Anda di halaman 1dari 8

http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.

php/restorica

KEPATUHAN WARTAWAN TERHADAP KODE ETIK JURNALISTIK


DI KOTA PALANGKA RAYA

Journalists ' Compliance With The Code Of Journalistic Ethics


In The City Of Palangka Raya

Rahmat Hidayat* Abstrak


Penelitian ini dibuat bertujuan untuk mengetahui hal-hal apa sajayang sering
menjadi permasalahan dalam dunia kode etik jurnalistik, sehingga bisa menjadi
gambaran dan pencitraan pers yang baik dan menjunjung tinggi peraturan tentang
Universitas Muhammadiyah dunia pers. Metode yang digunakan berkaitan dengan penelitian ini, maka
Palangkaraya, Palangka Raya, Central pendeketan penelitian ynag digunakan yaitu menggunakan pendekatan kualitatif
Kalimantan, Indonesia dengan menggunakan paduserasi sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer diperoleh dengan wawancara kepada wartawan selalu
insanpers yang melakukan tugas jurnalistik sertamelakukan pengamatan lapangan
sedangkan sumber data sukender berupa perundang-undangan, kode etik
jurnalistik, dokumen-dokumen resmi, buku dan hasil penelitian yang berwujud
email: laporan bahan data dalam penelitian ini. Hasil dari jurnal ilmiah ini dapat
rahmat.hidayat@umpalangkaraya.ac.id dibuktikan dengan wawancara terhdap kalangan wartawan di Kota Palangka raya
yang mengaku masih tikda bisa bekerja dan memahami penerapan dari kode etik
jurnalistik, khususnya pasal-pasal yang berkaitan dengan independensi insan pers
dalam melaksanakan peker jaannya. Kesimpulannya dalam dunia pers sendiri
masih perlu beberpa perbaikan selain memberikan pelatihan terhadap wartawan
tapi juga memperkuat struktur dan kemampuan lembaga pers sendiri di
Indonesia.

Kata Kunci: Abstract


Kepatuhan
Kode Etik This research aims to determine what are the most common problems in the world of
Jurnalistik the journalistic code of ethics so that it can be a good picture of the press and uphold
the rules of the press. Methods that Used in relation to this research, then the research
Keywords: Debitor is used using a qualitative approach by using the adulteration of primary data
Compliance sources and secondary data sources. Primary data sources obtained by interviews to
Code journalists are always insurers who perform journalistic tasks in the field of observations
Journalism while the data sources of the Sukender legislation, code of Journalism Ethics, official
documents, Books and tangible research results report the data materials in this study.
Accepted The results of this scientific journal can be proved by the interview among journalists in
June 2016 the city of Palangka Raya who claimed to still be able to work and understand the
implementation of the Code of journalistic ethics, specifically articles relating to
Published independence Of the press in carrying out its work. In conclusion, in the world of the
October 2016 press itself still, need some improvement in addition to providing training to journalists
but also strengthening the structure and ability of the press agencies themselves in
Indonesia.

PENDAHULUAN di sekolah, di masjid, di kantor dan sebagainya,


sehingga komunikasi dangat menyentuh disegala aspek
Pada hakekatnya komunikasi itu sudah ada sejak
kehiduapn kita dan menentukan kualitas hidup kita.
manusia terlahir di dunia yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari kehidupan manusia sebagai makhluk Permsalahan kapatuhan wartawan terhadap kdoe etik
sosial yang menumpang tumbuh dan berkembang sejak jurnalistik sebetulnya tidak hanya berada di Kota
awal peradaban, tanpa disadari aktivitas interaksi Palangka Raya melainkan terjdai di seluruh Indoensia
manusia perlu berkomunikasi dna mendapatkan dengan berbagai macalam permsalahan dan peraturan
informasi sebagai pergaulaan pada masyarakat modern yang dilangggar. Khususnya pelanggaran terhdap kode
dan bisa dilakukan dirumah, di linngkunga, di kampus, etik jurnalistik itu sendiri.
Restorica: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi, Volume 2 Issue 2, October 2016, Page 19-26 e-ISSN: 2655-8432

