawa Bayi Tanpa Tempurung Kepala)

Masa lampau yang dimiliki oleh orang memang bersifat rawan untuk
dipertanyakan.Apalagi jika masa lalu yang menyakitkan dan harus dipertanyakan ulang.
Sebagai wartawan yang bertugas menggali informasi baik berupa kejadian yang baru terjadi
maupun sudah lama terjadi. Baik kejadian suka maupun duka, seorang wartawan benar-benar
dituntut untuk bisa ikut merasakan apa yang dirasakan oleh narasumber. Ketika sedang
meliput berita duka, orang tua yang harus menerima kenyataan bahwa anak yang dilahirkan
tidak seperti bayi pada umumnya. Kemudian tidak lama anak tersebut dipanggil oleh sang
pemilik hidup. Wartawan harus bertindak sesuai dengan jenis berita yang digali, yaitu berita
duka. Maka kita harus ikut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh keluarga yang
bersangkutan. Tindakan profesional yang dilakukan yaitu dengan mewawancarai orang tua
bayi dengan nada pelan dan halus. Wartawan berusaha mencari informasi dengan baik dan
sopan tanpa menyinggung perasaan orang tua bayi sehingga tidak terlalu larut dalam
kesedihan yang mendalam.

7. Tidak Copy Paste Liputan Media Lain

Berita yang ditayangkan pada portal media online selalu menjadi sorotan publik jika ada
kemiripan yang begitu signifikan. Oleh karena itu suatu media yang meliput berita tidak boleh
hanya sekadar mencomot berita milik media lain. Kita sebagai tim jurnalistik harus bertindak
tegas dalan meliput berita terbaru. Cara untuk mendapatkan berita yang sesuai dengan
kenyataan tidak lain adalah dengan dating, menyaksikan sendiri, kemudian mencari tahu arah
berita tersebut kemana. Hal-hal yang dianggap menarik dan layak untuk dikembangkan harus
digali bersama narasumber. Begitu pun ketika kita mengetahui bahwa berita yang diliput oleh
media kita dicopy tanpa ijin, maka kita berhak untuk menegur media yang bersangkutan agar
segera take down berita itu.
Menurut Dimitha (2017) menjelaskan hasil penelitiannya bahwa pelanggaran yang terjadi
pada penelitiannya adalah kode etik jurnalistik pasal 2 yaitu masuk pada kategori foto yang
dilampirkan pada berita tidak terdapat sumbernya dan ini dianggap sebagai berita plagiat.
Pada penelitian yang dilakukan di media Bengawan News sepanjang pengamatan yang
dilakukan selalu melaksanakan kode etik jurnalistik sebisa mungkin. Karena media ini
merupakan media yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat umum.

Simpulan

Dari hasil penelitian tentang penerapan kode etik jurnalistik pasal 2 yang dilakukan oleh
mahasiswa magang di media berita Bengawan News, maka dapat disimpulkan bahwa kode etik
pasal 2 tersebut diterapkan dengan bukti bahwa setiap melakukan liputan: 1) Mahasiswa magang
selalu menunjukkan identitas diri yang jelas kepada pihak narasumber yaitu dengan
menggunakan kartu identitas yang dimilikinya. 2) Mahasiswa magang selalu menghargai atau
menghormati hak privasi narasumber. 3) Mahasiswa magang tidak menyogok atau menyuap
narasumber atau pihak manapun. 4) Mahasiswa magang menghasilkan berita yang jelas asal-
usulnya. 5) Mahasiswa magang menyertakan sumber gambar atau foto liputan. 6) Mahasiswa
magang menghormati masa lampau pihak terkait. 7) Mahasiswa magang tidak copy paste liputan
dari media lain.

Daftar Pustaka

Agisti, Khaerunnisa dan Anis Faudah Zuhri. (2020). “Peran Jurnalis dalam Mewartakan
Berita Pembelajaran Jarak Jauh dalam Masa Pandemi Virus Corona di
Indonesia”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 3 (1), 47-58.
https://staibanisaleh.ac.id/ojs/index.php/ElBanar/article/view/41

Anggreswari, Ni Putu Yunita dan Geovani Ika Pranata Putri. (2021). “Analisis
Kaidah Jurnalistik pada Situs Berita Suara.com”. Ganaya: Jurnal Ilmu S
osial dan Humaniora, 4 (1). Hal. 207-223.
https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya/article/view/1259

Anshari, Dien, dkk. (2018). “Bagaimana Media Memberitakan Produk Pangan? Ana
lisis Isi Artikel Media Daring tentang Susu Kental Manis”. Jurnal Peri
laku & Promosi Kesehatan, 1 (1). Hal. 76-83.
http://dx.doi.org/10.47034/ppk.v1i1.2100

Christi, H. E. J., & Farid, F. (2020). “Analisis Kode Etik Jurnalistik Pemberitaan Keberagaman
di Media Online”. Koneksi, 4(1), 14-21.
http://dx.doi.org/10.24912/kn.v4i1.6495
Desvianny, Natasya Feline dan Eko H. S. (2020). “Pelanggaran Kode Etik Jurna
listik dalam Pemberitaan Anak di GTV”. Jurnal Koneksi, Vol. 4 (2). Hal
318-323.
http://dx.doi.org/10.24912/kn.v4i2.8154

