Anda di halaman 1dari 12

KODE ETIK PERS DALAM MEWUJUDKAN SIFAT

PROFESIONALISME WARTAWAN INDONESIA

Abstrak

Agar jurnalis dapat bekerja secara profesional diperlukan kaidah berupa etika yang
merupakan kesepakatan yang diakui para jurnalis. Pelaksanaan kode etik jurnalistik
merupakan wujud perintah dari Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999
tentang pers yang berbunyi “wartawan memiliki dan mentaati kode etik jurnalistik”. Kode
etik pada hakikatnya merupakan kaidah pembatas dan petunjuk untuk berperilaku agar
tindakan satu pihak sesuai dengan harapan pihak lain dalam integrasi sosialnya. Maka dari itu
agar sifat profesionalisme ada di dalam setiap diri wartawan di Indonesia maka ditekankan
bagi seluruh wartawan supaya bisa mengerti, memahami dan mengamalkan terkait apa saja
yang peraturan terkandung dalam kode etik yang dibuat oleh Dewan Pers. Dengan adanya
kode etik ini diharapkan seluruh wartawan di Indonesia bisa profesionalitas dalam
menjalankan tugasnya sebagai pembuat dan penyebar segala informasi maupun berita yang
akan ataupun telah dibuat sebagai informasi untuk publik.
Abstract