Dari edikit kasus penyimpangan penggunaaan kode etik fungsi, tugas dan wewenang wartawan berdasarkan
yang sering kali terjadi kita seharusnya bisa mengkritisi undang-undang pokok pers yangmasih harus terus di
hal tersebut mengapa bisa terjadi. Realitas sekarang perdalam, mengingat di wilayah Kota palangka raya
memang sudah benar-benar tidak diherankan lagi belum adanya pendidikan secara khusus mempelajari
apabila hukum dinodai. Seperti halnya para wartawan undang-undang pokok pers, sehingga wartawan harus
yang sudah biasa melanggar kode etik jurnalistik menggali sendiri aturan-atruan yang termuat didalam
tersebut. Kita seharusnnya mampu menjunjung aturan undang-undang pokok pers tesebut. Sehiggga masih
tersebut dengan penyadaran terhadap diri sendiri dan anyak kawan-kawan wartawan yang belum mengetahui
mengaplikasikannya dalam kegiatan jurnalistik. Dengan secara utuh bagaiman apenerapan kode etik jurnalistik
demikian, kecil kemungkinan untuk melakukan sebagai turunan dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun
pelanggaran tersebut. Karen asebarnnya kode etik 1999 Tentang Pers.
jurnalisrik dibuat untuk main-main akan tetapi dengan
penuh kesungguhan demi kelancaran wartawan dalam
METODOLOGI
melaksanakan kerjanya sebagai jurnalis. Salah satunnya
adalah menggunakan secara maksimla hak jawab dan Berkaitan dengan penelitian ini, maka pendekatan

hak koreksi seperti yang sudah diatur dalam undang- penelitian yang digunakan yaitu menggunakan

undang nomor 40 tahun 1999 tentang pers. pendekatan kualitatif dengan menggunakan paduserasi
sumber data primer dan sumber data sekunder.
Pers
Sumber daya primer diperoleh dengan wartawan
Istilah Pers berasal dari bahasa belanda, yang dalam selaku insan pers yang melakukan pengamatan lapangan
bahasa inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti sedangkan sumber data sekunder antara lain berupa
cetak dan secara maknawaiah berarti penyiaran secara peraturan-peraturan, kode etik jurnalistik, dokumen
tercetak atau publikasi secara dicerak dari dokumen resmi, buku-buku dna hasil penelitian yang
perkembangannya, pers tidak hanya mencakup media berwujud laporan bahan data sekunder dalam
cetak saja, akan tetapi juga mencakup media penelitian ini, akan dilengkapi oleh data primer yang
elektronik. Jadi pada intinya pers adalah lembaga sosial menjadi sumbe daya yang diperoleh dari penelitian
dan wahan komunikasi massa yang melaksanakan emperis di PWI Provinsi Kalimantan Tengah, Kantor
kegaitaan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, Berita Antar Biro Palangla Raya, dan beberapa redaksi
memiliki , menyimpan, mengolah dna menyampaikan Surat kabar harian di Kota Palangka Raya.
informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar,
Selain melakukan wawancara dengan sejumlah
serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya
wartawan, juga dilakukan wawancara dengan beberapa
dengan media cetak, media elektronik dan segala jenis
pejabat di Pemerintah Kota Palangka Raya Sebagai
saluran yang tersedia, selain itu dalam dunia pers
narasunber yang berkompeten yang sering kali
dikenal istilah organisasi pers, yaitu organisasi
berhadapan dengan sejumlah insan pers.
wartawan danorganisasi perusahan pers.