Dimitha, D. V., Saleh, R., & Anisah, N. (2017). “Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pada Media
Online AJNN”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 2(3). 1-
15.
http://www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP/article/view/3797

Fitriyanti, Wiwin & Ahmad Junaidi. (2020). “Analisis Penerapan Kode Etik Jurnalistik pada
Pemberitaan Pemindahan Ibu Kota Indonesia di Liputan6.com”. Koneksi, 4 (2), 215-
223.
http://dx.doi.org/10.24912/kn.v4i2.8094

Gawi, Gabriel; Akhirul Aminulloh; Ellen Meianzi Yasak. (2017). “Penerapan Kode Etik
Jurnalistik dalam Surat Kabar Harian Surya Malang”.JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, 6 (1), 19-27.
https://doi.org/10.33366/jisip.v6i1.366

Handiyani, Praptika dan Anang Hermawan. (2017). “Kredibilitas Portal Berita


Online dalam Pemberitaan Peristiwa Bom Sarinah Tahun 2016 (Analisis Isi
Portal Berita Detik.com dan Kompas.com Periode 14 Januari-14 Februari 2
016)”. Jurnal Komunikasi, 12 (1). Hal. 51-68.
https://doi.org/10.20885/komunikasi.vol12.iss1.art4

Hikmat, Mahi M. (2018). Jurnalistik Literary Jourlism. Jakarta: Prenadamedia Group.


https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id

Jufrizal. (2019). “Implementasi Kode Etik Jurnalistik (Studi Kasus di Kalangan Wartawan
Harian Serambi Indonesia)”. Jurnal Ilmiah Sustainable, 2 (1), 128-153.
https://www.lp2msasbabel.ac.id/jurnal/index.php/sus/article/view/985

Lavenia, L., & Utami, L. S. S. (2020). “Pemberitaan Kasus PT PLN (Persero) di Media Siber dan
Penerapan Kode Etik Jurnalistik (Analisis Framing Pemberitaan Blackout Listrik 4
Agustus 2019 di Okezone. Com)”. Koneksi, 3(2), 506-513.
http://dx.doi.org/10.24912/kn.v3i2.6493

Maheni, M. T., Dewi, S. P., & Haryani, A. (2017). “Penerapan Kode Etik Jurnalistik Pada
Penulisan Berita Ahok Terkait Pemilukada Dki Jakarta 2017 Dalam Surat Kabar
Kompas”. Epigram, 14(1).
https://doi.org/10.32722/epi.v14i1.961

Nuzuli, A. K., Natalia, W. K., & Adiyanto, W. (2021). “Tinjauan Pelanggaran Kode Etik
Jurnalistik dalam Pemberitaan Prostitusi Online di Surabaya”. Warta Ikatan Sarjana
Komunikasi Indonesia, 4(1), 35-43.
https://doi.org/10.25008/wartaiski.v4i1.108

Sari, Fitri Meliya. (2014). “Analisis Penerapan Kode Etik Jurnalistik pada Harian Serambi
Indonesia”. Jurnal Interaksi, 3 (2), 131-139.
https://etd.unsyiah.ac.id/index.php?p=show_detail&id=81435

Syafaah, Darisy dan Nadila Anis K. (2020). “Analisis Siaran Berita pada Drama
Korea ‘Pinocchio’ dalam Perspektif Kode Etik Jurnalistik”. Jurnal Ko
munikasi dan Penyiaran Islam, 4 (1). Hal. 44-56.
https://doi.org/10.31764/jail.v4i1.2961

Syahid, Akhmad. (2020). “Implementasi Kode Etik Jurnalistik Pasal 6 oleh Wartawan Aji
Lampung”. Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 2 (2), 1-10.
https://doi.org/10.24127/al-idzaah.v2i02.518

Soroinsong, A. D. (2019). “Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Liputan Investigasi


Program Cakrawala Kriminal ANTV”. The Source: Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(2), 51-
70.
https://doi.org/10.36441/thesource.v1i2.294

Sulasi, Yorim, dkk. (2018). “Analisis Penerapan Kode Etik Jurnalistik terhad
ap Cara Kerja Jurnalis Kompas TV Manado”. Jurnal Acta Diurna Komunikas
i, 7 (4). Hal. 1-17.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurnakomunikasi/article/view/2097
7

Winora, Riesma, dkk. (2021). “Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Penulisa
n Berita Kriminal pada Media Online Infobekasi.co.id”. Jurnal Kajian J
urnalisme, 4 (2). Hal. 165-176.
https://doi.org/10.24198/jkj.v4i2.29323

Wiramarta, K. (2017). “Studi Kasus Penerapan Kode etik Jurnalistik pada Berita Siber yang
Dibagikan Melalui Grup Facebook “Metro Bali””. Prasi: Jurnal Bahasa, Seni, dan
Pengajarannya, 12(01), 20-31.
http://dx.doi.org/10.23887/prasi.v12i01.13914

Anda mungkin juga menyukai