In order for journalists to work professionally, ethical rules are needed which are agreements
recognized by journalists. Implementation of a journalistic code of ethics is a manifestation of
the order from Article 7 paragraph 2 of Law Number 40 of 1999 concerning the press which
states "journalists have and obey a journalistic code of ethics". A code of ethics is essentially
a limiting rule and guidance for behavior so that one party's actions are in accordance with
the expectations of another party in their social integration. Therefore, so that the character of
professionalism exists within every journalist in Indonesia, it is emphasized that all
journalists can understand, understand and practice the regulations contained in the code of
ethics made by the Press Council. With this code of ethics, it is hoped that all journalists in
Indonesia can be professional in carrying out their duties as creators and disseminators of all
information and news that will or has been made available as information for the public.
I. PENDAHULUAN narasumber kepada wartawan. Semua
pihak yang melakukan praktik suap ini
Kode etik jurnalistik sudah
memberikan alasan pembenaran dalam
disepakati bersama oleh organisasi
praktik ini, alasan pembenaran mereka
wartawan dan telah ditetapkan oleh dewan
antara lain untuk menjaga hubungan yang
pers. Kode Etik Jurnalistik juga tertuang
baik dengan para wartawan, dan bagi
dalam Undang-Undang Republik
wartawan ini merupakan masalah
Indonesia Nomor 40 tahun 1999 Pasal 7
kesejahteraan karena wartawan merasa
Ayat 2, yang berbunyi “wartawan memiliki
menerima gaji yang tidak layak. Namun,
dan mentaati kode etik jurnalistik”. Kode
tentu saja praktik ini mencoreng ke-
etik jurnalistik dibentuk atas dasar untuk
profesionalitasan wartawan dan tentunya
menjamin kemerdekaan pers dan juga
sangat bertentangan dengan Kode Etik
untuk memenuhi hak publik dalam
Jurnalistik. Praktik suap tersebut diatur
memperoleh informasi yang benar,
dalam pasal 2 Kode Etik Jurnalistik yang
wartawan Indonesia memerlukan landasan
berbunyi “wartawan Indonesia menempuh
moral dan etika profesi sebagai pedoman
cara-cara profesional dalam melaksakan
operasional dalam menjaga kepercayaan
tugas jurnalistik”.
publik dan menegakkan integritas secara
profesional. Kode etik terdiri dari sebelas Etika - dalam Kamus Besar Bahasa
(11) pasal yang masing-masing pasal Indonesia (1999) - dirumuskan dalam tiga
memiliki penafsirannya masing-masing. pengertian, yakni ilmu tentang apa yang
Idealnya etika jurnalistik harus baik dan buruk; kumpulan asas atau nilai
dilaksanakan sesuai dengan kode etik yang berkenaan dengan akhlak; serta nilai
jurnalistik tapi kenyataannya banyak mengenai benar dan salah yang dianut oleh
dikalangan pelaku media melanggar Kode masyarakat kita. Meski demikian, Romo
Etik Jurnalistik. (Wahyudi, 2022) Frans Magnis Suseno (dalam Sobur, 2001)
menegaskan bahwa etika tidak secara
Salah satu fenomena yang
langsung membuat kita menjadi manusia
bertentangan dengan Kode Etik Jurnalistik
yang lebih baik. Karenanya, etika juga
adalah fenomena suap. Praktik suap tidak
perlu dibiasakan pada setiap anggota
jarang terjadi antara narasumber dan
masyarakat, tidak hanya pada
wartawan, praktik suap ini erat kaitannya
kehidupannya pribadi melainkan juga pada
dengan aktivitas pemberian uang, voucher,
saat menjalankan profesinya (Sobur,
barang dan lain sebagianya oleh
2001). Dalam menjalankan profesi apapun,
etika juga merupakan hal yang penting. disampaikan. Hal ini terkait dengan bisnis
Karenanya, pada beberapa profesi, telah maupun idealisme.
dikenakan kode etik profesi yang secara
Secara bisnis, jika masyakarat tidak
otomatis menjadi patokan dasar bagi kaum
percaya pada sebuah perusahaan media,
profesional itu untuk menjalankan
maka media dapat kehilangan pembaca
profesinya. Jurnalis sangat terikat dengan
atau pelanggan. Kepatuhan jurnalis pada
pelaksanaan etika profesinya karena etika
Kode Etik Jurnalistik akan memberikan
berfungi menjaga para pelaku profesi
tingkat ketepercayaan media massa pada
dalam hal ini jurnalis tetap berkomitmen
masyarakat. Secara idealisme, perusahaan
untuk menjaga pranata sosial dalam
media yang jurnalisnya melanggar Kode
lingkungannya. Hal ini berarti, seorang
Etik Jurnalistik akan kehilangan fungsi
jurnalis dalam menjalankan pekerjaannya
kontrol sosialnya. Padaha ciri khas dari
tidak bisa bertindak semaunya sendiri,
sebuah media massa adalah fungsi kontrol
melainkan perlu menjaga keseimbangan,
sosial.
yakni bertanggung jawab tatkala
menjalankan kebebasannya dalam Indonesia kini memang sedang
berekspresi. (Lesmana, 2015) memasuki era demokrasi. Pers dan media
massa yang baru sangat banyak
Jurnalis atau wartawan memiliki
bermunculan. Banyak orang kini masuk
kesempatan yang besar untuk memaparkan
kedalam profesi pers, lebih–lebih menjadi
informasi melalui media massa sekaligus
seorang wartawan. Di era demokrasi ini
dapat memberikan pengaruh yang besar
banyak wartawan yang memiliki kartu
bagi pembacanya. Subjektivitas jurnalis
pers, padahal mereka tidak pernah melalui
acapkali tidak dapat dihindari saat
pendidikan profesi jurnalistik yang
membagi informasinya melalui media
sistematis. Hal tersebut dapat memicu
massa. Itu sebabnya, mematuhi kode etik
penyalahgunaan profesi jurnalistik
profesi sangat penting untuk menjaga agar
khususnya wartawan yang dapat
jurnalis tidak menjadi bias dalam
melanggar Kode Etik Jurnalistik Wartawan
penyampaian informasi. Selain itu, jurnalis
Indonesia serta aturan yang berlaku,
atau dalam hal ini perusahaan media yang
sebagaimana aturan yang ada di dalam
tidak memegang teguh Kode Etik
pers maka perlu diketahui bahwa yang
Jurnalistik dalam menjalankan kinerjanya
dimaksud dengan pers adalah lembaga
dapat membuat masyarakat kehilangan
sosial dan wahana komunikasi massa yang
kepercayaan pada informasi yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi sering didefinisikan sebagai lembaga
mencari, memperoleh, memiliki, kontrol. Fungsi pers itu dapat diwujudkan
menyimpan, mengolah, dan secara maksimal apabila kebebasan pers
menyampaikan informasi, baik dalam dijamin. Pers yang terjamin kebebasannya
bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan sebagai prasyarat untuk dapat berfungsi
gambar, serta data dan grafik maupun maksimal, bertanggung jawab atas semua
dalam bentuk lainnya dengan informasi yang dipublikasikan tidak
menggunakan media cetak, media kepada negara. Tanggung jawab pers,
elektronik, dan segala jenis saluran yang bersifat langsung kepada masyarakat
tersedia. (UU No. 40 Tahun 1999 Tentang (publik), karena tujuan utama jurnalisme
Pers). (Dwicahyani & Astuti, 2018) (pers) adalah untuk melayani masyarakat
(Bill Kovach & Tom Rosientil, 2000: 17).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. Kode Etik Pers
1. Kebebasan Pers