Dalam konteks kinerja pers yang di jalankan oleh


HASIL DAN PEMBAHASAN
jajaran wartawan sebagai pencari berita maka
kesalahan dalam dunia pers, hal ini tidak terlepas dari Sebagaimana yang telah diketahui bahawa Undang-
unsur-unsur keterbatsan wartawan dalam mencari undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers,
berita di lapangan diantaranya yaitu faktor penguasaaan selanjutnnya disebut undang-undang pers telah

20
Hidayat R. 2016. Kepatuhan Wartawan Terhadap Kode Etik Jurnalistik Di Kota Palangka Raya

merekomendasikan hak jawab dalam pasal 1 ayat 11 Walupun cara dan sistem tersebut dinilai telah
sebagai solusi dalam hal terjadinya perkara antara pers memenuhi standar operasional perusahaan pers dalam
dengan masyarakat dan pasal 5 ayat 2 sebagai bentuk melakukan proses pemberitaan dan pelayanan hak
jaminan undang-undang pokok pers terhadap jawab kepada masyarakat, tetap saja ada pernyataan di
perlindungan masyarakat dalam pemberitaan pers, kalangan masyarakat maupun para ahli diantarannya
dengan demikian apabila masyarakat yang merasa persoalan adanya penagruh kepentingan dari
dirugikan karena pemberitaan pers telah menggunakan perusahaan pers dalam hal mempertahankan
hak jawabnya maka penyelesaian perkara antra kredibilitas penerbitan, sebagaimana yang diungkapkan.
keduanya telah memenuhi peraturan undang-undang
Tingkat kepatuhan wartawan terhadap kode etik
pokok pers, mekanisme hak jawab ini tidak diatur
jurnalisitk di Kota Palangka Raya
dalam undang-undang pokok pers, namun berdasarkan
Jurnalistik adalah suatu pekerjaan yang mengemban
hasil penelitian di surat kabar harian Palangka post,
tanggung jawab dan mensyaratkan adanya kebebasan.
perusahaan pers diperbolehkan mengatur sendiri cara-
Karena tanpa adanya kebebasan seseorang wartawan
cara yang digunakan dalam melayani hak jawab asalkan
sulit untuk melakukan pekerjaannya. Akan tetapi,
dapat memberikan kolom khusus yang membuat hak
kebebasan tanpa disertai atnggung jawab mudah
jawab dari pihak masyarakat yang dirugikan oleh
menjerumuskan wartawan kedalam praktek jurnalistik
pemberitaan. Namun menurut Agustinus Djata sebagai
yang kotor, merndahkan harkat dan martabat
Wakil Redaktur Pelaksana SKH Palangka Post, hal itu
wartawan tersebut. Karena itulah baik wartawan harus
dinilai kurang efektif karena masyarakat belum tentu
benar-benar bisa menjaga perilaku dalam kegiatan
membacanya dalam bentuk hak jawab ini di muat dalam
jurnalistiknnya sesua dengan aturan yang ada yaitu
bentuk berita lanjutan dengan porsi yang sama di
sesuai dengan kode etik jurnalistik Pasal 1 ayat 1
kolom pemberitaan yang sama di kolom pemberitaan
Udnang-undangn (UU) Pers nomo 40 Tahun 1999 dan
yang sama pula dengan berita sebelumnnya.
Undang-uandang (UU) Penyiaran Nomor 22 tahun
Dalam tatanan pemberitaan SKH Palangka Post,
2002.
Redaktur pelksana dan wakil redaktur pelaksana
Wartawan dalam menjalankan profesinya, seorang
merupakan kunci utama dlam mengolah berita yang
wartawan harus dengan sadar menjalankan tugas, hak
diberikan wartawan kepada pihak redaktur, setalah
dan kewajiban dan fungsinya yakni mengemukakan apa
dilakukan proses editorial barulah disampaikan ke
yang sebenarnnya terjadi. Bukan hanya itu, seorang
masyarakat. Oleh karena itu dalam hal pelayanan hak
wartawan kadangkala harus bekerja mengahdapi
jawab SKH Palangka Post menyerahkan sepenuhnnya
bahaya untuk mendapatkan berita terbaru dan original.
kepada redaktur pelaksana dan wakil redaktur
Selain itu, wartawan harus mematuhi kode etik
pelaksana yang merangkap sebagai editor, bagian ini
jurnalistik, misalnnya wartawan tidak menyebarkan
bertanggungjawab penuh terhadap kondisi
berita yang bersifat dusta, fitnah, sadis dan cabul serta
pemberitaaan harian. Hal ini meliputi kwalitas dan
tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila.
kwantitas berita. Cara dan sistem demikianlah yang
Wartawan menghargai dan mengormati hak
dilakukan oleh Palangka Post dalam upaya meberikan
masyarkat untuk mendapatkan informasi yang benar,
kepauasa kepada masyarakat berkenaan dnegen
wartawan tidak dibenarkan menjiplak, wartawan tidak
pemberitaan dan pelayanan hak jawab.
diperkenankan menerima sogokan dan sebagainya.

21
Restorica: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi, Volume 2 Issue 2, October 2016, Page 19-26 e-ISSN: 2655-8432

Dalam melaksanakan kode etik jurnalistik tidak Salah satu masalah yang sempat membuat walikota
semudah membalikkan telapak tangan. Banyak Palangka Raya HM Riban Satia tersinggung adalah
hambatan yang harus dilalui untuk menjadi wartawan ketika koran Palangka Post mengedit gambar dengan
yang profesional. Kode etik harus menjadi landasan teknologi grafis seperti sedang marah dengan
moral atau etika profesi yang bisa menjadi operasional mengeluarkan asap dari telingganya. Hal itu dinilai
dalam menegakkan integritas dan profesionalisme kepala bagian Humas Sekretariat Daerah Pemerintah
wartawan. Penetapan kode etik guna menjamin Kota sudah melanggar kode etik jurnalistik karena
tegaknnya kebebasan pers serta terpenuhinnya hak – tidak sepantasnnya wajah seorang pejabat publik di
hak masyarakat. Wartawan memiliki kebebasan pers publikasikan dengan semacam gambar kartun. Hal
yakni kebebasan mencari, memperoleh, dan tersebut dinilai Zaini telah melanggar kode etik
menyebarluaskan gagasan dan informasi. Merskipun jurnalistik Pasal 2, yakni wartawan Indoensia
demikian, kebebasan nilai dibatasi dengan kewajiban menempuh cara-cara yang profesional dalam
menghormati norm norma agama dan rasa kesusilaan melaksnaakan tugas jurnalistik.
masyarakat. Akan tetapi, dalam realitas saat ini banyak
Penafsiran
wartawan yang menyimpang dari aturan-aturan yang
Cara-cara yang profesional sebagai berikut :
sudah di tentukan dalam UU pers, UU Penyiaran serta
kode etik jurnalistik. Banyak wartawan dalam a. Menunjukkan identitas diri kepada narasumber
memberikan informasi tidak sesuai dengan fakta,
b. Menghormati hak privasi
memihak satu pihak, tidak menjaga privasi
narasumber,dll. Bisa dibilang kebebas an menjadi c. Tidak menyuap

“kebablasan” dan menjadi perilaku yang sudah dianggap d. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas
biasa dalam kegiatan jurnalistiknya. Disinilah kita perlu sumbernya
tahu apa aturan yang ada di dalam kode etik jurnalistik,
e. Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau
kebebasan yang bagaimanakah yang dimaksud dalam
penyiaran ga,bar, foto, suara dilengkapi dengan
aturan tersebut. Dan bagaimana cara kita mencegah hal
keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara
tersebut.
berimbang
Kode Etik Jurnalistik (KEJ) merupakan aturan mengenai
f. Menghormati pengalaman traumatik narasumber
perilaku dan pertimbangan moral yang harus dianut
dalam penyajian gambar, foto dan suara
dan ditaati oleh media pers dalam siarannya. Kode etik
jurnalistik pertama kali dikeluarkan oleh PWI g. Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan

(Persatuan Wartawan Indonesia). Pada mualanya kode plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan

etik menuntut tanggung jawab moral dari mereka yang wartawan lain sebagai karya sendiri

bekerja pada suatu profesi, dalam hal ini adalah jurnalis. h. Penggunaan cara-cara tertentu dapat
Kode etik dikeluarkan oleh asosiasi atau persatuan dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi
profesi dan berlaku terbatas hanya pada anggota bagi kepentingan publik.
asosiasi tersebut. Sanksi dan hukuman bagi pelanggaran
Akibat permasalahan tersebut, Pemerintah Kota
kode etik diatur oleg organisasi. Sanksi teberat
Palangka raya meminta kepada Palangka Post untuk
biasanya dipecat dari keanggotaannya.
segera mematuhi kode etik pada Pasal 10 “wartawan
Indonesia segera mancabut, meralat, dan memperbaiki

22
Hidayat R. 2016. Kepatuhan Wartawan Terhadap Kode Etik Jurnalistik Di Kota Palangka Raya

berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan sedikitpun dari gambar tersebut untuk melecehkan
permintaan maaf kepada pembaca, pendengar dan atau serta mencemarkan sosok Walikota Palangka Raya
pemirsa”.’ seperti yang di duga oleh Pemerintah Kota Palangka
Raya melalui surat kepala bagian Humas Setda Kota
Pendafsiran
Palangka Raya.
a. Segrra berati tidakan dalam waktu secepat
Disampaikan Walikota Palangla Raya HM Riban Satia
mungkin, baik karena ada maupun tidak ada
yang menilai media saat ini punya karakteristik sendiri
teguran dari pihak luar
sedangkan pemerintah juga memiliki keinginan sendiri.
b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan
Pemerintah hanya meminta apa yang telah dilakukan
terkait dengan subtansi pokok
disampaikan secara factual apakah itu hasil atau
Menanggapi permasalahan tersebut, jajaran Kalteng Pos permsalahan dan pemberitaan tersebut berimbang
membantah telah melakukan pelanggaran kode dengan komentar dari para ahli atau tokoh yang
jurnalistik dan mengacu tetap bekerja secara berkompeten. Media jangan hanya bisa menyalahkan,
profesional yang dipatuhi adalah Undang-Undang tapi juga bisa memantu pemerintah mencari solusi
Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. melalui para tokoh atau narasumber yang
berkompeten tadi sebagai referensi pemerintah. Saat
Pimpinan redaksi kalteng Pos Heronika menyatakan
ini keseringan yang disampaikan oleh media kontrak.
dalam surat balasan kepada Pemerintah Kota Palangka
Padahal pemerintah kota sendiri juga tidak efektif
Raya sesuai pasal 1 ayat (1) udang-undang tersebut
dalam melakukan sosialisasi program kepada
pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi
masyarakat.
massa yang melakukan kegaitaan jurnalistik meliputi
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, Pihaknnya berpikiran akan mencari atau membuat
mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam media sosialisasi sendiri kepada masyarakat seperti
bentuk lainnya dengan menggunakan bentuk lainnya brosur-brosue sederhana. Kami kontrak kerja sama itu
dengan menggunakan media cetak, media elektronik seharusnnya ingin membuat pencitraaan di pemerintah.
dan segala jenis saluran yang tersedia. Selama ini saya sebagai pejabat publik merasakan
pemberitaan selama ini ada kebijakan yang tidak
Menurut pihaknnya gambar yang telah dibuat atau
tertulis dari media lokal media lokal berita-berita
diedit sedemikian rupa tersebut tidak ada maksud
titipan. Coba dibandingkan berita yang betul-betul
untuk menghina hanya sebuah kreasi ilustrasi
mengangkat pemberitaan secara berimbang masih
mempertegas makna dari isi berita. Pemberitaaan yang
sangat sedikit. Sebetulnnya membandingkan anatra
dikeluarkan sudah sesuai dan tidak ada niat untuk
pemberitaaan berimbang dan yang tidak berimbang
memperjelas makna dan menghias berita terkait dan
saat ini banyak berita yang dikeluarkan hanya sepihak
hal demikian kerap dilakukan oleh lembaga pers baik
khususnya berita-berita yang berkaitan politik.
nasional dan lokal.
Bahkan banyak berita yang ditulis dengan vulgar, sering
Sehingga pada intinya Kalteng Pos tidak bisa memenuhi
meminta data-data permasalahan yang ingin dibahas
keinginan Pemerintah Kota Palangka Raya untuk
dulu permasalahan yang ingin dibahas jangan hanya
melakukan koreksi atau ralat dan permohonan maaft
mempercayai dari satu narasumbe. Media sebagai
atas berita ilustrasi tersebut. Alasan lebih lanjut
kontrol sosial juga gendaknnya dapat mencari
karikatur jurnalis adalah sebuah karya jurnalistik pers
narasumber independen para pakar untuk memberikan
adalah sebuah karya jurnalistik pers dan tidak ada niat