Etika pers adalah bidang yang


Media massa merupakan media
mengenai kewajiban-kewajiban pers dan
informasi yang bersikap netral ditengah
tentang apa yang merupakan pers yang
masyarakat. Media massa menyampaikan
baik dan pers yang buruk, pers yang benar
informasi dengan didukung fakta yang
dan pers yang salah, pers yang tepat dan
kuat, sehingga diharapkan tidak ada
pers yang tidak tepat. Etika pers juga
keberpihakan di dalamnya. Namun
adalah ilmu atau studi tentang peraturan-
demikian, media massa tidak selalu bisa
peraturan yang mengatur tingkah laku
obyektif dalam menjalankan fungsinya.
pers; atau, dengan perkataan lain, etika
Terkadang media massa terlalu
pers berbicara tentang apa yang
berorientasi bisnis, sehingga pehitungan
seharusnya dilakukan oleh orang-orang
yang dipakai adalah keuntungan materi
yang terlibat dalam kegiatan pers Sumber
semata. Ketika mempublikasikan berita
etika pers adalah kesadaran moral yaitu
dan foto misalnya nilai-nilai etika kurang
pengetahuan tentang baik dan buruk, benar
diperhatikan, yang penting secara materi
dan salah, tepat dan tidak tepat, bagi
media tersebut bisa memperoleh
orang-orang yang terlibat dalam kegiatan
keuntungan.
pers.
Pers merupakan institusi sosial
Di Indonesia, kode etik profesi
yang memiliki fungsi signifikan yang
yang dipegang oleh para jurnalis di
Indonesia secara umum adalah Kode Etik  Pasal 7: Wartawan Indonesia memiliki hak
Jurnalistik yang ditetapkan oleh Dewan tolak untuk melindungi narasumber yang
Pers melalui Peraturan Dewan Pers No. tidak bersedia diketahui identitas maupun
6/PeraturanDP/V/2008 tentang Pengesahan keberadaannya, menghargai ketentuan
Surat Keputusan Dewan Pers Nomor embargo, informasi latar belakang, dan
03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik “off the record” sesuai dengan
Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers kesepakatan.
di Jakarta pada 14 Maret 2006. Kode etik  Pasal 8: Wartawan Indonesia tidak menulis
ini berisi 11 pasal. atau menyiarkan berita berdasarkan
prasangka atau diskriminasi terhadap
Antara lain:
seseorang atas dasar perbedaan suku, ras,
 Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap
warna kulit, agama, jenis kelamin, dan
independen, menghasilkan berita yang
bahasa serta tidak merendahkan martabat
akurat, berimbang, dan tidak beritikad
orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa, atau
buruk.
cacat jasmani.
 Pasal 2: Wartawan Indonesia menempuh
 Pasal 9: Wartawan Indonesia menghormati
cara-cara yang profesional dalam
hak narasumber tentang kehidupan
melaksanakan tugas jurnalistik.
pribadinya, kecuali untuk kepentingan
 Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu
publik.
menguji informasi, memberitakan secara
 Pasal 10: Wartawan Indonesia segera
berimbang, tidak mencampurkan fakta dan
mencabut, meralat, dan memperbaiki
opini yang menghakimi, serta menerapkan
berita yang keliru dan tidak akurat disertai
asas praduga tak bersalah.
dengan permintaan maaf kepada pembaca,
 Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak
pendengar, atau pemirsa.
membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan
 Pasal 11: Wartawan Indonesia melayani
cabul.
hak jawab dan hak koreksi secara
 Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak
proposional.
menyebut-kan dan menyiarkan identitas
korban kejahatan susila dan tidak 3. Sifat Profesionalisme Sebagai
menyebut-kan identitas anak yang menjadi Wartawan
pelaku kejahatan.
Profesionalisme merupakan
 Pasal 6: Wartawan Indonesia tidak
perkembangan dari profesi yang bukan
menyalah-gunakan profesi dan tidak
hanya dikatakan sebagai pekerjaan namun
menerima suap.
taat dengan aturan atau etika dalam bekerja ketika memandang suatu persoalan yang
bukan hanya sekedar bekerja tanpa ada akhirnya terpresentasikan dalam bentuk
etika dalam bekerja. teks yang dapat diamati. Semua persepsi
mengenai fenomena berpengaruh terhadap
Wartawan atau seorang jurnalis
teks yang tercipta (Qodari, 1999:23)
sangat berjasa kepada masyarakat, sebab
melalui kerja seorang jurnalislah maka Dalam bukunya yang berjudul
masyarakat bisa mengetahui atau Jurnalistik Indonesia, Haris Sumadiria
mendapat informasi tentang apa yang (2005:48) mengatakan seseorang bisa
terjadi di seluruh dunia khususnya disebut profesional apabila dia memenuhi
Indonesia. Di samping itu seorang jurnalis 6 ciri berikut:
harus memegang teguh etika pers atau
1. Memiliki keahlian tertentu yang
kode etik jurnalistk dan profesional dalam
diperoleh melalui penempaan
menjalankan tugasnya sebagai seorang
pengalaman, pelatihan, atau
jurnalis. wartawan profesional adalah
pendidikan khusus di bidangnya.
wartawan yang bertanggung jawab,
2. Mendapat gaji, honorarium atau
memiliki komitmen, jujur, konsekuen,
imbalan materi yang layak sesuai
memiliki kemampuan menulis sesuai kode
keahlian, tingkat pendidikan, dan
etik wartawan Indonesia. Wartawan
pengalaman yang diperolehnya.
profesional adalah mereka yang mampu
3. Seluruh sikap, perilaku dan aktivitas
bekerja sesuai dengan bidangnya, bekerja
pekerjaannya dipagari dengan dan
dengan baik sebagai wartawan, bekerja
dipengaruhi oleh keterikatan dirinya
secara cerdas bagi masyarakat dan
secara moral dan etika terhadap kode
mengagumkan.
etik profesi.
Wartawan sangat menentukan 4. Secara sukarela bersedia untuk
bagaimana peristiwa sebagai realitas bergabung dalam salah satu organisasi
ditampilkan di media massa, yang profesi yang sesuai dengan
akhirnya akan membentuk opini keahliannya.
masyarakat tentang realitas tersebut 5. Memiliki kecintaan dan dedikasi luar
walaupun belum tentu persis benar. biasa terhadap bidang pekerjaan
Pernyataan tersebut seperti yang profesi yang dipilih dan ditekuninya.
disampaikan Qodari. Menurut Qodari, 6. Tidak semua orang mampu
wartawan membawa kognisi sosial tertentu melaksanakan pekerjaan profesi
tersebut karena untuk bisa informasi yang benar. Wartawan Indonesia
menyelaminya mensyaratkan menempuh tata cara yang etis untuk
penguasaan keterampilan atau keahlian memperoleh dan menyiarkan informasi
tertentu. serta memberikan identitas kepada sumber
Berdasarkan beberapa kriteria yang informasi. Wartawan Indonesia
disampaikan oleh sumadiria, maka bisa menghormati asas praduga tak bersalah,
dikatakan bahwa seorang wartawan tidak mencampurkan fakta dengan opini,
yang profesional ialah wartawan yang berimbang dan selalu meneliti kebenaran
memenuhi 6 kriteria berikut, yaitu: informasi serta tidak melakukan plagiat.
1) Pernah mengikuti pendidikan Wartawan Indonesia tidak menyiarkan
dan pelatihan khusus informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis
jurnalistik. dan cabul, serta tidak menyebutkan
2) Mendapatkan gaji yang sesuai identitas korban kejahatan susila.
dengan keahlian yang dimiliki. Wartawan Indonesia tidak menerima suap,
3) Sikap, perilaku, dan aktivitas dan tidak menyalahgunakan profesi.
dipengaruhi oleh keterikatan Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak,
terhadap Kode Etik Jurnalistik. menghargai ketentuan embargo, informasi
4) Bergabung dengan suatu latar belakang dan serta “of the
organisasi wartawan. record” sesuai kesepakatan. Wartawan
5) Memiliki kecintaan dan Indonesia segera mencabut dan meralat
dedikasi terhadap profesinya. kekeliruan dalam pemberitaan serta
6) Menguasai keterampilan melayani Hak Jawab.
jurnalistik, keterampilan dalam
Sebagaimana yang ditetapkan oleh
meliput berita, menganalisis
beberapa organisasi wartawan di
pemberitaan dan keterampilan
Indonesia, yang ditetapkan di Bandung, 6
dalam menggunakan teknologi
Agustus 1999 (Pers, 2000) :
informasi) (Fernando S.
Kemerdekaan pers merupakan sarana
Rumetor Koagouw, 2019).
terpenuhinya hak asasi manusia untuk
III. PEMBAHASAN berkomunikasi dan memperoleh informasi.
Dalam mewujudkan kemerdekaan pers,
1. Etika Berprofesi Sebagai Wartawan
wartawan Indonesia menyadari adanya