23
Restorica: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi, Volume 2 Issue 2, October 2016, Page 19-26 e-ISSN: 2655-8432

kontribusi, masukan dan kritik untuk pemerintah. sumbernnya maka pertanggung jawaban terletak pada
Karena kerja media yang kami anggap kurang wartawan dan atau penerbit yang bersangkutan.
profesional maka sedikit kepercayaan pemerintah telah
Sebagaimana dengan komentar dan tanggapan dari
menurun. Memang tidak semua media yang seperti itu.
narasumbersebetulnya kode etik sendiri buat atas
Riban satua secara peribadi juga sering melihat perinsip bahwa pertanggung jawaban tentang
komentar-komentar yang diputar balik. Komentar yang penataannnya berada terutama pada hati nurani seperti
saya berikan malah sering dijadikan sebagai bahan wartawan Indonesia. Dan bahwa tidak ada satupun
dibuat provokatif. Kalau memang ada pelanggaran atau pasal dalam kode etik (jurnalistik) yang memberikan
kesalahan yang telah pemerintah lakukan tentu ada wewenang kepada golongan manapun di luar PWI
instansi atau lembaga yang berwenang. Menanggapi hal- untuk mengambil tidnakan terhadap seorang wartawan
hal yang seperti itu, Riban mengaku saat ini cukup Indonesia yang menjadi anggota PWI atau terhadap
berhati-hati mengeluarkan komentar karena khawatir penerbitan pers. Karena sanksi atas pelanggraan kode
akan dibuat menjadi sebuah berita yang tendensius. Ia etik adalah hal yang merupkan hak organisatoris dari
juga menambahkan bawah apabila kinerja wartwan PWI melalui organ-organnya.
tersebut selalu seperti itu maka tidak salah narausmber
Menyimak dari kandungan kode etik jurnalis diats
menjadi alergi dan tidak mau berurusan dengan
tanpak bahwa nilai-nilai moral, etika maupun kesusilaan
wartawan. Seperti kawan-kawan wartawan kadang-
mendapat tempat yang sangat urgen, namun walaupu
kadang mengeluh ada kepala dinas atau pejabat lainnya
demikian tak dapat dipungkiri bahwa kenyataan yang
sulit untuk memberikan komentar terkait sebuah
berbicara di lapangan masih belum sesuai dengan yang
permasalahan ketika diwawancara, namun apabila lebih
diharapkan.
lanjut dipelajari maka hal itu tentu ada sebab dan
Namun terlepas dari apakah kenyataan-kenyataan yang
akibatnnya.
ada tersebut melanggar kode etik yang ada atau
Komunikasi yang dilakukan sebelumhya sudah berjalan
norma/aturan hukum atau bahkan melanggar kedua-
dengan baik tapi ketika seiringing waktu berjalan ada
duannya, semua ini tetap berpulang pada peribadi insan
kalangan wartawan yang memiliki sebuah kepentingan
pers bersangkutan dan juga kepada masyarakat, sebab
tentu itu memberikan efek jear bagi pejabat terkait
masyarakat sendirilah yang dapat menilai
untuk memberikan komentar. Dalam dunia komunikasi
pernerbitan/media yang hanya mencari popularitas dan
tentu selalu berkaitan dengan pesan dan respon. Ketika
penerbitan/media yang memang ditujukan untuk
person yang didapat juga negative, sehingga tidak bisa
melayani masyarakat, dalan rangkan mencerdaskan
disalahkan ada sebagian pejabat yang cukup menjaga
kehidupan bangsa dengan tetap menjunjung tinggi kode
jarak dengan kalangan jurnalistik karena alasan
etiknya.
tersebut. Meski tidak semua wartawan atau media
Berbagai faktor dapat menyebabkan hal itu terjadi.
massa seperti itu.
Dapat disimpulkankan bahwa persitiwa tersebut dapat
Seorang wartawan juga diharuuskan menyebut dengan
terjadi anatra lain karena faktor-faktor sebagai berikut:
jujur sumbe pemberitaan dalam pengutipannya, sebab
Faktor Ketidaksengajaan
perbuatan mengutip berita gambar atau tulisan tabpa
menyebutkan sumbernya merupakan pelanggaran kode 1. Tingkat profesionalisme masih belum memadai,
etik. Sedangkan dalam hal berita tanpa penyebutan antara lain, meliputi :