Wartawan Indonesia menghormati tanggung jawab sosial serta keberagaman

hak masyarakat untuk memperoleh masyarakat. Guna menjamin tegaknya


kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak pemberitaan serta melayani Hak
masyarakat diperlukan suatu landasan Jawab.
moral/etika profesi yang bisa menjadi Dengan adanya etika dalam diri
pedoman operasional dalam menegakkan wartawan maka secara langsung
integritas dan professionalitas wartawan. publik akan secara penuh
Atas dasar itu, wartawan Indonesia mempercayai berita-berita yang telah
menetapkan Kode Etik: dipublikasikan oleh wartawan.
1) Wartawan Indonesia menhormati hak
2. Jurnalisme Bersifat Profetik
masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar. Jurnalisme profetik di Indonesia
2) Wartawan Indonesia menempuh tata pertama kali dikemukakan Parni Hadi,
cara yang etis untuk memperoleh dan (2015:8) yang dikenal sebagai salah satu
menyiarkan informasi serta tokoh pers Indonesia, dan telah mengawali
memberikan identitas kepada sumber karir jurnalistik sejak 1973. Melalui proses
informasi. pengalaman dan kajian, akhirnya Parni
3) Wartawan Indonesia menghormati Hadi menyimpulkan sebenarnya menjadi
asas praduga tak bersalah, tidak wartawan adalah ibadah. Seperti diketahui,
mencampurkan fakta dengan opini, berdasar Al-Quran, tugas nabi dan rasul,
berimbang dan selalu meneliti adalah untuk menyampaikan kabar
kebenaran informasi, serta tidak gembira sekaligus memberi peringatan,
melakukan plagiat. juga mengajak manusia berbuat kebaikan
4) Wartawan Indonesia tidak menyiarkan dan memerangi kebatilan, atau sering
informasi yang bersifat dusta, fitnak, disebut amar makruf nahi munkar. Tugas
sadis dan cabul, serta tidak menyebut itu hampir sama dengan apa yang diemban
identitas korban kejahatan susila. para wartawan menurut fungsi pers dan
5) Wartawan Indonesia tidak menerima kode etik jurnalistik yang bersifat
suap, dan tidak menyalahkan profesi. universal. Atau bisa dikatakan tugas nabi
6) Wartawan Indonesia memiliki Hak dan rasul adalah inspirasi yang sempurna
Tolak, menghargai ketentuan untuk wartawan dalam melaksanakan
embargo, informasi latar belakang dan tugasnya (Hadi, 2015).
off the record sesuai kesepakatan.
7) Wartawan Indonesia segera mencabut Dari paparan di atas, jurnalisme