24
Hidayat R. 2016. Kepatuhan Wartawan Terhadap Kode Etik Jurnalistik Di Kota Palangka Raya

a. Tingkat upaya menghindari ketidaktelitian yang bersifat toleransi. Tak ada gading yang tak retak.
belum memadai Tak ada manusia yang sempurna. Sehebat-hebatnnya
satu media pers, bukan tidak mungkin suatu saat secara
b. Tidak melakukan pengecekan ulang
tidak sengaja atau tidak sadar melanggar kode etik
c. Tidak memakai akal sehat
jurnalistik. Dalam kasus seperti ini, biasnaya setelah
d. Kemampuan meramu ketika berita kurang ditunjukkan kekeliruan atau kesalahannya, pers yang
memadai bersnagktan segera memperbaikinnya diri dan
melaksanakan kode etik jurnalistik dengan benar
e. Kamalasan macari bahan tulisan atau
bahkan kalau perlu dengan kesatria meminta maaf.
perbandingan
Memang, pers yang baik bukanlah pers yang tidak
f. Pemakaian data lama (out of date) yang tidak pernah tersandung masalah pelanggaran kode etik
diperbarui jurnalistik. Tetapi, pers yang setelah melakukan
g. Pemilihan atau pemakaian kata yang kurang pelanggaran itu segera menyadarinya tidak mengulangi
tepat. lagi serta kalau perlu meminta maaf kepada khalayak.

2. Tekanan deadline sehingga tanpa sadar terjadi


kelalaian
KESIMPULAN
3. Oengetahuan dan pemahaman terhadap kode etik
Berdasrkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab-
jurnalistik memang masih terbatas.
bab sebelumnnya, maka dapat diambil suatu
Faktor Kesengajaan : kesimpulan sebagai berikut :