dan meralat kekeliruan dalam profetik bisa dimaknai sebagai proses


mencari, mengumpulkan dan mengolah
bahan-bahan dan menyiarkan dalam Namun untuk bisa melakukan misi
bentuk informasi dengan melibatkan ini seorang wartawan harus terlebih dulu
intelektual, kekuatan fisik, juga spiritual memiliki karakter atau sifat kenabian
sejak awal untuk melayani publik dengan yakni sidiq, tabligh, amanah dan fathonah.
penuh cinta tanpa memandang suku, ras, Diharapkan dengan memiliki karakter dan
budaya, agama dan ideologi. Fungsi misi kenabian ini, wartawan profetik anti
jurnalisme profetik adalah: memberi terhadap berita hoax, fakes maupun yang
informasi, mendidik, menghibur, melanggar Kode Etik Jurnalistik (KEJ)
mengadvokasi, mencerahkan dan lainnya.
memberdayakan publik. Agar fungsi itu
Akhirnya dengan berlatar belakang
bisa terwujud, diperlukan kebenaran,
pada konteks “Jurnalisme Profetik” maka
keadilan, independensi, juga kesejahteraan
terdapat beberapa manfaat yang muncul
demi kepentingan perdamaian. (Prayogo et
ketika berita itu akan dibuat atau di
al., 2023)
publikasikan, antara lain:
Seperti tercantum dalam Al-Qur’an
1) Menjunjung Tinggi Kemanusian
surah Ali Imran (3) ayat 110, yakni
Poin ini mengacu pada komitmen
ta'muruuna bil ma'ruuf (menegakkan
dan pendekatan wartawan dalam
kebaikan), tanhauna 'anil munkar
melaksanakan tugas mereka dengan
(mencegah kemunkaran), dan tu'minuuna
memprioritaskan aspek serta nilai-nilai
billaah (beriman kepada Allah), yang oleh
kemanusiaan. Ini mencerminkan
Kuntowijoyo (1991:98) kemudian secara
pengakuan bahwa berita dan informasi
universal diterjemahkan menjadi konsep
yang disampaikan oleh media dapat
humanisasi (amar ma'ruf), liberasi (nahi
memiliki dampak besar pada
munkar), dan transendensi (tu'minu billah).
masyarakat dan individu yang menjadi
Tiga konsep inilah yang lalu diterjemahkan
subjek berita. Dengan menekankan
oleh sejumlah ahli menjadi pilar jurnalistik
kemanusiaan dalam praktik jurnalistik,
profetik. Sehingga bisa disebut wartawan
wartawan dapat berkontribusi positif
yang mewarisi misi kenabian adalah yang
pada pembentukan opini publik,
memiliki jiwa humanisasi, liberasi dan
memajukan nilai-nilai kemanusiaan,
transendensi dalam bentuk tulisan yang
dan mendukung terciptanya
dibikin dalam laporannya di media massa.
masyarakat yang lebih adil dan
inklusif.
2) Mengungkapkan Kebenaran Berupaya agar wartawan
Poin ini menitik beratkan pada menyajikan berita dan informasi
tanggung jawab dan tujuan wartawan dengan cara mempromosikan
untuk menyajikan fakta-fakta yang perdamaian, pengertian, dan
akurat, jujur, dan obyektif kepada kerjasama. Ini mencakup sejumlah
publik. Aspek ini juga berguna untuk aspek yang mendorong untuk
membangun kepercayaan masyarakat membangun pemahaman, meredakan
terhadap media dan memainkan peran ketegangan, dan mendukung upaya-
penting dalam mendukung demokrasi upaya perdamaian. Pemberitaan yang
dan partisipasi warga. Ini juga terarah pada perdamaian dapat
mencerminkan komitmen wartawan berfungsi sebagai alat penting dalam
terhadap integritas dan nilai-nilai mempromosikan nilai-nilai
jurnalisme yang berkualitas. kemanusiaan dan harmoni sosial.

3) Menegakkan Keadilan 5) Mendukung Terciptanya Kesejahteraan


Aspek ini merujuk pada upaya Poin ini merujuk pada upaya
wartawan untuk melibatkan diri dalam wartawan untuk menyajikan berita dan
penyajian berita dan informasi dengan informasi dengan tujuan mendukung
mempertimbangkan nilai-nilai pembangunan untuk kesejahteraan
keadilan. Poin ini mencakup sejumlah masyarakat. Ini mencakup sejumlah
konsep dan prinsip yang menekankan aspek yang bertujuan untuk
pada keadilan dalam penyajian, memberikan informasi yang positif,
analisis, dan pelaporan berita. Secara menyebarkan pembangunan ekonomi
garis besar aspek ini bertujuan untuk dan sosial, serta memperkuat nilai-nilai
menciptakan masyarakat yang lebih kesejahteraan. Mendukung terciptanya
adil, setara, dan inklusif. Wartawan kesejahteraan dalam praktik jurnalistik
memiliki peran kunci dalam membantu melibatkan peran aktif dalam
membentuk opini publik, memberikan memberikan informasi yang
suara kepada yang tidak terdengar, dan bermanfaat, mendukung
mempromosikan nilai-nilai keadilan perkembangan positif, dan
dalam pemberitaan mereka. memberikan suara kepada mereka yang
membutuhkan dukungan.
4) Menciptakan Perdamaian
IV. KESIMPULAN
Wartawan atau seorang jurnalis ETIK JURNALISTIK WARTAWAN
sangat berjasa kepada masyarakat, sebab INDONESIA TERHADAP
melalui kerja seorang jurnalislah maka PRAKTEK “ PENERIMAAN
masyarakat bisa mengetahui atau AMPLOP ” OLEH WARTAWAN
mendapat informasi tentang apa yang DALAM LINGKUP PWI JATIM
terjadi di seluruh dunia khususnya Mega Novia Dwicahyani Pudji Astuti
Indonesia. Wartawan sangat menentukan Abstrak. Novum, 05.
bagaimana peristiwa sebagai realitas
Fernando S. Rumetor Koagouw, F. V. I. A.
ditampilkan di media massa, yang
(2019). PROFESIONALISME
akhirnya akan membentuk opini
WARTAWAN DI KORAN SINDO
masyarakat tentang realitas tersebut. Maka
MANADO. Unsrat, vol.1 No.3, 1–14.
dari itu sifat profesionalisme wartawan
dibutuhkan dalam diri seluruh wartawan Hadi, P. (2015). Jurnalisme profetik:
agar berita yang di publikasikan mengemban tugas kenabian. Dompet
terintegrasi secara tepat dan akurat. Dhuafa.

Kode etik wartawan sangat Lesmana, F. (2015). Etika Jurnalistik


diperlukan demi terjaminnya kebenaran Dalam Proses Peliputan Berita.
dalam suatu berita, dalam upaya Scriptura, 5(1), 8–14.
mewujudkan kemerdekaan pers, wartawan https://doi.org/10.9744/scriptura.5.1.8
Indonesia menyadari adanya tanggung -14
jawab sosial serta keberagaman
masyarakat. Guna menjamin tegaknya Pers, S. K. D. (2000). Kode Etik

kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak Wartawan Indonesia (KEW!). 17.

masyarakat diperlukan suatu landasan


Prayogo, H., Makbulloh, D., Fakhri, J., &
moral/etika profesi yang bisa menjadi
Masykur, R. (2023). Pendidikan
pedoman operasional dalam menegakkan
Jurnalistik Profetik di Journalist
integritas dan professionalitas wartawan
Boarding School Cilegon. Jurnal
Indonesia.
Pendidikan Islam, 12(1), 799–820.
https://doi.org/10.30868/ei.v12i01.43
DAFTAR PUSTAKA 12

Dwicahyani, M. N., & Astuti, P. (2018). Sobur, A. (2001). Etika Pers:


PELAKSANAAN PASAL 4 KODE profesionalisme dengan nurani.
Humaniora Utama Press.

Wahyudi, G. S. (2022). Kode Etik


Jurnalisik: Sebuah Dilematisasi Bagi
Jurnalis. Idealisme Jurnalis &
Inovasi Model Bisnis Industri Media.

Kuntowijoyo. (1991). Paradigma Islam:


Interpretasi untuk Aksi. Bandung:
Penerbit Mizan.

Anda mungkin juga menyukai