1. Memiliki pengetahuan dan pemahan tentang Kode Apabila ada seorang wartawan yang terbukti
Etik Jurnalistik, tetapi sejak awal sudah ada niat melakukan pelanggaran kode etik jurnastik maka
yang tidak baik tempat media bekerjalah yang paling pertama wajib
memberikan hukuman. Dalam proses peradilan seringa
2. Tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
kali terjadi pertentangan anatara pengguna kitab
memadai tentang kode etik jurnalistik dan sejak
undang-undang hukum pidana dengan penggunaaan
awal sudah memiliki niat yang kurang baik
undang-undnag tentang pers dalam menyelesaikan
3. Karena persaingan pers sangat ketat, ingin
parkara pers.
mengalahkan para mitra atau persaingan sesama
Namun demikian ketika mekanisme yang terdapat
pers secara tidak wajar dan tidak sepatutnya
dalam undang-undang tentang pers telah digunakan
sehingga sengaja membuat berita yang tidak sesuai
seringkali masih muncul ketidakpuasan di kalangan
dengan kode etik jurnalistik
masyarakat yang telah menjadi korban permberitaan
4. Pers hanya dipakai sebagi topeng atau kamuflase
pers, tentu hal ini ditimbulkan oleh media massa atau
untuk perbuatan kriminalisme sehingga
wartawan yang telah melakukan, kesalahan tapi tetap
sebanarnnya sudah berda di luar ruang lingkup
ingin menyelamatkan kredibilitas perusahaan persnya.
karya jurnalistik.
Apalabi terjadi hal demikian masyarakat dapat
Jika pelanggaran terhadap kode etik jurnalistik karena mengadukan wartawan yang bersangkutan ke
faktor ketidaksengajaan termasuk dalam pelanggaran organisasi wartawan yang menaunginya, dalam hal itu
kategori 2, artinya masih dimungkinkan adanya ruang Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

25
Restorica: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi, Volume 2 Issue 2, October 2016, Page 19-26 e-ISSN: 2655-8432

Berdasarkan pneltiian yang dituliskan sapai dengan saat Utrecht, E. 1957. Pengantar Dalam Hukum Indonesia.
Ikhtiar. Jakarta
ini tidak ada wartawan yang terbukti melakukan
pelanggaran kode etik jurnalistik yang izin wartawannya Zulharmans.1983. Kode etik. Jurnalistik Indonesia.
Pustaka Madani. Jakarta.
dicabut. PWI sebagai organisasi temoat bernaungnnya
kalangan insan pers juga tidak dapat memberikan Peraturan dan perundangan-perundangan :
tindakan tegas kepada wartawan yang tidak patuh
Kode Etik Jurnalistik
terhadap kode etik jurnalistik. Kekuasaan PWI hanya
sebatas mencabut keanggotaan wartawan itu sendiri Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers

dari organisasi sedangkan untuk tindakan tegas tidak


ada. Sanksi yang didapatkan oleh para wartawan itu
sendiri hanya sebatas sanksi moral yang diberikan oleh
kalangan jurnalis di Kota Palangka Raya.

REFERENSI

Bachtiar, Da’i. 2004. Kebebasan Pers vs delik Pers.


Dalam dialog pers dan hulum. Dewan pers &
Unesco.

Bambang, Harimurty. 2006. Makna Di Balik Keputusan


Kasasi Tempo. Majalah Tempo. Jakarta

Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunukasi.


Raja Grafindo Persada. Jakarta

Deddy, Mulyana. 2008. Komunikasi Efektif. Remaja


Rosdakarya. Bandung

Deklrasi Universal Hak Asasi Manusia. 1999. Panduan


Jurnalis, LSPP, Aidcom, The Asia Fondation.

Effendy, Onong Uchjana. 2009. Pengantar Ilmu


Komunikasi. Rajawali Pers. Jakarta

Kansil, C.S.T, dan Cristie S.T. Kansil. 2000. Pengantar


Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jilid
I. Jakarta. Balai Pustaka.

Luwarso, Lukas. 2003. Kebebasan Pers Penegakan


Hukum, Dewan Pers & Unesco

Makarin, Novo Anwar. 2004. Kebebasan Pers


Penegakan Hukum. Dewan Pers & Unseco

Panjaitan, Hinca IP. 2004. Mengoptimalkan Peran


Dewan Pers dalam Dialog Pers dan Hukum,
Dewan Pers & Unesco.

Samsul, Wahidin. 2000. Pers Bebas dan Bertanggung


Jawab (Hasil Penelitian Fakultas Hukum
Unlam) Banjarmasin.

26

Anda mungkin juga menyukai